TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG Ceisya Reska Tanggo Sutarman Yodo Syamsu Thamrin Abstrak - TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG

  

PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG

Ceisya Reska Tanggo

Sutarman Yodo

Syamsu Thamrin

  

Abstrak

Perusahaan jasa pengiriman barang kini banyak berkembang diakibatkan kebutuhan

masyarakat untuk mengirim barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam

melaksanakan pelayanannya, pihak perusahaan berkewajiban menerima dan

menyelenggarakan pengiriman barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan

keadaan utuh. Namun, pada kenyataannya, dalam menjalankan kewajibanya untuk

mengantarkan barang seringkali perusahaan jasa pengiriman barang melaksanakan

kewajibannya yang tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikan dengan pengguna

jasa pengiriman barang. Hal ini membuat pengguna jasa pengiriman barang merasa

dirugikan. Adapun bentuk hal yang merugikan pengguna jasa pengiriman barang

tersebut adalah barang yang tiba terlambat ditempat tujuan, kerusakan dan bahkan

kehilangan barang. Hal ini mengakibatkan konsumen atau pengguna jasa

pengiriman barang tersebut menuntut pertanggung jawaban terhadap perusahaan

pengiriman barang. Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana

pertanggung jawaban dari pihak perusahaan jasa pengiriman barang sebagai pelaku

usaha jika terjadi kerugian ketika konsumen menggunakan jasa pengiriman barang.

Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis

Normatif, yang merupakan pendekatan terhadap hukum positif atau peraturan

perundang-undangan yang berkitan dengan perlindungan konsumen sebagai

pengguna jasa pengiriman barang. Sehingga dari penelitian ini dapat diketahui

pertanggung jawaban dari pihak perusahaan jasa pengiriman barang sebagai pelaku

usaha jika terjadi kerugian ketika konsumen menggunakan jasa pengiriman barang.

  Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Pertanggungjawaban dan Ganti Rugi I.

  pesat bagi perkembangan perekonomian

PENDAHULUAN A.

  Indonesia. Tingkat perkembangan

   Latar Belakang

  Perkembangan dunia dewasa ini ekonomi dunia dewasa ini ditandai ditandai dengan arus globalisasi disegala dengan globalisasi disegala bidang yang bidang yang membawa dampak cukup diiringi pula oleh tingginya tingkat barang dalam arus perdagangan serta semakin pesatnya persaingan bisnis.

  Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan beragam jenis dan variasi barang dan/atau jasa. Dengan dukungan teknologi dan informasi, perluasan ruang, gerak dan arus transaksi barang/jasa telah melintasi batas-batas wilayah negara, konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai pilihan jenis barang dan/atau jasa yang ditawarkan secara variatif. Kondisi seperti ini pada satu sisi menguntungkan konsumen, karena kebutuhan akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi dengan beragam pilihan.

  ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu ciri modernisasi yang senantiasa menuntut perubahan dalam segala bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang penyediaan pelayanan yang berhubungan dengan data, informasi serta barang dan/atau jasa. Perkembangan informasi dan 1 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen,

  (Jakarta : Kencana, 2013), Hlm. 1

  menuntut tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat modern saat ini, terutama kebutuhan akan kecepatan pelayanan, pengiriman maupun penerimaan layanan jasa, informasi, serta barang, dan/atau dokumen.

  Mengikuti perkembangan dari perekonomian yang modern menjadikan kebutuhan hidup manusia menjadi sangat banyak. Baik itu kebutuhan pokok maupun kebutuhan tambahan. Salah satu kebutuhan tambahan yang tidak kalah pentingnya adalah tentang kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling mengirim barang dari satu tempat ke tempat yang lain membuat jasa ini menjadi sangat penting. Berdasarkan kenyataan tersebut banyak bermunculan perusahaan yang memberikan layanan jasa pengiriman barang dengan memanfaatkan jasa pengangkutan darat, udara maupun laut. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang adalah PT. Indah Logistik Internasional. Perusahaan ini berkedudukan di Jakarta, Jl. H. Karim No. 19 A, Kel. Setu, Kec. Cipayung,

1 Kemajuan pesat dalam bidang

  International adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa transportasi dan logistik, seperti penanganan eksport dan import, jasa kepabeanan, transportasi darat , laut dan udara ( Nasional dan International ).

  Dalam melaksanakan pelayanan jasa melalui perusahaan yang melayani jasa pengiriman barang, pihak perusahaan berkewajiban menerima dan menyelenggarakan pengiriman barang dari tempat asal ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Mengingat perusahaan pengiriman barang bergerak dalam bidang jasa, maka faktor penting yang patut diperhatikan adalah kepercayaan pengguna jasa, dimana mereka menggunakan jasa perusahaan tersebut karena mereka percaya bahwa barang atau kiriman yang mereka kirim melalui jasa perusahaan tersebut akan sampai dengan selamat di tempat tujuan. Hal tersebut berhubungan erat dengan tanggung jawab perusahaan pengiriman barang dalam memberikan pelayanan jasa berupa pengiriman barang dari satu tempat ke tempat lain. kewajibannya mengantarkan barang, perusahaan jasa pengiriman barang selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi penggunanya. Tetapi dalam kenyataannya masih terdapat pelaksanaan pengiriman barang oleh perusahaan jasa pengiriman barang yang tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan. Tentu saja hal ini menyebabkan kerugian bagi konsumen sebagai pengguna jasa perusahaan pengiriman barang. Hal-hal yang dapat merugikan konsumen sebagai pengguna jasa pengiriman barang adalah barang yang terlambat tiba di tempat tujuan dan barang yang dikirim tersebut rusak atau hilang.

  Dengan dirugikannya konsumen sebagai pengguna jasa pengiriman barang mengakibatkan konsumen sebagai pengguna jasa pengiriman barang menuntut pertanggungjawaban dari perusahaan jasa pengiriman barang sebagai pelaku usaha. Namun, terkadang pihak perusahaan jasa pengiriman barang tidak mau bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh barang dengan alasan-alasan tertentu.

  Dari kondisi seperti inilah hak-hak konsumen harus lindungi oleh hukum. Karena salah satu sifat dan sekaligus tujuan hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Perlindungan kepada masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk kepastian hukum yang menjadi hak konsumen. Perlindungan hukum bagi konsumen menjadi sangat penting, karena konsumen disamping mempunyai hak-hak yang bersifat universal juga mempunyai hak-hak yang bersifat sangat spesifik (baik situasi maupun kondisi).

  Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen pada Pasal 19 disebutkan bahwa :

  1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa 2 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak

  Konsumen (Bandung : Nusa Media, 2010), Hlm. 1 diperdagangkan.

  2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.

  4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan adanya tuntutan pidana beradasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

2 Didalam Undang-undang Nomor 8

  5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.

  Memperhatikan substansi pada

  Pasal 19 ayat (1) dapat diketahui bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi : Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan;

  2. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran; dan

3. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.

  Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa yang cacat bukan merupakan satu-satunya dasar pertanggungjawaban pelaku usaha. Hal ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami konsumen.

  telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang Perlindungan Konsumen dan kemudian menuangkannya dalam bentuk penulisan Karya Ilmiah dengan judul “TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG”.

  Perlindungan Konsumen (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), Hlm.125-126

  telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu : bagaimana pertanggungjawaban dari pihak perusahaan jasa pengiriman barang sebagai pelaku usaha jika terjadi kerugian ketika konsumen menggunakan jasa pengiriman barang ?

  II. PEMBAHASAN Pertanggungjawaban Pihak Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Terhadap Kerugian yang Diderita Oleh Pengguna Jasa Pengiriman Barang

3 Berdasarkan latar belakang yang

  Perjanjian pengiriman barang yang penulis analisis terkait dengan pertanggungjawaban dari pihak perusahaan jasa pengiriman barang terhadap kerugian yang diderita oleh konsumen adalah perjanjian pengiriman barang pada PT. Indah Logistik Internasional yang merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta, Jl.

B. Rumusan Masalah

3 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum

  H. Karim No. 19 A, Kel. Setu, Kec. bergerak di bidang penyediaan jasa transportasi dan logistik, seperti penanganan eksport dan import, jasa kepabeanan, transportasi darat , laut dan udara ( Nasional dan International ).

  Hal-hal yang diatur dalam perjanjian pengiriman barang dalam PT. Indah Logistik Internasional terkait dengan pertanggungjawaban perusahaan terhadap pengguna jasa pengiriman barang adalah sebagai berikut :

  1. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pengiriman Barang Pihak-pihak dalam perjanjian pengiriman barang meliputi pihak pertama yaitu PT. Indah Logistik Internasional yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang. Sedangkan pihak kedua yaitu pengguna jasa pengiriman barang atau yang disebut dengan konsumen.

  2. Hak dan Kewajiban Pihak Pertama Adapun yang menjadi hak dan kewajiban pihak pertama sebagai pelaku usaha yang dalam hal ini adalah PT Indah Logistik pengiriman barang, dicantumkan pada Pasal 6 :

  1. Pihak pertama berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 perjanjian ini sesuai dengan permintaan pihak kedua.

  2. Pihak pertama berhak menerima bayaran atas pekerjaan yang telah dilakukan pihak pertama dari pihak kedua.

  3. Pihak pertama menawarkan pekerjaannya dengan asuransi all-risk, dengan pesetujuan pihak kedua.

  3. Hak dan Kewajiban Pihak Kedua Hak dan kewajiban pihak kedua selaku konsumen pengguna jasa pengiriman barang dalam perjanjian pengiriman barang, dicantumkan pada Pasal 7 : 1.

  Pihak kedua berkewajiban untuk membayar harga pekerjaan atas setiap pekerjaan yang telah dilakukan oleh pihak pertama. Pihak menginformasikan kepada pihak pertama jika ada pengiriman barang melalui telepon, faximile, dan email.

  3. Pihak kedua berhak untuk menerima layanan pekerjaan yang disediakan oleh pihak pertama. Disamping adanya hak dan kewajiban yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha, ada juga tanggung jawab yang harus dipikulnya. Tanggung jawab tersebut merupakan bagian dari kewajiban yang mengikat mereka dalam berusaha. Tanggung jawab ini juga disebut dengan istilah product liability (tanggung gugat produk).

  Pada perkembangan masa kini produsen memiliki kewajiban untuk selalu bersikap hati-hati dalam memproduksi barang/jasa yang dihasilkannya. Logikanya, berdasarkan hukum segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha mau tidak mau berimplikasi pada adanya hak konsumen untuk meminta pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang telah merugikannya. konsep hukum yang intinya dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen, yaitu dengan jalan membebaskan konsumen dari beban untuk membuktikan bahwa kerugian konsumen timbul akibat kesalahan dalam proses produksi dan sekaligus melahirkan tanggung jawab produsen untuk memberikan ganti rugi. Inti dari pengertian ini adalah bahwa pelaku usaha bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul dari hasil produk/jasanya.

  4 Pertanggungjawaban pihak

  pertama sebagai pelaku usaha terjadi ketika adanya klaim yang diajukan oleh pihak kedua terhadap pihak pertama, hal ini sesuai dengan isi perjanjian antara PT. Indah Logistik Internasional dengan konsumen sebagaimana tercantum dalam perjanjian pengiriman barang Pasal 10, yaitu :

  Klaim kehilangan : Pihak pertama akan memberikan ganti rugi kepada pihak kedua dengan ketentuan sebagai berikut : 4 Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika

  Dirugikan, (Jakarta : Visimedia, 2008), Hlm.37-38 Apabila terjadi kerusakan atau kehilangan akibat kelalaian pihak kerugian yang diderita konsumen akibat pertama atas barang pihak kedua mengonsumsi barang/jasa yang maka pihak pertama akan mengganti dihasikan atau diperdagangkan. kerugian sesuai dengan harga Secara umum, tuntutan ganti barang yang hilang atau rusak sesuai kerugian atas kerugian yang dialami oleh harga retail price. konsumen sebagai akibat penggunaan

  2. produk, baik yang berupa kerugian Pihak kedua wajib menutup asuransi setiap pengiriman barang diatas Rp materi, fisik maupun jiwa, dapat

  1.000.000,- dalam hal pihak kedua didasarkan pada beberapa ketentuan tidak menutup asuransi dengan nilai yang telah disebutkan, yang secara garis tersebut diatas, maka berlaku besar terdapat dua kategori, yaitu ketentuan penggantian klaim sesuai tuntutan ganti kerugian berdasarkan yang tercantum pada resi. wanprestasi dan tuntutan ganti kerugian

  3. yang berdasarkan perbuatan melanggar Semua tuntutan klaim harus melampirkan : hukum. Berikut penjelasan mengenai kedua dasar tuntutan ganti kerugian

   Surat pengajuan klaim

  5

  tersebut :  Bukti photo (jika terjadi

  a. Berdasarkan

  kerusakan barang)

   Tuntutan Wanprestasi

   Bukti pengiriman barang atau Apabila tuntutan ganti rugi arwaybill (resi) didasarkan pada wanprestasi, maka acara

   Berita terlebih dahulu penggugat dan tergugat kehilangan/kerusakan barang.

  (produsen dan konsumen) terikat suatu Berdasarkan Undang-Undang perjanjian. Dengan demikian, pihak

  Nomor

  8 Tahun 1999 Tentang ketiga (bukan sebagai pihak dalam Perlindungan Konsumen pada Pasal 19 perjanjian) yang dirugikan tidak dapat Ayat (1) disebutkan bahwa pelaku usaha 5 bertanggung jawab memberikan ganti

  Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Op. Cit. Hlm. 127 wanprestasi. (pemutusan) perjanjian.

  Ganti kerugian yang diperoleh Sedangkan untuk menghindari karena adanya wanprestasi merupakan terjadinya kerugian bagi kreditur karena akibat tidak dipenuhinya kewajiban terjadinya wanprestasi, maka kreditur utama atau kewajiban tambahan yang dapat menuntut salah satu dari lima berupa kewajiban atas prestasi utama kemungkinan : atau kewajiban jaminan/garansi dalam a. (pemutusan)

  Pembatalan perjanjian. Bentuk-bentuk wanprestasi perjanjian ; ini berupa : b.

  Pemenuhan perjanjian ; a. c. Debitur tidak memenuhi prestasi Pembayaran ganti kerugian ; sama sekali ; d.

  Pembatalan perjanjian disertai b. ganti kerugian ;

  Debitur terlambat dalam memenuhi prestasi ; e.

  Pemenuhan perjanjian disertai c. berprestasi tidak ganti kerugian. Debitur sebagaimana mestinya. Dalam tanggung gugat berdasarkan

  Terjadinya wanprestasi pihak adanya wanprestasi, kewajiban untuk debitur dalam suatu perjanjian, membayar ganti kerugian tidak lain membawa akibat yang tidak daripada akibat penerapan klausula mengenakan bagi debitur, karena debitur dalam perjanjian, yang merupakan harus : ketentuan hukum yang oleh kedua pihak

  a. secara sukarela tunduk berdasarkan Mengganti kerugian ;

  b. yang menjadi objek perjanjian. Dengan demikian, bukan Benda perikatan, sejak terjadinya undang-undang yang menentukan wanprestasi menjadi tanggung gugat apakah harus dibayar ganti kerugian atau debitur ; berapa besar ganti kerugian yang harus c. dibayar, melainkan kedua belah pihak

  Jika perikatan itu timbul dari perikatan timbal balik, kreditur yang menentukan syarat-syaratnya serta besarnya ganti kerugian yang harus

   Ada perbuatan melanggar hukum

  tersebut, mengikat sebagai undang- Berbeda dengan pengertian

  6

  undang bagi mereka yang membuatnya. perbuatan melanggar hukum sebelum

  

b. tahun 1919 yang diidentikan dengan

Tuntutan Berdasarkan Perbuatan Melanggar Hukum perbuatan melanggar undang-undang,

  Berbeda dengan tuntutan ganti maka setelah tanhun 1919 (kasus kerugian yang didasarkan pada perikatan Lindebaum-Cohen), perbuatan yang lahir dari perjanjian (karena melanggar hukum tidak lagi hanya terjadinya wanprestasi), tuntutan ganti sekedar melanggar undang-undang, kerugian yang didasarkan pada melainkan perbuatan melanggar hukum perbuatan melanggar hukum tidak perlu tersebut berupa : didahului denagn perjanjian antara

  a) Melanggar hak orang lain ; produsen dengan konsumen, sehingga b)

  Bertentangan dengan kewajiban tuntutan ganti kerugian dapat dilakukan hukum si pembuat ; oleh setiap pihak yang dirugikan,

  c) Berlawanan dengan kesusilaan walaupun tidak pernah terdapat baik ; dan hubungan perjanjian antara produsen

  d) Berlawanan dengan sikap hati- dengan konsumen. Dengan demikian, hati yang seharusnya diindahkan pihak ketiga pun dapat menuntut ganti dalam pergaulan masyarakat kerugian. terhadap diri atau benda orang

  7 Untuk dapat menuntut ganti kerugian, lain.

  maka kerugian tersebut harus merupakan 2)

   Ada kerugian

  akibat dari perbuatan melanggar hukum. Pengertian kerugian menurut Hal ini berarti bahwa untuk dapat Nieuwenhuis (1985) adalah menuntut ganti kerugian, harus dipenuhi berkurangnya harta kekayaan pihak yang unsur-unsur sebagai berikut : satu, yang disebabkan oleh perbuatan 6 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan

  hukum Bagi Konsumen di Indonesia, (Jakarta : 7 Rajawali Pers, 2008), Hlm. 72 Ibid, Hlm. 75 melanggar norma oleh pihak lain.

  Kerugian yang diderita seseorang secara garis besar dapat dibagi atas dua bagian, yaitu kerugian yang menimpa diri dan kerugian yang menimpa harta benda seseorang.

  8

  Hubungan sebab akibat atau kausalitas, dikenal beberapa teori, diantaranya conditio sine qua non,

  adequat dan toerrekening naar redelijkheid.

  Pada mulanya, teori kausalitas yang dianut adalah conditio sine qua

  non , namun pada tahun 1927, Hoge

  Raad (H.R.) memilih adequad yang berlangsung sampai tahun 70-an. Teori yang pertama kali diajukan oleh Paul Scholten pada tahun 1902 ini mengandung pengertian “ apa yang dapat diperkirakan sebelumnya” atau “ akibat yang menurut akal sehat diharapkan dapat timbul dari suatu perbuatan”. 8 Ibid, Hlm. 78 menyarankan untuk menghapus adequad dan menerima toerrekening naar

  redelijkheid , serta memasukkan toerrekening naar redelijkheid

  (dipertanggungjawabkan secara layak) ini dalam B. W. Baru.

  Berdasarkan usul Koster inilah, maka dalam tahun 70-an pertanggungjawaban atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melanggar hukum, teori adequad digeser dari tempatnya yang dominan dan diganti oleh pola bahwa barangsiapa yang berbuat melanggar hukum, bertanggung gugat atas kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan itu, apabila kerugian itu berhubungan dengan keadaan, selayaknya dapat dipertanggungjawabkan kepadanya.

3) Ada hubungan kausalitas antara perbuatan melanggar hukum dan kerugian

  9 4) Ada kesalahan

  Berdasarkan Pasal 1365 BW, salah satu syarat membebani tergugat dengan tanggung gugat berdasarkan perbuatan melanggar hukum adalah adanya kesalahan. Kesalahan ini memiliki tiga unsur, yaitu : 9 Ibid, Hlm. 83 - 84 Perbuatan yang dilakukan dapat disesalkan ; ganti kerugian tersebut maka b) terpenuhilah perlindungan hukum

  Perbuatan tersebut dapat diduga akibatknya ; bagi konsumen berdasarkan Undang- 1) Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

  Dalam arti objektif : sebagai manusia normal dapat menduga Perlindungan Konsumen. akibatnya ; B.

   Saran

  2) Perusahaan jasa pengiriman barang Dalam arti subjektif : sebagai seorang ahli dapat menduga selaku pelaku usaha hendaknya selalu akibatnya; bersikap hati-hati dalam melakukan

  c) kewajibannya dalam hal pengiriman

  Dapat dipertanggungjawabkan : debitur dalam keadaan cakap. barang agar tidak timbul suatu hal

  III.

  yang dapat merugikan konsumen.

PENUTUP A.

  Dan jika terjadi kerusakan atau

   Kesimpulan

  Berdasarkan uraian tersebut maka kehilangan atas barang yang penulis menarik suatu kesimpulan dikirimkan, maka produsen bahwa apabila terjadi kerugian yang berkewajiban untuk memberikan diderita oleh konsumen ketika ganti kerugian kepada konsumen menggunakan jasa dari perusahaan pengguna jasa pengiriman barang pengiriman barang, maka perusahaan yang sesuai dengan ketentuan dalam pengiriman barang selaku pelaku Undang-Undang Nomor 8 Tahun usaha berkewajiban untuk mengganti 1999 Tentang Perlindungan kerugian yang diderita oleh konsumen Konsumen. sebagai bentuk pertanggungjawaban

I. BUKU – BUKU :

  Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, Nusa Media, Bandung, 2010 Ahmadi Miru,Prinsip-Prinsip Perlindungan hukum Bagi Konsumen di

  Indonesia , Rajawali Pers,Jakarta,2008

  Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Rajawali Pres, 2010

  Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta, Visimedia, 2008 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana, Jakarta, 2013 II.

  PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Lembaran Negara Tahun 1847 Nomor 23).

  Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821).

Dokumen yang terkait

STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KEPERCAYAAN KONSUMEN PADA JASA PENGIRIMAN BARANG

1 33 19

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELANGGARAN HAK-HAK KONSUMEN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UDARA (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 658 K/Pdt/2006)

0 4 17

ASPEK YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP BARANG DAN ATAU JASA ( DITINJAU DARI UU NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN )

1 5 90

PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN JASA PENGIRIMAN BARANG PADA PT JNE DI BANDAR LAMPUNG

17 134 57

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PADA PRAKTIK USAHA JASA LAYANAN TAMAN REKREASI

0 11 57

PEMILIHAN PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE TOPSIS Irianto, M.Kom Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer Royal Kisaran, Asahan e-mail : Irianto2121212gmail.com Abstrak - PEMILIHAN PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG TERBAIK

0 2 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGGUNA JASA PENERBANGAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN - Perlindungan Hak Konsumen atas Pengguna Jasa Pene

0 0 29

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1POJK.072013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN PERBANKAN DI INDONESIA (Studi pada Bank Mandiri Cabang Komplek Cemara Asri)

0 0 9

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS KEHILANGAN BARANG KIRIMAN (STUDI KASUS JALUR NUGRAHA EKAKURIR KOTA PALU) Rizky Ihkwan Sahlan Armin Kasim Abstrak - PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS KEHILANGAN BARANG KIRIMAN (STUDI KASUS JALUR NUGRAHA EKA

0 0 15

TINJAUAN YURIDIS PENDIRIAN KOPERASI OLEH NOTARIS Afrianto Abd. Karim Uddin Syamsu Thamrin Abstrak - TINJAUAN YURIDIS PENDIRIAN KOPERASI OLEH NOTARIS

0 1 18