Faktor Faktor Pembentuk Tanah 2

Faktor-Faktor Pembentuk Tanah

Faktor Pembentuk Tanah
Dalam pandangan Ilmu Tanah, tanah jauh lebih kompleks dari sekedar bahan di alam yang
merupakan hasil pelapukan dari batuan (rock). Tanah tersusun dari komponen organik dan
komponen anorganik dalam berbagai tahapan dekomposisi dan disintegrasi, berbagai macam
gas, dan juga air. Tanah juga mengandung berbagai macam organisme baik mikro, maupun
makro dalam jumlah yang banyak.
Menurut Jenny (1941 dalam Tejoyuwono (1994:15), menyatakan bahwa faktor pembentuk tanah
bukan sebab atau kakas (force), melainkan penentu keadaan dari riwayat sekelompok sifat tanah.
Tanah merupakan bahan alam yang terbentuk melalui proses pembentukan tanah
(pedogenesis) dalam waktu yang sangat lama. Proses pembentukan tanah tersebut dikendalikan
oleh Lima faktor pembentukan tanah, yaitu Bahan Induk (parent material), Iklim (Climate),
Organisme (Organism), Timbulan (Relief), dan Waktu (Time) , yang dirumuskan dalam fungsi
sebagai berikut:
Soil (s) = f ( p, cl, o, r, t,...) ................................ Jenny (1941)
p = parent material
cl = climate
o = organism
r = relief
t = time

Dalam kenyataannya kelima faktor tersebut bersifat saling mempengaruhi satu sama lain atau
ada interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim. Dari masing-masing
faktor yang berpengaruh dalam pembentukan tanah, kesemuanya dapat menjadi faktor dominan
dan keempat lainnya menjadi faktor pendamping atau suatu pola agihan tanah ditentukan oleh
suatu faktor yang berbeda dan keempat lainnya sama yang disebut banjar (sequence).
Ada 6 Faktor yamng mempengaruhi terbentuknya tanah:

1. Bahan Induk Tanah
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan
metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan
mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia)
yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur
pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral
bahan induk akan mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya.
Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca
yang banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat
membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan
kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
Mineral-mineral batuan mempunyai keragaman dalam ketahanannya terhadap pelapukan,

sehingga mineralogi bahan induk akan sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, selain
itu mineralogi dari bahan induk akan mempengaruhi tipe produk pelapukan dan komposisi
mineral dari tanah. Komposisi elemen dari bahan induk akan berpengaruh terhadap kesuburan
kimia tanah. Tidak hanya kimia dan komposisi mineral bahan induk yang mempengaruhi
perkembangan tanah, sifat fisika juga penting. Konsolidasi dan ukuran partikel bahan induk juga
berpengaruh atas permeabilitas air yang akan mempengaruhi perkembangan tanah.
Misalnya tanah-tanah yang berkembang dari batu kapur (limestone) biasanya mempunyai pH
yang tinggi, mempunyai mineral lempung smectite dan derajat kejenuhan basa (base saturation)
yang tinggi , sedangkan tanah yang berkembang dari batu pasir (sandstone) dan granit biasanya
mempunyai kemasaman yang rendah dan derajat kejenuhan basa yang rendah.
2. Iklim
Faktor yang sangat berpengaruh atas pembentukan tanah. Beberapa pengaruh iklim atas tanah
dapat dicontohkan sebagai berikut :
Suhu dan kelembaban menyebabkan perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian
(leaching).
Angin mendistribusikan pasir dan partikel lainnya terutama di daerah iklim arid. Jumlah,
intensitas, waktu dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan tanah.

Perubahan suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban, aktifitas biologi, laju reaksi
kimia dan tipe vegetasi.

Iklim berpengaruh langsung terhadap pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan, dan
secara tidak langsung melalui pengaruhnya atas vegetasi (organisme) dan berinterkasi dengan
bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi hubungan air dan tanah.
Pengaruh langsung suhu dan curah hujan
Air merupakan komponen yang sangat penting dalam semua proses pelapukan kimia dan fisika.
Input curah hujan ke dalam tanah mempunyai pengaruh yang besar atas perkembangan tanah
melalui pelapukan dan pelindian dari produk pelapukan. Laju pelapukan juga secara kuat
bergantung kepada suhu. Setiap kenaikan 10oC, laju reaksi kimia dalam pelapukan akan
meningkat 2 atau 3 kali.
Pengaruh tidak langsung
Biasanya dijumpai hubungan yang kuat antara iklim dan kandungan humus tanah, oleh karena
pengaruh dari iklim atas produksi biomas dan laju dekomposisi seresah tanaman dan bahan
organik tanah lainnya.
Curah hujan akan mempengaruhi produktifitas vegetasi. Suhu berpengaruh atas laju dekomposisi
bahan organik, sehingga sehingga kandungan humus yang tinggi biasanya ditemukan pada
daerah iklim lembab dan sejuk.
Iklim panas, baik kering maupun lembab cenderung menyebabkan kandungan humus yang
rendah.
3. Organisme
Organisme mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan tanah dengan berbagai

macam cara penyebaran flora dan fauna tergantung sebagian besar kepada iklim, topografi, dan
pengaruh bahan induk. Pengaruh organisme sulit dipisahkan dari pengaruh lainnya.
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan
organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan),
sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu
kapur larut oleh air.

b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daundaunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan
membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim
sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan
dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk
tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan
sisa-sisa rumput.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat
tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsurunsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif
rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada
tanah di bawah pohon jati.
e.

4. Relief/Topografi
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar
kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mepergiat
berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan air
didataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak
dalam perkembangan tanah.
Didaerah beriklim humid trop[ika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar
membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan terbentuk
latosol merah. Didaerah semi arid (agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar
akan membentuk tanah jenis grumosol, kelabu, sedangkan dilereng pegunungan terbentuk tanah
jenis grumosol berwarna kuning coklat.Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk tanah
dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunnya garam-garam di kaki lereng,
sehingga di kaki gunung berapi di daerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan
yang bersifat seperti grumosol, baik secara fisik maupun kimianya. Di lereng cekung seringkali
bergabung membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan
tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi pembentukan tanah, antara lain sebagai berikut.

Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya
menjadi lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena

terjadi proses sedimentasi.
Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang drainasenya jelek sering tergenang air. Keadaan ini
akan menyebabkan tanahnya menjadi asam.

5. Waktu
Pelapukan dan proses pembentukan tanah (pedogenesa) terjadi dalam waktu yang lama. Tahap
awal terjadi pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi pada bahan induk,
selanjutnya perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga membentuk horison yang
jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu keadaan tanah yang tidak berubah
dalam waktu yang lama.
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, memainkan peranan
penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk. Gunung berapi mengendapkan lava dan
abu gunung disaat terjadi letusan gunung berapi tersebut, seringkali pengendapan lava ataupun
terjadinya letusan gunung tidak terjadi pada waktu yang sama. Semua tingkatan perkembangan
tanah dapat di temukan kembali pada endapan-endapan itu. Didaerah beriklim tropika,
pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung cepat, sehingga
dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang cukup subur.
Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara
bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah
muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.

Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah
menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa
adalah andosol, latosol, grumosol.
Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses
perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon
A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis
tanah podsolik dan latosol tua (laterit).

Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik
yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah
muda, dan 1000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.
6. Manusia
Manusia merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif. Bentuk-bentuk sumber daya tanah oleh
manusia yang mempengaruhi proses perkembangan dan pembentukan tanah dibagi menjadi dua,
yaitu: manipulasi faktor pembentuk tanah aktif dan manipulasi faktor pembentik tanah
pasif.Manifulasi faktor pembentuk tanah aktif dapat berupa pengaturan lengas tanah dan jenis
vegetasi tanah. Manifulasi faktor pembentuk tanah pasif dapat berupa perubahan relief dan
penambahan atau pengurangan bahan induk tanah. Manifulasi kondisi lengas tanah dilakukan
manusia dalam rangka
Penyedia air bagi tanaman khususnya pada saat musim kemarau.

Pengaruh aktifitas manusia atas pembentukan dan perkembangan tanah, misalnya: pembukaan
hutan untuk pertanian dapat menghilangkan humus, sebaliknya input pengapuran dan pupuk
panen mengangkut hara dari dalam tanah serta drainasi dan irigasi yang dapat merubah
kelembaban tanah.
Dalam proses pembentukan tanah manusia mempengaruhinya dengan aktivitas-aktivitas seperti
penggunaan lahan, cara bercocok tanam, menentukan jenis tanaman yang ditanam, cara
pengolahan atau penggarapan, cara pemanenan, menentukan rotasi tanaman dan lain
sebagainya.Jika system penanaman manusia yang tidak sesuai dengan lingkungan seperti pada
perbukitan tidak menggunakan system terasering, hal ini akan menyebabkan terjadinya erosi,
dimana erosi tersebut akan mempengaruhi proses penghancuran batuan. Di samping itu pola
penanaman manusia yang harus menyeimbangkan unsur-unsur tanah. Jika manusia melakukan
penanaman jenis tanaman karbohidrat secara terus-menerus, hal ini akan mengurangi unsur hara
tanah dan tingkat kesuburan tanahnya menurun sehingga diperlukan pola penanaman secara
tumpang sari untuk mengembalikan kesuburan tanah.
Dengan konsep tanah sebagai sistem energi dan merupakan sistem terbuka, maka faktor-faktor
pembentuk tanah dapat ditafsirkan bahwa.

Bahan induk tanah: Tingkat awal
Iklim


: masukan energi dan bahan

Organisme

: Membentuk, ekosistem dengan tanah, saling tindak baik sebagian
atau seluruh keluaran menjadi masukan kembali dan sisa keluaran
menlonggok

Timbulan (topografi): Faktor terpenting dalam membentuk katena tanah
Waktu

: Menentukan laju perubahan total, gejala tanah bersifat
(probabilistik

stokastik