PENGARUH HUKUM TERHADAP PENANGGULANGAN P

PENGARUH HUKUM TERHADAP PENANGGULANGAN
PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP INDUSTRI RUMAH
TANGGA PENGOLAHAN IKAN ASIN NGABEAN MAKMUR
KENDAL
Terry Rangga Nugraha
Dicky Novan Yudianto
terryrangganugraha@gmail.com
dickynovan111@students.unnes.ac.id

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Library Research yang berjudul “Pengaruh Hukum Terhadap Penanggulangan
Pencemaran Lingkungan Terhadap Industri Rumah Tangga Pengolahan Ikan
Asin Ngabean Makmur Kendal” ini dengan baik.
Terselesaikannya Library Research ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang rela memberikan ilmunya kepada penulis.

Sehingga penulis tanpa mengurangi rasa hormat untuk mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Hukum Unnes
yang telah memberikan ijin penulis untuk dapat mencari ilmu dan
pengetahuan di Fakultas Hukum Unnes
2. Bapak Ridwan Arifn, S.H., LI.m. Selaku Dosen Mata Kuliah Hukum
Lingkungan yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
Library Research yang penulis kerjakan.
3. Tokoh-tokoh masyarakat Desa Ngabean, Kendal yang telah mengijinkan
penulis untuk melakukan penelitian di Desa Ngabean
4. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Library Research

ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan mutu makalah ini. Semoga Library Research ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa sebagai
generasi penerus bangsa Indonesia.


Semarang, 7 Oktober 2017

ii

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Sampul......................................................................................................

i

Kata Pengantar.........................................................................................................

ii

Daftar Isi...................................................................................................................

iii


Daftar Tabel/Gambar................................................................................................

iv

Bab I Pendahuluan....................................................................................................

1

A.Latar Belakang..................................................................................................

1

B.Rumusan Masalah.............................................................................................

2

C.Metode Penulisan..............................................................................................

3


Bab II Hasil dan Pembahasan...................................................................................

4

1. Keadaan Limbah Home Industry Pengolahan Ikan Ngabean Makmur Kendal.......

5

2. Penanggulangan Limbah Home Industry Pengolahan Ikan Asin Ngabean Makmur
Kendal..................................................................................................................

6

3. Pengaruh Hukum terhadap Penggulangan Pencemaran Lingkungan Pengolahan Ikan
Asin
Ngabean Makmur Kendal...................................................................................
Bab III Kesimpulan....................................................................................................
................................................................................................................................. 13
Daftar Pustaka..........................................................................................................
................................................................................................................................. 15


iii

9

Daftar Gambar

iv

v
i

v

vi

vi

vii


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Istilah lingkungan dan lingkungan hidup atau lingkungan hidup manusia
sebagai terjemahan dari bahasa inggris environment and human environmnet,
seringkali digunakan digunakan secara silih berganti dalam pengertian yang
sama. Sekalipun arti lingkungan dan lingkungan hidup manusia dapat diberi
batasan yang berbeda-beda berdasarkan persepsi dan disiplin ilmu tiap-tiap
penulis, dalam tulisan ini istilah lingkungan atau lingkungan hidup diartikan
sama dalam arti luas. Lingkungan atau lingkungan hidup manusia adalah
jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati
yang mempengaruhi kehidupan kita (Otto Sunarwoto,1976). Batasan tentang
lingkungan berdasarkan isinya untuk kepentingan praktis atau kebutuhan
analisis kita perlu dibatasi hingga lingkungan dalam arti biosphere saja, yaitu
permukaan bumi, air dan atmosfr tempat terdapat jasad-jasad hidup. Batasan
lingkungan hidup dalam arti ini adalah semua benda, daya, kehidupan,
termasuk di dalamnya manusia dan tingkah lakunya yang terdapat dalam satu
ruang, yang mempengaruhi kelangsungan dan kesejahteraan manusia serta
jasad-jasad hidup lainnya. Dari pengertian diatas tingkah laku manusia pun
merupakan bagian dari lingkungan. Manusia mempunyai hubungan timbal

balik dengan lingkungannya.1
Pelestarian lingkungan hidup mempunyai arti bahwa lingkungan hidup
harus dipertahankan sebagaimana keadaannya. Sedangkan lingkungan hidup
itu justru dimanfaatkan dalam kerangka pembangunan. Hal ini berarti bahwa
lingkungan hidup mengalami proses perubahan. Dalam proses perubahan ini
perlu dijaga agar lingkungan hidup itu tetap mampu menunjang kehidupan
yang normal, sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Hukum lingkungan hidup merupakan instrumen yuridis yang memuat kaidahkaidah tentang pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk mencegah
penyusutan dan kemerosotan mutu lingkungan. Makna penegakan didalam
hukum
1

lingkungan

dimaksudkan

upaya

menegakkan


hukum

material

Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan

Indonesia (Bandung: P.T. Alumni, 2014), hal. 8-9.
1

khususnya yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat
dengan UUPPLH.
Penegakan hukum dalam UUPPLH terdiri dari: penegakan hukum
administrasi, Penegakan hukum perdata, dan penegakan hukum pidana.
Pencemaran adalah masuk atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat,energi, dan/atau komponen lain ke dalam
air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan
manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Untuk mencegah
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri

dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan
gangguan

terhadap

makhluk

hidup,

tumbuhan

atau

benda

lainnya.


Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu : Pencemaran
Air, Pencemaran Udara, dan Pencemaran Tanah. Pencemaran air adalah suatu
perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai,
lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam
seperti gunung berapi, badai, gempa bumi juga mengakibatkan perubahan
yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansifsik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang

dapat membahayakan kesehatan

manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti.
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan
manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau
fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah
tercemar

ke


pengangkut

dalam

minyak,

lapisan
zat

kimia,

sub-permukaan;
atau

limbah;

kecelakaan
air

limbah

kendaraaan
dari

tempat

penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Limbah merupakan buangan
2

atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industri maupun
domestik (rumah tangga).
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan Limbah Home Industry Pengolahan Ikan Ngabean
Makmur Kendal?
2. Bagaimana Penanggulangan Limbah Home Industry Pengolahan Ikan Asin
Ngabean Makmur Kendal?
3. Bagaimana

Pengaruh

Hukum

terhadap

Penggulangan

Pencemaran

Lingkungan Pengolahan Ikan Asin Ngabean Makmur Kendal?
C.Metode Penulisan
Menurut
“Penelitian

Soekanto

dan

Mamudji

(1983:

1)

menyatakan

bahwa

merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan oleh karena penelitian
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis,
dan konsisten”. Metode penelitian adalah “suatu cara atau langkah yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto
2002: 151). Menurut Ronny Hanitijo Soemitro, penelitian pada umumnya
bertujuan untuk menentukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu
pengetahuan. Menemukan berarti berusaha memperoleh suatu untuk mengisi
kekosongan atau kekurangan. Mengembangkan berarti memperluas dan
menggali lebih dalam sesuatu yang sudah ada. Menguji kebenaran dilakukan
jika apa yang sudah ada masih atau menjadi diragu-ragukan kebenarannya.
(Ronny Hanitijo Soemitro, 1985: 15). Hukum dimaksudkan sebagai kegiatan
ilmiah yang berdasarkan pada sistematis dan pemikiran tertentu, yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau lebih gejala-gejala hukum tertentu
dengan jalan menganalisisnya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan
yang mendalam terhadap faktor-faktor hukum tersebut. Untuk kemudian
mengusahakan sesuatu pemecahan atas permasalahan yang timbul antara
segala hal yang bersangkutan.2
1. Wawancara
2

Gatot Sumartono, Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafka, 2004), 19-

20..
3

Metode wawancara ini dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab langsung
dengan narasumber yang terkait, yaitu warga masyarakat yang berada di
sekitar lingkungan Home Industry pengolahan ikan Ngabean Makmur Kendal.
2. Observasi
Metode observasi ini dilakukan dengan cara mengamati kondisi fsik dari
pembuangan limbah ke sungai yang tidak diolah dengan secara benar
sehingga menimbulkan bau disekitar pengolahan home industry tersebut dan
yang menyebabkan tercemarnya ekosistem sungai.
3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu dan tempat yang penulis gunakan untuk melakukan wawancara dan
observasi guna mencari data dan hasil dalam membuat laporan ini, yaitu:
A. Waktu :
1. Minggu ,1 Oktober 2017. Pukul 13.00 – 14.30
2. Jumaat, 6 Oktober 2017. Pukul 14.00 – 15.30
3. Sabtu, 7 Oktober 2017. Pukul 10.00-11.00 WIB
B. Tempat :
1. Home Industry Pengolahan Ikan Asin Ngabean Makmur Kendal. Jalan
Raya Ngabean Nomor 72- 74, Kendal, Jawa Tengah.
2. Pinggiran sungai Ngabean, Kendal, Jawa tengah.

4

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keadaan Limbah Home Industry Pengolahan Ikan Ngabean Makmur
Kendal
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Setiap industri pasti akan
menghasilkan limbah. Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah. kehadiran
limbah

dapat

berdampak

negatif

terhadap

lingkungan

terutama

bagi

kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Dalam hal ini pemerintah sudah menetapkan peraturan mengenai pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun yaitu tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Peraturan tersebut mengatur tentang
upaya

pengurangan,

penyimpanan,

pengumpulan,

pengangkutan,

pemanfaatan, penggolahan dan penimbunan limbah B3.3
3

Bustami Ibrahim,“Kaji Ulang Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri Hasil Perikanan
Secara
5

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di home industry pengolahan
ikan asin Ngabean Makmur Kendal, bahwa home industry ini menghasilkan
beberapa limbah, yaitu :
1.Limbah padat, yaitu berupa sisik ikan, kulit ikan, potongan daging ikan,
insang atau saluran
pencernaan.
2.Limbah cair, yaitu berupa darah, lender, dan air bekas cucian ikan.
3.Limbah gas, yaitu berupa bau yang ditimbulkan karena adanya senyawa
amonia, hidrogen sulfda atau keton yang dihasilkan dari mulai pembelahan
ikan, lalu pengeluaran isi ikan, pencucian ikan, hingga penjemuran ikan.
Sisik ikan yang tidak terpakai biasanya diminta atau diberikan kepada
masyarakat

yang

membutuhkan

untuk

diolah

kembali

untuk

dijadikan

kerajinan tangan. Namun, jika sisik tersebut tidak ada yang membutuhkan
maka akan dibuang disungai belakang tempat pemroduksian. Sama halnya
dengan kulit ikan dan isian perut ikan, biasanya akan diminta atau diberikan
kepada orang sebagai campuran pakan ternak (ayam dan bebek). Tetapi, jika
tidak ada yang memintanya maka akan dibuang disungai. Selanjutnya pada
limbah cair, yaitu darah, lender, dan air bekas cucian ikan. Limbah ini biasanya
dibuang ke sungai karena tidak memiliki manfaat apa-apa. Air inilah yang
menjadi limbah yang sangat mencemari lingkungan. Baunya yang sangat amis
dan busuk terasa sangat menyengat jika kita sedang melewati sungai Ngabean
yang biasanya digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan sehari- hari.
Lalu pada limbah gas yang berupa bau amis dan busuk yang
ditimbulkan karena adanya senyawa amonia, hidrogen sulfda atau keton yang
dihasilkan oleh ikan-ikan tersebut dari mulai pembelahan hingga penjemuran.
Bau inilah yang seringkali diresahkan oleh warga sekitar. Banyak warga yang
mengeluhkan bau tersebut seperti yang dituturkan oleh Rizal, seorang warga
sekitar sungai Ngabean, yang pada intinya mengungkapkan rasa kekesalannya
terhadap aktivitas pengolahan ikan asin Ngabean Makmur Kendal.
Limbah daripada industri pengolahan ikan asin Ngabean Makmur Kendal
semua limbah langsung dibuang ke sungai Ngabean tanpa dilakukannya suatu
cara untuk mengolah limbah tersebut, banyak warga masyarakat yang hanya
Biologis Dengan Lumpur Aktif” Jurnal Teknologi Hasil Perikanan VIII,No. 1 (Tahun
2005): 35-36.
6

lewat saja di depan atau sekitaran tempat produksi pengolahan ikan asin
tersebut mengeluhkan bau yang sangat menyengat dan ditambah lagi sungai
tempat warga sekitar melakukan kegiatan tersebut terkontamisai terhadap
limbah-limbah sisa hasil pengolahan ikan asin tersebut.
Warga yang bermukim berada disekitaran tempat produksi ikan asin
tersebut sudah melakukan protes terhadap pemilik tempat produksi tersebut
namun

dikarenakan

warga

tersebut

tidak

memiliki

kewenangan

untuk

memberhentikan kegiatan pengolahan tersebut maka pemilik dari pada tempat
produksi pengolahan ikan asin tetap saja menjalankan kegiatan pengolahan
ikan asin.
2. Penanggulangan Limbah Home Industry Pengolahan Ikan Asin
Ngabean Makmur Kendal
Penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup saat ini masih sulit
dilakukan oleh karena sulitnya pembuktian dan menentukan kriteria baku
kerusakan lingkungan. Upaya penegakan hukum lingkungan hidup melalui
hukum pidana adalah bagaimana tiga permasalahan pokok dalam hukum
pidana ini dituangkan dalam undang-undang yang sedikit banyak mempunyai
peran untuk melakukan rekayasa sosial (social engeneering). 4 Yaitu yang
meliputi perumusan tindak pidana (criminal act), pertanggungjawaban pidana,
dan sanksi

(sanction) baik pidana maupun tata-tertib.Sesuai dengan tujuan

yang tidak hanya sebagai alat ketertiban, hukum lingkungan mengandung pula
tujuan pembaharuan masyarakat (social engineering). Hukum sebagai alat
rekayasa

sosial

sangat

penting

dalam

hukum

lingkungan.

Upaya

penanggulangan merupakan cara tepat untuk mengurangi dan menghilangkan
suatu permasalahan, Penanggulangan limbah adalah upaya pengolahan limbah
yang bertujuan agar limbah tersebut menjadi lebih bermanfaat atau bertujuan
untuk mengurangi dampak yang akan disebabkan oleh limbah tersebut demi
kelestarian lingkungan. Berbagai teknik penanganan dan pengolahan limbah
telah
4

dikembangkan.

Masing-masing

jenis

limbah

membutuhkan

cara

Ahmad Jazuli,“Dinamika Hukum Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam dalam

Rangka Pembangunan Berkelanjutan” Jurnal Rechts Vinding 4,No. 2 (Tahun 2015):
184.

7

penanganan khusus, berbeda antara jenis limbah yang satu dengan limbah
lainnya.
Namun secara garis besarnya, teknik penanganan dan pengolahan
limbah dapat dibagi menjadi penanganan dan pengolahan limbah secara fsik,
kimiawi, dan biologis. Limbah hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan
atau gas. Limbah berbentuk padat berupa potongan daging ikan, sisik, insang
atau saluran pencernaan. Limbah ikan yang berbentuk cairan antara lain
darah, lendir dan air cucian ikan. Sedangkan limbah ikan yang berbentuk gas
adalah bau yang ditimbulkan karena adanya senyawa amonia, hidrogen sulfda
atau keton.
Dari hasil penelitian penulis di home industry pengolahan ikan asin
Ngabean Makmur Kendal dapat dihasilkan bahwa penanggulangan yang dapat
dilakukan terhadap limbah tersebut yaitu :
1. Untuk limbah padat :
a. Composting,

yaitu

pengolahan

limbah

menjadi

pupuk

kompos.
b. Hog feeding, yaitu mengolah limbah menjadi pakan ternak.
c. Gas bio, yaitu mengolah limbah menjadi gas yang dapat
berfungsi sebagai bahan bakar alternative.
2. Untuk limbah cair :
a. Dilution, yaitu membuang limbah cair ke sungai, rawa,
danau,

atau

laut

agar

mengalami

pengenceran

dan

konsentrasi polutannya menjadi rendah atau hilang.
b. Sumur resapan, yaitu sumur yang digunakan untuk tempat
penampungan air limbah.
c. Septic tank, merupakan metode terbaik untuk mengelola air
limbah walaupun biayanya mahal, rumit dan memerlukan
tanah yang luas. Septic tank memiliki 4 bagian ruang untuk
tahap-tahap pengolahan, yaitu :
1. Ruang pembusukan, dimana air kotor akan bertahan 1-3
hari dan akan mengalami proses pembusukan sehingga
menghasilkan gas, cairan dan lumpur (sludge).
2. Ruang lumpur, merupakan ruang empat penampungan hasil
proses pembusukan yang berupa lumpur.
8

3. Dosing

chamber,

dimana

didalamnya

terdapat

siphon

McDonald yang berfungsi sebagai pengatur kecepatan air
yang akan dialirkan ke bidang resapan agar merata.
4. Bidang resapan, bidang yang menyerap cairan keluar dari
dosing chamber serta menyaring bakteri patogen maupun
mikroorganisme yang lain.
3. Untuk limbah gas :
a. Mengontrol Emisi Gas Buang, yaitu gas-gas buang seperti sulfur oksida,
nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol
pengeluarannya melalui beberapa metode.
b. Menghilangkan bau busuk dari limbah cair pengolahan ikan untuk
dijadikan

bahan

baku

pupuk

cair

yang

dilakukan

dengan

cara

menurunkan pH limbah ikan dari 8,0 menjadi 6,0 dengan penambahan
HCl 0,1 N, menambahkan molases sebanyak 50 ml ke dalam 1,0 liter
limbah ikan, menginokulasi limbah ikan dengan 50 ml kultur bakteri
asam laktat dengan populasi 107 sel per ml. Kultur ini diinkubasi pada
shaker dengan memberikan aerasi secara terputus selang dua jam
dengan dikocok pada 120 rpm. Bau busuk limbah ikan hilang dalam
waktu lima hari. Limbah cair pengolahan tepung ikan yang telah
dihilangkan bau busuknya dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
pupuk.

Pupuk

dibuat

dengan

menambahkan

batuan

fosfat

alam

sebanyak 10 g per liter bahan baku dan kelarutan batuan fosfat
ditingkatkan dengan menambahkan 25 ml mikroba pelarut fosfat dengan
dengan populasi 107 sel per ml. Inkubasi dilanjutkan selama dua hari
lagi. Kandungan hara pupuk cair berkisar dari 1500-2000 ppm N, 300
ppm P dan 3000-4000 ppm K, pH sekitar 6,0. Dengan demikian sangat
efektif

untuk

mengurangi

dan

menghilangkan

suatu

pencemaran

lingkungan yang di sebabkan oleh limbah sisa hasil dari pengolahan ikan
Ngabean Makmur Kendal.

9

3. Pengaruh Hukum terhadap Penggulangan Pencemaran Lingkungan
Pengolahan Ikan
Asin Ngabean Makmur Kendal
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak setiap orang dan
hak tersebut merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat tersebut dijamin oleh negara dalam konstitusi dan
berbagai peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 pasal 28H ayat (1) menyebutkan bahwa “setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
menapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan

kesehatan”.

Pengelolaan

Lingkungan

Terbitnya
Hidup

Undang-Undang

(UUPLH)

merupakan

Perlindungan
salah

satu

dan
upaya

pemerintah memberikan jaminan dan kepastian hukum terhadap hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.5
Sebelumnya Konsep dan teori yang digunakan dalam pembahasan hasil
observasi ini ditinjau atau diadopsi dari :
1. UU

No.32

tahun

2009

tentang

Perlindungan

dan

Pengerlolaan

Lingkungan Hidup
a) pasal 3 huruf a : “melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup”.
b) pasal 13 ayat 1 : “pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan

hidup

dilaksanakan

dalam

pelestarian

fungsi

lingkungan hidup”.
c) pasal 20 ayat 3 : “setiap orang diperbolehkan untuk membuang
limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan :
d) memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
e) mendapat izin dari menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
f) pasal 36 ayat 1 : “setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan”.
g) pasal 47 tentang Analisis Risiko Lingkungan Hidup
h) pasal 53 tentang Penanggulangan
i) pasal 54 tentang Pemulihan
5

Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 149.
10

j) pasal 67 dan 68 tentang Kewajiban
k) pasal 69 tentang Larangan
l) pasal 70 tentang Peran Masyarakat
m) pasal 87 tentang Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan
n) pasal 91 tentang Hak Gugat Masyarakat
o) pasal 98 ayat 1 : “setiap orang yang dengan sengaja melakukan
perbuatan yang
p) mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu
air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00

(tiga

miliar

rupiah)

dan

paling

banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.
2. PP No.27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan , yaitu :
a.pasal 2 ayat 1 : “setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki
Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan”.
1. Permen LH No.2 tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi
Administratif di Bidang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup.
2. Peraturan Menteri Negara LH no 9 tahun 2010 tentang Tata Cara
Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/
atau Perusakan Lingkungan Hidup.
Dalam pasal 65 UUPLH tahun 2009 disebutkan mengenai apa saja hak
setiap orang terhadap lingkungan, hak-hak tersebut yaitu :
1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia.
2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
3) Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup.
4) Setiap

orang

berhak

untuk

berperan

dalam

perlindungan

dan

pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangundangan.
11

5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dengan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
Menjaga

kelestarian

lingkungan

merupakan

tanggungjawab

dan

kewajiban semua pihak baik perorangan maupun perusahaan. Dari hasil
penelitian penulis lakukan, ditemukan bahwa Home Industri Pengolahan Ikan
Asin Ngabean Makmur Kendal di Kendal telah terbukti melakukan pencemaran
lingkungan dengan membuang air cucian ikan ke sungai yang menyebabkan
bau yang sangat tidak sedap dan menimbulkan keresahan warga dikarenakan
bau yang sangat menyengat di sekitaran tempat produksi. Perilaku pemilik
tempat produksi pengolahan ikan asin Ngabean Makmur Kendal tersebut dinilai
telah lalai dalam mengindahkan kaidah-kaidah pelestarian lingkungan yang
termuat dalam peraturan perundang-undangan.
Merujuk pada UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 3 huruf a yang berbunyi, “Melindungi
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup”, dapat kita lihat bahwa kita harus melindungi
wilayah kita dari pencemaran. Kita dilarang keras melakukan sesuatu yang
dapat mencemari lingkungan karena hal ini sudah diatur dalam Peraturan
perundang-undang.
Kebijakan pidana dalam penegakan hukum merupakan salah satu upaya
dalam usaha perlindungan lingkungan hidup. Kebijakan tersebut harus dapat
menumbuhkan pemikiran tentang metode baru untuk tujuan mencegah
kejahatan dan sekaligus melindungi lingkungan hidup.
Pemerintah telah menetapkan peraturan terhadap lingkungan hidup
yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan

dan

Pengelolaan

Lingkungan

Hidup

(UUPLH)

yang

telah

menentukan secara kumulatif pidana penjara dan denda sebagai pidana pokok
terhadap pelaku Tindak Pidana Lingkungan Hidup yang dapat ditambah dengan
sanksi Tindakan Tata Tertib (maatregel).
Mereka seharusnya memiliki tanggungjawab untuk mentaati peraturan
yang berlaku seperti ketentuan yang telah ditetapkan UUPLH yang terkait
dengan

baku

mutu

lingkungan,

AMDAL,
12

pengelolaan

limbah

B3,

dan

pembuangan limbah, serta menghindarkan diri dari sanksi-sanksi hukum yang
telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan tersebut.
1. Baku Mutu Lingkungan
Telah disebutkan dalam Pasal 20 ayat (1) UUPLH, bahwa penentuan
terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan
hidup. Dalam pasal yang sama ayat (3), Home Industri Pengolahan Ikan Asin
Ngabean Makmur Kendal, diperbolehkan untuk membuang limbah ke media
lingkungan dengan syarat memenuhi baku mutu lingkungan hidup dan
mendapat izin dari menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
2. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Dalam hal pengelolaan limbah B3 sesuai pasal 59 UUPLH, Home
Industry Pengolahan Ikan Asin Ngabean Makmur Kendal wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya (ayat 1). Kegiatan pengelolaan
limbah B3 wajib mendapat izin dari menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya dan pejabat tersebut menentukan persyaratan
lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi
pengelola limbah B3 dalam izin.
3. Pembuangan Limbah
Home

Industri

Pengolahan

Ikan

Asin

Ngabean

Makmur

Kendal

dalam

melakukan pembuangan limbahnya harus mendapatkan izin dari menteri,
gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya di lokasi-lokasi yang
telah ditetapkan tidak boleh disembarang tempat sebagaimana diatur dalam isi
pasal 60 dan 61 UUPLH.7
Tetapi kenyataan dilapangan, Home Industri Pengolahan Ikan Asin
Ngabean Makmur Kendal belum memiliki izin Instalasi Pembuangan Air Limbah
(IPAL) sehingga limbah langsung dibuang ke sungai. Pemilik Home Industry
pengolahan ikan asin tersebut mengatakan “bukan hanya saya yang belum
memiliki IPAL, puluhan industri ikan asin lainnya pun belum memiliki IPAL.
Warga setempat mengaku sangat mengeluhkan limbah industri ikan asin
tersebut, karena bau yang menyengat selalu dirasakan setiap hari dan cukup
membuat resah warga.
Pembuangan limbah air secara sembarangan ke sungai seperti ini
sangatlah tidak baik untuk kelestarian lingkungan. Hal ini dapat di pidanakan
13

seperti yang tertulis dalam Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 98 ayat 1, yang berbunyi “setiap orang
yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya
baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00

(tiga

miliar

rupiah)

dan

paling

banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.6
Tindakan Home Industri Pengolahan Ikan Asin Ngabean Makmur Kendal
yang melakukan pencemaran lingkungan dengan membuang limbah air yang
mengandung B3 dapat dituntut dengan pasal 103 yang berbunyi “setiap orang
yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 59, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tahun) dan denda paling sedikit Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp 3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian penulis di Home
Industri Pengolahan Ikan Asin Ngabean Makmur Kendal adalah bahwa Industri
ini menimbulkan beberapa limbah yaitu Limbah padat, yang berupa sisik ikan,
kulit ikan, potongan daging ikan, insang atau saluran pencernaan. Lalu, limbah
cair, yang berupa darah, lender, dan air bekas cucian ikan. Dan juga, limbah
gas, yang berupa bau yang ditimbulkan karena adanya senyawa amonia,
hidrogen sulfda atau keton yang dihasilkan dari mulai pembelahan ikan, lalu
pengeluaran isi ikan, pencucian ikan, hingga penjemuran ikan.
Dalam hal ke-administrasiannya, industry ini dikatakan belum sempurna
karena masih banyak perizinan-perizinan yang belum dimiliki oleh industry ini.
Seperti contoh dalam izin Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) yang belum
6

Muhammad Ali Zaidan,“ Kebijakan Kriminal Kejahatan Terhadap Ideologi Negara di

Tengah
Pusaran Globalisasi” Volume 11,No. 2 (Tahun 2016): 242-243.
14

dimiliki sehingga mereka harus membuang limbah air cucian ikan ke sungai
dan menyebabkan pencemaran dalam hal kebersihan sungai dan juga baunya.
Penegakan hukum yang pantas untuk industry ini yaitu UU no. 32 tahun
2009 tentang Pengelolaan Lingkungan pasal 98 ayat 1, karena industry ini
telah

melanggar

peraturan

dimana

ia

melakukan

perbuatan

yang

mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, dipidana pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
sedikit

Rp3.000.000.000,00

(tiga

miliar

rupiah)

dan

paling

banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”. Lalu juga melanggar PP No.27
tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Pasal 2 ayat 1, karena industry ini belum
memiliki dan melengkapi perizinan lingkungannya.
Penulis juga memberikan suatu kesimpulan tambahan bahwa industry ini
sebaiknya bisa lebih baik lagi dalam

(potongan daging, insang, sisik, dan

saluran pencernaan ikan), atau dapat juga membuatnya sebagai bahan
campuran pakan ternak. Lalu untuk limbah airnya, sebaiknya air tersebut
diteliti dulu apakah mengandung zat yang berbahaya terhadap lingkungan juga
terhadap ekosistem bawah air apabila limbah tersebut dibuang ke sungai atau
laut.

Bisa

juga

membuat

sumur

resapan

yang

digunakan

sebagai

penampungan air limbah agar limbah air tersebut tidak mengotori dan
mencemari lingkungan. Lalu untuk limbah gas, bisa dikurangi baunya dengan
cara menurunkan pH limbah ikan dari 8,0 menjadi 6,0 dengan penambahan
HCl 0,1 N, menambahkan molases sebanyak 50 ml ke dalam 1,0 liter limbah
ikan, menginokulasi limbah ikan dengan 50 ml kultur bakteri asam laktat
dengan populasi 107 sel per ml. Kultur ini diinkubasi pada shaker dengan
memberikan aerasi secara terputus selang dua jam dengan dikocok pada 120
rpm. Bau busuk limbah ikan hilang dalam waktu lima hari.
Untuk hal ke-administrasiannya, industry ini sebaiknya melaporkan
berkas-berkas yang dibutuhkan untuk perizinan-perizinan lingkungan yang
terkait kepada pemerintah agar industrinya lebih dipercaya oleh masyarakat
dan juga terdaftar sebagai industry yang sudah mengantongi izin lingkungan
sehingga

pengelolaan

limbahnya

dapat

mencemari lingkungan lagi.

15

dimaksimalkan

sehingga

tidak

DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Muhammad. 2011. Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan
Pembangunan Lingkungan Hidup. Bandung: Refka Aditama;
Hardjasoemantri, Koesnadi. 2012. Hukum Tata Lingkungan.Yogyakarta: Gajah
Mada University Press;
Rahmadi,Takdir. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2014;
16

Sumartono,Gatot. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafka, 2004;
Silalahi,Daud. Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia.
Bandung: P.T. Alumni, 2014;
Supriyadi, Hukum Lingkungan di Indonesia sebuah pengantar. Jakarta: Sinar
Grafka, 2006).
Jurnal :
Ali, Mahrus. Fondasi Ilmu Hukum Berketuhanan : Analisis Filosofs Terhadap
Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi. Jurnal Pendecta. Vol. XI, No 2 ( Tahun 2016):
7
Handaru,Agung & Mardiyati Umi. “The Study Of Organization Behavior on
Fishery
Manufacture Industries Employees Performance”. Jurnal Dinamika
Manajemen. Jdm
Vol.V, No 2 (Tahun 2014) : 10
Ibrahim,Bustami.“Kaji Ulang Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri Hasil
Perikanan
Secara Biologis Dengan Lumpur Aktif.” Jurnal Teknologi Hasil Perikanan
VIII,No. 1
(Tahun 2005): 35-36.
Jazuli,Ahmad.“Dinamika Hukum Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
dalam Rangka
Pembangunan Berkelanjutan” Jurnal Rechts Vinding 4,No. 2 (Tahun
2015): 184.
Zaidan,Muhammad Ali.“ Kebijakan Kriminal Kejahatan Terhadap Ideologi
Negara di
Tengah Pusaran Globalisasi.” Volume 11,No. 2 (Tahun 2016): 242-243.

17