SEJARAH PEMIKIRAN UMAR BIN KHATAB.pdf

B I O D A T A

NAMA

: SUTRISNA TOPOWIRO

ALAMAT

: MANADO,SINGKIL 1

TTL

: ONGGUNOI,05 JUNI 2017

FAKULTAS

: TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PRODI

: PAI


SEMESTER

: V

NIM

: 15.2.3.062

NO HP

: 082188316374

SEJARAH PEMIKIRAN UMAR BIN
KHATAB

BAB I
PENDAHULUAN
A. KATA PENGANTAR
Sejarah mencatat, bahwa Nabi Muhammad SAW. bersama umat Islam selama 23 tahun

telah berhasil meletakkan dasar-dasar Islam yang sangat kokoh dan lebih dari itu membangun
fondasi peradaban Islam yang berpusat di Madinah Al-Munawwarah. Setelah Rasulullah wafat (12
Rabiul Awwal tahun 11 H/ 632 M), pada perkembangan berikutnya umat Islam mengalami fase
baru dengan terbentuknya sistem kekhalifahan Islam yang utama (Khulafa ar-Rasyidin) di bawah
kepemimpinan Abu Bakar As-Shiddiq, Khalifah Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib.
Nabi Muhammad SAW. tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan
beliau sebagai pemimpin umat Islam setelah beliau wafat. Beliau menyerahkan persoalan tersebut
kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah tidak lama setelah beliau
wafat, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul untuk memusyawarahkan siapa yang akan
dipilih menjadi pemimpin.
Salah satu sistem yang dikembangkan oleh Umar bin Khattab pada masa pemerintahannya
adalah ekspansi yang dilakukan secara besar-besaran dan pembaruan dalam sistem administrasi
negara. Sehingga menjadi kekuatan politik bagi pemerintahan Islam pada waktu itu. Sejarah
mencatat nama Umar bin Khattab sebagai pembangun peradaban Islam. Khalifah kedua setelah
Abu Bakar Ash-shiddiq ini adalah pendobrak dua kekuatan adidaya, Persia dan Romawi, yang
telah berabad-abad mencekeram dunia. Kecerdasan dan kehebatan Umar tidak saja dapat dilihat
dari jasa-jasanya, tapi juga dari kepribadiannya yang agung. Kondisi fisik dan kemampuannya
sangat menonjol menjadikan khalifah Umar mampu memikul tanggung jawab besar. Ia benarbenar telah melakukan pembaruan diberbagai bidang kehidupan.
Umar telah terbukti memiliki kualitas kepribadian yang agung yang mampu membawa

umat islam kepada kejayaan. Kehebatan Umar telah mendapat pengakuan dari berbagai kalangan,
baik yang beragama Islam maupun yang tidak.

Apa yang dilakukan Umar bin Kaattab merupakan langkah cemerlang, yang berhasil
membawa umat Islam mencapai kejayaan di bidang politik dan kesejahteraan dibidang sosial
ekonomi yang belum sempat dicapai pada masa pemerintahan Khalifah sebelum dan sesudahnya.
Dari uraian pada latar belakang di atas, maka pembahasan dalam makalah ini akan di
fokuskan pada pokok-pokok pembahasan, yaitu:

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Biografi Umar bin Khattab ?
2. Apa saja Kontribusi dan prestasi yang dicapai Khalifah Umar ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.

SEJARAH UMAR BIN KHATTAB
1. Biografi Umar Bin Khattab
Umar bin Khatab (583-644) memiliki nama lengkap Umar bin Khathab bin Nufail bin Abd


Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay, adalah khalifah
kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Ath-Thabari meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan di Makkah kira-kira empat tahun
sebelum perang Fijar dan dia tumbuh dengan sehat. Sedangkan Ibnu al-Atsir dalam Usul alGhabah meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan tiga belas tahun sesudah kelahiran Rasulullah
SAW. Umar adalah figur kefasihan dalam berbicara dan dalam balaghah, juga merupakan figur
ketegasan dalam menyatakan dan membela hak. Semasa kecil dia suka menggembala kambing
milik ayahnya, kemudian aktif berdagang ke Syam. Dia adalah seorang yang berasal dari keluarga
dimana kemuliaan pada zaman jahiliah bermuara kepada mereka, disamping sebagai duta besar
bagi puaknya pada masa itu.1 Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku bani ’Adi, yaitu salah
satu rumpun suku Quraisy yang terbesar di kota Mekkah dan dinilai mempunyai status strata sosial
tinggi saat itu.
Dari segi nasab, jika dihubungkan pada Rasulullah, Umar masih ada hubungan sanad yang
sambung, yaitu dari ’Adi, saudara laki-laki Murrah, kakek nabi Muhammad SAW yang kedelapan.
Ibu Umar bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin
Makhzum.2
Umar bin Khattab memiliki sifat yang tegas yang ia warisi dari bapaknya, selain itu beliau
adalah seorang pemimpin yang shaleh, adil, jujur dan sederhana serta selalu mendahulukan
kepentingan dan kemaslahatan orang banyak. Karakter-karakter tersebut menjadi modal utama
beliau dalam mensukseskan politik pemerintahannya.


1 Hasan, Ibrahim Hasan, Tarikh al Islam as siyasi wa ats tsaqafi wa al Ijtima, terj. H.A. Bahauddin, Sejarah
dan Kebudayaan Islam I, (Jakarta: Kalam Mulia , 2001), h. 402
2 Muhammad Husain Haekal, al-Faruq Umar (Cairo: Dar al-Ma’arif, 1977), h. 35

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis,
yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat
dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Umar bin Khatthab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi
Muhammad SAW.3 Peranan umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang paling
menonjol kerena perluasan wilayahnya, disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain.
Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui
kebenarannya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa jika tidak karena
penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Isalm belum tentu bisa berkembang
seperti zaman sekarang.4
Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat disayangi rakyatnya
karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar biasa pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya
adalah melakukan pengawasan langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan
rakyatnya.
Sebelum memeluk Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu mabukmabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan

mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi muslim,
ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan ayat tentang larangan
meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.5
2.

Masuknya Umar Bin Khattab Dalam Agama Islam

Kita ketahui sebelumnya bahwa Umar bin Khatthab dilahirkan di Mekkah dari keturunan
suku Quraish yang terpandang dan terhormat.6 Nabi ‘alaihis-salam memang ingin sekali Islam
dapat diperkuat dengan orang yang kuat dan berani, yang tidak takut menghadapi musuh dalam

3Amir Nuruddin, Ijtihad Umar bin Khatthab, (Jakarta : Rajawali Press, 1991), h. 136
4 Mahbub Junaidi, Seratus tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah, (Jakarta : Pustaka jaya, 1986),
h. 266
5 Muhammad Husein Haikal, Umar bin Khatthab, sebuah telaah mendalam tentang pertumbuhan islam
dan kedaulatannya dimasa itu, (Bogor : Pustaka Lintera AntarNusa, 2002), h. 2
6 Mukthar Yahya, Sejarah Kebudayaan Islam, Jilid I, (Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1994)

membela akidah. Karakter Umar bin Khattab sangat cocok dengan sosok yang diinginkan
Rasulullah. Sebelum menjadi muslim, beliau termasuk pemimpin Quraiys yang sangat gigih

menentang Islam. Oleh karena itu dengan masuknya beliau kedalam agama Islam sangat
berpengaruh terhadap kaum Quraiys. Apalagi Umar adalah salah seorang yang disegani di
kalangan kaum Quraiys, Umar adalah seseorang memiliki sifat yang tegas, keras, pemberani dan
fisik yang kuat dan juga kecerdasannya serta kemampuannya dalam berbicara, membaca dan
menulis, yang mana pada masa itu masih sangat langka menemukan orang yang mampu membaca
dan menulis. Dan ada salah satu orang yang berpengaruh juga pada masa itu yaitu pamannya Nabi
Muhammad ia adalah Umar Ibn Hisyam Abu Jahal yang dikenal dengan nama Abu Jahal.
Riwayat yang paling kuat yang mengkisahkan masuknya Umar dalam Agama islam iyalah
Do’a dari Rasulullah yaitu : “Ya Allah, agungkanlah Islam dengan salah satu dari dua lelaki yang
paling engkau cintai, Umar bin Khattab atau Umar Ibn Hisyam Abu Jahal”. Itulah sepenggal do’a
Rasulullah kepada Umar Bin Khattab dan Umar Ibn Hisyam Abu Jahal.
Sebelum Umar mendapat Hidayah untuk memeluk agama yang dibawah oleh Rasulullah,
Umar adalah seseorang yang paling gigih menentang Rasulullah. Dia menganggap bahwa Islam
adalah sesat dan kegilaan yang menentang kepercayaan agama nenek moyang mereka. Sehingga
dia sangat memusuhi Nabi Muhammad. Dengan berbagai cara Umar menentang ajaran yang
dibawa oleh Rassulullah.
Suatu ketika Umar megatakan kepada orang-orang bahwa dia akan membunuh Rasulullah.
Seorang pemuda yang gagah perkasa ini berjalan dengan langkah yang mantap mencari Nabi
hendak ingin dibunuhnya. Ia sangat membenci Nabi, dan agama baru yang dibawanya. Di tengah
perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang bernama Naim bin Abdullah yang menanyakan

tujuan perjalanannya. Kemudian diceritakannya niatnya itu. Dengan mengejek, Naim mengatakan
agar ia lebih baik memperbaiki urusan rumah tangganya sendiri terlebih dahulu. Maka ia pun
mendatangi Muhammad yang sedang berada di tengah-tengah para sahabatnya di Darul Arqam di
Safa, atau mengikutinya dalam perjalanan pulang dari tempat ia salat di Ka’bah ke rumahnya.

Setelah ditanya oleh Rasulullah : Apa maksud kedatanganmu?! Tanpa ragu ia menjawab :
“Kedatangan saya hendak beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah.7
Dalam riwayat yang lain salah satu sebab Umar bin Khatthab masuk islam yang mana
sumber-sumber menyebutkan bahwa Umar memang sangat sedih karena sesama anggota
masyarakatnya telah pergi meninggalkan tanah air, sesudah mereka disiksa dan dianiaya. Selalu ia
memikirkan hendak mencari jalan untuk menyelamatkan mereka dari keadaan demikian. Ia
berpendapat keadaan ini baru akan dapat diatasi apabila ia segera mengambil tindakan tegas.
Ketika itulah ia mengambil keputusan akan membunuh Muhammad. Selama ia masih ada, Quraisy
tak akan bersatu.
Maka Suatu pagi ia pergi dengan pedang terhunus di tangan hendak membunuh Rasulullah dan
beberapa orang sahabatnya yang sudah diketahuinya mereka sedang berkumpul di Darul Arqam
di Safa.
Jumlah mereka hampir empat puluh orang laki-laki dan perempuan. Sementara dalam
perjalanan itu ia bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah yang laiu menanyakan: “Mau ke mana?”
dan dijawab oleh Umar: “Saya sedang mencari Muhammad, itu orang yang sudah meninggalkan

kepercayaan leluhur dan memecah belah Quraisy, menistakan lembaga hidup kita, menghina
agama dan sembahan kita. Akan saya bunuh dia!”. “Anda menipu diri sendiri, Umar. Anda kira
Abdu-Manaf akan membiarkan Anda bebas berjalan di bumi ini jika sudah membunuh
Muhammad? Tidakkah lebih baik Anda pulang dulu menemui keluargamu dan luruskan mereka!”
“Keluarga saya yang mana?” Anda Sa’id bin Zaid bin Amr, dan adikmu Fatimah binti Khattab.
Kedua

mereka

sudah masuk Islam dan menjadi pengikut Muhammad. Mereka itulah yang harus Anda hadapi.”
Umar kembali pulang hendak menemui adik perempuannya dan Iparnya dengan kemarahan.
Ketika itu di sana ada Khabbab bin al-Arat yang sedang memegang lembaran-lembaran Qur’an
membacakan kepada mereka Surah Toha. Begitu mereka merasa Umar datang, Khabbab
bersembunyi di kamar mereka dan Fatimah menyembunyikan kitab itu. Setelah berada dekat dari
rumah itu ia masih mendengar bacaan Khabbab tadi, dan sesudah masuk langsung ia menanyakan:

7 Muhammad Husein Haikal, h. 31

“Saya mendengar suara bisik-bisik apa itu?” “Saya tidak mendengar apa-apa,” Fatimah menjawab.
“Tidak!” kata Umar lagi, “Saya sudah mendengar bahwa kamu berdua sudah menjadi pengikut

Muhammad dan agamanya!” Ia berkata begitu sambil menghantam Sa’id bin Zaid keras-keras.
Fatimah, yang berusaha hendak melindungi suaminya, juga mendapat pukulan keras. Melihat
tindakan Umar yang demikian, mereka berkata: “Ya, kami sudah masuk Islam, dan kami beriman
kepada Allah dan kepada Rasul-Nya. Sekarang lakukan apa saja sekehendak Anda!” Melihat darah
di

muka

adiknya

itu Umar merasa menyesal, dan menyadari apa yang telah diperbuatnya. “Ke marikan kitab yang
saya dengar kalian baca tadi,” katanya. “Akan saya lihat apa yang diajarkan Muhammad!” Fatimah
berkata: “Kami khawatir akan Anda sia-siakan.” “Jangan takut,” kata Umar. Lalu ia bersumpah
demi dewa-dewanya bahwa ia akan mengembalikannya bilamana sudah selesai membacanya. Lalu
Umar membaca Surah At-Toha yang dibaca oleh adiknya : “Bahwa ini sungguh perkataan Rasul
yang mulia. Itu bukanlah perkataan seorang penyair; sedikit sekali kamu percaya!” “Juga bukan
perkataan seorang peramal; sediklt sekali kamu mau menerima peringatan. (lni adalah wahyu)
yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Dan kalau dia mengada-adakan perkataan atas nama
Kami, pasti Kami tangkap dia dengan tangan kanan, kemudian pasti Kami potong pembuluh
jantungnya.


Maka

tak

seorang

pun

dari

kamu

dapat

mempertahankannya.” Kitab itu diberikan oleh Fatimah. Sesudah sebagian dibacanya, ia berkata:
“Sungguh indah dan mulia sekali kata-kata ini!” Mendengar kata kata itu Khabbab yang sejak tadi
bersembunyi keluar dan katanya kepada Umar: “Umar, demi Allah saya sangat mengharapkan
Allah akan memberi kehormatan kepada Anda dengan ajaran Rasul-Nya ini. Kemarin saya
mendengar ia berkata: ‘Allahumma ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abul-Hakam bin Hisyam
atau dengan Umar bin Khattab.’ Berhati-hatilah, Umar!'” Ketika itu Umar berkata: “Khabbab,
antarkan saya kepada Muhammad. Saya akan menemuinya dan akan masuk Islam,” dijawab oleh
Khabbab dengan mengatakan: “Dia dengan beberapa orang sahabatnya di sebuah rumah di Safa.”
Umar mengambil pedangnya dan pergi langsung mengetuk pintu di tempat Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya berada.
Mendengar suaranya, salah seorang di antara mereka mengintip dari celah pintu. Dilihatnya
Umar yang sedang menyandang pedang. ia kembali ketakutan sambil berkata: “Rasulullah, Umar
bin Khattab datang membawa pedang. Tetapi Hamzah bin Abdul-Muttalib menyela: “Izinkan dia
masuk. Kalau kedatangannya dengan tujuan yang baik, kita sambut dengan baik; kalau bertujuan

jahat, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri. Ketika itu Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata: “Izinkan dia masuk.” Sesudah diberi izin Rasulullah berdiri menemuinya di sebuah
ruangan. Digenggamnya baju Umar kemudian ditariknya kuat-kuat seraya katanya: “Ibn Khattab,
apa maksud kedatanganmu? Rupanya Anda tidak akan berhenti sebelum Allah mendatangkan
bencana kepada Anda!” “Rasulullah,” kata Umar, “saya datang untuk menyatakan keimanan
kepada Allah dan kepada Rasul-Nya serta segala yang datang dari Allah.” Ketika itu juga
Rasulullah bertakbir, yang oleh sahabat-sahabatnya sudah dipahami bahwa Umar masuk atau
memeluk Agama Islam.8

3.

Masa Kekhalifahan Umar Bin Khattab

Sebelum Abu Bakar meninggal, ditunjuklah Umar bin Khattab sebagai penggantinya.
Menurutnya hanya Umar bin Khattablah yang mampu untuk meneruskan tugas kepemimpinan
umat Islam yang waktu itu berada pada saat-saat yang paling menentukan dalam sejarahnya yang
akan mempengaruhi keberadaan Islam dan umatnya yang masih muda usianya, khususnya dengan
banyaknya penaklukan-penaklukan umat Islam.9
Sebelum Abu Bakar memutuskan untuk menetapkan Umar bin Khattab sebagai
penggantinya, terlebih dahulu beliau berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat yang datang
menjenguknya, antara lain : Abd al-Rahman bin Auf, Usman bin Affan, Usaid bin Hudlair alAnshary, Said bin Zaid dan lain-lain dari kaum Muhajirin dan Anshar. Ternyata mereka tidak
keberatan atas maksud Khalifah untuk mencalonkan Umar bin Khattab sebagai penggantinya.10
Melihat kondisi umat Islam waktu itu, penunjukan Abu Bakar terhadap Umar sebagai
penggantinya merupakan pilihan yang sangat tepat. Umar adalah seorang yang berkharisma tinggi,
dan mempunyai sifat yang adil amat disegani terutama terhadap orang yang mengenalnya. Salah
satu bukti atas besarnya kharisma dan keadilan

Umar dihadapan pengikutnya adalah

kebijaksanaannya ketika memecat Khalid bin Walid yang digelari Rasulullah saw dengan gelar

8 Muhammad Husein Haikal, h. 27
9 Yunus Ali al-Muhdhar, Kehidupan Nabi Muhammad SAW dan Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib,
(Semarang: Asy-Syifa, 1992), h. 554
10 Tim Penyusun Textbook Sejarah dan Kebudayaan Islam Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama RI, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid I (Ujungpandang:IAIN Alauddin, 1982),
h. 53

pedang Allah yang amat dikagumi kawan maupun lawan. Pemecatan itu sendiri dilakukan sewaktu
umat Islam sangat membutuhkan seorang panglima perang sehebat Khalid bin Walid. Tunduknya
Khalid kepada kebijakan Umar itu menunjukkan betapa hebatnya kharisma Umar bin Khattab di
mata kaum muslimin.11
Umar yang namanya dalam tradisi Islam adalah yang terbesar pada masa awal Islam setelah
Muhammad SAW. telah menjadi idola para penulis Islam karena keshalehan, keadilan dan
kesederhanaannya. Mereka juga mengannggapnya sebagai personifikasi semua nilai yang harus
dimiliki oleh seorang khalifah. Wataknya yang yang terpuji menjadi teladan bagi para
penerusnya.12
Para ilmuwan Barat pun mengakui ketokohan Umar bin Khattab dalam panggung sejarah
Islam. Michael H. Hart menempatkannya pada urutan ke-51 dari seratus tokoh yang dianggap
sangat berpengaruh di dunia.13
Meskipun pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah merupakan fenomena yang
baru yang menyerupai penobatan putra mahkota, tetapi harus dicatat bahwa proses peralihan
kepemimpinan tersebut tetap dalam bentuk musyawarah yang tidak memakai sistem otoriter.
Sebab Abu Bakar tetap meminta pendapat dan persetujuan dari kalangan sahabat Muhajirin dan
Anshar.
4. Wafatnya Umar Bin Khatab
Banyak keputusan-keputusan baru yang harus diambil oleh oleh khalifah ke-II Umar Bin
Khattab (634-644 M). Penyebaran agama Islampun dilaksanakan seiring dengan perluasan
wilayah Islam. Banyak orang yang takluk dibawah Islam memeluknya sebagai agama meskipun
ada sebahagian dari mereka yang membenci Islam ataupun bangsa Arab yang merupakan penjajah.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat
ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia
ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz)

11 Kisah pemecatan Khalid bin Walid lebih jelasnya dapat dilihat pada tulisan Abbad Mahmud
Aqqad dalam kitabnya Abqariayh Umar .
12 Philip K. Hitti, History of The Arab, terj. R.CecepLukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, edisi revisi
(Jakarta: Serambi Limu Semsta, 2008), h. 218-219
13 Michael H. Hurt, The 100, A Ranking of The Most Influencial Persons in History, terj. Mahbub Junaidi
dengan judul Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), h. 264

terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara
adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat,
jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan

B. KONTRIBUSI SERTA PRESTASI PADA MASA PEMERINTAHAN KHALIFAH
UMAR BIN KHATTAB
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri
masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia
dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi.
Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada jaman Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia
Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas
pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Masa kekhalifahan Abu BakaR.
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih
Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa
kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi.
Namun

keduanya

mencatat

banyak

telah
pertempuran

ditaklukkan

islam

pada

besar

menjadi

awal

yang

jaman
penaklukan

UmaSejarah
ini.

Pada

pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu
pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri
kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.14
Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia
dalam jumlah yang lebih besar pada pean Qadisiyyah ( 636), di dekat sungai Eufrat. Pada

14 Muhammad Husein Haikal, h. 40

pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan
Sassanid dan berhasil membunuh jenderal
tahun
yang

Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad. Pada

637,
lama

terhadap

Yerusalem,

setelah
pasukan

Islam

pengepungan

akhirnya

mengambil

alih

kota

tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan
diundang

untuk

salat

di

dalam

gereja

(Church

of

the

Holy

Sepulchre).

Umar

memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55
tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat
kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan.
Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun
638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari gaya
hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di
zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat
kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai
dihitung saat peristiwa hijrah.
Ada beberapa prestasi yang dicapai ummar yaitu ekspansi wilayah, perkembangan peradaban
Islam pada masa khalifah Umar bin Khtthab, yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu
pengetahuan, sosial, seni, dan agama.

1. Perkembangan Politik
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam keadaan stabil, usaha
perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Karena perluasan daerah terjadi
dengan cepat, Umar Radhiallahu „anhu segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh
administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Perluasan penyiaran Islam ke Persia
sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh

Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit tantangan yang dihadapinya bahkan sampai
menjadi peperangan.15
Pada periode Khalifah Umar (634-644 M), peta Islam meluas di Timur sampai perbatasan
India dan sebagian Asia Tengah di Barat sampai Afrika Utara. Setelah memangku jabatan
kekhalifahan, Umar melanjutkan kebijakan perang yang telah dimulai oleh Abu Bakar untuk
menghadapi tentara Sasania maupun Byzantium baik di front Timur ( Persia ), Utara (Syam)
maupun di Barat (Mesir). Ada beberapa sebab ekspansi Umar Bin Khattab ke wilayah-wilayah
tersebut di antaranya :
a. Letak geografis Persia, Syam, Iraq maupun Mesir adalah wilayah perbatasan dengan
pemerintahan Islam. Daerah Byzantium terletak sebelah barat laut dari Arab terdiri dari
Syiria, Palestina, Yordania, dan Mesir. Mereka, sejak awal, memiliki hubungan yang
kurang harmonis dengan bangsa Arab.
b. Pada saat itu, Sungai Nil (Mesir) dan Mesopotamia merupakan lahan yang subur. Jika
dibandingkan dengan keadaan di Arab yang gersang dan tandus, maka hal ini menarik
keinginan para prajurit Islam untuk menguasai wilayah tersebut sebagai sentrum
perjuangan dakwah di luar Jazirah Arab.
c. Damaskus pada saat itu merupakan kota penting. Damaskus dijadikan kota dan jalur
perdagangan internasional.16
Di antara sebab-sebab yang membuat ekspansi Islam ke luar daerah Semenanjung
Arabia demikian cepat adalah hal-hal berikut :17
-

Ajaran-ajaran Islam mencakup kehidupan didunia dan akhirat.

-

Keyakinan yang mendalam di hati para sahabat tentang kewajiban menyampaikan
ajaran-ajaran Islam ke seluruh daerah.

-

Kekaisaran Persia dan Byzantium dalam keadaan lemah

-

Islam tidak memaksa rakyat di wilayah perluasan untuk mengubah agamanya.

15 Arif Setiawan, Islam dimasa Umar bin Khatthab, jakarta : Hijri Pustaka, 2002, h. 4
16M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2014,
h. 85
17 Harun Nasution , Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta:UI Press, 2001, h. 52

-

Rakyat di wilayah tersebut memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka
daripada Byzantium.

-

Wilayah perluasan adalah daerah yang subur. Untuk pengelolaan wilayah perluasan,
Umar membawa transformasi penakluk arab menjadi sebuah kelompok elite militer
untuk bertugas menjalankan penaklukan berikutnya, dan untuk membentengi wilayahwilayah yang telah ditundukkan. Mereka sama sekali tidak terlihat sebagai pekerja atau
profesi dari pekerjaan penduduk setempat, juga tidak sebagai pemilik tanah atau
sebagai petani untuk mencegah penyerbuan Badui secara semena-mena. Satu
keterkaitan antara perluasan dan pengelolaan wilayah kekuasaan dengan masuk
Islamnya penduduk di wilayah-wilayah tersebut adalah sikap toleransi dari kaum
Muslimin dan mereka mendapatkan perlakuan yang baik. Mereka hidup lebih aman
dan damai di bawah perlindungan pemerintahan Islam dibandingkan ketika mereka
hidup dibawah tekanan kekuasaan hegemoni Byzantium dan Sasania, sehingga mereka
masuk Islam dengan kemauan sendiri tanpa adanya paksaan dari kaum muslimin.

2. Pengelolaan Kas Negara
Pada masa Rasulullah SAW dan Abu Bakar, kekuasaan bersifat sentral (eksekutif,
legislatif, dan yudikatif terpusat pada pemimpin tertinggi), sedangkan pada masa Umar, lembaga
yudikatif dipisahkan dengan didirikannya lembaga pengadilan. Diantara kebijakan yang dilakukan
umar adalah menata pemerintahan dengan membentuk departemen-departemen (diwan),
mengadopsi model persia. Misalnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban dibentuk jawatan
kepolisian dan juga jawatan pekerjaan umum. Tugas diwan adalah menyampaikan perintah
dari pemerintah pusat ke daerah-daerah dan menyampaikan laporan tentang perilaku dan
tindakan-tindakan penguasa daerah kepada khalifah.18
Wilayah negara pada masa pemerintahannya dibagi menjadi delapan provinsi, yaitu :
Mekkah, Madinah, Syria, Jazirah, Bashrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Tujuannya adalah untuk
melancarkan hubungan antar daerah. Untuk mengelola keuangan negara didirikan Baitul Mal.

18 Siti Maryam (ed.) dkk. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, Yogyakarta: LESFI
2004 h.47

Mata uang telah ditempa sendiri pada masanya. Kemudian untuk mengenang peristiwa
hijrah ditetapkan peristiwa tersebut sebagai awal tahun hijriah.19
3. Penataan Birokrasi Pemerintahan
Masa Khalifah Umar lembaga yudikatif sudah berdiri sendiri, terpisah dari eksekutif dan
legislatif. Ia memisahkan kekuasaan yudikatif di Madinah dari kekuasaannya, dan untuk itu ia
mengangkat Abu ad- Darda‟ yang diberi gelar Qadi (Hakim). Dalam pemerintahan Umar terjadi
banyak perubahan, ia membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna tanpa memperoleh
contoh sebelumnya, sehingga ia pantas mendapatkan julukan “Peletak Dasar /Pembangun Negara
Modern”.
Hal-hal penting sebagai prasyarat bagi suatu bentuk pemerintahan yang demokratis sudah
mulai diletakkan. Dalam masa pemerintahannya terdapat dua lembaga penasehat, yaitu majelis
yang bersidang atas pemberitahuan umum dan majelis yang hanya membahas masalah-masalah
yang penting. Wilayah negara terdiri dari provinsi-provinsi yang berotonomi penuh,
kepala pemerintahan provinsi bergelar Amir. Di setiap provinsi tetap berlaku adat kebiasaan
setempat selama tidak bertentangan dengan aturan pemerintah pusat.Para Amir (gubernur)
provinsi dan para pejabat distrik sering diangkat melalui pemilihan. Pemerintahan Umar menjamin
hak setiap orang dan orang-orang menggunakan kemerdekaannya dengan seluas-luasnya. Khalifah
tidak memberikan hak istimewa tertentu. Tidak seorangpun memperoleh pengawal, tidak ada
istana dan pakaian kebesaran, baik untuk khalifah sendiri maupun bawahan-bawahannya. Tidak
ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, setiap waktu mereka dapat dihubungi oleh rakyat. Agar
mekanisme pemerintahan berjalan lancar, dibentuk organisasi negara Islam yang pada garis
besarnya sebagai berikut :
a) An-Nidham As-Siyasy (Organisasi Politik), yang mencakup :


Al-Khilafat : terkait dengan cara memilih khalifah



Al-Wizariat : para wazir (menteri) yang bertugas membantu khalifah dalam urusan
pemerintahan.



Al-Kitabat : terkait dengan pengangkatan orang untuk mengurusi sekretariat negara.

19 M. Abdul Karim, h. 86

b) An-Nidham Al-Idary : organisasi tata usaha/administrasi negara, saat itu masih sangat
sederhana.
c) An-Nidham Al-Maly : organisasi keuangan negara, mengelola masalah keluar masuknya
uang negara. Untuk itu dibentuk baitul mal.
d) An-Nidham Al-Harby : organisasi ketentaraan yang meliputi susunan tentara, urusan gaji
tentara, urusan persenjataan, pengadaan asrama-asrama dan benteng- benteng pertahanan.
e) An-Nidham

Al-Qadla’i

:

organisasi

kehakiman

yang

meliputi

masalah-

masalah pengadilan.20
Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan yang dihasilkan oleh pemikiran keras Umar
bin Khattab ini diperoleh setelah berhasil memadukan sistem yang ada di daerah perluasan
dengan kebutuhan masyarakat yang sudah mulai berkembang pada saat itu.

4. Pemberlakuan Ijtihad
Tatkala islam mulai meluas ke Syam, Mesir, Persia, dll. Timbullah berbagai macam
kesulitan dan masalah- masalah yang belum pernah ditemui oleh kaum Muslimin. Umar bukan
saja menciptakan peraturan- peraturan baru, tetapi juga memperbaiki dan mengadakan perubahan
terhadap peraturan yang telah ada, bila memang peraturan itu perlu diperbaiki dan diubah. Umar
bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru, tetapi juga memperbaiki dan mengadakan
perubahan terhadap peraturan yang telah ada, bilamana peraturan itu memang harus diperbaiki
dan diubah. Misalnya peraturan yang telah berlaku bahwa kaum muslim diberi hak menguasai
tanah dan segala sesuatu yang didapat dengan berperang, Umar mengubah-nya bahwa tanah itu
harus tetap di tangan pemiliknya semula tetapi dikenai pajak tanah (kharaj). Di antara ijtihadnya
di bidang hukum yang cukup spektakuler yaitu:


tidak melaksanakan hukuman potong tangan terhadap pencuri yang terpaksa mencuri demi
membebaskan dirinya dari kelaparan.



menghapuskan bagian zakat bagi para muallaf (orang yang dibujuk hatinya karena baru
masuk Islam).

20 Siti Maryam (ed.) dkk, h. 50



menghapuskan hukum mut’ah (kawin kontrak) yang semula diperbolehkan dan sampai
sekarang masih diakui oleh orang-orang Syi’ah Itsna „Asyariyah.
Dengan melaksanakan ijtihad, Umar hanya ingin memberikan tuntunan dan pengertian

bahwa ajaran Islam itu tidak kaku, tapi bisa lentur dan luwes sesuai dengan perkembangan zaman
dan permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengacu pada substansi ajaran yang ada dalam alQur‟an dan al-Hadits.
5. Perkembangan Ekonomi
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, dan setelah Khalifah Umar mengatur
administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
Pada masa ini juga mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.
Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan
pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun
hijiah. Dan menghapuskan zakat bagi para Mu’allaf.21 Ada beberapa kemajuan dibidang ekonomi
antara lain :
 Al kharaj
Kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang didapat dengan
berperang. Umar mengubah peraturan ini, tanah-tanah itu harus tetap dalam tangan pemiliknya
semula, tetapi bertalian dengan ini diadakan pajak tanah (Al kharaj).
 Ghanimah
Pada pembahasan konsep pajak al-Ghanimah ini sendiri sebenarnya berkaitan erat dengan
kebijakan ekonomi Khalifah Umar bin Khattab, Pada masa Umar ini pulalah mulai diatur dan
ditertibkan tentang pembayaran gaji dan pajak tanah. Terkait dengan masalah pajak, Umar
membagi warga negaranya dalam dua kelompok yaitu muslim dan non muslim (dzimmy). Bagi
muslim diwajibkan untuk membayar zakat, sedangkan bagi non muslim dipungut kharaj (pajak
tanah) dan jizyah (pajak kepala). Bagi muslim diberlakukan hukum islam, bagi non muslim
diperlakukan hukum menurut agama atau adat mereka masing-masing. Seluruh kebijakan yang

21 Shiddiqi, Nourouzzaman, h. 55

dilaksanakan, pada hakekatnya merupakan upaya mengkonsolidasikan bangsa Arab dan melebur
suku-suku Arab ke dalam satu bangsa.
Ketika wilayah kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak dan Syria serta Mesir
sudah barang tentu yang menjadi persoalan adalah pembiayaan, baik yang menyangkut biaya rutin
pemerintah maupun biaya tentara yang terus berjuang menyebarkan Islam ke wilayah tetangga
lainnya. Oleh karena itu, dalam kontek ini Ibnu Khadim mengatakan bahwa institusi perpajakan
merupakan kebutuhan bagi kekuasaan raja yang mengatur pemasukan dan pengeluaran.22
Kebijakan Umar yang lain dalam hal pengelolaan kas negara adalah Umar menerapkan
pajak perdagangan (bea cukai) yang bernama al-„Ushur, Ia mengadopsi sistem ini ketika ia
mendapat laporan bahwa apabila pedagang Arab datang ke Byzantium, maka pedagang tersebut
ditarik pajak 10% dari barang yang dijual. Sementara itu bagi dzimmi yang berada di dalam negeri
dikenakan sebesar 5%, sedangkan bagi orang Islam membayar 2,5% dari harga barang dagangan.
Umar juga mengeluarkan beberapa kebijakan yang inovatif yang tidak terdapat pada periode
sebelumnya, misalnya demi keamanan, menjaga kualitas/mutu tentara Arab, produksi panen yang
memadai, menghindari negara dari kerugian pajak 80%, keadilan, menghindari diskriminasi Arab
dan non-Arab, khalifah melarang transaksi jual beli tanah bagi orang Arab di luar Arab. al-Mal
al-Ghanimah selama pemerintahannya dibagikan kepada kepala negara sebesar 20% dan tentara
80%, Umar memasukkannya ke kas negara.23
Dalam al-Mal al-Ghanimah yang dulunya 4/5 dimiliki oleh tentara dan sisanya disebut alKhums bagi kepala Negara dirubah dan dimasukkan ke kas Negara, sebagai solusi guna mengatasi
gejolak keuangan, ia member gaji tetap kepada tentara dan pensiun kepada seluruh sahabat Nabi.
Maka sejak Umar terbentuklah regular armyyang tinggal di berbagai barak di sekitar daerah
kekuasaan Islam. Upaya kebijakan khalifah tersebut dilakukan guna menjaga kualitas/mutu tentara
Arab karena mendapat bayaran tetap dan tidak tergiur akan ketamakan harta yang lebih melimpah
, produksi panen yang memadai karena rakyat tentram dan tidak terganggu, menghindari kerugian
pajak Negara 80% dan menghindari diskriminasi Arab dan Non-Arab.
 Pemerataan zakat

22 Muhammad Husein Haikal, h. 45
23 M. Abdul Karim, h. 87

Khalifah Umar bin Khatab juga melakukan pemerataan terhadap rakyatnya dan meninjau
kembali bagian-bagian zakat yang diperuntukkan kepada orang-orang yang diperjinakan hatinya
(al-muallafatu qulubuhum).

 Lembaga Perpajakan
Ketika wilayah kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak dan Syria serta Mesir
sudah barang tentu yang menjadi persoalan adalah pembiayaan, baik yang menyangkut biaya rutin
pemerintah maupun biaya tentara yang terus berjuang menyebarkan Islam ke wilayah tetangga
lainnya. Oleh karena itu, dalam kontek ini Ibnu Khadim mengatakan bahwa institusi perpajakan
merupakan kebutuhan bagi kekuasaan raja yang mengatur pemasukan dan pengeluaran.24
Sebenarnya konsep perpajakan secara dasar berawal dari keinginan Umar untuk mengatur
kekayaan untuk kepentingan rakyat. Kemudian secara tehnis beliau banyak memperoleh masukan
dari orang bekas kerajaan Persia, sebab ketika itu Raja Persia telah mengenal konsep perpajakan
yang disebut sijil, yaitu daftar seluruh pendapatan dan pengeluaran diserahkan dengan teliti kepada
negara. Berdasarkan konsep inilah Umar menugaskan stafnya untuk mendaftar pembukuan dan
menyusun kategori pembayaran pajak.
Diantara ringkasan singkat tentang fiqih ekonomi pada masa Umar sebagaimana tercantum
di dalam sebagai berikut:


Memberikan lahan tanah kosong yang tidak ada pemiliknya kepada rakyat untuk
dijadikan lahan produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.



Mempekerjakan tawanan yang memiliki keterampilan dan mengizikakannya untuk tinggal
di Madinah



Umar sangat memotifasi aktifitas perdagangan pada masanya



Memperhatikan aktifis pengajar dengan memberikannya aji



Menghimbau kepada rakyatnya untuk senantiasa melakukan kegiatan yang produktif



Umar memberikan pinjaman modal kepada rakyatnya yang tidak memiliki modal usaha



Ketika mereka tidak mampu bekerja Khalifah sendiri yang turun tangan untuk membantu
mereka bekera

24 Muhammad Husein Haikal, h. 45



Menghimbau kepada para hamba sahaya untuk berdagang dan hasilnya digunakan untuk
membayar angsuran untuk memerdekakan diri mereka



Beliau juga menghimbau sanak keluarganya untuk berproduksi



Umar bukan hanya menghimbau rakyatnya untuk berproduksi, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Aisyah r.a “Ketika Umar sebagai khlifah, dia dan keluarganya makan
dari baitul maal, dan dia bekerja dalam hartanya sendiri’’.25

6. Perkembangan pengetahuan
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang sangat berpengaruh tidak
diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari khalifah dan dalam waktu yang terbatas.
Jadi kalau ada diantaa umat Islam yang ingin belajar hadis harus perdi ke Madinah, ini berarti
bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di
Madinah. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar jazirah Arab, nampaknya khalifah
memikirkan pendidikan Islam didaerah-daerah yang baru ditaklukkan itu. Untuk itu Umar bin
Khatab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota,
hendaknya mereka mendirikan Mesjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab merupakan seorang
pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan
pendidikan di mesjid-mesjid dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk
tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur’an dan ajaran Islam
lainnya seperti fiqh kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Diantara sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khatab ke daerah adalah
Abdurahman bin Ma’qal dan Imran bin al-Hashim. Kedua orang ini ditempatkan di Basyrah.
Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Adapun
metode yang mereka pakai adalah guru duduk dihalaman mesjid sedangkan murid melingkarinya.
Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar,
karena mereka yang baru menganut agama Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabatsahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu
dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam. Gairah menuntut ilmu
agama Islam ini yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin keagamaan.

25 Muhammad Husein Haikal, h. 52

Pada masa khalifah Umar bin Khatab, mata pelajaran yang diberikan adalah membaca dan
menulis al-Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama Islam. Pendidikan pada
masa Umar bin Khatab ini lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan
untuk belajar bahasa Arab juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah
yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam.
Oleh karena itu pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab.
Berdasarkan hal diatas penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan pendidikan dimasa
khalifah umar bin khatab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam
keadaan stabil dan aman, ini disebabkan, disamping telah ditetapkannya mesjid sebagai pusat
pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi
yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis dan pokok ilmu-ilmu lainnya.
7. Perkembangan Sosial
Pada masa Khalifah Umar ibn Khatthab ahli al-dzimmah yaitu penduduk yang memeluk
agama selain Islam dan berdiam diwilayah kekuasaan Islam. Al-dzimmah terdiri dari pemeluk
Yahudi, Nasrani dan Majusi. Mereka mendapat perhatian, pelayanan serta perlindungan pada masa
Umar. Dengan membuat perjanjian, yang antara lain berbunyi ;
Keharusan orang-orang Nasrani menyiapkan akomodasi dan konsumsi bagi para tentara Muslim
yang memasuki kota mereka, selama tiga hari berturut-turut.
Pada masa umar sangat memerhatikan keadaan sekitarnya, seperti kaum fakir, miskin dan
anak yatim piatu, juga mendapat perhatian yang besar dari umar ibn Khathab.
8. Perkembangan Agama
Di zaman Umar Radhiallahu ‘anhu gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan)
pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah
tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan
Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan
‘Amr ibn ‘Ash Radhiallahu ‘anhu dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash
Radhiallahu ‘anhu. Iskandariah/Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan
demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq,
jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh
pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa
kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia,

Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Dalam kata lain. Islam pada zaman
Umar semakin berkembang.

BAB III
PENUTUP

-

Umar bin Khatab (583-644) memiliki nama lengkap Umar bin Khathab bin Nufail bin Abd
Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay, adalah
khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ibu Umar bernama Hantamah
binti Hasyim bin al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, Umar Umar
dilahirkan di kota Mekkah dari suku bani ’Adi, yaitu salah satu rumpun suku Quraisy yang
terbesar di kota Mekkah dan dinilai mempunyai status strata sosial tinggi saat itu.

-

Umar memeluk islam berawal dari do’anya Rasulullah, dari riwayat yang lain mengatakan
bahwa sebab umar masuk islam adalah ketika adiknya memberikan lembaran Al-Qur’an
yang dibaca oleh adiknya.

-

Umar menjadi khalifah ditunjuk langsung oleh Khalifah sebelumnya tetapi semua itu
melalui diskusi bersama tokoh-tokoh pada masa itu

-

Kontribusi serta prestasi yang dicapai Khalifah Umar bin Khattab antara lain yaitu,
perluasan wilayah, pembanguna-pembangunan berupa masjid, dan mengembangkan
beberapa bidang juga seperti bidang politik, agama, sosial, pengetahuan, dan ekonomi.

-

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada
saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah
Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu
Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia,

DAFTAR PUSTAKA
Al-Muhdhar Yunus Ali, 1992 Kehidupan Nabi Muhammad SAW dan Amirul Mu’minin Ali bin
Abi Thalib, Semarang: Asy-Syifa.
Arif Setiawan, 2002 Islam dimasa Umar bin Khatthab, Jakarta : Hijri Pustaka
Departemen Agama, 1993 Ensiklopedi Islam, jakarta : Depaq, jilid ke III
Haekal Muhammad Husain, 1977 al-Faruq Umar Cairo: Dar al-Ma’arif
Haikal Muhammad Husein, 2002 Umar bin Khatthab, sebuah telaah mendalam tentang
pertumbuhan islam dan kedaulatannya dimasa itu, Bogor : Pustaka Lintera AntarNusa
Hasan Hasan Ibrahim, 2001 Tarikh al Islam as siyasi wa ats tsaqafi wa al Ijtima, terj. H.A.
Bahauddin, Sejarah dan Kebudayaan Islam I, Jakarta: Kalam Mulia
Hitti K. Philip, 2008 History of The Arab, terj. R.CecepLukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi,
edisi revisi Jakarta: Serambi Limu Semsta,
Hurt Michael H., The 100, 1983 A Ranking of The Most Influencial Persons in History, terj.
Mahbub Junaidi dengan judul Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah,
Jakarta: Pustaka Jaya
Junaidi Mahbub, 1986 Seratus tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah, Jakarta : Pustaka
jaya
Karim M. Abdul, 2014 Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher
Nasution Harun, 2001 Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta:UI Press
Nourouzzaman Shiddiqi, 1996 Jeram-jeram Peradaban Muslim, Pustaka Pelajar
Nuruddin Amir, 1991 Ijtihad Umar bin Khatthab, Jakarta : Rajawali Press
Siti Maryam (ed.) dkk. 2004 Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,
Yogyakarta: LESFI
Tim Penyusun Textbook Sejarah dan Kebudayaan Islam Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 1982 Sejarah dan Kebudayaan Islam
Jilid I Ujung pandang :IAIN Alauddin
Yahya Mukhtar, 1994 Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna,