ANALISIS DAMPAK PROGRAM BANSOS UT 2011 2

ARTIKEL ILMIAH PENELITIAN FUNDAMENTAL ANALISIS DAMPAK PROGRAM ABDIMAS-BANSOS UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 2011-2013 TERHADAP KOMUNITAS MASYARAKAT DAN WILAYAH SASARAN

Dr. Chanif Nurcholis, M.Si. NIDN: 0002025905 Sri Wahyu Kridasakti, SH., M.Si. NIDN: 0019115904 Drs. Hasoloan Siregar, M.Si. NIDN: 0029096005

UNIVERSITAS TERBUKA Agustus 2014

SUMMARY

The critical issues to respond of this research was Whether UT social-aid programs had been capable to give positive impacts on the beneficiery community? The goals of this research was acquiring a comprehensive profil of impacts of the UT social- aid program implementation on the beneficiary communities;

This research had been designed to identify any factors of impacts of UT social- aid programs on the beneficiary communities. The population of this research included all the personel members of the counterparts, the related script-documents, and the members of the beneficiary communities. The method used was a Survey . For data collection used Purposive Judgment Sa mpling , however the ‘census’ was utilized to the members of the sample. Meanwhile the technical analyses were utilizing the Performance Analysis, and CO-CD Principles.

The findings of the research showed that the UT intervention impacts in short term showed in a good-mode as instantly experienced by the beneficiary community. However, in long term impact for ‘Self-help’ creation on the beneficiary community

could not be achieved. The impacts on the beneficiary community members’ skills and attitude were indicated moderate. The main problem was related to the absent of CO-CD base adoption at the UT community service programs management. Also, the cramped of interventional time-frame and the budgeting system were among the major issues that caused ineffective impact on the benefitiary communities.

The conclusion, there was no direct corelation interms of influence between weak managerial-capacity on self-help creation of UT Social-Aid Program and the short term good-impact on the beneficiary community. Nonetheless, UT is still pursued to restore the uncorrect-system of its community service programs management based on ‘CO- CD’ principles, if inefficiency and ineffectivity would like to be avoided.

Key Words: Impacts on The Beneficiery Community, Impact of Selp-help Creation. References : 10 Books

4 Journals

4 Documents and Regulations

1 Mass Media

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Abdimas-Bansos UT adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bersifat intervensi terhadap persoalan buruknya kehidupan masyarakat, baik itu pendidikan, kesehatan, maupun kesejahteraannya. Secara teoritis metode intervensi meliputi pendekatan peningkatan life skill komunitas masyarakat binaan, agar mereka mampu bertumpu pada kemampuan menolong diri sendiri ( self - help ) guna perbaikan taraf kehidupan mereka (Effendi K, 2008). Sedangkan proses pemberdayaannya sendiri harus menguntungkan semua pihak, dan mampu mengatasi persoalan kemiskinan, keterbelakangan, dan pengangguran (Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan, 2011).

Sejak tahun 2011, UT menyelenggarakan program Abdimas-Bansos dengan fokus peningkatan indeks pembangunan manusia ( human development index , HDI/IPM) dan lingkungan hidup. Namun Fokus HDI pada Th 2013 tidak digunakan lagi. Hasil sementara reviu dokumen menunjukkan bahwa berbagai permasalahan yang menyangkut substansi dan administrasi penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan melalui Bansos itu masih harus dijalani dengan trial and error serta learning by doing bersama mitra kerja. Aspek pengorganisasian menjadi tidak sederhana untuk dilakukan karena jaringan kerjasama dan prosedur pengelolaannya masih sangat minim dikuasai oleh UT. Demikian pula aspek substansi dalam melakukan intervensi pemberdayaan kepada komunitas masyarakat berikut wilayahnya yang digarap masih belum dikuasai dengan benar. Belum dikenalnya landasan konseptual tentang pengembangan masyarakat itu sendiri berakibat pada tidak terarahnya perencanaan pemberdayaan masyarakat yang akan digarap tersebut. Perencanaan yang disusun untuk program pemberdayaan itu masih bersifat adhoc dan parsial; antara satu jenis program pemberdayaan yang satu dengan yang lainnya masih belum terintegrasi dalam satu peta arah pencapaian tujuan ( road map ), baik itu secara organisasional dalam pengelolaan progam Abdimas UT maupun terhadap masyarakat dan wilayah penerima manfaat.

B. Perumusan Masalah

Persoalan utama dalam penelitian ini adalah seberapa besar manfaat dampak penyelenggaraan program Abdimas-Bansos UT tahun 2011-2013 terhadap komunitas penerima manfaat. Berdasarkan rumusan masalah tersebut satu pertanyaan major dalam penelitian evaluasi ini, adalah: Apa dampak fisiologis-psikologis program Abdimas-Bansos UT tahun 2011-2013 terhadap komunitas penerima manfaat?

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup utama penelitian ini adalah meliputi berbagai hal terkait dampak fisiologis-psikologis yang ditimbulkan dari hasil pelaksanaan program Abdimas-Bansos UT terhadap komunitas sasaran pada rentang waktu tahun 2011-2013 bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan .

D. Tujuan dan Manfaat

Sejak dimulainya pelaksanaan program Abdimas-Bansos (2011), di UT masih belum pernah dilakukan penelitian terhadap hasil pelaksanaan program Abdimas-Bansos. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyempurnakan pengelolaan program Abdimas-Bansos UT. Sedangkan manfaat penelitian adalah untuk mengembangkan konsep implementasi kebijakan community development .

E. Luaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah tersusunnya profil dampak pengelolaan program Abdimas-Bansos UT tahun 2011-2013 terhadap komunitas sasaran dan terpublikasi naskah artikel yang dimuat dalam Jurnal Ilmiah Organisasi dan Manajemen Universitas Terbuka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritik

Sampai dengan saat ini suatu model pembangunan yang diakui mampu membuka akses peran serta masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan adalah model community development (Bambang Rudito dkk., 2003: 40). Dalam model community development , akses masyarakat dibuka seluas-luasnya untuk mencapai kondisi Sosekbud yang lebih baik dan berkelanjutan (Effendi K., 2008). Model community development secara prinsipil bersifat proaktif, melalui perencanaan preventif serta penerapan strategi intervensi yang berspektrum multisistem (Elliot dalam Isbandi, 2002: 23). Indikator dampak pemberdayaan yang berhasil menciptakan kondisi self-help adalah dampak pemberdayaan mencerminkan kedudukan komunitas sebagai subyek yang kompeten dalam menjangkau sumber-sumber dan peluang yang ada secara efektif (Ife, 1995: 182). Sedangkan pada rancangan strategi dampak pemberdayaan setidaknya meliputi tiga pokok faktor kunci (Rothman, Erlich, dan Tropman, 2007), yaitu: terarah ( targeted ), pemberdayaan ( empowering ), dan pendekatan kelompok ( community ).

Persoalan utama dalam teknis pengembangan masyarakat berbasis dampak adalah persoalan mengkontekstualisasikan desain dan metode intervensi (Diklat & NonDiklat) dalam mendorong komunitas penerima manfaat sehingga mereka memiliki kekuatan sendiri dalam memenuhi kebutuhannya melalui kemampuan menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan taraf hidup sendiri (Wasistiono, 2003).

B. Model Penelitian

Diagram model penelitian ini secara utuh diilustrasikan sebagai berikut.

Diagram 1. Model Penelitian Analisis Dampak Program Abdimas-Bansos Universitas Terbuka Tahun 2011-2013 Terhadap Komunitas Masyarakat Dan Wilayah Sasaran

Dampak terhadap Komunitas & Wilayah Binaan

Dampak Fisik Pendidikan- Kesehatan-

Dampak Psikologis Pendidikan- Kesehatan-

Kesejahteraan Komunitas dan/ atau Wilayah

Kesejahteraan Komunitas dan/ atau Wilayah

Standar Tujuan Dampak- yang

Kondisi Aktual Dampak-pada

diharapkan pada Komunitas Binaan Komunitas Masyarakat Binaan

Kesenjangan Dampak Pelaksanaan

Kegiatan Abdimas –Bansos UT

Bukti Kesenjangan Dampak

Pelaksanaan Kegiatan Abdimas –Bansos UT

Permasalahan Dampak

Pelaksanaan Kegiatan Abdimas –Bansos UT

Pelaksanaan Kegiatan Abdimas Penyebab Kesenjangan Dampak –Bansos UT

Alternatif Solusi Kesenjangan Dampak

Kesenjangan Pelaksanaan Kegiatan Abdimas –Bansos UT

C. Asumsi Dasar

Kerangka berfikir atas dampak yang diinginkan dari pelaksanaan program Abdimas-Bansos UT harus diletakkan pada terciptanya dampak kemampuan self-help bagi komunitas masyarakat dan wilayah sasaran yang dibantu. Dampak positif self-help pada komunitas masyarakat dan wilayah sasaran sangat dipengaruhi oleh pengelolaan sumberdaya yang integratif berbasis CO-CD.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokus Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya meliputi identifikasi berbagai permasalahan dampak fisiologis dan psikologis pada sektor pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan atas penyelenggaraan program Abdimas- Bansos UT tahun 2011, 2012, dan 2013 di 15 lokus program pemberdayaan yang tersebar di Jabodetabek dan 4 lokus penghijauan di wilayah UPBJJ-UT yang laksanakan oleh 3 mitra kerja.

B. Metode

Metode penelitian yang telah digunakan adalah survey , dengan analisis deskriptif kuantitatif yang dilengkapi dengan data kualitatif. Teknik pengumpulan data yang telah digunakan adalah teknik angket, observasi, reviu dokumen, dan wawancara.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini meliputi seluruh kelompok komunitas masyarakat penerima manfaat dan wilayah sasaran penghijauan program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013 yang berjumlah 45 komunitas masyarakat yang tersebar di Jabodetabek, dan 12 UPBJJ-UT wilayah sasaran program Abdimas-Bansos UT. Pengambilan sampel telah dilakukan secara purposive menurut wilayah dan telah dipilih sejumlah 15 komunitas masyarakat di wilayah Jabodetabek, dan 3 Mitra Kerja penggarap 4 wilayah program penghijauan di UPBJJ Makassar, Ambon, Yogyakarta, dan Surabaya. Seluruh Key-informan dan responden yang tergabung dalam 18 sampel wilayah tersebut berjumlah 73 orang.

Secara rinci gambaran hubungan antara profil jumlah responden dan teknik pengumpulan data yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

Diagram 2 Proses Pengumpulan Data Sesuai Model Penelitian

Data Standar Dampak

Data Standar Dampak

Normatif

Aktual

Data Collection 1- Data Sekunder- Primer

Data Analisis

– Analisis

Kesenjangan

Dampak Prog

Dampak

Penghijauan

Bansos UT 3 Mitra_ 4

Data Identifikasi

lokus sasaran

Penhijauan Abdimas-

Data

Bansos UT

Data Collection

Data Dampak Fisiologis

Identifikasi

2-Data Primer-

dan Psikologis bidang

Dampak Program

15 lokus

kesejahteraan pada

Abdimas –Bansos

intervensi

Komunitas Masyarakat

UT terhadap Data Identifikasi

Abdimas-

dan Wilayah Sasaran

Komunitas Alternatif Solusi

Bansos UT

Masyarakat Dampak Program

D. Teknik Analisis Data

Model analisis dan alat statistik yang telah digunakan adalah seperti berikut:

a. Alat statistik c entral tendency analysis telah digunakan untuk menggambarkan dampak penyelenggaraan Abdimas-Bansos UT tahun 2011-2013 di 15 lokus komunitas masyarakat dan 4 wilayah penghijauan dari 3 mitra kerja UT yang secara purposive telah diambil sampelnya.

b. Di samping penggunaan model Analisis Kinerja telah dimanfaatkan pula instrumen ‘ Milles and Hubermann Interactive Model of Analysis ’ (Biglen & Bogdan, 1998) untuk penganalisisan data secara bertahap terhadap persoalan dampak penyelenggaraan Abdimas-Bansos UT pada kominitas masyarakat dan wilayah penerima ma nfaat. Model instrumen ‘ Milles and Hubermann Interactive Model of Analysis ’ dari Biglen dan Bogdan (1998) telah digunakan untuk mamastikan keabsahan data secara prosedural atas dampak dari penyelenggaraan program Abdimas-Bansos UT sesuai model Analisis Kinerja (Irawan, 1998, 2003) yang direplikasikan dari model yang dikembangkan oleh Sakti S.W.K (2012) yang digambarkan dalam matriks Tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1. Kombinasi Model Matriks Analisis Kinerja dengan CIPP Terhadap Dampak Pengelolaan Program Abdimas-Bansos UT 2011-2012-2013

Kinerja Pengelola/Mitra-Kerja Sebab

Alternat No.

Kesenj Permasa

Standar Kinerja

Kinerja Aktual

angan

lahan

Permasala if Solusi han

1 Dampak normatif Sosialisasi o Dampak Aktual Sosialisasi_Pemahaman yang diharapkan Komunitas Masyarakat terhadap Program.

Dampak Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi

Pengorganisasian yang

Dampak Aktual Hasil Analisis Kebutuhan

Identifikasi Kebutuhan yang

Komunitas dan Wilayah Penerima Manfaat,

diharapkan. berupa rekomendasi untuk implementasi Program Pengembangan Masyarakat

4 Dampak normatif

Dampak Aktual Implementasi Pengembangan

Implementasi yang

Kapasitas melalui Program Diklat & Non-

5 Dampak normatif

Dampak Aktual Pemeliharaan Hasil

Pemeliharan yang

Pengembangan Kapasitas melalui Program

diharapkan

Diklat & Non-Diklat .

o dst

6 Dampak normatif Pelepasan

Dampak Aktual Pelepasan_ Komunitas

yang diharapkan.

Penerima Manfaat dalam menjalankan

kehidupannya sendiri lebih baik (Self-help).

c. Miles-Huberman Interactive Model Data Analysis telah digunakan dalam proses pemeriksaan keabsahan data dampak pengelolaan Abdimas-Bansos UT tahun 2011-2013.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Penyajian temuan hasil survei terhadap para anggota komunitas masyarakat penerima manfaat disajikan sebagai berikut:

1. Hasil Reviu Dokumen pada R-1 Tentang Dampak Pengelolaan Program Abdimas-Bansos UT

Pada Periode Th 2011-2013:

Hasil reviu dokumen mengindikasikan bahwa dampak pengelolaan program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013 hanya berdampak langsung berjangka pendek terhadap masyarakat penerima manfaat namun tidak berdampak jangka panjang terhadap kemandirian anggota komunitas. Berbagai bantuan yang bersifat pengadaan infrastruktur berdasar hasil reviu dokumen juga disebutkan membawa dampak langsung namun sangat disangsikan keberlanjutan dalam perawatannya. Berbagai naskah dokumen terkait dampak pengelolaan program Abdimas dari umum terkait program penghijauan hingga pemberdayaan masyarakat, dari dokumen pengelolaan program Abdimas UT Th 2011 hingga 2013 tidak ada satupun menyebut arah kebijakan yang harapan dampaknya ‘ self-sustainable ’ dan ‘ Self-help ’. Hasil reviu dokumen pada beberapa naskah hasil kajian evaluasi juga menunjukkan indikasi yang sama, yaitu bahwa dampak jangka panjang program Abdimas Bansos UT tidak memberikan manfaat apa-apa bagi komunitas masyarakat yang dibantu (KridaKridasakti S.W., 20012). Temuan krusial adalah sebagai berikut:

1) Pada komponen Sosialiasasi_ Tidak dilakukan tahap sosialisasi sesuai prinsip-prinsip CO-CD, ini mengurangi efektifitas penyelenggaraan karena tidak terbentuk awareness tentang pentingnya program pemberdayaan bagi komunitas sendiri;

2) Pada Komponen Pengorganisasian_ Sepanjang 2011-2013 rata-rata terjadi adanya kelemahan dalam penyusunan rencana jadwal kegiatan

dan pelaksanaan program Abdimas-Bansos yang ‘mepet’ akhir tahun. Pelaksanaan kegiatan Abdimas Bansos umumnya baru dilaksanankan di atas pertengahan tahun bulan Juni, sekitar bulan Agustus bahkan terburuk terjadi pada Th 2012 sekitar Oktober (Kridasakti, S.W., 2013). Pelaksanaan kegiatan Abdimas Bansos kurang dari 5 bulan ini berdampak jauh pada hasil penyelenggaraan yang tidak optimal. Pada Th 2012 dari rencana 11 (sebelas) program Abdimas-Bansos UT, tidak seluruh program tersebut mampu dieksekusi secara paripurna (Kridasakti, S.W., 2013). Demikian pula pelaksanaan program-program penghijauan yang dilakukan dengan jadwal yang singkat ini berimplikasi pada persoalan waktu tanam yang tidak tepat dengan iklim yang berlangsung, dan menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan tumbuhnya tanaman.

3) Analisis Kebutuhan_Hasil reviu dokumen mengindikasikan adanya ketidakkonsistenan atau terlalu tolerannya penerapan variabel dan

indikator penilaian kebutuhan komunitas masyarakat yang dilakukan melalui seleksi pemberian Bansos (Kridasakti S. W., 2013). Bahkan dari hasil analisis dokumen persyaratan seleksi dan laporan hasil kegiatan Th 2012 , terjadi kecenderungan ‘pemaksaan’ parameter

kebutuhan dalam asesmen seleksi pemberian bantuan kepada calon komunitas masyarakat penerima manfaat. Pembentukan komunitas

masyarakat cenderung dipaksakan, sehingga berdampak pada kegagalan ‘sel-help’ (rata-rata program Abdimas Bansos Th 2013).

4) Pelaksanaan_Hasil reviu dokumen mengindikasikan adanya kelemahan teknis menciptakan konsistensi antara perencanaan program Abdimas-Bansos dengan realisasinya. Data ini diperkuat oleh hasil evaluasi 2012, yang menyebutkan bahwa terlalu singkatnya alokasi waktu yang dirancang oleh UT merupakan salah satu penyebab utamanya kekurangoptimalan dampak positif yang dihasilkan (Kridasakti S. W., 2013). Hasil reviu dokumen atas pelaksanaan kegiatan (intervensi 2012) juga menunjukkan sangat minimalnya peran change-agent (dosen UT) dalam proses intervensi melalui Diklat maupun nondiklat. Dosen UT lebih banyak terlibat dalam proses monitoring dan evaluasi (Laporan Komunitas Hasil Pelaksanaan Kegiatan, 2011-2013).

5) Pemeliharaan_ Hasil reviu dokumen mengindikasikan bahwa UT belum mengenal tahap pemeliharaan pada bidang pemberdayaan

masyarakat ini. Sehingga tahap Pemeliharaan pada program Abdimas Bansos UT bidang pemberdayaan tidak ada dalam KAK. Kondisi ini berdampak pada tingginya tingkat kegagalan capaian jangka panjang (self-help) dari program intervensi yang telah dijalankan. Tidak ada proses pendampingan dalam alokasi waktu yang cukup untuk memastikan seluruh hasil intervensi pada komunitas dapat/tidak dijalankan secara berkelanjutan oleh komunitas itu sendiri.

6) Pelepasan_Hasil reviu dokumen mengindikasikan pula tidak diterapkannya tahap ‘Pelepasan’ ini oleh UT dalam rancangan pelaksanaan program Abdimasnya. Tidak ada ditemukan naskah dokumen yang manapun adanya tahap pelepasan ini sebagai bagian dari pengelolaan Abdimas-Bansos UT selama ini. Ketiadaan tahap pelepasan ini berdampak pada ketiadaan ruang dalam bentuk mekanisme kepastian jaminan terjadinya keberhasilan dan keberlanjutan hasil intervensi (selp-help) pada komunitas masyarakat penerima manfaat. Menurut laporan hasil kajian kinerja pengelolaan program Abdimas Bansos UT Th 2012, ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat kepekaan dari pengambil kebijakan terhadap akuntabilitas hasil pelaksanaan program Abdimas-Bansos UT khusunya bidang pemberdayaan masyarakat. Serta diindikasikan masih belum dimilikinya perspektif CO-CD oleh para pemangku kepentingan program Abdimas di UT (Kridasakti S. W., 2013).

2. Hasil Wawancara Dampak Penyelenggaraan Program Abdimas-Bansos UT Th 2013 terhadap Komunitas Masyarakat Penerima Manfaat.

Hasil wawancara terhadap para Koordinator Mitra Kerja mengenai dampak pelaksanaan program Abdimas-Bansos UT mengindikasikan bahwa pelaksanaan program Abdimas-Bansos UT Th 2013 dalam perpektif jangka panjang tidak memberi dampak terciptanya kemampuan mandiri ( Self-help ) bagi anggota komunitas penerima manfaat. Konfirmasi temuan tentang belum diterapkannya azas-azas CO-CD pada pengelolaan program Abdimas-Bansos UT diperkuat oleh temuan hasil analisis kinerja bidang pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pada Th 2012 (Kridasakti S. W., 2013) . Disebutkan pula bahwa munculnya permasalahan ini telah disadari karena sangat terbatasnya waktu yang diberikan UT kepada komunitas penerima manfaat untuk merealisasikan dana Bansos.

Namun demikian dampak umum pelaksanaan program Abdimas-Bansos Th 2011-2013 juga mengindikasikan adanya dampak positif baik fisiologis maupun psikologis secara langsung bagi para anggota komunitas masyarakat penerima manfaat, walaupun tidak sustainably self-help . Sehingga kesimpulan temuan adalah adanya konsistensi peristiwa yang ditunjukkan melalui hasil kajian dokumen dengan hasil wawancara telah menunjukkan adanya dampak yang tidak sustainable self-help pada komunitas masyarakat yang telah dibantu.

3. Hasil Survei Dampak Fisiologis-Psikologis Program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013 Terhadap Komunitas Masyarakat Penerima Manfaat .

Menurut pendapat anggota komunitas, secara keseluruhan penyelenggaraan program Abdimas Bansos UT telah mampu secara langsung memberi manfaat kepada para anggota komunitas, namun kemanfaatan tersebut belum menciptakan kondisi masyarakat yang ‘self-help’ (Kridasakti S. W., 2013). Pada tahun 2014 survei telah pula dilakukan dengan ruang lingkup yang lebih luas terhadap para anggota komunitas masyarakat penerima manfaat Th 2013. Hasil analisis data secara keseluruhan ditemukan indikasi mayoritas anggota komunitas masyarakat penerima manfaat merasa bahwa program Abdimas- Bansos UT telah memberikan dampak positif secara langsung bagi peningkatan perbaikan kehidupan mereka masing-masing. Namun hampir semua mereka tidak mengetahui apakah ada dampak perubahan mampu mandiri.

Berikut adalah Tabel tentang dampak penyelenggaraan terhadap sikap perilaku anggota komunitas.

Tabel 4.4. Dampak Umum Penyelenggaraan Program Abdimas Bansos-UT Th 2013 Terhadap Perilaku Komunitas Masyarakat Penerima Manfaat

( Instrumen Kuesioner: K-02)

No

IDENTITAS

KOMUNITAS N: 35 (ALL) Komunitas-Terna k Ka mbing-Ciha uk_ n 10 Komunitas Terna k Aya m-Ciha uk_ η. 4

Komunitas TPA-Cihauk_ η. 4 Komunitas S. Ma kmur-Ciha uk_ η. 6

Komunitas-Lele-Cihauk_n 5

Komunitas-S. Usaha -Cihauk_ η. 6

DAMPAK PEKERJAAN-PENYELENGGARAAN:

Peningkatan

Kondisi Aktual

90,2% pada skala 1,2

Skala: 1= Memuaskan; 2=Cukup Memuaskan; 3= Tidak Memuaskan

Ko Dampak Bansos (Diklat-Nondiklat) terhadap kemandirian komunitas

Tidak

Memuask Cukup Tidak

de di bidang IPM (Kesehatan, Pendidikan, Kesejahteraan) dalam hal: Ya

Memuask Memuas an

kan 3.4. Kepedulian partisipasi komunitas masyarakat terhadap

1.1. kualitas hidup dibandingkan sebelum program intervensi.

Skala Interval

b Kesadaran komunitas masyarakat terhadap Kesehatan,

Pendidikan, Kesejahteraan dibandingkan sebelum program

1,3 intervensi.

Skala Interval

c Keterpeliharaan bantuan infrastruktur Kesehatan,

Pendidikan, Kesejahteraan yang telah diberikan.

Skala Interval

0,2 d Pengelolaan dengan baik kelembagaan bantuan

1,1 dibandingkan sebelum program intervensi.

Kesehatan, Pendidikan, Kesejahteraan yang telah dibantu

Skala Interval

Sd

Tabel 4.4 mengindikasikan adanya dampak umum langsung penyelenggaraan program yang cukup baik terhadap peningkatan kualitas hidup komunitas masyarakat penerima manfaat, dengan rentang skor

interval- force ∑ 1.2 dan persentase 90,2%. Dampak positif lain terjadi pada peningkatan kepedulian

komunitas masyarakat terhadap kualitas hidup dengan skor interval- force ∑ 1.2 dengan persentase 95%. Dampak cukup baik juga terjadi pada kesadaran komunitas masyarakat terhadap k esehatan, pendidikan, kesejahteraan yang telah diberikan, dengan rentang skor interval- force ∑ 1.3 atau sebesar 98%. Terjadi dampak cukup baik pula pada keterpeliharaan bantuan infrastruktur yang telah diberikan, dengan rentang

skor ∑ 1.2 atau sebesar 87%. Demikian pula dampak cukup baik terjadi pada sektor pengelolaan

kelembagaan yang dibedakan antara sebelum dan sesudah dibantu, dengan skor ∑ 1.1 atau sebesar 81%.

Berikut adalah dampak program Abdimas-Bansos UT Th 2013 terhadap keseluruhan kompetensi anggota komunitas masyarakat penerima manfaat:

Table 4.5. Dampak Program Abdimas-Bansos UT Th 2013 Terhadap Keseluruhan Kompetensi

Anggota Komunitas Masyarakat Penerima Manfaat

(Instrumen Kuesioner:

K_01 ) No

IDENTITAS

Komunitas-Ternak Komunitas Ternak KOMUNITAS

Komunitas jamur -

Laroiba_Pengolahan

JabonMekar

Kambing-Cihauk Ayam-Cihauk

Ν:73 (All)

Sampah- Tangsel_ η.8

n 10 η.4

Komunitas Subur

Komunitas-

Komunitas

Komunitas-Lele- Komunitas TP A-

Jaya-Peternak Domba

S. Usaha-Cihauk

S. Makmur-Cihauk

Cihauk Cihauk

_Ciherang Bogor η.9.

1. Rata-Rata Pekerjaan

Wirausahawan Wirausahawan Sehari-hari

Ibu Rumah Tangga &

Petani Penggarap&

Ibu Rumah Tangga &

≤ Rp1.500.00.,- ≤ Rp1.000.000-- Pendapatan/Bulan

≤ Rp1.000.000,--

DAMPAK INTERVENSI

Central Tendency *Skala Interval Force: 1=Sangat Banyak; 2=Banyak; 3=Sedikit; 4=Sangat Sedikit.

INDIKATOR

Skala Interval-For ce

52,4 % *Central Tendency:

χ Mo Sd 1 Pengetahuan yang diperoleh dari program pelatihan untuk peningkatan

46 46,4 1,2 Kesehatan/Pendidikan/Kesejahteraan. 2 Keterampilan yang diperoleh dari program pelatihan untuk peningkatan

47 47,1 1,1 Kesehatan/Pendidikan/Kesejahteraan. 3 Sikap perilaku yang diperoleh dari program pelatihan untuk peningkatan kesadaran

50 50,8 0,9 Kesehatan/Pendidikan/Kesejahteraan. 4 Dampak kualitas Kesehatan-Kesejahteraan-Pendidikan anggota komunitas setelah

50 50 1,1 memperoleh Bansos dari UT. 5 Sikap dan kemampuan dalam hal minat untuk mengikuti pelatihan.

54 54,7 1,0 6 Sikap dan kemampuan dalam hal pemamfaatan hasil pelatihan untuk pengembangan diri.

JENIS KEBUTUHAN AKAN DATANG

1 Kebutuhan pelatihan dan nonpelatihan program Pendidikan Kesehatan Kesejahteraan Abdimas-Bansos dari UT

Ø 2 Perbaikan diharapkan keberlanjutan dari program ini

o ....

o ...

Data pada Tabel 4.5 temuan penting adalah bahwa secara umum program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013-2013 kurang cukup baik memberikan dampak positif terhadap perubahan peningkatan kompetensi para anggota komunitas masyarakat, yang dimaknai melalui skor peningkatan sebesar 52.2%

saja walaupun menurut skala intervalnya agak tinggi ∑ . 1.9 (cenderung ‘banyak’ berdampak positif).

4. Hasil Wawancara, Reviu Dokumen, dan Observasi Berbasis AK dengan Koordinator Mitra Kerja LSM Tentang Kinerja Penyelenggaraan Program Penghijauan Th 2011-2013.

Berikut di bawah ini adalah data hasil wawancara terhadap para Koordinator Mitra Kerja Komunitas mengenai hasil kinerja pelaksanaan program Abdimas-Bansos UT.

Tabel Hasil wawancara

No Obyek Observasi

1 Tahap Sosialisasi

2011_ Penghijauan lingkungan hidup di Situ

1) Tingkat keberhasilan 0% program.

Program

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi. Penghijauan

GintungTangerang Selatan

/Lingkungan Tingkat kegagalan 100% Pot rusak & tanaman gagal hidup.

2011_ Pengadaan tempat sampah/tanaman di

Hidup Persoalan fundamental kurangnya pemahaman atas pentingnya tahap.

Tangerang Selatan

1) Tingkat kegagalan 25% gagal hidup.

Desa Melung, Kec Kedung Banteng,

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi.

Purwokerto: 12.000 pohon aren & mangit.

2012 _ Muara Borneo-Sungai

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Pangkajene_Kel Tekolabbua_Kec.

2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi.

Pangkajene_Makassar 2013_ Desa Lateri, Teluk Dalam- Ambon.

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup. 2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi.

2013_Desa Desa Wonosalam, Rungkut-

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Surabaya.

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi.

2 Tahap

2011_ Penghijauan lingkungan hidup di Situ

1) Tingkat keberhasilan pengorganisasian 0%.

Pengorganisasian

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi. Program

GintungTangerang Selatan

1) Tingkat kegagalan 100% Pot rusak & tanaman gagal hidup. Penghijauan

2011_ Pengadaan tempat sampah/tanaman di

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi. /Lingkungan Hidup

Tangerang Selatan

2011 _ Desa Melung, Kec Kedung

1) Tingkat kegagalan 25% gagal hidup.

Banteng, Purwokerto: 12.000 pohon aren

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi.

& mangit.

2012 _ Muara Borneo-Sungai Pangkajene_

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Kel Tekolabbua_Kec. Pangkajene_Makassar.

2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap pengorganisasian baik pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

2013_ Desa Lateri, Teluk Dalam- Ambon.

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup. 2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi.

2013_Desa Desa Wonosalam, Rungkut-

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Surabaya.

2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi baik pada semua pihak

berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

3 Tahap Analisis

2011_ Penghijauan lingkungan hidup di Situ

1) Tingkat keberhasilan 0% program.

Kebutuhan

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi Program

GintungTangerang Selatan

dan analisis kebutuhan pada semua pihak berdampak pada kegagalan program. Penghijauan

1) Tingkat kegagalan 100% Pot rusak & tanaman gagal hidup. /Lingkungan Hidup.

2011_ Pengadaan tempat sampah/tanaman di

Tangerang Selatan

2)Persoalan fundamental kurangnya pemahaman atas pentingnya tahap sosialisasi dan analisis kebutuhan pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

1) Tingkat kegagalan 25% gagal hidup.

Desa Melung, Kec Kedung Banteng,

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi dan

Purwokerto: 12.000 pohon aren & mangit.

analisis kebutuhan baik pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Muara Borneo-Sungai Pangkajene_Kel

2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi dan analisis kebutuhan

Tekolabbua_Kec. Pangkajene_Makassar.

baik pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

2013_ Desa Lateri-Teluk Dalam Pulau

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Ambon.

2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi dan analisis kebutuhan baik pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

2013_Desa Desa Wonosalam, Rungkut-

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Surabaya.

2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi dan analisis kebutuhan baik pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

4. Tahap

2011_ Penghijauan lingkungan hidup di Situ

Tingkat keberhasilan 0% program.

Pelaksanaan

GintungTangerang Selatan

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi pada semua pihak berdampak pada kegagalan program.

Program

Penghijauan /Lingkungan Hidup

2011_ Pengadaan tempat sampah/tanaman di

1) Tingkat kegagalan 100% Pot rusak & tanaman gagal hidup.

Tangerang Selatan

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman atas pentingnya tahap sosialisasi pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

1) Tingkat kegagalan 25% gagal hidup.

Desa Melung, Kec Kedung Banteng,

Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi baik pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

Purwokerto: 12.000 pohon aren & mangit.

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Muara Borneo-Sungai Pangkajene_Kel

2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi baik pada semua pihak

Tekolabbua_Kec. Pangkajene_Makassar.

berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

2013_ Desa Lateri, Teluk Dalam- Ambon.

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup. 2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi baik pada semua pihak 1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup. 2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi baik pada semua pihak

2013_Desa Desa Wonosalam, Rungkut-

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Surabaya. 2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi baik pada semua pihak

berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

2011_ Pengadaan tempat sampah/tanaman di

1) Tingkat kegagalan 100% Pot rusak & tanaman gagal hidup.

Tangerang Selatan

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman atas pentingnya tahap pemeliharaan pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

1) Tingkat kegagalan 25% gagal hidup.

Desa Melung, Kec Kedung Banteng,

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap

Purwokerto: 12.000 pohon aren & mangit.

pemeliharaan baik pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Muara Borneo-Sungai Pangkajene_Kel

2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap pemeliharaan baik pada semua

Tekolabbua_Kec. Pangkajene_Makassar. pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir. 2013_ Desa Lateri, Teluk Dalam -Pulau

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Ambon.

Kurangnya pemahaman pentingnya tahap pemeliharaan baik pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

2013_Desa Desa Wonosalam, Rungkut-

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Surabaya. 2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap pemeliharaan baik pada semua pihak

berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

6 Tahap Pelepasan

2011_ Penghijauan lingkungan hidup di Situ 1) Tingkat keberhasilan 0% program.

Program GintungTangerang Selatan

Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap Pelepasan pada semua pihak berdampak pada kegagalan program.

Penghijauan

/Lingkungan Hidup

2011_ Pengadaan tempat sampah/tanaman di 1) Tingkat kegagalan 100% Pot rusak & tanaman gagal hidup. Tangerang Selatan

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman atas pentingnya tahap Pelepasan pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir. 2011 _

1) Tingkat kegagalan 25% gagal hidup.

Desa Melung, Kec Kedung Banteng,

2) Persoalan fundamental kurangnya pemahaman pentingnya tahap Pelepasan

Purwokerto: 12.000 pohon aren & mangit.

baik pada semua pihak berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Muara Borneo-Sungai Pangkajene_Kel 2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap Pelepasan baik pada semua pihak Tekolabbua_Kec. Pangkajene_Makassar.

berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

2013_ Desa Letari, Teluk Dalam -Pulau

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Ambon.

2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap Pelepasan baik pada semua pihak

berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

2013_Desa Desa Wonosalam, Rungkut-

1) Tingkat kegagalan 40% gagal hidup.

Surabaya. 2) Kurangnya pemahaman pentingnya tahap sosialisasi baik pada semua pihak

berdampak pada tidak optimalnya hasil akhir.

B. PEMBAHASAN

1. Pembahasan Temuan Hasil Reviu Dokumen tentang Profil Dampak Pengelolaan Program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013

Hasil reviu dokumen menunjukkan bahwa pengelolaan program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013 tidak mengadopsi prinsip-prinsip CO-CD. Berbagai dokumen terkait program Abdimas tidak menyebutkan arah kebijakan pengembangan masyarakat yang berbasis CO- CD. Pembahasan temuan penting hasil reviu dokumen adalah sebagai berikut:

1) Pada komponen Sosialiasasi_ Tidak ditemukan naskah dokumen yang memuat prinsip- prinsip CO-CD, khususnya Sosialisasi;

2) Pada Komponen Pengorganisasian_ Beberapa dokumen terkait yang ditemukan adalah:

SK Rektor tentang DIPA UT Th 2011-2013._ Draft Naskah Pengelolaan Abdimas UT._ SK Ketua LPPM-UT tentang

Pembentukan Tim Pengembang Desain, Tim Verifikasi Mitra Kerjasama, Tim Pembuatan Petunjuk Kerja Penyelenggaraan

Program Abdimas-Bansos UT, Tim Penyeleksi Mitra Pengusul Program Pemberdayaan Masyarakat._ Naskah Pedoman

Penyelenggaraan Program Abdimas-Bansos._ Naskah Pedoman Penilaian Proposal Calon Mitra Kerja LSM._ Naskah Pedoman Penghijauan dan Monev._ Naskah Kerangka Acuan Kerja Penyelenggaraan Program Abdimas-Bansos UT tidak dimiliki secara

eksplisit terintegratif, tetapi dituangkan dalam bentuk Naskah Pedoman Penyelenggaraan Program Abdimas-Bansos dan Naskah Pedoman Penilaian Proposal Calon Mitra Kerja.

Beberapa permasalahan krusial hasil reviu dokumen adalah:

Pada naskah Renstra 2010-2020 hingga Renop 2011-2013, tidak ditemukan adanya sasaran dampak indikatif tentang

pengembangan masyarakat yang berbasis CO-CD. Seluruh program kegiatan Abdimas diselenggarakan berdasarkan format

‘Adhoc’, yaitu satu kali proyek kegiatan dalam satu tahun anggaran. Perencanaan kegiatan Abdimas tidak pernah dirancang

secara sistemik berkelanjutan sehingga komunitas penerima manfaat dapat dipastikan mampu ‘berdikari’ (Tabel 4. Hasil Reviu Dokumen Program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013);

Rata-rata pelaksanaan program kegiatan Abdimas-Bansos UT baru dilakukan pada penghujung tahun anggaran selama

tiga/empat bulan akhir tahun . Sehingga jadwal alokasi waktu pelaksanaan menjadi sangat ‘mepet’ dan berimplikasi pada

terjadinya ketergesa-gesaan pelaksanaan pekerjaan, sehingga hasil kurang maksimal. Lemahnya factor kemampuan program- designing , pengendalian kegiatan, dan system penganggaran kegiatan di UT menjadi indikator utama munculnya permasalahan

penjadwalan dan pelaksanaannya (Tabel 5. Hasil Wawancara dengan Pengelola, No II, Faktor CO-CD Pengorganisasian).

3) Komponen Analisis Kebutuhan_Temuan diindikasikan oleh lemahnya penerapan secara

konsisten variabel dan indikator penilaian dalam seleksi kebutuhan riel komunitas masyarakat yang akan dibantu. Persoalan krusial-nya adalah:

Keraguan ‘menentukan’ secara tepat kebutuhan komunitas sesuai parameter seleksi dalam pemberian Bansos. Proposal para mitra kerja mengalami revisi beberapa kali oleh para pengelola UT agar sesuai dengan parameter penilaian.

parameter analisis kebutuhan. Makin ketat/tidak toleran penerapan parameter penilaian proposal, maka makin besar peluang Tidak dimilikinya data base dan jaringan informasi komunitas masyarakat marginal menimbulkan kesulitan penerapan ditolaknya proposal (Tabel 5. Hasil Wawancara dengan Pengelola_No.3_Faktor CO-CD: Analisis Kebutuhan ).

Tuntutan ketercapaian target seleksi proposal dalam keterbatasan alokasi waktu membuat pendekatan pragmatis menjadi pilihan satu-satunya yang harus diambil (Hasil Reviu Dokumen: Proposal Mitra Kerja).

4) Komponen Pelaksanaan_ Indikasi munculnya kelemahan dalam hal kesulitan

menciptakan konsistensi antara perencanaan program Abdimas-Bansos dengan realisasi dalam alokasi kerangka waktu yang sangat pendek (3/4 bulan) mengakibatkan berbagai program Diklat maupun Non-diklat dalam mengalami banyak kekurangan waktu untuk mencapai hasil yang maksimal.

5) Komponen Pemeliharaan_ UT pada dasarnya belum mengadopsi komponen

Pemeliharaan ini dengan tepat terutama pada sektor pemberdayaan masyarakat. Persoalan krusialnya adalah:

sektor program penghijauan tahap pemeliharan telah diadopsi, namun pelaksanaannya tanpa mempertimbangkan kebutuhan

Tahap Pemeliharaan program pemberdayaan masyarakat tidak dikenal dalam pedoman penyelengaraan (‘KAK’) UT. Pada

nyata lapangan sesuai perspektif CO-CD (Tabel 4 dan Tabel 5).

Tidak diadopsinya tahap pemeliharaan menyebabkan resiko pemborosan yang besar atas peluang terjadinya kegagalan

komunitas masyarakat, karena menutup peluang dapat dijaminnya tingkat keberhasilan intervensi yang telah dilakukan.

6) Pelepasan_ UT juga tidak melakukan adopsi terhadap komponen Pelepasan ini dalam pelaksanaan program Abdimas-Bansos Th 2011-2013. Persoalan krusialnya adalah:

Tahap Pelepasan program tidak dikenal dalam pedoman penyelengaraan (‘KAK’) program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013, maupun naskah-naskah lain dalam kebijakan pengelolaan Abdimas-Bansos UT (Tabel 4 dan Tabel 5). Inidikasi lain adalah tidak dimilikinya perspektif CO-CD dan kepekaan akuntabilitas oleh para pemangku kepentingan UT umumnya, menyebabkan hasil akhir intervensi program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013 kurang maksimal.

3. Pembahasan Hasil Wawancara dengan Koordinator Mitra Kerja Tentang Dampak Fisiologis-Psikologis Penyelenggaraan Program Abdimas-Bansos Th 2011-2013 Terhadap Seluruh Komunitas Masyarakat Penerima Manfaat

Hasil wawancara menunjukkan temuan bahwa dampak pelaksanaan program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013 tidak mengadopsi prinsip-prinsip CO-CD. Kondisi ini mengkonfirmasi temuan hasil reviu dokumen tentang tidak diadopsinya prinsip CO- CD dalam pengelolaan program Abdimas-Bansos UT. Persoalan krusial adalah:

Dengan demikian terdapat hubungan relative konsisten antara data K-02 dengan data K-

01, dalam hal tidak diadopsinya prinsip CO-CD dalam pengelolaan program Abdimas UT. Namun terjadi hubungan relative tidak konsisten antara tidak diadopsinya prinsip CO-CD dalam pengelolaan dengan dampak positif langsung program terhadap komunitas.

4. Pembahasan Hasil Angket Tentang Dampak Umum Program Abdimas Bansos-UT Th 2011-2013 Terhadap Perilaku Komunitas Masyarakat Penerima Manfaat .

Hasil angket mengindikasikan adanya dampak umum langsung yang cukup baik dalam peningkatan kualitas hidup komunitas masyarakat, yang dimaknai skor interval-

force ∑ 1.2 atau 90,2%. Dampak langsung positif lainnya ada pada peningkatan

kepedulian partisipasi komunitas terhadap kualitas hidup dibandingkan sebelum program

intervensi, dengan skor ∑ . 1.2 atau 95%. Dampak cukup baik juga terjadi pada kesadaran komunitas masyarakat terhadap Kesehatan, Pendidikan, Kesejahteraan ,

dengan skor ∑ 1.3 atau 98%. Dampak cukup baik lainnya terjadi pada keterpeliharaan

bantuan infrastruktur yang telah diberikan, dengan skor ∑ 1.2 atau 87%. Data kuantitatif menunjukkan indikasi dampak positif jangka pendek program Abdimas-Bansos UT terhadap komunitas masyarakat. Sedangkan dalam jangka panjang program Abdimas-Bansos UT melalui wawancara, observasi, dan reviu dokumen mengindikasikan belum mampu memberi dampak positif self-help.

5. Pembahasan Dampak Umum Program Abdimas Bansos-UT Th 2011-2013 Terhadap Kompetensi Seluruh Komunitas Masyarakat Penerima Manfaat: Angket

Pada persoalan perubahan peningkatan kompetensi, secara keseluruhan program Abdimas-Bansos UT Th 2011-2013 belum mampu cukup baik memberikan dampak positif terhadap nilai tambah kompetensi rata-rata anggota komunitas , yang dimaknai melalui skor peningkatan sebesar 52.4% saja walaupun menurut skala intervalnya agak tinggi ∑ . 1.9 (cenderung ‘banyak’ berdampak positif) dikarenakan Sd relatif tinggi ∑

6. Pembahasan Hasil Observasi Dampak Program Abdimas-UT Th 2011-2013

Hasil observasi dampak program Abdimas UT Th 2011-2013 pada bidang pemberdayaan masyarakat di 15 komunitas masayrarakat adalah sebagai berikut:

Secara keseluruhan dampak jangka pendek diindikasikan cukup baik dalam peningkatan kualitas hidup rata-rata komunitas.

Walaupun ada beberapa komunitas penerima manfaat mengalami kegagalan, seperti: Kelompok Ternak Bebek_Jampang-

Bogor , Kelompok Peternakan Kambing_Cihauk Cogrek-Bogor, Kelompok Peternakan Kambing_Ciherang-Bogor , dan

Kelompok Pembenihan Ikan Gurame_Jampang-Bogor .

Namun dalam jangka panjang penciptaan kemampuan self-hep bagi seluruh komunitas masyarakat penerima manfaat

mengalami kesulitan, bahkan kegagalan melanjutkan sendiri hasil program bantuan Abdimas UT. Dari 15 komunitas

masyarakat penerima manfaat, hanya ada 3 komunitas yang potensial dapat melanjutkan sendiri hasil bantuan, yaitu:

Kelompok Sumur Pompa_Cihauk Cogrek-Bogor , Kelompok TP A-Pondok Pesantren_Cihauk-Cogrek-Bogor , dan Kelompok

Peternak Ayam_Jampang-Bogor. Selebihnya mengalami kesulitan di bidang pemasaran produksi.

Penyebab utama kegagalan jangka panjang penciptaan kemampuan self-help bagi komunitas masyarakat adalah diindikasikan

oleh persoalan desain progam intervensi yang tidak mengadopsi prinsip-prinsip CO-CD. Dampak program penghijauan jangka pendek secara umum dari 3 (tiga) mitra kerja pelaksana kegiatan meliputi 4 (empat)

wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Makassar, dan Ambon menunjukkan hasil positif. Hasil positif berarti tingkat keberhasila n

Dalam jangka panjang dari hasil observasi, hasil program penghijauan pada beberapa daerah mengalami kegagalan, seperti:

berbagai jenis pohon yang ditanaman dapat hidup adalah cukup tinggi 70%.

1) Penghijauan tanaman produksi buah-buahan di wilayah Desa Banjarnegara dan Dusun Kadu Hejo-Pandeglang. Setelah 2

tahun bejalan, program penghijauan ini menjadi gagal. Indikasi kegagalan disebabkan oleh 2 faktor:

Pertama adalah ketidak tepatan jenis tanaman buah-buahan dengan topologi wilayah dan struktur tanah;

Kedua adalah faktor komunikasi, kompetensi mitra kerja, sosialisasi, pemeliharaan, dan pelepasan program yang tidak dirancang dengan baik. 2) Program penghijauan di wilayah Situ Gintung Tangerang Selatan mengalami kegagalan; 3)

Penghijauan di wilayah Makassar (Desa Pangkep) mengalami persoalan kegagalan tumbuh mangrove (30%-40%) karena program “Pemeliharaan’ sangat tidak memadai dengan karakteristik kebutuhan tumbuhan, dan tidak dihiraukannya iklim penanaman yang berpengaruh buruk pada tanaman yang lama tumbuh dan rentan rusak karena ombak dan sampah.

4) Ketidaktepatan waktu tanam juga terjadi pada program penghijauan di wilayah Teluk Dalam-Pulau Ambon yang merusak

7. Pembahasan Hasil Observasi Diri Dampak Program Abdimas-UT Th 2011-2013. pohon manggrove tidak berhasil tumbuh (30%).

Hasil observasi diri tentang dampak program Abdimas UT Th 2011-2013 pada bidang pengelolaan pemberdayaan masyarakat pada seluruh komunitas (18 komunitas), menunjukkan bahwa:

Persoalan krusial tahap Sosialisasi adalah ditemui kesulitan dalam hal penyamaan persepsi, biaya, dan maksud tujuan program karena tingkat pendidikan yang relatif rendah dengan latar belakang ekonomi dan budaya yang beragam.

Persoalan krusial tahap Pengorganisasian bagi peserta komunitas, mereka mengalami kesulitan memahami prosedur dan proses

pengorganisasian yang dianggap terlalu rumit dan sulit.

Dalam hal Analisis Kebutuhan komunitas, diindikasikan adanya kesenjangan lebar antara kebutuhan komunitas dengan kriteria

seleksi pemberian bantuan Bansos, sehingga komunitas menyesuaikan menurut apa saja ketentuan pemberi bantuan melalui

revisi proposal.

Pada tahap Pelaksanaan, diindikasikan jadwal pelaksanaan kegiatan sangat terbatas dan singkat, sehingga hasilnya kurang

maksimal.

Dalam hal tahap Pemeliharaan, tahap ini tidak dilakukan pada program pemberdyaan. Sedangkan pada program penghijauan

tahap pemeliharaan tidak terancang memadai sesuai kebutuhan riel tanaman.

Pada tahap Pelepasan diindikasikan tidak adanya kegiatan ‘Pelepasan’ yang menjamin bahwa komunitas masyarakat ataupun

sasaran penghijauan benar-benar telah dapat melanjutkan untuk menopang kehidupan sendiri (self-help). Tindakan untuk mengatasi kesulitan dan meminimalisir kesalahan:

Persoalan krusial Sosialisasi ini diindikasikan para anggota komunitas bersikap pasif menunggu arahan ketua kelompok atau

petugas dari UT. Bila terpaksa cukup berkomunikasi dengan Ketua Kelompok.

Dalam hal Pengorganisasian, diindikasikan anggota komunitas cukup mempercayakan urusan pada Ketua Kelompok. Dalam persoalan Analisis Kebutuhan, diindikasikan dengan cukup menyampaikan alasan penting tentang kebutuhan pokok

komunitas kepada Ketua Kelompok, dan setuju saja mengikuti ketentuan apa yang ditetapkan oleh pemberi bantuan (UT). usaha yang sudah ditetapkan (pendidikan-kesejahteraan-kesehatan ataupun penghijauan) dengan waktu pelaksanaan yang tidak Dalam persoalan Pelaksanaan, diindikasikan adanya benturan (conflict) pengaturan waktu yang tidak tepat, antara bidang

tepat ‘Timing’-nya. Tidak ada yang dapat diperbuat dalam mengatasi persoalan ini kecuali hanya berkomunikasi dengan Ketua

Kelompok dan menunggu kesempatan berkomunikasi dengan UT.

Pada persoalan Pemeliharaan, diindikasikan tidak dilakukannya tahap Pemeliharaan ini pada program pemberdayaan.

Sedangkan pada program penghijauan, tahap pemeliharaan tidak mendapatkan porsi yang memadai sesuai kebutuhan riel. Sehingga kegagalam selalu terjadi karena anggota komunitas tidak memiliki akses sumber informasi dan tidak tahu

menyelesaikan masalah.

Pada persoalan Pelepasan, tahap ini diindikasikan tidak dilakukan sehingga tidak ada ruang untuk menjamin bahwa komunitas

masyarakat telah mampu/tidak dalam melanjutkan menopang kehidupannya sendiri (self-help).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Inti kesimpulan dan rekomendasi penelitian evaluasi ini adalah bahwa dampak langsung janka pendek pengelolaan program Abdimas-Bansos UT 2011-2013 secara umum terbukti cukup memberi manfaat, namun dampak jangka panjang program tersebut terhadap