BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecemasan - Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Pengertian Kecemasan

  Menurut Freud (2000, dalam Safaria & Nofrans, 2009, hal. 49), kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan individu akan adanya bahaya. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi disebut dengan traumatik.

  Kecemasan adalah pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik (Suliswati et.el, 2008).

  Stuart (1995, dalam Riyadi & Teguh, 2009, hal. 43) mengatakan bahwa kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

  Tomb (1993, dalam Riyadi & Teguh, 2009, hal. 43) kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologi, sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.

  2.2. Faktor Penyebab Kecemasan

  Menurut Purba, dkk (2008), kecemasan dapat disebabkan oleh: a. Adanya perasaan takut tidak diterima dalam suatu lingkungan tertentu.

  b. Adanya pengalaman traumatis seperti trauma akan berpisah, kehilangan atau bencana.

  c. Adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan d.

  Adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar e.

  Adanya ancaman terhadap konsep diri: identitas diri, harga diri, dan perubahan peran.

  Sue, dkk. (Kartikasari, 1995 dalam Purba, 2008), manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini :

  1. Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi

  2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar

  3. Perubahan somatik, muncul dalam keaadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan sebagainya.

  4. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah dan perasaan tegang yang berlebihan.

2.3. Perilaku

  Kecemasan dapat dieksperisikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbul gejala atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari kecemasan.

  Intensitas dari perilaku akan meningkatkan sejalan dengan peningkatan kecemasan. Respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan efektif terhadap kecemasan dijelaskan pada tabel 2.1 dan 2.2 (Riyadi dan Teguh, 2009).

Tabel 2.1. Respon Fisiologis Terhadap Kecemasan

  Sistem Tubuh Respon Kardiovaskuler Palpitasi

  Jatung berdebar Tekananan darah meningkat Denyut nadi menurun Pingsan

  Pernafasan Nafas cepat Sesak nafas Pembengkakan tenggorokan Sensasi tercekik Nafas dangkal Tekanan pada dada

  Neuromuskuler Reflek meningkat Reaksi terkejut Mata berkedip-kedip Insomnia Gelisah Wajah tegang Kelemahan umum Gerakan yang janggal Tremor

  Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan Rasa tidak nyaman pada abdomen Menolak makan Nyeri abdomen Mual Nyeri ulu hati Diare

  Saluran perkemihan Sering berkemih Tidak dapat menahan kencing

  Kulit Wajah kemerahan

  Telapak tangan berkeringat Berkeringat seluruh tubuh Gatal Rasa panas dan dingin Wajah pucat

Tabel 2.2. Respons Perilaku, Kognitif, Dan Afektif

  Sistem Respon Perilaku Gelisah

  Ketegangan fisik Reaksi terkejut Bicara cepat Kurang koordinasi Cenderung mengalami cedera Menarik diri dari hubungan interpersonal Inhibisi Melarikan diri dari masalah Menghindar Hiperventilasi Sangat waspada

  Kognitif Perhatian terganggu Konsentasi buruk Pelupa Salah dalam pemberian penilaian Preokupasi Hambatan berfikir Lapang persepsi menurun Bingung Sangat waspada Kesadaran diri

  Kehilangan obyaktivitas Takut kehilangan kendali Takut pada gambaran visual Takut cedara Mimpi buruk

  Afektif Mudah terganggu Tidak sabar Tegang Gugup Ketakutan waspada

2.4. Tingkat Kecemasan a.

  Kecemasan Ringan Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

  b. Kecemasan Sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan.

  c.

  Kecemasan Berat Lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.

  d.

  Panik Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror.

  Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional (Dalami et.el, 2009).

2.5. Remaja

  Pengertian Remaja 2.5.1. Remaja bersal dari bahasa latin “ adolescere” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence yang berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, sosial dan fisik (Proverawati, 2009).

  Menurut WHO, disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun. Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1997 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Menurut Undang- undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap remaja apabila cukup matang untuk menikah yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki- laki (Proverawati, 2009).

2.5.2. Ciri-ciri Umum Masa Remaja a.

  Sebagai Periode Peralihan Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Apa yang tertinggal pada satu tahap akan memberikan dampak di masa yang akan datang.

  Osterrieth mengatakan bahwa, struktur psikis dari remaja ialah kelanjutan dari perkembangan masa pubertas.

  b.

  Periode Mencari Identitas Diri Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau telah menjadi orang dewasa, apakah siap menjadi suami atau istri, apakah percaya diri dengan latar belakang berbeda (Pieter & Namora, 2011).

2.5.3. Ciri-ciri Perubahan Masa Remaja

  a. Perkembangan Nonfisik

  Pieter & Namora (2011), masa remaja menurut ciri perkembangannya dibagi menjadi 3 tahap yaitu: 1) Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri yaitu ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya. 2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam. 3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri yaitu mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

  b. Perubahan Fisik

  Pieter & Namora (2011), perubahan fisik yang akan dialami pada masa remaja yaitu terbagi dalam 2 perubahan, yaitu : 1). Perubahan Eksternal

  a). Tinggi dan Berat Badan Penambahan tinggi badan remaja putri rata-rata pada usia 17-18 tahun dan penambahan tinggi remaja putra kira-kira pada usia 18-19 tahun. Sementara untuk perubahan berat badan remaja mengikuti jadwal yang sama dengan tinggi.

  b). Organ Seks dan Ciri-ciri Sekunder

  Perkembangan organ-organ seksual akan mencapai ukuran yang matang ketika masa remaja akhir namun fungsinya belumlah matang hingga beberapa tahun. Untuk perkembangan ciri-ciri seks sekunder akan matang pada remaja akhir.

  c). Proporsi Tubuh Beberapa bagian anggota tubuh secara perlahan-lahan akan mencapai perbandingan proporsi tubuh yang lebih seimbang, dimana badan akan melebar dan memanjang sehingga bentuk tubuh mereka tidak lagi kelihatan panjang seperti masa pubertas.

  2). Perubahan Internal

  a). Sistem Pencernaan Usus bertambah panjang dan besar, otot-otot perut dan dinding usus menjadi lebih kuat dan tebal. Kondisi ini juga diikuti dengan bertambah beratnya hati dan kerongkongan yang semakin memanjang.

  b). Sistem Peredaran Darah Dan Pernafasan Remaja memasuki usia 17-18 tahun perkembangan jantung sangat cepat.

  Panjang dan tebal dinding pembuluh darah akan meningkat dan mencapai kematangan seiring dengan bertambah matangnya kekuatan otot-otot jantung.

  Bagi remaja perempuan kapasitas paru-paru akan meningkat ketika usia 17 tahun dan lebih cepat matang dibandingkan dengan kematangan paru-paru remaja putra.

  c). Sistem Endokrin dan Jaringan Tubuh Pada masa remaja sistem kerja gonad meningkat yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan sementara pada seluruh sistem endokrin.

  Kondisi ini menyebabkan kelenjar seksual berkembang pesat dan semakn berfungsi hingga tahap remaja akhir dan dewasa awal. Untuk jaringan otot dan tulang terus berkembang pesat dan akan berhenti ketika usia 18 tahun.

  c. Perubahan Kejiwaan

  Perubahan kejiwaan yang dialami remaja meliputi : 1). Perubahan emosi yaitu : sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan frustasi), mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi. 2). Perkembangan inteligensia yaitu : mampu berfikir abstrak dan senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal yang baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba hal yang baru (Pieter & Namora, 2011).

  d. Perkembangan Seksualitas

  Menurut Monks et.el , 2002, perkembangan seksualitas pada remaja yaitu : 1). Tanda-tanda kelamin primer : menujuk pada organ badan yang langsung berhubungan dan proses reproduksi. Jadi pada anak wanita hal tadi adalah rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, klitoris serta terjadinya

  menarche. Dan pada anak laki-laki yaitu penis, testis, scrotum serta mimpi basah.

  2). Tanda-tanda kelamin sekunder : tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan bersetubuhan dan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas wanita dan khas laki-laki. Contoh pada wanita yaitu pertumbuhan rambut yang pada wanita terbatas pada kepala, ketiak, dan alat kemaluan. Panggul melebar dan tumbuhnya payudara. Pada laki-laki yaitu bahu yang lebar, pertumbuhan kumis, janggut, rambut pada dada, dan timbulnya pergantian suara.

  3). Tanda-tanda kelamin tersier, antara lain : motorik anak mulai berubah, mulai tahu menghias diri, mulai percaya pada dirinya sendiri, perkembangan tubuhnya mencapai kesempurnaan dan kembali harmonis.

2.6. Menarche

   2.6.1. Pengertian

Menarche menurut Hinchilff (1999, dalam Proverawati dan Misaroh, 2009, hal. 58)

adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang wanita.

  Pearce (1999, dalam Proverawati dan Misaroh, 2009, hal 58) menarche adalah sebagai permulaan menstruasi pada seseorang gadis pada masa pubertas, yang biasanya muncul pada usia 11- 14 tahun.

  Menurut Konopaka (1976, dalam Monks et.el, 2002, hal. 270) adalah ukuran yang baik karena hal itu menentukan salah satu ciri kemasakan seksual yang pokok, yaitu suatu disposisi untuk konsepsi dan melahirkan. Di samping itu menarche juga merupakan manifestasi yang jelas meskipun pada permulaannya masih terjadi perdarahan sedikit.

  Masa menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada wanita secara rutin setiap bulan terkecuali terjadi kehamilan (Pieter & Namora, 2011).

  2.6.2. Saat Menstruasi Pertama Datang

  Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan seseorang wanita yang mengalami menstruasi untuk pertama kali (menarche). Menarche adalah suatu hal yang wajar dialami oleh wanita normal dan tidak perlu digelisahkan. Namun hal ini akan semakin parah apabila pengetahuan remaja mengenai menstruasi ini kurang dan pendidikan dari orang tua yang kurang (Proverawati & Misaroh, 2009).

  Gejala menjelang menstuasi terjadi hampir di seluruh bagian tubuh dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh, antara lain yaitu adanya perubahan berat badan, rasa nyeri di payudara, sakit pinggang, sakit kepala, pegal linu, dismenorea kongestif, perubahan nafsu makan, mucul jerawat, perubahan tidur, mual-mual dan kembung, mudah marah, dan timbul persaan malas (Pieter & Namora, 2011).

  Berbagai perubahan selama pubertas bersamaan dengan terjadinya menarche meliputi thelarche (perkembangan payudara) terjadi pada awal usia < 10 tahun,

  

adrenarche (pubarche atau perkembangan rambut aksila dan pubis) terjadi ketika anak

  berusia 11 tahun, pertumbuhan tinggi badan lebih cepat dan perubahan psikis (Proverawati & Misaroh, 2009).

  2.6.3. Usia Terjadi Menarche

  Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, gizi, sosial, dan ekonomi. Di Inggris usia rata-rata untuk mencapai menarche dalah 13,1 tahun, sedangakan suku Bundi di Papua Nugini menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Proverawati & Misaroh, 2009). biasanya terjadi antara tiga sampai delapan hari, namun rata-rata lima hari.

  Menarche

  Secara global dan termuktahir, perempuan mengalami menstruasi dini (premature). Hal ini disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal karena ketidakseimbangan hormon bawaan lahir. Hal ini juga berkolerasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi (Proverawati & Misaroh, 2009).

  2.6.4. Menarche dan Ras Usia rata-rata seorang anak perempuan mengalami menarche tetap pada usia 12 tahun.

  Penelitian oleh David S. Freeman, PhD baru menunjukkan anak perempuan kulit hitam rata-rata mengalami menstruasi lebih cepat 3 bulan dari pada anak-anak kulit putih. Dan rata-rata usia saat pertama kali mendapatkan menstruasi lebih cepat 9 bulan pada perempuan kulit hitam, serta 2 bulan pada perempuan kulit putih antara tahun 1973 dan 1994.

  Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan lebih dari 40% anak perempuan kulit hitam mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun dibandingkan anak perempuan kulit putih. Sekitar 10% anak perempuan kulit putih dan 15% anak perempuan kulit hitam mulai mengalami menstruasi sebelum usia 11 tahun (menarche dini).

  Peneliti juga mendapatkan anak-anak perempuan yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun berat badannya lebih berat dan badannya lebih tinggi dari pada anak perempuan yang mengalami menstruasi pertamanya setelah berusia 13 tahun. Penelitian ini didapatkan anak perempuan kulit hitam yang berusia antara 5 hingga 9 tahun dengan keadaan tubuh lebih berat dan tinggi dibandingkan anak perempuan kulit putih pada kelompok umur yang sama (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.6.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menarche a.

  Aspek Psikologi yang menyatakan bahwa menarche merupakan bagian dari masa pubertas. Menarche merupakan suatu proses yang melibatkan sistem anatomi dan fisiologi dari proses pubertas yaitu :

  1). Disekresikannya estrogen oleh ovarium yang distimulasi oleh hormon ptuitari 2). Estrogen menstimulus pertumbuhan uterus 3). Fluktuasi tingkat hormon yang dapat menghasilkan perubahan suplai darah yang adekuat ke bagian endometrium 4). Kematian beberapa jaringan endometrium dari hormon ini dan adanya peningkatan fluktuasi suplai darah ke desidua.

  b. Menarche dan kesuburun Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa interval rata-rata antara menarche dan ovulasi terjadi beberapa bulan. Secara tidak teraut menstruasi terjadi sela 1-2 tahun sebelum ovulasi yang teratur. Adanya ovulasi yang teratur menandakan interval yang konsisten dari lamanya menstruasi dan perkiraan waktu datangnya kembali dan untuk mengukur tingkat kesuburan seorang wanita.

  c.

  Pengaruh Waktu Terjadinya Menarche biasanya terjadi sekitar dua tahun setelah perkembangan payudara.

  Menarche

  Namun, akhir-akhir ini menarche terjadi pada usia yang lebih muda dan tergantung dari pertumbuhan individu, diet, dan tingkat kesehatannya.

  d.

  Menarche dan lingkungan sosial Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap waktu terjadinya menarche, salah satunya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yanag harmonis dan adanya keluarga besar yang baik dapat memperlambat terjadinya menarche dini sedangkan anak yang tinggal di tengah-tengah keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan terjadinya menarche dini.

  e.

  Umur menarche dan status sosial ekonomi terlambat terjadi pada kelompok sosial ekonomi sedang sampai tinggi

  Menarche

  yang memiliki selisih sekitar 12 bulan. Orang yang berasal dari kelompok keluarga yang biasa mengalami menarche lebih dini. Hasil penelitian menyatakan bahwa wanita yang vegetarian kejadian menarchenya 6 bulan lebih awal dari pada yang vegetarian.

  f.

  Basal Metabolik Indek dan Kejadian Menarche Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menarche dini (9-11 tahun) mempunyai berat badan maksimum 46 kg. kelompok yang memiliki berat badan 37 kg mengalami menarche yang terlambat yaitu sekitar 4,5 kg lebih rendah dari kelompok yang memiliki berat badan yang ideal (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.6.6. Ketidakteraturan Menstruasi

  Gangguan dalam masa menarche meliputi menarche dini, menarche tarda, dan perdarahan. Menarche dini yaitu terjadinya menstruasi sebelum umur 10 tahun yang dikarenakan pubertas dini dimana hormon gonadotropin diproduksi sebelum anak usia 8 tahun. Hormon ini merangsang ovarium yang memberikan ciri-ciri kelamin sekunder.

  Hormon gonadotropin juga akan mempercepat terjadinya menstruasi dini dan fungsi dari organ reproduksi itu sendiri. Menarche tarda adalah menarche yang baru datang setelah umur setelah 14 tahun yang disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan kesehatan dan kurang gizi (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.7. Menstruasi

  2.7.1. Pengertian

  Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa haid (Proverawati & Misaroh, 2009).

  Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan. Proses alamiah ini terjadi rata-rata sekitar 2 sampai 8 hari. Darah yang keluar umumnya sebanyak 10 – 80 mL per hari (Laila, 2011).

  2.7.2. Siklus Menstruasi

  Siklus menstruasi yang normal adalah 28 atau 30 hari dan lamanya pendarahan biasanya 3-8 hari (Pudiastuti, 2012). Dan ada juga kelainan siklus menstruasi yaitu oligomenorea yang siklus mentruasi yang memanjang lebih dari 35 hari dan jumlah perdarahan tetap sama. Polimenorea yaitu siklus menstruasi yang lebih singkat sekitar kurang dari 21 hari (Laila, 2011).

  Menurut Proverawati & Misaroh (2009), siklus menstruasi terdiri 4 fase yaitu : a.

  Fase menstruasi Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada.

  b.

  Fase Proliferasi/fase Folikuler Ditandai dengan menurunnya hormon progesterone sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilakan hormon estrogen yang merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.

  c.

  Fase Ovulasi/fase Luteal Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebalkan dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.

  d.

  Fase Pasca ovulasi/fase Sekresi Ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang serta berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesterone maka penebalan dinding endometrium akan berhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase perdarahan atau menstruasi.

2.7.3. Perubahan-perubahan Remaja Saat Masa Menstruasi

  Adaptasi pada awal menstruasi terjadi siklus menstruasi memerlukan penyesuaian diri misalnya di dua bulan pertama siklus menstruasi terjadi setiap 28 hari kemudian tidak mendapat menstruasi selama satu bulan atau lebih. Setelah 2-3 tahun siklus menstruasi akan menjadi teratur.

  a.

  Perubahan fisik Gejala-gejala fisik yang umum terjadi selama wanita mengalami menstruasi yaitu :

  1. Adanya perubahan berat badan 2.

  Pembengkakan pada perut, jari, tungkai, atau pergelangan kaki 3. Ketidaknyamanan pada buah dada seperti pembesaran, nyeri ditekan dan kaku

  4. Sakit kepala dan terkadang mengalami migraine 5.

  Rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot 6. Dismenore kongesif, yaitu sakit pada perut atau pinggang bagian bawah 7. Perubahan nafsu makan 8. Berkurangnya air kecing 9. Perubahan kulit, seperti bisul atau jerawat 10.

  Perubahan tidur (kurang tidur atau tidur yang berlebihan) 11. Mual-mual dan pada sebagian orang ada yang mengalami asma 12. Kejang terutama akibat dinding-dinding otot uterus yang perlahan-lahan mengerut. b.

  Perubahan-perubahan Psikologis pada Menstruasi Adapun perubahan-perubahan psikologis yang umum terjadi pada saat menstruasi yaitu :

  1. Anoreksia nervosa yaitu hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang disebabkan oleh faktor penyimpanan emosional. Gejala-gejala anoreksia nervosa ialah hilangnya nafsu makan, pura-pura tidak mau makan, tidak mau makan sama sekali, kehilangan berat badan, dan kelelahan.

  2. Bulimia yaitu kelainan emosional yang ditandai pola makan yang berlebihan dan berbahaya. Gejala-gejala bulimia yaitu rasa kekhawatiran yang luar biasa terhadap berat badan, sehingga siklus makanannya tidak terkontrol dan apabila selesai makan dia selalu memuntahkan sehingga dia akan makan lagi dalam siklus yang tak terkontrol juga.

  3. Cemas : rasa cemas menjadi tak wajar apabila cemas terhadap hal-hal yang sebenarnya bukan objek perhatian khusus, ketdakmampuan untuk menyelesaikan masalah dan selalu menganggap masalahnya tidak realistis. Cemas yang lama bisa menyebabkan gangguan fisik dan psikologis.

  4. Depresi : ditandai dengan adanya perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan fokus perhatian, tidak mampu dalam konsentrasi, ingin bunuh diri, sulit tidur, cemas, nafsu makan kurang, berat badan menurun, merasa lelah dan kesepian, tidak berharga, rasa bersalah, tak mau bicara dengan orang lain, dan menutup diri.

  5. Stres : keadaan yang membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi mempertahankan diri.

  6. Disleksia (kesulitan membaca) : kelainan ini diakibatkan ketidakmampuan menghubungkan antara lisan dan tulisan, kesulitan menghubungkan antara suara dan tulisan. Gejala dari disleksia ialah membaca lambat dan terputus- putus.

  7. Ketidakmatangan emosi : dipengaruhi oleh faktor hormonal dan situasional misalnya saat datang haid, wanita cenderung menjadi pemarah, mudah tersinggung, atau cepat lelah.

  8. Ambivalen dan insomnia : selalu kesulitan untuk mengambil satu sikap atau setiap perubahan yang terjadi pada dirinya. Insomnia ialah kesulitan memejamkan mata, kesulitan tidur, dan terjaga malam hari (Pieter & Namora, 2011).

2.7.4. Kebersihan Diri Saat Menstruasi

  Menurut Pudiastuti (2012) dan Laila (2011), cara menjaga kebersihan diri disaat menstruasi adalah sebagai berikut : a.

  Rutin mandi dan keramas b.

  Bersihkan vagina setiap mandi dengan air bersih. Jika alergi dengan sabun, cukup gunakan air hangat.

  c.

  Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut d.

  Menggunakan pembalut yang bersih, berbahan lembut, menyerap dengan baik serta tidak membuat alergi dan merekat dengan baik pada celana dalam.

  e.

  Mengganti pembalut sesering mungkin sekitar 2-4 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang baik pada pembalut serta menghindari bakteri masuk ke vagina.

  f.

  Memilih celana dalam dari bahan katun dan tidak ketat.

  g.

  Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang h. Menyediakan pembalut dan underweer pada saat melakukan aktivitas atau berpergian. i.

  Bagi muslimah, lakukan mandi besar jika masa menstruasi sudah selesai.

2.7.5. Cara Mengatasi Nyeri Pada Saat Menstruasi/Menarche a.

  Jika memilih menggunakan obat sebagai penetral rasa sakit, gunakanlah obat- obatan yang berdasarkan pengawasan dokter dan dosisnya tidak lebih dari 3 kali sehari.

                       

  Melakukan diet rendah lemak, garam, dan gula tapi tinggi protein (Laila, 2011).

  Memperbanyak konsumsi makanan yang sehat. i.

  h.

  Memperbanyak mengonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung zat besi.

  g.

  Cobalah untuk mengomperes dengan botol berisi air hangat pada bagian yang dirasakan sakit.

  b.

  Tidur dan istirahat yang cukup.

  e.

  Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung kebawah hal tersebut dapat membantu relaksasi otot saat menstruasi.

  d.

  Minum air hangat.

  c.

  Mengusap-usap secara perlahan-lahan bagian perut atau pinggang yang sakit dengan sesuatu yang hangat.

  f.

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013

8 82 92

Hubungan Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dengan Tingkat Kecemasan Suami Mengahadapi Istri yang Bersalin Spontan di Klinik Hadijah Medan Tahun 2011

4 69 68

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2010

4 66 60

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Usia Saat Menarche dengan Pola Siklus Menstruasi dan Dismenorea Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan - Hubungan Karakteristik Deugan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Pada Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Sumiariani Kecamatan Medan lobor Tabun 2014

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan Dental 2.1.1 Definisi Kecemasan - Tingkat Kecemasan Masyarakat Saat Pencabutan Gigi Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin Dan Asal Daerah Dengan Survei Online

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga 2.1.1. Definisi Keluarga - Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarganya yang Mengalami Gangguan Jiwa di RSJD Propinsi SUMUT Medan Tahun 2014

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kecemasan - Determinan Kecemasan Wanita Pra Menopause di Desa Rawang Lama Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan Tahun 2014

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan - Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Pola Menstruasi Pada Mahasiswi yang Sedang Menyusun Tugas Akhir di Jurusan D-IV Bidan Pendidik Tahun Ajaran 2013 - 2014 Fakultas Keperawatan Universita

0 0 16

Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013

0 0 31