Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2010

(1)

TAHUN 2010

HASRIA NITA NIM : 095102054

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Hasria Nita

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan

Tahun 2010

viii + 41 hal + 6 tabel + 9 Lampiran Abstrak

Menstruasi merupakan peristiwa yang wajar dan alami, walaupun begitu pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi di antaranya yang sering terjadi adalah dismenorhea (nyeri selama siklus haid). Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar, hampir 50% dari kaum wanita pernah mengeluh karena sakit waktu haid pada masa remaja. Biasanya gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan. Desain penelitian ini bersifat analitik korelasi dengan pendekatan

cross sectional dengan besar sampel 219 orang dengan metode pengambilan sampel stratified random sampling. Penelitian ini di lakukan pada bulan Januari 2010 sampai

April 2010. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi, kuesioner pengetahuan tentang dismenorhea, dan kuesioner tentang tingkat kecemasan. Hasil penelitian menunjukan mayoritas remaja puteri berpengetahuan baik sebanyak 167 orang (76,3%) dan mengalami cemas ringan sebanyak 150 responden (68,5%) tentang dismenorhea. Setelah dilakukan uji chi-square disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea karena nilai p value < 0,05 atau (0,002 < 0,05). Dari penelitian ini di harapkan agar remaja untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang dismenorhea. Kata kunci : Pengetahuan, tingkat kecemasan, dismenorhea.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. dr. Murniati Manik, M.Sc, Sp.K.K. selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dina Indarsita, M.Kes. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Kepala Sekolah SMU Negeri 3 Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melakukan penelitian.


(4)

6. Kedua orang tuaku, adikku, suamiku, serta anakku yang telah banyak membantu baik moril maupun materil, memberikan dorongan dan semangat serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberi dukungan dan masukan kepada penulis. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini Masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengetahuan ... 6

1. Definisi Pengetahuan ... 6

2. Tingkat Pengetahuan ... 6

3. Proses Penyerapan Pengetahuan ... 7

B. Kecemasan ... 8

1. Definisi Kecemasan ... 8

2. Faktor Predisposisi ... 9

3. Tingkat Kecemasan ... 12

4. Gejala Klinis Cemas ... 13

C. Remaja ... 14

1. Pengertian Remaja ... 14

2. Ciri – ciri perubahan masa remaja ... 14

D. Dismenorhea ... 16

1. Definisi ... 16

2. Etiologi ... 16


(6)

4. Tanda – Tanda Klinis ... 18

5. Penanganan ... 19

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL .. 21

A. Kerangka Konsep ... 21

B. Hipotesis ... 21

C. Definisi Operasional ... 22

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Desain Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Tempat Penelitian ... 24

D. Waktu Penelitian ... 25

E. Etika Penelitian ... 25

F. Instrumen Penelitian ... 25

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 27

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

I. Rencana Analisa Data ... 29

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan ... 33

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 4.1 : Jumlah Sampel Dengan Stratified Random Sampling……… 24 Tabel 5.1 : Distribusi Hasil Pengetahuan Remaja Puteri Tentang

Dismenorhea 1 di SMUN 3 Medan Tahun 2010... Tabel 5.2 : Distribusi Hasil Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang

Dismenorhea 1 di SMUN 3 Medan Tahun 2010... Tabel 5.3. : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Puteri Tentang

Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2010…………... Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang

Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2010... Tabel 5.5 : Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Keceamasan Remaja

Puteri Tentang Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2010 ...


(8)

DAFTAR SKEMA

halaman Skema 3.1. Skema Kerangka Konsep ... 21


(9)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Surat izin Penelitian

Lampiran 4 : Balasan Surat Izin Penelitian Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian Lampiran 6 : Lembar Konsultasi

Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Validity Content Lampiran 8 : Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia Lampiran 9 : Data Statistik Penelitian


(10)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Hasria Nita

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan

Tahun 2010

viii + 41 hal + 6 tabel + 9 Lampiran Abstrak

Menstruasi merupakan peristiwa yang wajar dan alami, walaupun begitu pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi di antaranya yang sering terjadi adalah dismenorhea (nyeri selama siklus haid). Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar, hampir 50% dari kaum wanita pernah mengeluh karena sakit waktu haid pada masa remaja. Biasanya gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan. Desain penelitian ini bersifat analitik korelasi dengan pendekatan

cross sectional dengan besar sampel 219 orang dengan metode pengambilan sampel stratified random sampling. Penelitian ini di lakukan pada bulan Januari 2010 sampai

April 2010. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi, kuesioner pengetahuan tentang dismenorhea, dan kuesioner tentang tingkat kecemasan. Hasil penelitian menunjukan mayoritas remaja puteri berpengetahuan baik sebanyak 167 orang (76,3%) dan mengalami cemas ringan sebanyak 150 responden (68,5%) tentang dismenorhea. Setelah dilakukan uji chi-square disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea karena nilai p value < 0,05 atau (0,002 < 0,05). Dari penelitian ini di harapkan agar remaja untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang dismenorhea. Kata kunci : Pengetahuan, tingkat kecemasan, dismenorhea.


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masa anak-anak ovarium boleh dikatakan masih dalam keadaan istirahat, belum menunaikan faalnya dengan baik. Baru jika telah tercapai masa remaja muncullah tanda-tanda pubertas dan terjadilah perubahan-perubahan dalam ovarium yang mengakibatkan pula perubahan besar pada seluruh tubuh wanita. Kejadian yang terpenting dalam pubertas wanita adalah timbulnya menstruasi. Menstruasi adalah keluarnya darah dari kemaluan. Menstruasi yang timbul pertama kali disebut

menarche, kemudian setiap bulan secara periodik seorang wanita normal akan

mengalami menstruasi secara siklik. Menstruasi merupakan peristiwa yang wajar dan alami, walaupun begitu pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi di antaranya yang sering terjadi adalah dismenorhea (nyeri selama siklus haid) (Moore, 2001).

Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar, hampir 50% dari kaum wanita pernah mengeluh karena sakit waktu haid pada masa remaja. Biasanya gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun, dan berkurang atau sembuh setelah pernah mengandung (Llewellyn, 2005). Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenorhea dan 10-15% di antaranya mengalami dismenorhea berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan diperkirakan perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenorrhea. Di Indonesia angka kejadian dismenorhea primer sebesar 54,89% sedangkan sisanya


(12)

adalah penderita dengan tipe sekunder (Qittun, 2008, diperoleh 5 Desember 2009).

Dahulu, wanita yang menderita dismenorhea hanya bisa menyembunyikan rasa sakit tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya. Keadaan ini juga diperburuk oleh orang di sekitar mereka yang menganggap bahwa dismenorhea adalah rasa sakit yang wajar yang terlalu dibesar-besarkan oleh wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Sekarang baru diketahui bahwa dismenorhea adalah kondisi medis yang nyata yang diderita wanita. Dismenorhea sendiri dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu: dismenorhea primer dan dismenorhea sekunder, yang sering terjadi adalah

dismenorhea primer. Kebanyakan dari mereka yang mengeluh sakit tidak memerlukan

pengobatan, tetapi lebih membutuhkan pengertian dan penerangan (Llewellyn, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan Gunawan (2002) diempat SLTP di Jakarta menunjukkan bahwa pada dismenorhea primer yaitu sebanyak 76,6% siswi tidak masuk sekolah karena nyeri haid yang dialami, 56,5% siswi mengalami nyeri haid tidak menentu, di mana 23,6 % terjadi bersamaan dengan datangnya haid, 13,6% terjadi sebelum datangnya haid dan pada 6,2% terjadi setelah datangnya haid.

Berdasarkan survei yang dilakukan Ayurai (2006) di SMA Negeri 3 Sidoarjo, didapatkan bahwa sebesar 90 % siswi mengalami dismenorhea dan sebanyak 70% siswi tersebut mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan oleh salah satu faktornya

yaitu kurangnya pengetahuan remaja tersebut tentang dismenorhea tersebut

Nyeri haid dapat menyebabkan seseorang menjadi lemas, tidak bertenaga sehingga berdampak negatif pada kegiatannya sehari-hari dan secara psikologis akan sangat mengganggu, bahkan menjadi salah satu alasan tersering wanita tidak masuk


(13)

kerja atau sekolah. Nyeri haid cenderung terjadi lebih sering dan lebih hebat, pada gadis remaja yang mengalami kegelisahan, ketegangan dan kecemasan. Jika tidak diatasi, nyeri menstruasi ini seringkali akan mengganggu aktifitas dari remaja tersebut (Qittun, 2008,

Riyanto (2002), mengatakan bahwa gangguan dismenorhea salah satunya akibat ketegangan jiwa yang disebabkan karena terlalu memikirkan masalah haid. Ketika menstruasi, terjadi penurunan progesteron dan dengan adanya faktor psikologis (kecemasan) akibat kurangnya pengetahuan remaja tentang dismenorhea maka terjadi peningkatan prostaglandin yang menyebabkan kontraksi disritmik dan mengubah persepsi nyeri maupun sensitifitas saraf tepi (Mansjoer, 2002). Remaja yang memiliki pengetahuan yang baik dapat membantu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan tersebut sehingga diharapkan kecemasan berkurang sedangkan remaja yang tidak memiliki pengetahuan dapat meningkatkan masalah berkepanjangan yang dapat timbul sebagai ketidaktegasan, kebingungan, pemberontakan, depresi atau meningkatkan ansietas (kecemasan) (Potter, 2005).

Menurut hasil penelitian Noviarni Fitri (2009) Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di Dusun XI Desa Tegal Rejo Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat, mayoritas berpengetahuan baik pada kelompok pendidikan SMA yaitu sebanyak 22 responden (44%) dan minoritas berpengetahuan kurang pada kelompok pendidikan SD yaitu sebanyak 3 responden (6 %).

Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada siswi kelas X dan XI di SMUN 3 Medan pada bulan Januari 2010 didapatkan data bahwa sebesar 83,5% siswi mengalami dismenorhea, dan sebanyak 61,3 % dari mereka mengalami


(14)

kecemasan. Hal ini disebabkan oleh salah satunya adalah kurangnya pengetahuan remaja itu sendiri tentang dismenorhea.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMUN 3 Medan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan : apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja puteri tentang dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan.

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan.

c. Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan.


(15)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja

Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang dismenorhea.

2. Bagi Institusi Pendidikan D-IV Kebidanan

Sebagai bahan masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan serta acuan dalam pengembangan ilmu kebidanan yang berkaitan dengan dismenorhea.

3. Bagi Peneliti

Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama ini, serta menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian selanjutnya.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Maulana, 2009).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan terdiri dari : a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu“ ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


(17)

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diatikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang ada.

3. Proses Penyerapan Pengetahuan a. Kesadaran (Awarennes)

Kesadaran merupakan tahap di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus (objek).

b. Merasa tertarik (Interest)

Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.


(18)

c. Menimbang-nimbang (Evaluation)

Tahap di mana responden menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial

Di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diketahui oleh stimulus.

e. Adoption

Adoption merupakan tahap di mana subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).

B. Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Menurut Stuart (2006) definisi kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek spesifik kecemasan dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal dan berada dalam suatu rentang.

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasikan secara intrapersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. (Suliswati, 2005).


(19)

Menurut Dalami (2009), kecemasan adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya.

2. Faktor Predisposisi

Stuart (2006) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat dipahami melalui berbagai teori yaitu teori psikoanalitis dimana sigud freud mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang terjdi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat (Stuart, 2006).

Teori perilaku meyebutkan kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu karena mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk meghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil dihadapkan suatu ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai pertentangan antar dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal


(20)

balik antara konflik dan kecemasan yaitu konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan (Stuart, 2006).

Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Kesemasan juga terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga (Stuart, 2006).

Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama

aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang

berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor (Stuart, 2006).

Menurut Stuart (2006) respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologi, perilaku, kognitif dan efektif yaitu :

a. Respon fisiologi

Gejala somatik/fisik (otot), meliputi : sakit dan nyeri otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala sensorik meliputi : tinnitus (telinga berdengung), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk. Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), meliputi :

takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi

mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang (berhenti sekejap). Gejala pernafasan : Rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang. Gejala gastrointestinal


(21)

meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat badan. Gejala urogenital, meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini.

Adapun gejala – gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kecemasan adalah (1) ketegangan motorik / alat gerak seperti : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, mudah kaget (2). Hiperaktifitas saraf autonom (simpatis dan saraf parasimpatis) seperti keringat berlebihan, jantung berdebar – debar, rasa dingin ditelapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering buang air kecil, diare, muka merah / pucat, denyut nadi dan nafas cepat (3). Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal –hal yang akan datang seperti : cemas, takut, khwatir, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya (4). Kewaspadaan berlebihan seperti : Perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung, tidak sabar ( Hawari, 2004). b. Respon perilaku

Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah, ketenangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.

c. Respon kognitif

Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir,


(22)

lapang persepsi menurun, keativitas menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk. d. Respon afektif

Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, dan malu. Menurut suliswati (2005) respons afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

3. Tingkat Kecemasan

Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat (Stuart, 2001) yaitu: a. Kecemasan ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indera. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Kecemasan sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

c. Kecemasan berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh


(23)

perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perhatian atau arahan untuk terfokus pada area lain.

d. Kecemasan berat sekali atau panik

Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktifitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai disorganisasi kepribadian.

4. Gejala Klinis Cemas

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut :

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.

b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. c. Takut sendirian, takut keramaian, dan banyak orang. d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2004).


(24)

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, 2009).

Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu:

a. Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. b. Menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah

mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal

c. Menurut UU Perkawinan No,1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.

d. Menurut World Health Organization (WHO), remaja bila anak mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2004).

2. Ciri-ciri Perubahan Masa Remaja a. Perkembangan nonfisik


(25)

1) Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri yaitu ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.

3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri yaitu mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

b. Perubahan fisik pada masa remaja Perubahan yang terjadi yaitu :

1) Pada remaja laki-laki yaitu muncul tanda seks primer yaitu mimpi basah. Muncul tanda-tanda seks skunder yaitu tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuh kumis di atas bibir, jambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.

2) Pada remaja perempuan yaitu muncul tanda seks primer yaitu terjadi haid yang pertama (menarche). Muncul tanda seks skunder yaitu pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar.


(26)

c. Perubahan Kejiwaan

Perubahan kejiwaan yang dialami remaja meliputi :

1) Perubahan emosi yaitu : sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan frustasi), mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi.

2) Perkembangan inteligensia yaitu : mampu berfikir abstrak dan senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal yang baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba hal yang baru (Pinem, 2009).

D. Dismenorhea (Nyeri Haid)

1. Definisi

Dismenorhea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid sehingga dapat

mengganggu aktivitas sehari-hari. Dibagi menjadi dua yaitu : a. Dismenorhea primer

Dismenorhea primer, dengan mula timbulnya beberapa bulan sampai

beberapa tahun sesudah menarche, terjadi berhubungan dengan siklus ovulasi.

b. Dismenorhea sekunder

Dismenorhea sekunder disebabkan oleh keadaan patologik pelvik yang

spesifik dan dapat terjadi pada setiap saat selama masa reproduksi pasien (Moore, 2001).

2. Etiologi

Etiologi dismenorhea berbeda antara dismenorhea primer dengan sekunder yaitu:


(27)

a. Dismenorhea primer

Diduga disebabkan oleh kontraksi otot rahim atau iskemi, faktor-faktor psikologis, dan faktor-faktor servikal (Moore, 2001).

b. Dismenorhea sekunder

Disebabkan oleh kelainan ginekologik (Wiknjosastro, 2006). 3. Patofisiologi

Wanita dengan dismenorhea mempunyai peningkatan aktifitas rahim, yang ditunjukkan sebagai peningkatan tonus istirahat, peningkatan kontraktilitas, peningkatan frekuensi kontraksi atau kerja yang tak terkoordinasi. Bukti bahwa prostaglandin terlibat dalam dismenorheaa adalah meyakinkan. Cairan haid dari wanita dengan dismenorhea mempunyai kadar lebih tinggi daripada kadar prostaglandin normal (Moore, 2001).

Prostaglandin adalah C20 hidrokarbon dengan cincin siklopentan dan dihasilkan oleh enzim mikrosom (sintetaseprostaglandin) dari asam arakidonat. Ketika progesteron disekresi setelah ovulasi, endometrium yang telah mengalami luteinisasi sanggup mensintesis prostaglandin. Jika ada gangguan keseimbangan antara prostasiklin, yang menyebabkan vasodilatasi dan relaksasi miometrium,

prostaglandin F2α, yang menyebabkan vasokontriksi dan kontraksi miometrium, dan prostaglandin E2, yang menyebabkan kontraksi miometrium dan vasodilatasi, sehingga kerja PGF2α lebih menonjol, akan terjadi iskemia miometrium (angina

uterus) dan hiperkontraktilitas uterus. Di samping itu, vasopresin juga berperan

pada dismenorhea. Vasopresin meningkatkan sintesis prostaglandin dan dapat bekerja pada arteri-arteri uterus secara langsung (Llewellyn, 2001).


(28)

4. Tanda-Tanda Klinis a. Dismenorhea Primer

Ada beberapa tanda klinis yang menunjukkan bahwa seseorang mengalami

dismenorhea primer, yaitu :

1) Terjadi pada usia lebih muda (15-25 tahun) dan frekuensi menurun sesuai bertambahnya usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan. 2) Sering terjadi pada nullipara

3) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur, permulaan awal 90% mengalami gejala di dalam 2 tahun menarche.

4) Nyeri timbul beberapa jam mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.

5) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spesifik

6) Biasanya nyeri paling kuat terasa pada perut bawah dan menyebar ke punggung atau paha sebelah dalam

7) Tidak dijumpai keadaan patologik pelvik 8) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

9) Sering memberikan respons terhadap pengobatan medika mentosa. 10) Pemeriksaan pelvik normal

11) Sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala. b. Dismenorhea sekunder

Beberapa tanda klinis yang menggambarkan bahwa seseorang mengalami

dismenorhea sekunder, yaitu :

1) Terjadi pada usia lebih tua (30 sampai 40 tahun) 2) Tidak berhubungan dengan paritas


(29)

3) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur

4) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersama dengan keluarnya darah. 5) Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul.

6) Berhubungan dengan kelainan pelvik 7) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi.

8) Seringkai memerlukan tindakan operatif (Mansjoer, 2002). 5. Penanganan

a. Dismenorhea primer

1) Konseling

Perlu dijelaskan bahwa dismenorhea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Nasehat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup dan berolahraga bisa membantu mengurangi nyeri.

2) Pemberian obat analgetik

Obat analgetik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan lain-lain.

3) Terapi hormonal

Dengan cara pemberian pil kombinasi kontrasepsi. 4) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

5) Dilatasi kanalis servikalis

Merupakan upaya terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal (Winkjosastro, 2006).


(30)

Beberapa tips untuk mengurangi dismenorhea primer, yaitu : 1) Mengurangi konsumsi kopi ( yang mengandung kafein ) 2) Tidak merokok maupun minum alkohol

3) Mengurangi mengkonsumsi garam dan memperbanyak minum air putih 4) Mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, karena kalsium dapat

meringankan kram

5) Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran

6) Suhu panas dapat meringankan keluhan, lakukan pengompresan dengan handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah atau mandi dengan air hangat

7) Olahraga.

b. Dismenorhea sekunder


(31)

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja puteri tentang dismenorhea dan variabel dependen adalah tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea.

Variabel Independen Variabel Dependen Skema 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea.

Pengetahuan Remaja Puteri Tentang

Dismenorhea

Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang


(32)

C. Definisi Operasional No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala 1. Pengeta

huan remaja

− Segala sesuatu yang diketahui remaja tentang

dismenorhea

Kuesioner Chek list − Kurang , jika bisa menjawab 0-10 pertanyaan

− Baik, jika bisa menjawab 11-20 pertanyaan Ordinal

2 Tingkat kecemas an

− Kebingungan atau kehawatiran remaja pada saat menghadapi

dismenorhea

Kuesioner Chek list 1. 0-31 = Kecemasan ringan 2. 32-63 =

Kecemasan berat


(33)

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pelajar puteri SMU Negeri 3 Medan kelas X dan kelas XI yang mengalami dismenorhea sebanyak 486 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi.

Dari rumus di atas dapat kita lihat jumlah sampel yang akan dijadikan responden pada penelitian ini, yaitu :

Dengan demikian jumlah sampel minimal yang akan diteliti adalah 219 siswi yang mengalami dismenorhea. Sampel pada penelitian ini diambil dari setiap kelas dilakukan dengan stratified random sampling dari setiap kelas X dan XI, yaitu dengan cara membagi populasi beberapa strata di mana setiap strata adalah homogen, sedangkan antar strata terdapat sifat yang berbeda, kemudian dilakukan

N n =

1 + N ( d2

)

486

n =

1 + 486 ( 0,052

)


(34)

pengambilan sampel pada setiap strata berdasarkan perimbangan (proporsional). Untuk mengetahui sampel masing-masing kelas/strata digunakan rumus :

Keterangan : ni = besar sampel setiap strata N = populasi keseluruhan

Ni = populasi tiap kelas

n = sampel keseluruhan kelas Tabel 4.1

Jumlah Sampel Dengan Strafied Random Sampling

NO SMU

Populasi

Sampel Kelas

Jumlah yang dismenorhea

1. SMU Negeri 3 Medan

X 271 siswi Ni / N x n = 271 / 486 x 219 = 122 XI 215 siswi Ni / N x n = 215 / 486 x 219 = 97

Jumlah 486 siswi 219 siswi

Dengan demikian jumlah sampel minimal yang akan diteliti adalah 219 siswi yang mengalami dismenorhea, yang diambil dari masing-masing kelas sebagai berikut:

Ni

ni = x n


(35)

No Kelas Jumlah Siswa

1 X1 12

2 X2 11

3 X3 11

4 X4 11

5 X5 11

6 X6 11

7 X7 11

8 X8 11

9 X9 11

10 X10 11

11 X11 11

12 XI – IPA 1 10

13 XI – IPA 2 10

14 XI – IPA 3 10

15 XI – IPA 4 10

16 XI – IPA 5 10

17 XI – IPA 6 10

18 XI – IPA 7 10

19 XI – IPS 1 9

20 XI – IPS 2 9

21 XI – IPS 3 9

Jumlah 219

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMU Negeri 3 Medan, karena mudah bagi peneliti untuk menjangkau tempat penelitian dan pada survey awal di SMU Negeri 3 Medan masih ditemukan siswi yang merasakan cemas dalam menghadapi dismenorhea.


(36)

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2010. E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin Kepala Sekolah SMU Negeri 3 Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : Memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani

informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden

berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tinjauan teoritis. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari 3 bagian, yaitu : data demografi, kuesioner pengetahuan, dan kuesioner tingkat kecemasan. remaja tentang dismenorhea.

1. Data demografi

Instrumen penelitian berisi data demografi meliputi inisial responden, kelas, dan umur.


(37)

2. Kuesioner pengetahuan

Instrumen berisi pertanyaan untuk mengidentifikasi pengetahuan responden tentang dismenorhea. Kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah 0. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan tertinggi adalah 20.

Berdasarkan rumus statistika : P =

Di mana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah di mana rentang kelas sebesar 20 dan banyak kelas sebesar 2, yaitu: baik, dan kurang, sehingga diperoleh P = 2. Kisaran nilai antara 0 sampai 20, maka pengetahuan akan diklasifikasikan ke dalam 2 kategori, yakni : Baik (skor 11-20), dan Kurang (skor 0-10).

3. Kuesioner tingkat kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat maka dapat digunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama

Beck Anxiety Inventory. Alat ukur ini terdiri dari 21 kelompok gejala yang

masing-masing nilai angka (skor) dari 21 kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yang menggunakan empat kategori untuk setiap pernyataan sebagai berikut bila tidak sama sekali skornya 0, ringan tapi tidak begitu mengganggu skornya 1, sedang sangat tidak menyenangkan kadang-kadang skornya 2, berat sangat mengganggu skornya 3.

Rentang Banyak Kelas


(38)

Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut : - Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 63 Skor terkecil : 0

- Menentukan nilai rentangan (R) Rentang = Skor terbesar – Skor tekecil

= 63-0 = 63

- Menentukan nilai panjang kelas (i)

kelas banyaknya

(R) Rentang (i)

kelas

Panjang =

2 63

=

= 31,5 - Menentukan skor kategori

Cemas ringan : 0 - 31 Cemas berat : 32 - 63 G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji Validitas dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner tersebut. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0.60.


(39)

Pertanyaan yang termuat dalam kuesioner pengetahuan telah di uji validitasnya dengan content validity oleh dosen spesialis Obstetri dan Ginekologi Universitas Sumatera Utara Bapak dr. M. Fahdhy, Sp.OG, M.Sc. dengan hasil CVI 0.77.

2. Uji Reliabilitas

Uji realibilitas dilakukan pada 20 orang siswi SMU Dharmawangsa yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel, lalu data diolah dengan mencari koefisien realibilitas, didapatkan nilai Alpha Cronbach = 0,76. Berarti instrumen sudah dinyatakan reliabel.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja tentang

dismenorhea. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah : Mengajukan surat

permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di SMU Negeri 3 Medan kepada Dinas Pendidikan Kota Medan, setelah mendapat izin, kemudian peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswi D-IV Bidan Pendidik dan Guru Bimbingan Konseling SMU Negeri

3 Medan melaksanakan pengumpulan siswi yang menjadi sampel penelitian, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concent, setelah itu peneliti memberikan penjelasan tentang artinya dismenorhea. Setelah memberikan penjelasan, peneliti memberikan kuesioner untuk mengidentifikasikan hubungan pengetahuan dengan


(40)

tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea. Lembaran kuesioner diisi oleh masing-masing siswi dengan waktu 15 menit. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 30 Maret sampai 07 April 2010.

I. Rencana Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data menggunakan program SPSS 17.0 melalui tahap :

1. Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti, yakni melihat nilai dari pengetahuan dan tingkat kecemasan remaja putri tentang

dismenorhea. Data-data yang bersifat kategorik pada pengetahuan dan tingkat

kecemasan tentang dismenorhea dicari frekuensi dan proporsinya. Kemudian hasil disajikan dalam bentuk tabel.

2. Bivariat

Dalam menganalisa secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-cquere dengan derajat kepercayaan 95% . Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak, apabila (p) > 0,05 maka Ho gagal ditolak . Data disajikan dalam bentuk tabel.


(41)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai “ Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2010 diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pengetahuan Responden

Tabel 5.1

Distribusi Hasil Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010

No. Pertanyaan

Jawaban Benar Salah

n % n %

1 Nyeri yang terjadi selama haid yang di mana dapat mengganggu aktivitas sehari-hari disebut...

175 79,9 44 20,1

2 Dalam istilah medis, nyeri haid disebut... 158 72,1 61 27,9 3 Nyeri haid merupakan salah satu penyakit yang

datang secara...

205 93,6 14 6,4 4 Nyeri haid dapat menyebabkan emosional

remaja put eri menjadi...

191 87,2 28 12,8 5 Apa yang akan terganggu akibat dari nyeri haid

pada remaja...

189 86,3 30 13,7

6 Nyeri haid terbagi atas ... 204 93,2 15 6,8

7 Di bawah ini yang merupakan penyebab nyeri haid primer adalah...

69 31,5 150 68,5 8 Penyebab nyeri haid sekunder adalah... 54 24,7 165 75,3


(42)

9 Di bawah ini adalah hormon yang lebih dominan mempengaruhi nyeri haid yaitu ...

130 59,4 89 40,6 10 Nyeri haid primer sering terjadi pada usia ... 207 94,5 12 5,5 11 Nyeri haid sekunder cendrung terjadi pada

usia...

118 53,9 101 46,1 12 Nyeri haid primer pada remaja sering disertai

dengan...

174 79,5 45 20,5 13 Nyeri haid yang terjadi oleh karena ada tumor

pada rahim termasuk nyeri haid....

122 55,7 97 44,3 14 Salah satu cara yang dapat mengurangi nyeri

haid primer adalah ...

153 69,9 66 30,1 15 Melakukan pengompresan dengan handuk panas

atau botol berisi air panas pada daerah perut dan punggung bawah pada saat mengalami nyeri haid merupakan...

184 84,0 35 16,0

16 Makanan yang harus dihindari untuk mengurangi terjadinya nyeri haid primer adalah...

169 77,2 50 22,8

17 Minuman yang harus dihindari untuk mengurangi terjadinya nyeri haid primer adalah...

172 78,5 47 21,5

18 Salah satu cara penanganan nyeri haid primer pada remaja adalah...

158 72,1 61 27,9 19 Penanganan pada nyeri haid sekunder dilakukan

dengan cara...

166 75,8 53 24,2 20 Sebaiknya penderita nyeri haid sekunder diobati

lebih lanjut di...

174 79,5 45 20,5

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa banyak responden yang menjawab pertanyaan dengan benar, namun ada juga yang salah. Dari 20 pertanyaan yang diajukan peneliti


(43)

pada kuesioner penelitiannya, pertanyaan yang paling banyak mendapatkan jawaban benar dari responden yaitu pertanyaan mengenai pengertian dismenorhea, tanda-tanda klinis dismenorhea, sedangkan pertanyaan yang paling banyak mendapat jawaban salah dari responden yaitu pertanyaan mengenai penyebab dari dismenorhea.

2. Tingkat Kecemasan Responden

Tabel 5.2

Distribusi Hasil Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea 1 di SMUN 3 Medan Tahun 2010

No Pernyataan

Jawaban

0 1 2 3

n % n % n % n %

1 Perasaan kebas 80 36,5 75 34,2 49 22,4 15 6,8 2 Merasakan panas 111 50,7 46 21,0 30 13,7 32 14,6 3 Perasaan goyang pada tungkai 111 50,7 49 22,4 36 16,4 23 10,5 4 Tidak mampu merasa tenang 30 13,7 64 29,2 71 32,4 54 24,7 5 Takut akan terjadi sesuatu yang

buruk 61 27,9 63 28,8 54 24,7 41 18,7

6 Pusing 64 29,2 61 27,9 63 28,8 31 14,2

7 Jantung berdebar 104 47,5 56 25,6 39 17,8 20 9,1 8 Mudah terombang ambing 99 45,2 48 21,9 48 21,9 24 11,0 9 Merasa ngeri atau takut 93 42,5 48 21,9 48 21,9 30 13,7

10 Gelisah 38 17,4 73 33,3 55 25,1 53 24,3

11 Perasaan tercekik 164 74,9 8 3,7 19 8,7 28 12,8 12 Tangan gemetar 129 58,9 30 13,7 23 10,5 37 16,9 13 Merasakan goyang 144 65,8 38 17,4 18 8,2 19 8,7 14 Takut kehilangan kontrol 91 41,6 46 21,0 40 18,3 42 19,2 15 Sulit bernafas 156 71,2 28 12,8 16 7,3 19 8,7 16 Takut akan kematian 144 65,8 19 8,7 25 11,4 31 14,2 17 Hati menjadi ciut 125 57,1 27 12,3 25 11,4 42 19,2 18 Gangguan pencernaan 105 47,9 51 23,3 38 17,4 25 11,4

19 Pingsan 166 75,8 12 5,5 12 5,5 29 13,2

20 Muka terlihat berwarna merah 122 55,7 37 16,9 31 14,2 29 13,2 21 Berkeringat panas atau dingin 58 26,5 71 32,4 55 25,1 35 16,0

Keterangan : 0 = Tidak sama sekali

1 = Ringan tapi tidak begitu mengganggu

2 = Sedang sangat tidak menyenangkan kadang-kadang 3 = Berat sangat mengganggu


(44)

Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak mengalami gejala sama sekali yaitu pernyataan no. 19 sebanyak 166 orang (75,8%),responden mengalami gejala ringan mayoritas terdapat pada pernyataan no. 1 sebanyak 75 orang (34,2%), responden mengalami gejala sedang mayoritas terdapat pada pernyataan no. 4 sebanyak 71 orang (32,4%), dan responden mengalami gejala berat mayoritas terdapat pada pernyataan no. 4 sebanyak 54 orang (24,7%).

3. Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010

Pengetahuan remaja puteri tentang dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010, dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010

Pengetahuan Frekuensi %

Kurang Baik

52 167

23,7 76,3

Jumlah 219 100

Dari 219 responden remaja puteri yang mengalami dismenorhea yang diteliti di SMUN 3 Medan Tahun 2010 mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 167 responden (76,3%) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 52 responden (23,7%).


(45)

4. Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010.

Tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010, dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010

Tingkat Kecemasan Frekuensi %

Cemas Ringan Cemas Berat

150 69

68,5 31,5

Jumlah 219 100

Dari 219 responden remaja puteri yang mengalami dismenorhea yang diteliti di SMUN 3 Medan Tahun 2010 mayoritas mengalami cemas ringan sebanyak 150 responden (68,5%) dan minoritas mengalami cemas berat sebanyak 69 responden (31,5%).


(46)

5. Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010

Hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang

dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010, dapat dilihat pada tabel 5.5

Tabel 5.5

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010

No Pengetahuan

Tingkat Kecemasan

Total Nilai P

OR (95%

CI ) C. Berat C. Ringan

N % N % N %

1 2 Kurang Baik 26 43 50 25,7 26 124 50 74,3 52 167 100%

100% 0,002 2,884

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 52 responden yang berpengetahuan kurang mengalami cemas berat yaitu sebanyak 26 orang (50 %) dan mengalami cemas bringan 26 orang (50 %), sedangkan responden dengan pengetahuan baik dari 167 responden mengalami cemas berat sebanyak 43 orang (25,7 %) dan mengalami cemas ringan sebanyak 124 orang (74,3 %).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P= 0,002 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea. Dari hasil uji statistik juga di peroleh nilai OR= 2,884 artinya remaja yang memiliki pengetahuan baik memiliki peluang 2,884 kali tidak merasakan cemas tentang dismenorhea dibandingkan remaja yang memiliki pengetahuan kurang.


(47)

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010

Menurut Maulana (2009) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Berdasarkan tabel 5.3 pengetahuan responden tentang dismenorhea diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 167 responden (76,3%) dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 52 responden (23,7%).

Pengetahuan remaja puteri baik tentang dismenorhea disebabkan remaja puteri mengetahui lebih jauh tentang dismenorhea dan kemungkinan informasi yang didapat oleh remaja puteri diperoleh dengan baik, baik dari media massa maupun dari pihak-pihak terkait yang berkewajiban memberikan penyuluhan.

Pengetahuan responden yang masih kurang bisa saja karena jarang menerapkan pengetahuan yang mereka miliki khususnya tentang dismenorhea. Pada dasarnya suatu pengetahuan menjadi sempurna dan akan selalu teringat apabila dipahami.

2. Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5.4 remaja put eri mayoritas mengalami cemas ringan sebanyak 150 responden (68,5%) dan minoritas mengalami cemas berat sebanyak 69 responden (31,5%).


(48)

Hasil penelitian Ayurai (2006) di SMA Negeri 3 Sidoarjo, didapatkan bahwa sebesar 90 % siswi mengalami dismenorhea dan sebanyak 70% siswi tersebut mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan oleh salah satu faktornya yaitu kurangnya pengetahuan remaja tersebut tentang dismenorhea.

Menurut Potter (2005) remaja yang memiliki pengetahuan yang baik dapat membantu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan tersebut sehingga diharapkan kecemasan berkurang sedangkan remaja yang tidak memiliki pengetahuan dapat meningkatkan masalah berkepanjangan yang dapat timbul sebagai ketidaktegasan, kebingungan, pemberontakan, depresi atau meningkatkan ansietas (kecemasan).

3. Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010.

Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaj puteri disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan di mana ( P = 0,002 < 0,05 ).

Dari data yang diperoleh, responden yang berpengetahuan kurang mengalami cemas berat yaitu sebanyak 26 orang (50 %) dan mengalami cemas ringan 26 orang (50 %), sedangkan responden dengan pengetahuan baik mengalami cemas berat sebanyak 43 orang (25,7 %) dan mengalami cemas ringan sebanyak 124 orang (74,3 %).

Dengan demikian, seseorang yang memiliki pengetahuan baik akan lebih memahami tentang dismenorhea maka kecemasan yang dirasakan hanya cemas ringan.


(49)

Dengan kata lain cemas berat akan lebih banyak ditemukan pada responden yang memiliki pengetahuan kurang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Potter (2005) remaja yang memiliki pengetahuan yang baik dapat membantu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan tersebut sehingga diharapkan kecemasan berkurang sedangkan remaja yang tidak memiliki pengetahuan dapat meningkatkan masalah berkepanjangan yang dapat timbul sebagai ketidaktegasan, kebingungan, pemberontakan, depresi atau meningkatkan ansietas (kecemasan).


(50)

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki remaja puteri menunjukkan bahwa dari 219 responden terdapat 167 responden (76,3%) memiliki pengetahuan baik dan 52 responden (23,7%) memiliki pengetahuan kurang tentang dismenorhea.

2. Berdasarkan tingkat kecemasan remaja puteri menunjukkan bahwa dari 219 responden terdapat 150 responden (68,5%) mengalami cemas ringan dan 69 responden (31,5%) mengalami cemas berat tentang dismenorhea.

3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMUN 3 Medan Tahun 2010.


(51)

6.2. Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan pada karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Bagi Remaja

Diharapkan remaja dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang dismenorhea, serta para remaja sewaktu mengalami

dismenorhea hendaknya melakukan aktivitas yang dapat mengurangi dismenorhea itu sendiri seperti berolahraga.

2. Bagi Pihak SMU Negeri 3

Diharapkan bagi pihak sekolah agar lebih mengaktifkan lagi ektrakurikuler PIKKRR dan dokter remaja untuk mengadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya mengenai dismenorhea.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi perpustakaan, sehingga dapat dijadikan bahan bacaan mahasiswa D–IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan Karya Tulis Ilmiah ini dengan lebih memperbanyak sampel serta menggunakan teknik sampel dan tempat penelitian yang berbeda.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ayurai. (2006). Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Remaja Tentang

Dismenorhea di SMAN 3 Sidoarjo Tahun 2006,

diperoleh tanggal 15 November 2009.

Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans Info Media.

Gunawan. (2002). Segala Sesuatu Tentang Nyeri Haid. http://www.kabarindonesia. com, diperoleh tanggal 17 Desember 2009.

Hacker dan Moore. (2001). Essensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi Dua. Jakarta : Hipokrates.

Hawari, D. (2004). Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta : FKUI.

________. (2009). Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta : FKUI. Hestiantoro, A. Dkk. (2008). Masalah Gangguan Haid dan Infertilitas. Jakarta : FKUI. Ll ewellyn, D. Dkk. (2001). Dasar-dasar Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. _________ (2005). Setiap Wanita. Jakarta : Delapratasa Publishing.

Mansjoer, A. Dkk. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Manuaba. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.

Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media. Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Praktik. Edisi

keempat, volume satu. Jakarta : EGC.

Qitun. (2008).


(53)

Soetjiningsih. (2007). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.

Stuart. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC.

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Widyastuti, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.

Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


(54)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Hasria Nita (095102054) adalah mahaiswi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2009”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam penelitian. Selanjutnya, saya mohon kesediaan adik-adik dalam melakukan pelaksanaan tentang tujuan penelitian saya. Jika adik-adik bersedia silahkan tanda tangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan adik-adik.

Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga adik-adik bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi adik-adik dan semua informasi yang adik-adik berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi adik-adik dalam penelitian ini.

Medan, Aprill 2010 Peneliti Responden


(55)

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN

• Isilah data dengan baik dan benar serta jawablah semua pertanyaan yang ada sesuai dengan petunjuk.

REMAJA PUTERI TENTANG DISMENORHEA Biodata Responden

Inisial :………..

Kelas :………..

Umur :………...tahun

Alamat :………..

……… Petunjuk :

Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling benar sesuai dengan pengetahuan anda.

Jika ada hal yang kurang jelas atau tidak dimengerti, maka dipersilahkan bertanya.

a. Kuesioner Pengetahuan Tentang Dismenorhea

1. Nyeri yang terjadi selama haid yang di mana dapat mengganggu aktivitas sehari-hari disebut...

a. Nyeri haid b. Nyeri ulu hati c. Nyeri pinggang

2. Dalam istilah medis, nyeri haid disebut ... a. Dismenorhea

b. Menarche c. Menstruasi


(56)

3. Nyeri haid merupakan salah satu penyakit yang datang secara... a. Harian

b. Bulanan c. Tahunan

4. Nyeri haid dapat menyebabkan emosional remaja puteri menjadi... a. Tidak stabil (labil)

b. Stabil c. Menurun

5. Apa yang akan terganggu akibat dari nyeri haid pada remaja... a. Bentuk tubuh

b. Warna rambut c. Aktivitas sehari-hari 6. Nyeri haid terbagi atas ....

a. Primer b. Sekunder c. a dan b benar

7. Di bawah ini yang merupakan penyebab nyeri haid primer adalah... a. Kelainan alat kandungan

b. Faktor keturunan

c. Faktor psikologis (kejiwaan) 8. Penyebab nyeri haid sekunder adalah...

a. Kelainan alat kandungan b. Kontraksi rahim


(57)

9. Di bawah ini adalah hormon yang lebih dominan mempengaruhi nyeri haid yaitu ... a. Progesteron

b. Insulin c. Prolaktin

10. Nyeri haid primer sering terjadi pada usia ... a. Anak-anak

b. Remaja c. Tua

11. Nyeri haid sekunder cendrung terjadi pada usia... a. Pertama haid

b. Lebih muda c. Lebih tua

12. Nyeri haid primer pada remaja sering disertai dengan... a. Batuk, mual, diare

b. Demam, diare, muntah c. Sakit kepala, mual, muntah

13. Nyeri haid yang terjadi oleh karena ada tumor pada rahim termasuk nyeri haid.... a. Nyeri haid primer

b. Nyeri haid sekunder c. Nyeri haid biasa

14. Salah satu cara yang dapat mengurangi nyeri haid primer adalah ... a. Menyanyi

b. Berdiam diri c. Olah raga


(58)

15. Melakukan pengompresan dengan handuk panas atau botol berisi air panas pada daerah perut dan punggung bawah pada saat mengalami nyeri haid merupakan...

a. Cara mengurangi keluhan dismenorhea primer b. Obat dismenorhea primer

c. Penyebab bertambah parahnya dismenorhea primer

16. Makanan yang harus dihindari untuk mengurangi terjadinya nyeri haid primer adalah...

a. Coklat b. Apel

c. Tumis bayam

17. Minuman yang harus dihindari untuk mengurangi terjadinya nyeri haid primer adalah...

a. Jus b. Air putih c. Kopi

18. Salah satu cara penanganan nyeri haid primer pada remaja adalah... a. Operasi

b. Pemberian obat anti nyeri c. Pemberian vitamin

19. Penanganan pada nyeri haid sekunder dilakukan dengan cara... a. Pemberian vitamin

b. Pemberian antibiotik


(59)

20. Sebaiknya penderita nyeri haid sekunder diobati lebih lanjut di... a. Puskesmas

b. Rumah sakit c. Dukun

b. Pengukuran Tingkat Kecemasan

Beri tanda chek list (√) jika terdapat gejala yang terjadi selama remaja mengalami dismenorhea (nyeri haid).

Tidak sama sekali Ringan-tapi tidak begitu mengganggu saya Sedang-sangat tidak menyenangkan kadang-kadang Berat-sangat mengganggu saya Perasaan kebas Merasakan panas Perasaan goyang pada tungkai Tidak mampu merasa tenang Takut akan terjadi sesuatu yang buruk Pusing Jantung berdebar Mudah terombang ambing Merasa ngeri atau takut


(60)

Gelisah Perasaan

tercekik Tangan gemetar Merasakan

goyang Takut kehilangan

kontrol Sulit bernafas

Takut akan kematian Hati menjadi

ciut Gangguan pencernaan

Pingsan Muka terlihat

berwarna merah Berkeringat

panas atau dingin Jumlah


(1)

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN

• Isilah data dengan baik dan benar serta jawablah semua pertanyaan yang ada sesuai dengan petunjuk.

REMAJA PUTERI TENTANG DISMENORHEA Biodata Responden

Inisial :………..

Kelas :………..

Umur :………...tahun

Alamat :………..

……… Petunjuk :

Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling benar sesuai dengan pengetahuan anda.

Jika ada hal yang kurang jelas atau tidak dimengerti, maka dipersilahkan bertanya.

a. Kuesioner Pengetahuan Tentang Dismenorhea

1. Nyeri yang terjadi selama haid yang di mana dapat mengganggu aktivitas sehari-hari disebut...

a. Nyeri haid b. Nyeri ulu hati c. Nyeri pinggang

2. Dalam istilah medis, nyeri haid disebut ... a. Dismenorhea

b. Menarche c. Menstruasi


(2)

3. Nyeri haid merupakan salah satu penyakit yang datang secara... a. Harian

b. Bulanan c. Tahunan

4. Nyeri haid dapat menyebabkan emosional remaja puteri menjadi... a. Tidak stabil (labil)

b. Stabil c. Menurun

5. Apa yang akan terganggu akibat dari nyeri haid pada remaja... a. Bentuk tubuh

b. Warna rambut c. Aktivitas sehari-hari 6. Nyeri haid terbagi atas ....

a. Primer b. Sekunder c. a dan b benar

7. Di bawah ini yang merupakan penyebab nyeri haid primer adalah... a. Kelainan alat kandungan

b. Faktor keturunan

c. Faktor psikologis (kejiwaan) 8. Penyebab nyeri haid sekunder adalah...

a. Kelainan alat kandungan b. Kontraksi rahim


(3)

9. Di bawah ini adalah hormon yang lebih dominan mempengaruhi nyeri haid yaitu ... a. Progesteron

b. Insulin c. Prolaktin

10. Nyeri haid primer sering terjadi pada usia ... a. Anak-anak

b. Remaja c. Tua

11. Nyeri haid sekunder cendrung terjadi pada usia... a. Pertama haid

b. Lebih muda c. Lebih tua

12. Nyeri haid primer pada remaja sering disertai dengan... a. Batuk, mual, diare

b. Demam, diare, muntah c. Sakit kepala, mual, muntah

13. Nyeri haid yang terjadi oleh karena ada tumor pada rahim termasuk nyeri haid.... a. Nyeri haid primer

b. Nyeri haid sekunder c. Nyeri haid biasa

14. Salah satu cara yang dapat mengurangi nyeri haid primer adalah ... a. Menyanyi

b. Berdiam diri c. Olah raga


(4)

15. Melakukan pengompresan dengan handuk panas atau botol berisi air panas pada daerah perut dan punggung bawah pada saat mengalami nyeri haid merupakan...

a. Cara mengurangi keluhan dismenorhea primer b. Obat dismenorhea primer

c. Penyebab bertambah parahnya dismenorhea primer

16. Makanan yang harus dihindari untuk mengurangi terjadinya nyeri haid primer adalah...

a. Coklat b. Apel

c. Tumis bayam

17. Minuman yang harus dihindari untuk mengurangi terjadinya nyeri haid primer adalah...

a. Jus b. Air putih c. Kopi

18. Salah satu cara penanganan nyeri haid primer pada remaja adalah... a. Operasi

b. Pemberian obat anti nyeri c. Pemberian vitamin

19. Penanganan pada nyeri haid sekunder dilakukan dengan cara... a. Pemberian vitamin

b. Pemberian antibiotik


(5)

20. Sebaiknya penderita nyeri haid sekunder diobati lebih lanjut di... a. Puskesmas

b. Rumah sakit c. Dukun

b. Pengukuran Tingkat Kecemasan

Beri tanda chek list (√) jika terdapat gejala yang terjadi selama remaja mengalami dismenorhea (nyeri haid).

Tidak sama sekali

Ringan-tapi tidak begitu mengganggu

saya

Sedang-sangat tidak menyenangkan kadang-kadang

Berat-sangat mengganggu

saya

Perasaan kebas Merasakan

panas Perasaan goyang pada

tungkai Tidak mampu merasa tenang Takut akan terjadi sesuatu

yang buruk Pusing Jantung berdebar

Mudah terombang

ambing Merasa ngeri


(6)

Gelisah Perasaan

tercekik Tangan gemetar Merasakan

goyang Takut kehilangan

kontrol Sulit bernafas

Takut akan kematian Hati menjadi

ciut Gangguan pencernaan

Pingsan Muka terlihat

berwarna merah Berkeringat

panas atau dingin Jumlah