PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peran Multilateral Investment Guarantee Agency (Miga) Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment)

  PENDAHULUAN A. Latar Belakang

  Penanaman modal asing merupakan fenomena lama sekaligus baru di Indonesia. Penanaman modal asing memberikan kontribusi yang signifikan dalam membuka area baru bagi kegiatan ekonomi modern dan perkembangan sumber

  1

  daya alam. Selain itu, penanaman modal asing juga berperan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi bagi host country dan percepatan globalisasi ekonomi dunia. Bagi host country, penanaman modal asing identik dengan mesin penyerap tenaga kerja, kemajuan teknologi, peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, dan mekanisme alih teknologi antarnegara, khususnya bagi negara-

  2 negara yang kurang maju.

  Indonesia sendiri merupakan negara yang sedang membangun sehingga

  3

  diperlukan adanya modal atau investasi yang besar. Oleh karena itu, isu penanaman modal asing dewasa ini semakin ramai dibicarakan karena pembangunan nasional pada dasarnya membutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk investasi tidak mungkin tercukupi hanya dari pemerintah dan swasta nasional. Keadaan ini semakin mendorong upaya semaksimal mungkin

  4 untuk menarik penanaman modal asing di Indonesia.

                                                               1 Angus and Robertson, Direct Foreign Investment in Asia and The Pacific (Canberra : Australian National University Press, 1972), Published in South-East Asia (Singapore), hlm. 201. 2 Kyeonghi Baek dan Xingwan Qian, “An Analysis on Political Risk and The Flow of Foreign Direct Investment in Developing and Industrialized Countries”, Buffalo State College, , 2011, hlm. 5.

  State University of New York 3 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 1. 4 Pandji Anoraga, Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing (Jakarta :

  Secara teoritis, penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap pembangunan atau pertumbuhan ekonomi khususnya di host country lewat

  5

  beberapa jalur, yakni : 1.

  Lewat pembangunan pabrik-pabrik baru yang berarti juga penambahan output atau produk domestik bruto, total ekspor, dan kesempatan kerja. Ini adalah suatu dampak langsung. Pertumbuhan total ekspor berarti penambahan cadangan devisa yang selanjutnya peningkatan kemampuan dari host country untuk membayar hutang luar negeri dan impor; 2. Masih dari sisi suplai, namun sifatnya tidak langsung, adalah dengan adanya barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan input-input lainnya. Jika permintaan antara ini sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor di dalam negeri (tidak ada yang diimpor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan atau kegiatan produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor domestik lainnya. Jadi output di sektor- sektor lain mengalami pertumbuhan. Ini berarti telah terjadi suatu efek penggandaan dari keberadaan penanaman modal asing terhadap output di host

  country .

3. Peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru tersebut berdampak positif terhadap ekonomi domestik lewat sisi permintaan.

  Peningkatan kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan selanjutnya meningkatkan permintaan di pasar dalam negeri;

                                                               5 Tulus Tambunan, “Daya Saing Indonesia dalam Menarik Investasi Asing”, Pusat Studi

  4. Peran penanaman modal asing sebagai sumber penting bagi peralihan teknologi dan knowledge lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal yang bekerja di perusahaan penanaman modal asing. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke perusahaan domestik, maka mereka membawa pengetahuan dan keahlian baru dari perusahaan penanaman modal asing ke perusahaan domestik. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau antara penanam modal asing dan perusahaan-perusahaan lokal,

  subcontracting termasuk usaha kecil dan menengah.

  Pada dasarnya, kegiatan penanaman modal di Indonesia telah dimulai 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dengan harapan bahwa investor baik investor asing maupun investor domestik dapat menanamkan modalnya di Indonesia. Investasi asing yang masuk ke Indonesia pada masa Orde Baru adalah yang paling banyak, yaitu yang masuk pada tahun 1995 sebanyak US$ 39,891.6 milyar. Pada tahun 1997, jumlah investasi asing yang ditanamkan di Indonesia sebanyak US$ 33,816 milyar dan pada tahun 2006, jumlah investasi asing yang ditanamkan di Indonesia sebanyak US$ 4,69 milyar. Dari data tersebut, dapatlah dilihat bahwa pada masa Orde baru jumlah penanaman modal asing berada di level yang tinggi dan terjadi penurunan yang signikan setelah berakhirnya masa Orde baru. Hal ini disebabkan pada masa Orde Baru, terdapat stabilitas politik, ekonomi, keamanan dan pertahanan, sosial dan kemasyarakatan dalam keadaan aman dan terkendali sehingga para investor mendapat perlindungan dan jaminan

  

6

  keamanan dalam berusaha di Indonesia. Namun, menjelang masa berakhirnya Orde Baru terjadi ketidakstabilan dalam pemerintahan yang berpuncak pada konflik yang dikenal sebagai Kerusuhan Mei 1998.

  Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada tanggal 13 – 15 Mei 1998 yang diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti dimana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan

  7

  terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Kerusuhan tersebut berdampak pada terjadinya krisis finansial secara berkepanjangan di Indonesia dan nilai tukar rupiah semakin melemah. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidakmampuan mengurangi kesediaan investor asing untuk memberikan bantuan finansial dengan cepat. Setelah itu, dana modal asing terus mengalir ke luar negeri meskipun dicoba ditahan dengan tingkat bunga yang tinggi atas surat-surat berharga

8 Indonesia. Dari hal ini jelaslah dapat dilihat bahwa ketidakstabilan politik yang

  menyebabkan kekacauan dan kerusuhan berdampak pada menurunnya minat investor asing dalam menanamkan modalnya di Indonesia.

    Keadaan Indonesia pada saat itu sama dengan kerusuhan politik yang terjadi  

di Mesir belakangan ini. Selama empat hari sejak pecahnya kerusuhan politik di

  Mesir, banyak perusahaan multinasional telah mengumumkan penundaan operasinya, bahkan beberapa perusahaan telah menghentikan operasinya di Mesir

                                                               6 7 Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 1-3.

  Kerusuhan Mei 1998, http://id.wiki pedia.org/wiki/Kerusuhan_Mei_1998 (diakses pada tanggal 21 Oktober 2013). 8 Lepi T. Tarmidi, “Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran”, Buletin Ekonomi dan dan diperkirakan kerusuhan politik tersebut akan berdampak panjang pada

  9 perekonomian negara tersebut.

  Sejak krisis 1997 tersebut hingga sekarang, pertumbuhan arus masuk penanaman modal asing ke Indonesia masih relatif lambat jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang juga terkena krisis yang sama seperti Thailand, Korea Selatan, dan Filipina. Laporan dari UNCTAD tahun 2006 menunjukkan bahwa dari Asia Tenggara dan Timur, hanya Singapura, China (termasuk Hong Kong), Taiwan, Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan yang masuk di dalam daftar tujuan penting bagi perusahaan multinasional terbesar di

  10 dengan kinerja dan potensi penanaman modal asing yang rendah.

  Berdasarkan , Indonesia memiliki risiko politik

  AMB Country Risk Report

  11 dan sistem finansial yang tinggi serta tingkat risiko ekonomi yang menengah.

  Kombinasi dari ketidakstabilan politik dan sosial, ditambah dengan kehadiran bencana alam, telah membatasi jumlah penanaman modal yang hendak

  12

  dilaksanakan di Indonesia. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa salah satu penyebab dalam menurunnya daya tarik investor asing untuk menanamkan modalnya di negara berkembang termasuk Indonesia adalah karena adanya risiko politik di negara tersebut yang dapat mengancam dan merugikan kegiatan investasi asing secara langsung seperti Kerusuhan Mei 1998, ketidakstabilan

                                                               9 Kerusuhan Politik Hantam Berbagai Sektor Ekonomi Mesir, http://bisnis.liputan6. com/read/668580/kerusuhan-politik-hantam-berbagai-sektor-ekonomi-mesir (diakses pada tanggal 21 Oktober 2013). 10 11 Tulus Tambunan, Op.cit., hlm. 7-8.

  A.M. Best Company, “Indonesia Country Risk Tier”, AMB Country Risk Report, 24 September 2013, hlm. 1. politik, maupun kebijakan-kebijakan pemerintah yang bersifat membatasi jalannya kegiatan penanaman modal asing.

  Host country dengan risiko politik yang tinggi cenderung untuk

  memperlemah arus penanaman modal asing karena ketidakpastian politik dapat berdampak pada perolehan keuntungan penanaman modal asing. Tiga jenis risiko politik utama yang memperlemah penanaman modal asing karena dapat berdampak buruk pada keuntungan dan kelangsungan investasi adalah Pertama, nasionalisasi atau ekspropriasi aset asing yang mana cenderung jarang ditemukan dan pelanggaran kontrak yang mana lebih sering terjadi yang dapat mengancam arbitrase dalam kebijakan yang berkaitan dengan penanaman modal asing yang dapat menciptakan lingkungan investasi yang tidak menentu dan merugikan perolehan keuntungan kegiatan investasi; dan Ketiga, perang dan kekacauan politik termasuk kegiatan teroris yang dapat merusak aset asing dan memperlemah

  13

  produktivitas ekonomi host country dalam jangka panjang. Padahal, host

  

country dapat mengubah ekonomi domestik ke dalam lingkungan investasi yang

  lebih memiliki daya tarik dengan mengurangi risiko politik dan memperkenalkan kebijakan yang stabil dan liberal untuk menarik lebih banyak investor asing 14 . walaupun perubahannya memerlukan waktu yang lama

   

  Dengan demikian, investor dari negara-negara maju khawatir sekali dengan kerugian yang akan dideritanya berkenaan dengan peristiwa-peristiwa di

                                                               13 Kyeonghi Baek dan Xingwan Qian, Op.cit., hlm. 6.

  15

  negara-negara berkembang yang bukan menjadi ancaman di negaranya. Padahal, kehadiran kebijakan ekonomi yang berbasis pasar bebas di negara- negara yang sedang berkembang telah melahirkan kesempatan yang luas bagi investor dari negara barat, tetapi sejalan dengan kesempatan tersebut terdapat risiko yang substansial. Selain dari risiko bisnis umum yang biasa dihadapi oleh setiap pengusaha atau investor dalam penanaman modal dalam negeri atau luar negeri, investor di negara yang sedang berkembang harus menghadapi risiko politik yang jauh lebih besar daripada yang ada saat berinvestasi di negara dengan sistem

  16 demokrasi liberal.

  mau menanggung kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut di atas. Oleh karenanya, Pemerintah Amerika menciptakan programnya sendiri yaitu United

  

States Overseas Private Investment Corporation (OPIC) yang mendukung

  kebijakan Amerika Serikat agar perusahaan-perusahaan Amerika Serikat

  17 melakukan investasi di luar negeri.

  OPIC yang didirikan berdasarkan Foreign Assistance Act pada tahun 1969 adalah sebuah lembaga pemerintah Amerika Serikat yang mandiri dalam menyediakan asuransi terhadap risiko politik, termasuk juga pembiayaan proyek melalui pinjaman langsung dan jaminan hutang serta aneka jasa investor bagi investor Amerika Serikat. Jasa OPIC tersedia untuk kegiatan penanaman modal

                                                               15 Erman Radjagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, (Depok : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006), hlm. 232. 16 Paul E. Comeaux dan N. Stephan Kinsella, “Reducing Political Risk in Developing

Countries : Bilateral Investment Treaties, Stabilization Clauses, and MIGA & OPIC Investment

Inssurance”, New York Law School Journal of International and Comparative Law, 1994, hlm. 1.

    Amerika Serikat di lebih dari 139 negara yang sedang berkembang. Tujuannya adalah untuk mendukung Amerika Serikat untuk berinvestasi ke luar negeri sehingga dapat meningkatkan daya saing global, memperluas lapangan kerja, dan meningkatkan jumlah ekspor. Investor dapat membeli asuransi OPIC yang

  18

  mencakup jaminan terhadap tiga jenis risiko sebagai berikut : 1. pembatasan konversi mata uang asing, yang mana merupakan ketidakmampuan untuk mengkonversi keuntungan dan uang kiriman lainnya ke dalam dolar

  Amerika Serikat; 2. Ekpropriasi, yang mana merupakan pengambilalihan aset investor oleh host

  country; 3.

  kekacauan politik, termasuk perang, revolusi, pemberontakan, dan kekacauan sipil.

  Sedangkan, proyek investasi yang memenuhi persyaratan dalam mendapatkan jaminan OPIC adalah proyek investasi yang baru, proyek privatisasi, perluasan atau modernisasi dari proyek investasi yang telah ada. Tidak disyaratkan bahwa perusahaan asing harus dimiliki atau dikontrol oleh investor Amerika Serikat, tetapi dalam hal proyek dengan kepemilikan asing, hanya bagian dari proyek investasi yang dilaksanakan oleh investor Amerika Serikat sajalah yang dijamin oleh OPIC dan pada umumnya, asuransi tidak disediakan untuk proyek investasi yang mayoritasnya dimiliki dan dikontrol oleh pemerintah asing.

                                                              

  Selain itu, investor yang memenuhi persyaratan untuk dapat dijamin OPIC

  19

  haruslah : 1. perorangan warga negara Amerika;

  2. Perusahaan, persekutuan, atau asosiasi lainnya yang didirikan dengan hukum

  

Amerika Serikat di negara atau wilayah yang dimiliki oleh warga negara Amerika

Serikat ;

  3. Perusahaan asing yang paling sedikit 95% sahamnya dimiliki oleh warga negara

Amerika Serikat atau oleh asosiasi yang dimiliki warga negara Amerika Serikat.

  OPIC juga tidak boleh menawarkan asuransi untuk proyek di negara dengan mana Amerika Serikat tidak ada mengadakan perjanjian investasi.

  Belakangan ini, program OPIC tersedia di 140 negara yang sedang berkembang dan di bawah perjanjian dengan host countries, pemerintah host countries harus menyetujui asuransi OPIC untuk proyeknya dan prosedur persetujuannya berbeda-

  20 beda di setiap negara dan telah ditentukan oleh OPIC.

  Namun, dengan adanya keterbatasan OPIC yang hanya menyediakan jaminan untuk Amerika Serikat, maka kemudian Bank Dunia (World Bank) mendirikan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) yang bersifat global pada tahun 1985 dengan salah satu tujuan mendorong bertambahnya investasi di negara-negara berkembang. Konvensi MIGA lahir pada tanggal 11 Oktober 1985, berlaku ketika 5 negara industri dan 15 negara berkembang meratifikasi konvensi tersebut. MIGA sekarang ini sudah ditandatangani oleh 152

                                                               19    Ibid., hlm. 27. 

  21

  negara. Indonesia sendiri telah menandatangani Konvensi MIGA pada tanggal 18 Juli 1986 dengan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1986.

  MIGA mulai menyediakan asuransi risiko politik pada tahun 1988. Salah satu tujuan dasarnya adalah untuk meningkatkan arus modal dan teknologi di negara-negara berkembang dengan memenuhi program jaminan investasi pemerintah dan swasta. Banyak program asuransi nasional yang demi tercapainya tujuan memberlakukan kebijakan yang ketat dengan mengecualikan banyak investor dan kegiatan investasi. Selain itu, program asuransi nasional memiliki keterbatasan dana. Program asuransi MIGA dapat mengatasi kelemahan tersebut agen multilateral, maka ia dapat menjamin proyek dari investor Amerika dan non

22 Amerika.

  Pada tahun 1994, Bank Dunia (World Bank) setuju memasukkan (IBRD) sebagai badan

  International Bank for Reconstruction and Development

  yang turut menjamin untuk menolong proyek-proyek infrastruktur yang besar di negara-negara berkembang dalam rangka privatisasi dengan menanggung risiko terhadap pembiayaan dengan hutang kepada badan hukum publik dan privat di

  23 negara-negara berkembang.

B. Perumusan Masalah

                                                               21 Erman Radjagukguk,Op.cit., hlm. 232-233. 22   Paul E. Comeaux dan N. Stephan Kinsella, Op.cit., hlm. 30-31.

  1. Bagaimanakah peran dari Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam kegiatan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct

  investment) ? 2.

  Bagaimanakah risiko investasi langsung yang dapat dijamin oleh Multilateral

  Investment Guarantee Agency

  (MIGA) ? 3. Bagaimanakah upaya penyelesaian sengketa investasi asing yang berkaitan dengan risiko investasi langsung yang dijamin oleh Multilateral Investment

  Guarantee Agency (MIGA) ? C.

   Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan solusi atas permasalahan di atas, yaitu sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui peran Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam kegiatan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct

  investment).

  2. Untuk mengetahui jenis risiko investasi asing langsung yang dapat dijamin oleh Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA), besaran nominal dan jangka waktu jaminan, serta persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh jaminan tersebut.

  3. Untuk mengetahui upaya dan sistem penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh apabila timbul sengketa mengenai risiko investasi asing langsung yang dijamin oleh Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA).

  Selain itu, penulisan skripsi ini juga ditujukan sebagai pemenuhan tugas akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

  Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

  1. Secara Teoritis Secara teoritis, pembahasan terhadap peran Multilateral Investment

  

Guarantee Agency (MIGA) dalam menjamin kegiatan penanaman modal asing

  (foreign direct investment) ini akan memberikan pemahaman dan pengetahuan berkaitan dengan MIGA termasuk perannya dalam kegiatan penanaman modal asing secara langsung, ketentuan pemberian jaminan menurut Konvensi MIGA, dan penyelesaian sengketanya.

  2. Secara Praktis Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembaca terutama bagi para penanam modal (investor) asing yang menanamkan modal di

  Indonesia agar mengetahui fungsi keberadaan Multilateral Investment Guarantee

  

Agency (MIGA) yang penting dalam menjamin kegiatan penanaman modal dari

  risiko politik. Selain itu, penulisan ini juga bermanfaat bagi para akademisi dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya peran Multilateral

  Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam globalisasi ekonomi dewasa ini.

D. Keaslian Penulisan

  Sehubungan dengan keaslian judul ini yaitu “Peran Multilateral

  

Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing

  secara Langsung (Foreign Direct Investment)”, penulis telah melakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum dan perpustakaan pusat Universitas Sumatera Utara, serta media online untuk membuktikan bahwa judul skripsi ini belum pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun di lingkungan universitas atau perguruan tinggi lain dalam wilayah Republik Indonesia. Selama pemeriksaan tersebut, ditemukan memiliki permasalahan dan substansi serta cara pembahasan yang berbeda dengan skripsi ini.

  Adapun beberapa karya ilmiah tersebut adalah : 1. MIGA sebagai Salah Satu Bentuk Jaminan bagi Investor di Indonesia

  Karya ilmiah tersebut merupakan skripsi dari mahasiswa Universitas Brawijaya yang pada pokoknya membahas mengenai dua hal, yaitu penerapan MIGA dalam hukum nasional Indonesia yang pembahasannya dikaitkan dengan sumber hukum internasional dan bentuk atau jenis investasi yang dapat dijamin oleh lembaga MIGA. Untuk pembahasan yang pertama jelaslah tidak dibahas dalam skripsi ini. Mengenai penerapan MIGA di Indonesia hanya ada berkaitan dengan pembahasan Bab II Subbab B bagian 3 mengenai ratifikasi Konvensi MIGA di Indonesia, itupun tidak dibahas dari segi hukum internasional.

  Sedangkan, untuk pembahasan yang kedua, pada dasarnya juga merupakan bagian dari pokok pembahasan Bab III skripsi ini, tetapi dalam skripsi ini dibahas secara lebih rinci dengan berpedoman pada Konvensi MIGA dan Investment Guarantee

  Guide yang dipublikasi oleh MIGA.

  Selain itu, skripsi ini juga membahas risiko politik sebagai kajian tersendiri, perluasan objek jaminan MIGA, jangka waktu dan besaran nominal jaminan MIGA yang sama sekali tidak dibahas dalam skripsi mahasiswa Universitas Brawijaya tersebut. Selain itu, skripsi ini juga membahas penyelesaian sengketa mengenai risiko investasi yang dijamin oleh MIGA dalam bab tersendiri dengan uraian pilihan penyelesaian sengketa yang dipaparkan secara rinci.

2. Pengaturan dan Pelaksanaan Jaminan MIGA di Indonesia

  Karya ilmiah tersebut merupakan tesis dari mahasiswa Universitas Indonesia yang pada pokoknya merumuskan tiga permasalahan yakni mengenai peran MIGA dalam penanaman modal, peran MIGA dalam penanaman modal di Indonesia, dan pelaksanaan MIGA di Indonesia. Permasalahan tersebut secara sekilas memiliki kemiripan dengan permasalahan pertama dalam skripsi ini.

  Tetapi, jika ditinjau dari segi substansinya, maka terdapat banyak perbedaan.

  Pertama , skripsi ini tidak difokuskan pada penanaman modal, melainkan

  penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) dan topik subbab pembahasan penanaman modal tesis tersebut pun berbeda dengan topik yang terdapat dalam skripsi ini. Kedua, isi pembahasan dan sumber referensinya tidak sama dengan skripsi ini, misalnya dalam pembahasan mengenai peran MIGA di negara berkembang, tesis tersebut memaparkan studi kasus, sedangkan skripsi ini memaparkan usaha-usaha MIGA dalam menjamin investasi di negara- negara berkembang sehingga jelas berbeda. Mengenai pembahasan sejarah MIGA pun, walaupun memiliki kemiripan dari segi topik tetapi isi pembahasan dan referensinya berbeda. Dalam pembahasan kasus investasi yang pernah dijamin MIGA di Indonesia memang terdapat satu kasus yang sama yaitu kasusnya Enron Java Power, tetapi dalam skripsi ini pemaparannya difokuskan pada jaminan MIGA, sedangkan dalam tesis tersebut diuraikan lagi posisi kasus dan analisis hukumnya. Jadi, walaupun terdapat subbab atau bagian yang hampir sama topiknya, tetapi jelas pembahasannya adalah berbeda. menjadi objek pembahasan dalam tesis tersebut. Jika pun ada hanya mengenai jenis risiko komersial yang dijamin oleh MIGA yang diatur di dalam Pasal 11 Konvensi MIGA, tetapi jenis risiko tersebut hanyalah dibahas secara singkat dan tidak serinci seperti yang terdapat dalam skripsi ini.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa skripsi ini adalah asli sifatnya dan benar-benar disusun berdasarkan hasil pemikiran sendiri tanpa adanya duplikat dari hasil karya ilmiah manapun. Apabila di kemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat yang dikarenakan adanya kelalaian pada saat pemeriksaan, maka hal tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan 1.

  Penanam modal dan penanam modal asing Penanam modal atau yang biasa disebut sebagai investor adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat

  24

  berupa penanam modal dalam negeri atau penanam modal asing. Perumusan terminologi mengenai investor umumnya dibedakan menjadi dua kategori utama yakni natural person (investor sebagai individu) dan juridical person (investor sebagai badan hukum) dimana juridical person umumya ditentukan berdasarkan tiga hal yaitu tempat pendirian, kedudukan, dan kewarganegaraan dari pemilik

25 Penanam modal asing atau biasa disebut dengan investor asing adalah

  perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing

  26 yang melakukan penanaman modal di negara wilayah Republik Indonesia.

  Apabila kita mengkaji definisi tersebut, maka penanam modal asing dikategorikan

  27

  menjadi empat macam, yaitu : a. perseorangan warga negara asing; b. badan usaha asing; c. badan hukum asing; dan/atau d. pemerintah asing.

                                                               24 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka (4). 25 Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal, “Preliminary Review Perjanjian

Peningkatan Perlindungan Penanaman Modal (P4M)”, Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) , 2012, hlm. 8. 26 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka (6).

  Perseorangan warga negara asing merupakan individu luar negeri yang menanamkan investasinya di Indonesia. Badan usaha asing merupakan lembaga asing yang tidak berbadan hukum. Badan hukum asing merupakan badan hukum yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan atau act yang berlaku di negara-negara asing tersebut. Badan hukum Indonesia merupakan badan hukum yang berkedudukan di Indonesia, tetapi modal badan hukum tersebut sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh pihak asing. Pemerintah asing merupakan pemerintah yang berasal dari luar negeri yang menanamkan investasinya di

28 Indonesia.

  Penanaman modal dan penanaman modal asing Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

  29

  melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia. Pengertian penanaman modal ini hanya ditujukan untuk penanaman modal secara langsung sebagaimana dapat dilihat dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menyatakan bahwa penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak

  30 termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.

  Penanaman modal lazim disebut sebagai investasi. Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire (memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan investment. Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai

                                                               28 29 Ibid.

  Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka (1). 30 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang konsep teoritis tentang investasi. Fitzgeral mengartikan investasi sebagai aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Dalam definisi tersebut, investasi dikonstruksikan sebagai sebuah kegiatan untuk penarikan sumber dana yang digunakan untuk pembelian barang modal dan barang modal itu akan

  31 dihasilkan produk baru.

  Definisi lain tentang investasi dikemukakan Kamaruddin Ahmad. Ia mengartikan investasi sebagai kegiatan menempatkan uang atau dana dengan dana tersebut. Dalam definisi tersebut, investasi difokuskan pada penempatan uang atau dana. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan. Ini erat

  32 kaitannya dengan investasi di bidang pasar modal.

  33 Dalam Ensiklopedia Indonesia, investasi diartikan sebagai :

  Penanaman uang atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya). Dengan demikian, cadangan modal barang diperbesar sejauh tidak ada modal barang yang harus diganti. Hakikat investasi dalam hal ini adalah untuk proses produksi. Ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan hanya untuk proses produksi semata-mata, padahal dalam kegiatan investasi tidak hanya ditujukan untuk proses produksi semata- mata, tetapi juga kegiatan untuk membangun sebagai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan investasi.

                                                               31 Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 31.

    32   Ibid.

  Selain itu, Komaruddin juga memberikan pengertian investasi dalam 3

  34

  arti, yaitu : a.

  Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi, atau surat penyertaan lainnya; b. suatu tindakan membeli barang-barang modal; c. pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa yang akan datang.

  Dalam definisi ini, investasi dikonstruksikan sebagai tindakan membeli saham, obligasi, dan barang-barang modal. Ini erat kaitannya dengan pembelian saham juga di berbagai bidang lainnya, seperti di bidang pariwisata, pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan umum, kehutanan, pertanian, pelabuhan, dan lain-lain.

  Menurut Salim HS dan Budi Sutrisno, yang diartikan dengan investasi adalah penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing maupun investor domestik dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk

  35 investasi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.

  Investasi asing atau penanaman modal asing merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu foreign investment. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007, penanaman modal asing adalah kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal

                                                               34 Ibid.

  asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang

  36 berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

  Kegiatan menanam merupakan kegiatan untuk memasukkan modal atau investasi, dengan tujuan untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan penanaman modal ini dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya dan atau modal asing berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Modal asing yang berpatungan merupakan modal asing yang bekerja sama dengan penanam modal Indonesia, dimana saham yang dimiliki oleh pihak asing maksimal 95%, sedangkan pihak penanam modal Indonesia, minimal

37 Prof. M. Sornarajah juga memberikan definisi tentang penanaman modal

  asing yaitu transfer of tangible or intangible assets from one country to another

  for the purpose of use in the country to generate wealth under the total or partial

  . Artinya penanaman modal asing merupakan

  control of the owner of the assets

  transfer modal, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain, tujuannya adalah untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara menyeluruh atau sebagian. Dalam definisi ini, penanaman modal asing dikonstruksikan sebagai pemindahan modal dari negara yang satu ke negara lain.

  38 Tujuan penggunaannya adalah mendapat keuntungan.

                                                               36 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka (3). 37 Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 148.

3. Penanaman modal dan penanaman modal asing secara langsung

  Menurut Organization For Economic Cooperation (OEEC), direct

  

investment is meant acquisition of sufficient interest in an under taking to ensure

its control by the investor. Artinya adalah bahwa penanam modal (investor)

  diberikan keleluasaan penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal

  39 mempunyai penguasaan atas modal.

  Menurut OECD Benchmark Definition of Foreign Direct Investment, investasi langsung termasuk kategori kegiatan investasi lintas batas yang mendirikan kepentingan abadi dalam sebuah perusahaan (perusahaan investasi langsung) yang berada di negara disamping negara asal investor langsung tersebut. Motivasi dari investor langsung tersebut adalah adanya hubungan jangka panjang yang strategis dengan perusahaan investasi langsung tersebut dalam memastikan adanya pengaruh yang signifikan dari investor langsung dalam mengelola perusahaan investasi langsung tersebut. Kepentingan abadi tersebut dapat dilihat ketika investor langsung memiliki sekurang-kurangnya 10% hak voting perusahaan investasi langsung tersebut. Investasi langsung juga dapat mengizinkan investor langsung untuk mendapat akses ekonomi ke perusahaan investasi langsung. Tujuan dari investasi langsung berbeda dengan investasi

                                                               39 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta : Prenada Media

  portofolio yang mana investor pada umumnya tidak berharap untuk

  40 mempengaruhi pengelolaan dari perusahaan tersebut.

  Sedangkan, penanaman modal asing secara langsung (foreign direct

  

investment ) yang menjadi objek pembahasan dalam penulisan ini berarti pihak

  investor langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan usaha dan

  41

  bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian. Dalam penanaman modal asing ini, terdapat keterlibatan langsung pihak investor terhadap investasi yang dilakukan baik dalam aspek permodalan, pengelolaan, dan

  42 pengawasan.

  yang sama dengan penanaman modal asing sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hal ini disebabkan penanaman modal yang diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tersebut adalah seluruh kegiatan penanaman modal baik domestik maupun asing yang dilakukan secara langsung sebagaimana yang dimaksud dalam Penjelasan Pasal 2 UU No. 25 Tahun 2007. Dengan demikian, jelaslah bahwa pengertian penanaman modal asing yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka (3) adalah sama dengan pengertian penanaman modal asing secara langsung.

  Pasal 1 angka (3) UU No. 25 Tahun 2007 menyebutkan “...melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia...” sehingga dalam penanaman modal asing

                                                               40 Organization of Economic Co-operation and Development (OECD), “An Overview of Foreign Direct Investment Concepts”, OECD Benchmark Definition of Foreign Direct Investment, Edisi IV, 2008, hlm. 19 41 Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi , (Malang : Bayumedia Publishing, 2004), hlm. 11.

    secara langsung yang dibutuhkan adalah kehadiran fisik dari penanam modal asing tersebut secara langsung dengan mendirikan perusahaannya di Indonesia baik dengan modal asing sepenuhnya maupun berpatungan dan tidak hanya berperan sebagai pemodal atau pemegang saham secara pasif, melainkan turut serta secara aktif mengelola dan bertanggung jawab atas jalannya perusahaan tersebut.

  4. Modal asing Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan

  43

  asing. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, modal asing adalah modal dari suatu bangsa (negara) asing yang ditanamkan suatu negara dengan maksud untuk

  44 memperoleh keuntungan yang cukup.

  5. Host country

  atau yang biasanya disebut sebagai negara penerima modal

  Host country merupakan negara tempat dilakukannya usaha kegiatan penanaman modal asing.

  Pada umumnya, host country merupakan negara berkembang di wilayah Asia,

  45 Amerika Latin, dan Afrika.

  6. Risiko politik atau risiko non-komersial Risiko politik secara luas diartikan sebagai kemungkinan gangguan operasi perusahaan akibat situasi dan kekuatan politik, baik yang terjadi di host country

                                                               43 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka (8). 44 Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 151.

  atau sebagai hasil perubahan lingkungan internasional. Di host country, risiko politik sering ditentukan oleh ketidakpastian tindakan yang dilakukan tidak hanya oleh pemerintah dan institusi politik, tetapi juga kelompok minoritas dan gerakan

  46 separatis.

  Definisi dari risiko politik dapat bersifat luas atau terbatas. Definisi khusus dari risiko politik termasuk segala jenis risiko yang diakibatkan oleh tindakan politik tanpa perlu diketahui darimana asalnya. Dalam perspektif ini, sumber risiko politik dapat dilihat dari ketidakstabilan pemerintahan dan ketidakstabilan sosial. Salah satu contoh dari definisi risiko politik secara luas adalah sebagai perubahan yang tidak dapat diantisipasi dalam faktor-faktor politik yang mempengaruhi harga produksi, barang, dan jasa yang diakibatkan oleh tindakan dan reaksi pemerintah serta kelompok politis lainnya di dalam atau antar negara.

  Sebaliknya, definisi risiko politik yang bersifat terbatas hanya mencakup ketidakstabilan politik yang benar-benar berasal dari tindakan negara. Selain itu, Simmonds dan Robock juga mengemukakan bahwa risiko politik di dalam penanaman modal asing muncul ketika ketidakberlangsungan terjadi di dalam lingkungan bisnis, terdapat kesulitan untuk mengantisipasinya, dan adanya

  47 perubahan politik.

  Dan Haendel mendefinisikan risiko politik yang dihadapi investor asing sebagai risiko atau kemungkinan terjadinya kejadian politik yang dapat mengubah

                                                               46 MIGA, “MIGA World Investment and Political Risk”, MIGA WIPR Report, Washington, 2011, hlm. 21.

   

  47 Guy Leopold Kamga Wafo , “Political Risk and Foreign Direct Investment”, (Makalah, peluang dalam memperoleh keuntungan dari kegiatan investasi yang bersangkutan. Namun, untuk mendapatkan pengertian yang sempurna atas risiko politik, definisi tersebut haruslah dilengkapi oleh penguraian deskriptif terhadap kekhawatiran risiko politik dari investor asing yang pada waktu yang bersamaan

  48 mewakili unsur kestabilan politik.

  Sedangkan, risiko non-komersial merupakan istilah yang memiliki arti yang sama dengan risiko politik. Risiko non-komersial sering dikaitkan dengan ketidakpastian politik, kekacauan sipil, konflik bersenjata, kerusuhan sipil,

  49

  korupsi yang tinggi, dan tindakan ekspropriasi. Risiko non-komersial meliputi lembaga yang rapuh, ekspropriasi, peperangan dan konflik perbatasan, pemerintahan yang lemah, administrasi yang lemah, rezim pengaturan yang lemah, penyitaan, korupsi, deprivatisasi, ketidakstabilan pemerintahan, kerusuhan, dan defisiensi institusional. Risiko non-komersial juga termasuk risiko alamiah

  50 yang ditandai oleh bencana alam, banjir, dan kelaparan.

7. Negosiasi

  Negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang mengalami sengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak ketiga sebagai penengah yang tidak berwenang mengambil keputusan

                                                               48 ., hlm. 18. 49 Ibid C.Kasatuka dan R.C.A. Minnitt, “Investment and Non-Commercial Risks in Developing Countries”, The Journal of The Southern African Institute of Mining and Metallurgy, Volume 106,

  Afrika Selatan, Desember 2006, hlm. 1.

  (mediasi) maupun pihak ketiga sebagai pengambil keputusan (arbitrase dan

  51 litigasi).