1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Terhadap Peran Pemerintah Daerah Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikaruniai keindahan alam, keunikan budaya, dan beragam

  kesenian tradisional merupakan potensi pariwisata yang sangat besar untuk dikembangkan. Disaat terjadi kecenderungan perubahan selera wisatawan dunia dari wisata konvensional ke jenis wisata yang lebih beragam, seperti wisata kreasi budaya, peninggalan sejarah, dan ekowisata, jumlah perjalanan wisata dunia pada

  

  tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 1,6 miliar orang. Hal ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk menarik wisatawan mancanegara. Selain itu, perkembangan jumlah wisatawan nusantara yang meningkat signifikan sebagai akibat peningkatan jumlah pendapatan masyarakat di kalangan menengah, juga merupakan peluang pasar domestik yang cukup besar. Komitmen pemerintah membangun sektor pariwisata menjadi salah satu sektor prioritas ditegaskan dalam RPJMN 2010-2014 terutama dalam pembahasan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan dalam pembahasan Prioritas Pembangunan Nasional Lainnya di Indonesia. Komitmen lainnya ditunjukkan dengan telah disusunnya Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS), yang di dalamnya

  1 diakses tanggal 1 April 2016).

  1 memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah pembangunan kepariwisataan tahun

   2010-2025.

  Pembangunan ekonomi sangat penting bagi peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka perbaikan kesejahteraan, Indonesia memerlukan pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan yang pada dasarnya bersumber dari peningkatan jumlah tenaga kerja, masukan modal dan perbaikan produktivitas dalam ekonomi. Setiap negara sangat diperlukan adanya pembangunan nasional yang mencangkup peningkatan perekonomian dinegara tersebut. Apalagi dalam negara berkembang seperti di Indonesia ini. Indonesia sangat membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional. Indonesia akan meningkatkan pembangunan-pembangunan yang merata di setiap wilayah dan adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju dan berkembang di seluruh dunia, dari itu Indonesia berupaya menggali sumber daya pembiayaan dari luar negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri salah satunya adalah Penanaman

3 Modal Asing Langsung.

  Untuk mengundang sumber pembiayaan tersebut Indonesia harus lebih giat lagi dalam mengelolah sumber daya yang ada didalam negara ini seperti sumber daya alam yang sangat berlimpah dan banyaknya tenaga kerja. Hal terseut perlu dikembangkan agar para investor asing tertarik datang dan menanamkan modalnya di Indonesia. Sumber pembiayaan melalui penanaman modal asing langsung ini oleh sebagian pengamat, merupakan sumber pembiayaan luar negeri 2

  Analisis Sektor Pariwisata dan Dampaknya terhadap Kemandirian Fiskal Daerah (diakses tanggal 12 Maret 2016). 3 Ibid.

  yang paling potensial dibandingkan dengan sumber yang lain. Dengan datangnya penanaman modal asing juga diharapkan secara langsung maupun tidak langsung dapat lebih merangsang dan menggairahkan iklim atau kehidupan dunia usaha dalam berbagai bidang usaha, serta dapat dimanfaatkan sebagai upaya menembus jaringan pemasaran internasional melalui jaringan yang mereka miliki. Selanjutnya modal asing diharapkan secara langsung dapat mempercepat proses pembangunan ekonomi Indonesia.

  Investasi pada dasarnya meliputi berbagai bidang termasuk kepariwisataan. Cukup diketahui kekuatan pariwisata Indonesia terletak pada potensi alam yang besar dan seni budaya yang tinggi, sumber daya manusia yang

   profesional, akomodasi perhotelan yang baik, penduduk yang ramah tamah.

  Dengan adanya kebutuhan suatu negara terhadap penanaman modal asing untuk mengembangkan perekonomian yang diharapkan akan membawa pada kesejahteraan dan setelah melihat perkembangan modal asing yang sangat tidak menentu disebagian Negara.

  Investasi merupakan salah satu instrument dalam sistem perekonomian suatu bangsa yang sangat penting, tidak mengherankan jika di negara maju maupun negara berkembang berusaha secara optimal untuk menjadi tujuan investasi guna menggerakkan roda perekonomian yang berhubungan langsung dengan sistem produksi, kegiatan perdagangan dan ekspor serta kegiatan ekonomi masyarakat pada umumnya. Ruang lingkup ini tidaklah berlebihan jika dikemukakan bahwa kehadiran investasi merupakan suatu hal yang signifikan 4 H. Oka A. Yoeti, Anatomi Pariwisata Indonesia (Bandung: Angkasa, 1996), hlm 133-

  134 dalam pembangunan nasional atau tepatnya dalam menggerakkan roda perekonomian yang dilakukan pemerintah.

  Investasi asing merupakan proses internasionalisasi yang dibawa oleh perusahaan Penanaman Modal Asing (selanjutnya disebut PMA) telah merubah pola industri nasional ke alam modernisasi secara lebih efektif dan efisien dengan menghadirkan teknologi maupun manajemen usaha dan pemasaran. Terlepas dari tidak setuju maupun setuju terhadap kehadiran investasi asing, namun secara empiris dikatakan bahwa kehadiran investor asing di suatu negara mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Manfaat yang dimaksud di sini adalah

   bahwa kehadiran investasi.

  Suatu negara yang berdaulat mempunyai otoritas untuk mengatur negaranya termasuk masalah investasi asing, artinya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat atau penduduk di negara tersebut harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh negara. Indonesia yang secara tegas telah mencantumkan dalam konstitusi bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini berarti seluruh aktivitas harus berdasarkan norma-norma hukum yang tidak terkecuali dalam menjalankan kegiatan dunia usaha dalam hal ini melakukan investasi. Berkaitan dengan iklim investasi asing pembentukan undang-undang terelasi terhadap tujuan penyelenggaraan penanaman modal itu sendiri di antaranya; menciptakan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing dan iklim usaha yang kondusif . 5 Anwar M. Roem. Peran dan Fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Untuk Menarik Investasi Asing di Provinsi Papua, Jurnal Universitas YAPIS Papua, 2014, hlm. 1.

  Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat besar dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa negara di samping sektor migas sebagai pemasok devisa Negara.

  Tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia terlihat dengan jelas dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969, khususnya Bab II

  Pasal 3, yang menyatakan bahwa “Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan “industri pariwisata” dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahtraan masyarakat dan Negara”. Industri pariwisata dikembangkan di Indonesia dalam rangka mendatangkan dan meningkatkan devisa negara. Dengan kata lain, segala usaha yang berhubungan dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat komersial dengan tujuan utama mendatangkan devisa Negara disamping sector non migas.

  Di samping itu, pengembangan kepariwisataan juga bertujuan untuk memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. Ini berarti, pengembangan pariwisata di Indonesia tidak telepas dari potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk mendukung pariwisata tersebut.

  Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat menarik. Keragaman budaya ini dilatari oleh adanya agama, adat istiadat yang unik, dan kesenian yang dimiliki oleh setiap suku yang ada di Indonesia. Di samping itu, alamnya yang indah akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan

   (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

  Pembangunan daerah merupakan bagian penting bagi pembangunan secara menyeluruh bagi Negara Indonesia. Daerah diberikan kewenangan dan demokrasi untuk mengatur sumberdaya dan meningkatkan kinerjanya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyakarat madani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Pemerintah daerah dijalankan secara sub sistem dimaksudkan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat yang berkualitas.

  Sesuai dengan prinsip otonomi, kabupaten/kota bertindak sebagai penggerak sedangkan provinsi yang berfungsi sebagai koordinator mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggung jawaban

   kepada masyarakat.

  Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada substansinya telah memperluas wewenang daerah, termasuk hal -hal yang menjadi sumber-sumber pendapatan daerah. Sebab, dengan demikian maka pemerintah daerah mempunyai perimbangan keuangan dengan pemerintah pusat. Dengan demikian, diharapkan pemerintah daerah dapat meningkatkan pembangunan dan mengontrol 6 Arif Gunawan, Makalah Kepariwisataanperkembangan Pariwisata Di Indonesia Tahun

  1945 – 1965. anggal 25 Februari 2016) 7 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 69 perekonomian daerah melalui pendapatan-pendapatan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah dituntut untuk mengambil kebijakan dalam mendorong dan mengatur mengenai penanaman modal (investasi) di daerah.

  Dana pembangunan yang berasal dari APBD dan APBN tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhan pembangunan. Sedangkan kebutuhan pembangunan sesuai dengan Rencanan Pembangunan Jangka Menengah lebih dari yang bisa disediakan. Selisih kebutuhan pembangunan untuk pertumbuhan ekonomi diharapkan berasal dari investasi yang masuk. Namun, masih ada hambatan yang menyebabkan arus investasi tidak sesuai yang diharapkan.

  Pertumbuhan ekonomi daerah yang didorong oleh kegiatan investasi tentu saja akan memberikan efek positif bagi daerah tersebut, yang berarti memungkinkan terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan meningkatkan pendapatan asli daerah dalam bentuk pajak dan retribusi. Melalui otonomi, daerah akan menjadi lebih aktif dalam menjalankan kewenanganya dalam mempromosikan potensi daerahnya dengan mengundang investor untuk berinvestasi.

  Secara umum penanaman modal mulai terlibat dalam industri pariwisata di Indonesia sejak diterbitkannya Undang-undang Penanaman modal yaitu Undang- undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman modal asing dan Undang- undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman modal Dalam Negeri yang membuka kesempatan bagi penanam modal asing maupun domestik untuk terlibat dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Selanjutnya pengaturan mengenai kegiatan penanaman modal dalam industri pariwisata tersebar dalam beberapa produk hukum seperti dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang

   penanaman modal.

  Mewujudkan negara yang mandiri dan sejahtera maka negara harus memiliki banyak pendukung, seperti permodalan, sumber daya manusia, sumberdaya alam, selain usaha kecil menengah dan makro yang sudah diuraikan di atas, maka negara juga harus memiliki berbagai terobosan baik secara nasional maupun pada skala yang lebih kecil yaitu provinsi dan kab/kota. Karena dengan terobosan-terobosan ini yang akan memberikan jalan bagi negara untuk dapat membuka jalan bagi pemerintahan di daerah dapat mengembangkan potensi yang ada pada daerah tersebut.

  Daerah provinsi, kota/kabupaten merupakan ujung tombak terlaksananya pembangunan, dan untuk menuju kesejahteraan masyarakat. Daerah memiliki peran yang sangat vital dalam perwujudan kemakmuran, karena daerahlah yang memiliki potensi-potensi, baik sumber daya alam dan sumber daya manusia.

  Maka dari daerah juga potensi pembangunan harus di mulai. Sekarang ini, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota memiliki peluang yang sangat besar untuk mengembangkan potensi daerah lewat otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah lewat Undang-undang Nomor .23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah peraturan pemerintah pengganti Undang- undang (PERPPU) Nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan Atas Undang-undang 8 Dwi Martin. Kajian Yuridis Terhadap Kegiatan Penanaman Modal dalam Bidang

  Perhotelan di Kabupaten Lombok Barattanggal

27 Februari 2016)

  Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (selanjutnya disebut Undang- Undang Pemerintahan Daerah

  Pemerintahan daerah menjadi ujung tombak pembangunan nasional, meskipun pemerintah daerah harus berusaha sendiri dalam pengembangan wilayahnya, lewat program kerja pemerintah daerah. Setiap pemerintah daerah melakukan sosialisasi dan promosi potensi yang ada di daerahnya, potensi yang banyak ditawarkan adalah pariwisata dan potensi kekayaan alam. Maksud dari promosi tersebut adalah mengundang investor dapat menanamkan modal ke daerah tersebut.

  Berdasarkan data Badan Kordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pariwisata pada kuartal I (Januari-Maret 2015) mencapai angka USD 130,13 juta atau meningkat 256,43% dibandingkan kuartal I /2014 sebesar USD 36,51 juta. Dari angka tersebut, investasi penanaman modal asing (PMA) mendominasi yaitu senilai USD 117,24 juta dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai 12,86 juta. Pemerintah Indonesia terus berupaya menarik investor untuk berinvestasi di 16 kawasan strategis pariwisata, yaitu Mandalika (Nusa Tenggara Barat) dan Anambas (Kepulauan Riau). Pemerintah terus menawarkan investasi kepada para investor diantaranya investor Dubai, meski diakui juga masih ada kendala terutama terkait infrastruktur. Menguatnya daya saing pariwisata Indonesia menambah keyakinan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Data The Travel adn Tourism Competitiveness Index yang dilansir

  

World Economic Forum (WEF) 2014 menyatakan, daya saing pariwisata

  Indonesia mampu naik empat peringkat. Pada tahun 2013 berada di peringkat 74, pada 2013 berada di peringkat 70 dengan keunggulan daya saing dalam harga, sumber daya alam, maupun prioritas kebijakan pariwisata. Berdasarkan hasil survey terbaru Japan Bank International Corporation (JBIC), menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat tertinggi dalam persepsi pelaku bisnis global sebagai negara tujuan investasi dalam jangka menengah atau sekitar tiga tahun kedepan. Hasil survey dengan hasil 219 responden (44,9%) membuat peringkat Indonesia naik dari peringkat tiga ke peringkat pertama yang sebelumnya diduduki oleh China. Industri pariwisata sektor perhotelan Indonesia merupakan yang terbaik diantara negara Asia. Sektor pariwisata Indonesia telah

   tumbuh berkembang menjadi primadona di Asia.

  Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan ekonomi, Indonesia memerlukan peningkatan penanaman modal untuk mengelola potensi ekonomi menjadi rill dengan menggunakan modal yang berasal

  

  baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Untuk menuju pembangunan daerah yang maju, berkualitas, memiliki lapangan pekerjaan dan bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut, maka pemerintah provinsi dan kabupaten/kota harus membuka pintu selebar-lebarnya bagi para investor yang akan menanamkan modal ke daerah tersebut.

  Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul Analisis Yuridis terhadap Peran Pemerintah Daerah dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata. 9 Debby Monica. investasi-pariwisata-indonesia-masih-menjadi-primadona-di-asia_ diakses tanggal 1 Maret 2016). 10 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata? 2.

  Bagaimana kewenangan pemerintah daerah dalam pelayanan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata?

  3. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam meningkatkan penanaman modal asing sektor pariwisata?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa tujuan dari penelitian skripsi ini antara lain:

  1. Untuk mengetahui pengaturan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata.

  2. Untuk mengetahui kewenangan pemerintah daerah dalam pelayanan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata.

  3. Untuk peranan yang dapat dilakukan pmerintah daerah dalam meningkatkan penanaman modal asing sektor pariwisata.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Manfaat teoritis

  Memberikan sumbangsih pemikiran akademis dan teoritis terhadap pengembangan ilmu hukum pada umumnya, dan pengembangan ilmu hukum bisnis pada khususnya.

2. Manfaat praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini perusahaan atau investor sehingga dapat dijadikan pegangan dalam menginvestasikan modalnya di Indonesia yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan perekonomian nasional khususnya Sumatera Utara.

D. Keaslian Penulisan

  Keaslian penelitian skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan judul dari skripsi penulis analisis yuridis terhadap peranan pemerintah daerah dalam kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata, telah di periksa bagian perpustakaan, dan penulis dapat mempertanggung jawabkan skripsi ini secara akademik.

  Ninda Ausry (2011) dengan judul penelitian hak-hak investor asing dalam kegiatan penanaman modal berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman Modal, adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.

  Perlakuan terhadap investor asing berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

  2. Hak-hak investor asing berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman Modal.

  3. Penyelesaian sengketa antara investor asing dengan pemerintah.

  Winta Afrina (2005), dengan judul penelitian penyelenggaraan penanaman modal asing di Indonesia menurut Keppres No. 29 tahun 2004, adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.

  Gambaran umum mengenai PMA 2. Tata cara penanaman modal asing di Indonesia 3. Penyelenggaraan penanaman modal asing menurut Keppres No. 29 tahun 2004.

  Dewi Maya Ginting (2014), kajian yuridis terhadap investasi asing pada Sektor Pertambangan DI Indonesia, adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

  1. Pertimbangan investor asing dalam melakukan kegiatan investasi pada sektor pertambangan di Indonesia

2. Regulasi penanaman modal asing pada sektor pertambangan di Indonesia 3.

  Akibat investasi asing pada sektor pertambangan di Indonesia

E. Tinjauan Pustaka

1. Pemerintah Daerah

  Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yaitu bahwa yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945).

  Penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penempatan asas otonomi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah memberikan makna bagi daerah untuk melaksanakan berbagai urusan tertentu dalam tatanan pemerintahan daerah, dengan tujuan untuk membangun serta mengembangkan berbagai kepentingan untuk menuju kesejahteraan masyarakat.

  Pemerintahan daerah terdiri dari pemerintah daerah beserta unsurnya dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjunta disebut DPRD) sebagai elemen yang bersifat kemitraan untuk melaksanakan fungsi pemerintahan secara terpadu dengan posisi yang sejajar, karena itu keberadaan pemerintahan daerah dan DPRD memiliki hubungan kerja dalam sistem pemerintahan daerah, sesuai dengan kedudukan serta peranan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

2. Penanaman Modal Asing

  Menurut Jhingan investasi atau pembentukan modal merupakan jalan keluar utama dari masalah negara terbelakang ataupun berkembang dan kunci

  

  utama menuju pembangunan ekonomi. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM) menyebutkan, bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. 11 Jhingan M.L. Ekonomi Pembangunan (Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 1996), hlm 420.

  Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

  Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, sudah mencakup semua aspek penting (termasuk soal pelayanan, koordinasi, fasilitas, hak dan kewajiban investor, ketenagakerjaan, dan sektor-sektor yang bisa dimasukin oleh investor) yang terkait erat dengan upaya peningkatan investasi dari sisi pemerintah dan kepastian berinvestasi dari sisi pengusaha/investor. Dua diantara aspek-aspek tersebut yang selama ini merupakan dua masalah serius yang dihadapi pengusaha, dan oleh karena itu akan sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan penanaman modal di Indonesia jika dilaksanakan dengan baik sesuai ketentuannya di UUPM tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, Bab I Pasal 1 Nomor 10 mengenai ketentuan umum: “Pelayanan terpadu satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat”.

  Sistem pelayanan satu atap ini diharapkan dapat mengakomodasi keinginan investor/pengusaha untuk memperoleh pelayanan yang lebih efisien, mudah, dan cepat.Memang membangun sistem pelayanan satu atap tidak mudah, karena sangat memerlukan visi yang sama dan koordinasi yang baik antara lembaga-lembaga pemerintah yang berkepentingan dalam penanaman modal. Dapat dipastikan apabila ketentuan ini benar-benar dilakukan, dengan asumsi faktor-faktor lain (seperti kepastian hukum, stabilitas, pasar buruh yang fleksibel, kebijakan ekonomi makro, termasuk rejim perdagangan yang kondusif dan ketersediaan infrastruktur) mendukung, pertumbuhan investasi di dalam negeri akan mengalami akselerasi.

  Secara singkat mengenai kebijakan Penanaman Modal di Indonesia bahwa sebelum 2007, Indonesia memiliki dua undang-undang di bidang penanaman modal, yaitu UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan UU Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Selanjutnya pada tahun 2007 diperbaharui dengan UUPM, diikuti dengan serangkaian Peraturan Pemerintah dan peraturan di bawahnya.

3. Industri Pariwisata

  Industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (goods and service)

  

  yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel pada umumnya.” Industri Pariwisata dalam buku yang berjudul Tours And Travel

  Marketing sebagai berikut: industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-

  macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilakan barang dan jasa

  

(goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel pada

   umumnya.

  12 13 Oka A. Yoeti. Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung; Penerbit Aksara, 1996), hlm.172 Ibid.

  Pengertian tentang industri pariwisata yang lainnya adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi daproduk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari

   orang yang sedang bepergian.

  Ada beberapa pengertian tentang industri pariwisata, antara lainnya sebagai kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang da(goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam

   perjalanannya. .

  Industri pariwisata mulai dikenal di indonesia setelah dikeluarkan instruksi Presiden RI No. 9 tahun 1969, di mana dalam Bab II Pasal 3 disebutkan Usaha- usaha pengembangan pariwisata dibersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara.

  Sesuai dengan instruksi Presiden tersebut dikatakan bahwa tujuan

  

  pengembangan pariwisata di Indonesia adalah: a.

  Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri sampingan lainnya.

14 Kusudianto Hadinoto. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata.(Jakarta: UI

  Press, 1996), hlm 11 15 16 Oka A. Yoeti, Op. Cit., hlm 9 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1969 tentang Pedoman Pembinaan Pengembangan Kepariwisataan Nasional b.

  Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.

  c.

  Meningkatkan persaudaraan / persahabatan nasional dan internasional.

  Dengan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa usaha-usaha yang berhubungan dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat Comercial.

  Hal tersebut dapat dilihat dari betapa banyaknya jasa yang diperlukan oleh wisatawan jika melakukan perjalanan wisata semenjak ia berangkat dari rumahnya hingga kembali ke rumahnya tersebut. Jasa yang diperoleh tidak hanya oleh satu perusahaan yang berbeda fungsi dalam proses pemberian pelayanannya.

F. Metode Penelitian 1.

  Sifat penelitian Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh, mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan peranan pemerintah daerah dalam kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Karena penelitian ini mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan antara lain: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan.

  Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1969 tentang Pedoman Pembinaan Pengembangan Kepariwisataan Nasional.

2. Data penelitian Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

  Menurut Ronny Hanitijo Soemitro data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan.

   a.

  Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yang terdiri dari: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Undang- undang No.10.Tahun 2009 Pariwisata.

  Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Badan Koordinasi Penanaman Modal. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor

  14 Tahun 2015 Tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Penelitian ini yang dijadikan data sekunder adalah data yang bersumber dari:

17 Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 76.

  Modal. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1969 tentang Pedoman Pembinaan Pengembangan Kepariwisataan Nasional.

  b.

  Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yaitu tesis, skripsi, makalah, jurnal, karya ilmiah dan pendapat para ahli.

  c.

  Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

3. Teknik pengumpulan data

  Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara:

   4.

  Analisis data studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

  Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara normatif kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Pengertian analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian 18 Soejano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 2010), hlm. 24. secara logis, sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir deduktif- induktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian ilmiah.

  Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai

  

  dengan permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan ke dalam lima bab terperinci adapun bagiannya, yaitu :

  Bab I merupakan bab pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian serta sistematika penulisan.

  Bab II mengenai pengaturan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata, yang berisikan penanaman modal asing menurut Undang-Undang No.

  25 tahun 2007, penanaman modal asing dalam rangka investasi sektor pariwisata dan pengaturan kegiatan modal asing sektor pariwisata.

19 H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II (Surakarta: UNS Press, 1988), hlm. 37.

  Bab III mengenai kewenangan pemerintah daerah dalam pelayanan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata, berisikan pelayanan pemerintah daerah dalam kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata. kewenangan pemerintah daerah dalam pelayanan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata dan akibat hukum pelayanan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata bagi investor.

  Bab IV mengenai peran pemerintah daerah dalam meningkatkan penanaman modal asing sektor pariwisata, berisikan Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata. Peran Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata.

  Bab V bagian ini merupakan bagian penutup dari penulisan, yang terdiri dari kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Edukasi Perawatan Diri Terhadap Aktivitas Sehari-Hari Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

0 0 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Tentang Kredit - Analisis Strategi Peningkatan Debitur Kredit Angsuran Lainnya Pada PT Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai

0 1 23

Tinjauan Yuridis Kontrak Penjualan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct (Studi Pada PT. Mujur Timber)

1 1 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peran Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan Industri Ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Generator Sinkron - Analisis Vibrasi Pada Generator Sinkron (Studi Kasus Pada Pltu Pangkalan Susu 2 x 200 Mw)

0 0 34

Latar Belakang - Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Terhadap Kinerja dan Pendapatan Usahatani Anggota Kelompok Tani

0 1 8

BAB II PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL PATUNGAN (JOINT VENTURE COMPANY) BERDASARKAN UU NOMOR 25 TAHUN 2007 A. Bentuk-Bentuk Penanaman Modal - Tanggung Jawah Hukum Perusahaan Patungan (Joint Venture Company) dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 0 31

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawah Hukum Perusahaan Patungan (Joint Venture Company) dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 1 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pisau Egrek - Pengaruh Proses Deformasi Plastis Dengan Metode Hammering Terhadap Sifat Mekanis Dan Microstruktur Baja Bohler K460 (AISI O1)

0 0 33

Analisis Yuridis Terhadap Peran Pemerintah Daerah Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata

0 0 36