4 Laporan Kinerja IR III Tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
K menyelenggarakan fungsi-fungsi, antara lain pelaksanaan
ementerian Kesehatan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintah di bidang kesehatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Kesehatan RI
pengawasan fungsional di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Tugas melaksanakan pengawasan fungsional ini menjadi tanggungjawab Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.
Pengawasan sebagai salah satu fungsi organik manajemen merupakan proses kegiatan yang harus ada dan harus dilaksanakan dalam suatu organisasi agar pelaksanaan program-program kesehatan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
Inspektorat III sebagai salah satu Unit Eselon II yang berada dibawah Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan merupakan salah satu unit yang melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
B. Visi dan Misi
Visi : Kementerian Kesehatan yang Akuntabel Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme.
Misi :
1. Meningkatnya kualitas pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan.
2. Mencegah terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan di Kementerian Kesehatan.
3. Meningkatnya peran Inspektorat Jenderal dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan akuntabel.
C. Dasar Hukum
Sebagai realisasi didalam melaksanakan tugas dan fungsinya di bidang pengawasan, Inspektorat III Itjen Kemenkes berpedoman kepada peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
3. Instruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4. Keputusan
Negara Nomor PER/03/M.PAN/02/2006 tentang Kebijakan Pengawasan Nasional.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64/Menkes/Per/XI/2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI.
D. Sasaran Program
Sasaran Program Inspektorat III dalam Rencana Aksi Program ditetapkan dengan merujuk sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN dan Renstra yaitu Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi dengan Indikator Kinerja Persentase satuan kerja wilayah binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%
Untuk mengukur tingkat pencapaian kinerja Inpektorat III maka setiap tahun ditetapkan perjanjian kinerja yang berisikan sasaran kinerja, indikator kinerja dan indikator kinerja dan target yang ingin dicapai. Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan merupakan sasaran program dalam rencana Aksi Program dengan merujuk pada sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN dan Renstra serta memperhatikan tugas pokok dan fungsi Inspektorat III.
Laporan Kinerja Tahunan Inspektorat III merupakan laporan tingkat pencapaian kinerja selama tahun 2016 sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja pada awal tahun 2016. Laporan Kinerja Tahunan merupakan bentuk pertanggungjawaban suatu unit kerja dalam mencapai sasaran/tujuan strategis instansi. Penyusunan Laporan Kinerja Tahunan merupakan salah satu upaya mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil yang merupakan salah satu agenda paling penting dalam reformasi pemerintah.
E. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64/Menkes/Per/XI/2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI pasal 653; Inspektorat III mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengawasan intern serta penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 653, Inspektorat III menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2. Penyusunan rencana program pengawasan intern di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
3. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
4. Pelaporan hasil pengawasan, dan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat III.
F. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi Inspektorat III mengacu pada peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi Tata kerja Kementerian Kesehatan sebagai berikut :
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Inspektorat III (Permenkes 64 Tahun 2015)
G. SUMBER DAYA MANUSIA
Kondisi sumber daya manusia di Inspektorat III sampai dengan 31 Desember 2016 adalah sebanyak 47 orang, yang dapat diuraikan menurut golongan/pangkat, tingkat pendidikan, jenis kelamin dengan rincian sebagai berikut:
1. Menurut Kelompok Jabatan
Gambar 1.2
Jumlah Pegawai Inspektorat III Menurut Kelompok Jabatan
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa Kelompok Jabatan pada Inspektorat
III terdiri dari JFT Auditor berjumlah 36 orang (77%), JFT Audiwan sebanyak
2 orang (4%), JFU sebanyak 7 orang (15%) dan Struktural sebanyak 2 orang (4 %).
2. Menurut Golongan
Gambar 1.3
Jumlah Pegawai Inspektorat III Menurut Golongan
Dari gambar diatas dapat disampaikan bahwa sebanyak 38 orang (80,85%) adalah Golongan III dan Golongan IV sebanyak 9 orang (19,15 %).
3. Menurut Tingkat Pendidikan
Gambar 1.4
Jumlah Pegawai Inspektorat III Menurut Pendidikan
Dari gambar di atas dapat disampaikan bahwa sebanyak 24 orang (51,06%) memiliki pendidikan Strata-2, dan sebanyak 22 orang (46,81%) memiliki pendidikan Strata-1/D-IV dan 1 (satu) orang berpendidikan SLTA (2,13%).
4. Menurut Jenis Kelamin
Gambar 1.5
Jumlah Pegawai Inspektorat III Menurut Jenis Kelamin
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa pegawai Inspektorat III terdiri dari 28 orang (60%) laki-laki dan pegawai perempuan sebanyak 19 orang (40%).
5. Rincian Lengkap Daftar Pegawai Inspektorat III
Tabel 1.1 Daftar Rinci Pegawai Inspektorat III
Jabatan No
Pangkat
Nama
NIP Baru
1 Heri Radison, SKM., MKM.
01/04/2014 Inspektur Nona Ambrawati, SST, MM,
196603231989031003 ' IV/b
Auditor Madya
01/04/2016 CFE
2 196607311989032003 ' IV/b
3 Supomo, SE, M.Kes
01/10/2014 Auditor Madya 4 Alamah, SE, M.Ak
196305011984031002 ' IV/a
01/10/2015 Auditor Madya 5 Eka Widianti, SKM, MM,
196111281982032001 ' IV/a
01/10/2015 Auditor Madya CFrA.
196204031982022003 ' IV/a
dr. Doli Wilfried Hasudungan Auditor Muda
01/10/2011 Simanungkalit, M.Kes
6 196903172000031001 ' IV/a
7 Drs. Tjetjep Rochadi
01/04/2010 Auditor Muda Sukmono, MM
196110031982031001 ' IV/a
01/10/2012 Kasubag TUIR 9 Antony Chandra Saputra, SH 196807091997031000
8 Drs. Hadi Suprayitno, MM.
01/04/2013 Audiwan Madya
Pitra Tri Yuli Nurtjahya, SKM, Auditor Muda
01/04/2009 MM.Kes
10 197107211997031006 ' III/d
11 Ichwan Ridwan, SE, MM
01/04/2010 Auditor Muda 12 Drs. R. Dedi Prihadi, MM
196808081994031004 ' III/d
01/04/2003 Auditor Muda 13 dr. Achmad Yani, M.K.K
196201221991031001 ' III/d
01/10/2011 Auditor Muda drg. Ossie Sosodoro Wisoto
196408161997031003 ' III/d
Auditor
01/04/2010 Wardono, MPH
14 196902222002121003 ' III/d
Pertama 15 Khairina, SKM
196606261993032002 ' III/d
01/04/2005 JFU Auditor
16 Patar Luhut Panjaitan, SKM
197209181997031003 ' III/d
01/04/2009 Pertama
17 Mohamad Yamin, SE, MM
196504251990031002 ' III/d
01/04/2011 Auditor Pertama
JFU 18 Nenny Nuraeni, SE.
III/d
Jabatan No
Pangkat
Nama
NIP Baru
19 Emi Kurniasari, S.Sos
01/04/2015 Auditor Muda 20 Kamarul Wahdi, SKM, MM
197003091993032001 ' III/c
01/10/2015 Auditor Muda 21 Herlin Kusmandalani, SKM
196704211989111002 ' III/d
01/10/2006 Auditor Muda Mochammad Sugeng
196208251984022004 ' III/c
Auditor Muda 22 Supriadi, ST
01/04/2008 Arin Wiludjeng Hartati, SKM,
196304251989031006 ' III/c
Auditor Muda
01/04/2008 MKM
23 196510201991022001 ' III/c
Auditor 24 R. Agus Pratikno, SE
01/04/2012 Pertama Ferry Tubagus Santoso, SE,
197507031998031001 ' III/c
Auditor
01/04/2013 M.Ak
25 197108172005011004 ' III/c
Pertama 26 Yurika Sari Dewi, Apt
01/04/2014 JFU Arsiparis Pamong Tarubar M.
197505182009122001 ' III/c
Auditor
01/10/2011 Nainggolan, SH, MH, CFrA
27 197504192008011006 ' III/b
Pertama Auditor
28 Allin Remi Nova Sitorus, SE
198011232006042001 ' III/b
01/04/2010 Pertama Auditor
29 Ayudya Wikastri, S.Kom
197311071998032001 ' III/b
01/10/2008 Pertama
Auditor 30 Asep Rizkana, SKM
196909211997031003 ' III/b
01/04/2010 Pertama Auditor
31 drg. Satrio Wicaksono, MPH
198405312010121001 ' III/b
01/04/2012 Pertama
Auditor 32 Duta Setiawan, SKM
197810122005021003 ' III/b
01/04/2012 Pertama Auditor
33 Suhatsyah, SE
197406222008011013 ' III/b
01/04/2012 Pertama
Meta Libriani Indahsari, Audiwan 34 S.Kom
01/04/2012 Pertama 35 Muhammad Isman
III/b
01/10/2011 JFU Olah Data 36 Detya Junita, SH, MH
197105291991031001 ' III/b
198406222009122003 ' III/b
01/04/2014 JFU Olah Keu Auditor
37 Nur Ariati Mukharomah, SST
198909012010122001 ' III/b
01/04/2015 Pertama
dr. Sandra Reinny JFU Auditor 38 Parengkuan
01/05/2016 Novita Devianty Mawardi,
198812032015032003 ' III/b
JFU Arsiparis
01/04/2015 S.IP
39 198511162010122001 ' III/b
Auditor 40 Wiji Lestari, SE
198404212010122001 ' III/a
01/04/2012 Pertama Auditor
41 Lukman Nurhakim, SE
198308222014021001 ' III/a
01/04/2015 Pertama
Auditor 42 Dhany Assegaf, SE
198409222014021001 ' III/a
01/04/2015 Pertama Auditor
43 Hanifiansyah, SE
198610302014021001 ' III/a
01/04/2015 Pertama
44 Fifit Awaliah, SE
198708112014022003 ' III/a
01/04/2015 Auditor Pertama
Auditor
01/04/2015 Pertama Maisa Dwi Cahyo Ahdiat,
45 Dini Anggun Sasmita, S.Kom 198509052014022003 ' III/a
Auditor
01/04/2015 S.Kom
46 198805242014021003 ' III/a
Pertama Auditor
47 Danan Rizky Rifani, SE
199010072014021002 ' III/a
01/04/2015 Pertama
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN
KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
P potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul.
erencanaan Kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan
Sasaran Startegis Inspektorat III merupakan sasaran strategis dalam Rencana Aksi Program yang diseusaikan dengan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal Kemenkes RI. Sasaran tersebut adalah Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi. Sedangkan indikator kinerja adalah Persentase satuan kerja wilayah binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%.
TABEL 2.1 SASARAN PROGRAM INSPEKTORAT III TAHUN 2015-2019
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja Inspekorat III merupakan dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/ perjanjian kinerja Inspektur III dengan Inspektur Jenderal Kemenkes RI untuk mewujudkna target-target kinerja sasaran Inspektorat III pada akhir tahun 2016. Perjanjian Kinerja Inspektorat III disusun berdasarkan Rencana Aksi Kegiatan Inspektorat III Tahun 2015-2019. Perjanjian Kinerja merupakan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan telah mendapatkan persetujuan anggaran. Perjanjian Kinerja Inspektorat III telah disusun, didokumentasikan dan ditetapkan setelah turunnya DIPA dan RKA-K/L Tahun 2016. Target-target kinerja sasaran kegiatan yang ingin dicapai Inspektorat III dalam Perjanjian Kinera Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut :
TABEL 2.2
PERJANJIAN KINERJA INSPEKTORAT III TAHUN 2016
Pada Perjanjian Kinerja Inspekorat III dialokasikan anggaran sebesar
Rp8.102.082.000,00
BAB III CAPAIAN AKUNTABILITAS KINERJA
erdasarkan
RI Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, dinyatakan bahwa target kinerja Inspektorat
B III Itjen Kemenkes adalah “Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan
Lingkup Satuan Kerja Binaan Inspektorat III “ yakni; meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya reformasi birokrasi lingkup satuan kerja binaan Inspektorat III. Sedangkan Indikator pencapaian sasaran adalah persentase Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara < 1 % sebesar 100 % di tahun 2019. Sedangkan indikator pencapaian sasaran di tahun 2016 sebesar 95%.
No Program
Sasaran Program
Indikator Kinerja
Pengawasan dan
transparansi tata kelola
Persentase satuan kerja
terlaksananya Reformasi
kerugian negara ≤1%
Kemudian pelaksanaan pengawasannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, pada pasal 48, Inspektorat Jenderal melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan intern melalui: audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Inspektorat III sudah menyusun, menetapkan dan melaksanakan fungsi pengawasan secara reguler setiap tahun yang dituangkan didalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). Dalam perkembangannya tugas pengawasan pada Inspektorat Jenderal mengalami beberapa penambahan tugas, seperti melakukan pembinaan, konsultasi, reviu perencanaan anggaran, reviu laporan keuangan, evaluasi SAKIP dan Reviu RKBMN, seiring dengan berlakunya peraturan-peraturan yang menyertai pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal tersebut. Berikut Target dan Realisasi output kegiatan serta Alokasi dan Realisasi tahun 2016 di Inspektorat III sebagai berikut:
Tabel 3.1 Capaian dan Realisasi Inspektorat III
OUTPUT/SUBOUTPUT
REALISASI /KOMPONEN
RUPIAH % OUTPUT
FISIK
ANGGARAN
1 Hasil Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III
SUBOUTPUT/KOMPONEN
1 Hasil Audit Satker Binaan Inspektorat III 98 90 91.84 2,475,080,000 2,447,034,688 98.87 2 Hasil Reviu Laporan Keuangan Satker Binaan
1,255,672,000 1,231,896,000 98.11 Inspektorat III (2054.021.002)
3 Hasil Reviu RKA-K/L Satker Binaan Inspektorat III
4 Hasil Evaluasi SAKIP Satker Binaan Inspektorat III
296,600,000 289,443,500 97.59 (2054.021.004) 5 Hasil Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut
44 36 81.82 1,239,672,000 1,144,656,330 92.34 Hasil Audit Inspektorat I (2054.021.005) 6 Hasil Pendampingan/Pembinaan/Konsultasi/
1,689,338,000 1,529,957,345 90.57 Koordinasi/Pemantauan RB/SPIP Lingkup Binaan Inspektorat III (2054.021.006)
A. Capaian Realisasi Terhadap Target yang dijanjikan
1. Analisis capaian realisasi untuk mencapai target yang dijanjikan
Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% dengan target 95%.
Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup I nspektorat III dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional oleh Inspektorat III Itjen Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).
Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat III Tahun 2016 adalah 100,00% dari target 95% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:
Jumlah satker pengelola APBN Itjen Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit
X 100%
Jumlah satker pengelola APBN Itjen Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat III yang diaudit
Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 71 satker yang telah diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (10 satker) maupun oleh BPK (31 satker) serta oleh BPKP (30 satker) tidak terdapat satker yang memiliki Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 71 satker yang telah diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (10 satker) maupun oleh BPK (31 satker) serta oleh BPKP (30 satker) tidak terdapat satker yang memiliki
71 satker – 0 satker = 71 satker
71 satker KN ≤ 1% X 100% = 100,00%
71 satker yang diaudit
Pada periode tahun 2016, jenis audit yang dilaksanakan oleh Inspektorat III adalah audit operasional (kinerja), dengan objek sasaran pada satuan kerja yang berada pada Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Untuk Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan sasaran audit difokuskan kepada satuan kerja Kantor Daerah (KD-05) yaitu Kantor Kesehatan Pelabuhan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit serta Dana Dekonsentrasi (DK-05) di provinsi sedangkan di lingkungan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) sasaran audit difokuskan kepada satuan kerja Kantor Daerah (KD-11).
Anggaran audit pada satker binaan Inspektorat III Tahun 2016 sebesar Rp2.475.080.000,00 telah terealisasi sebesar Rp2.447.034.688,00 (98,87%). Sedangkan untuk target output kegiatan tersebut, semula 28 laporan direvisi menjadi 98 laporan. Hal ini karena adanya perubahan sasaran audit dari Audit Operasional Kantor Pusat dan Kantor Daerah pada Ditjen P2P dan Badan Litbang Kesehatan menjadi Audit Operasional UPT Kantor Daerah (KD-05), Audit BMN Dana Tugas Pembantuan (TP-05) atas kegiatan PAM-STBM tahun 2013-2015, Audit Sisa Saldo Dana Jamkesmas, dan Verifikasi Hutang tahun anggaran 2015. Target volume ouput tersebut di atas telah terealisasikan sebanyak 90 laporan (91,84%) dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2 Realisasi Sasaran Audit Inspektorat III Tahun 2016
Selain P2P AUDIT
Badan
Ditjen P2P
Jumlah Litbangkes dan LITBANG
Audit Operasional 7 3 0 10 Audit BMN
56 0 10 66 Audit Saldo Jamkesmas
0 0 11 11 Verifikasi Hutang
Jumlah
a) Audit Operasional
Audit Operasional dilakukan pada bulan Februari dan September 2016 di
10 satker binaan Inspektorat III, yaitu:
1. KKP Kelas I Medan
2. KKP Kelas I Soekarno Hatta
3. KKP Kelas II Ambon
4. KKP Kelas II Pekanbaru
5. KKP Kelas II Pontianak
6. KKP Kelas II Bandung
7. KKP Kelas III Palangkaraya
8. B2P2 Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu
9. B2P2 Vektor Reservoir Penyakit Salatiga
10. BP2 GAKI Magelang Hasil audit operasional satker Binaan Inspektorat III tahun 2016 diuraikan
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Nilai KN Kegiatan Audit Operasional Tahun 2016
pada Ditjen P2P dan Badan Litbangkes
Rekomend No Satuan Kerja
43.288.064.000 36.401.903.002 89.194.142 1 DITJEN P2P
(i) Sub Total
220.443.868.000 155.394.227.631 25.997.000 2 BADAN LITBANGKES
(ii) Sub Total
Jumlah (i+ii)
Audit terhadap satker di lingkungan Ditjen P2P dihasilkan 66 temuan, 203 rekomendasi dengan nilai Kerugian Negara sebesar Rp410.125.029,00. Sedangkan pada Badan Litbangkes dihasilkan 24 temuan, 58 rekomendasi dengan nilai Kerugian Negara sebesar Rp25.997.000,00.
Temuan hasil audit operasional tahun 2016 tersebut apabila dikelompokkan berdasarkan sub kelompok temuan sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
42 Tahun 2011 adalah Temuan kepatuhan terhadap Peraturan sebanyak
61 temuan (68%) dan temuan Kelemahan SPI sebanyak 26 temuan (29%) serta Kelemahan temuan 3E sebanyak 3 temuan (3%) :
Jumlah No
Sub Kelompok Temuan*)
Kode Kejadian
1 2 3 4 Temuan Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan
1.00.00 1 Kerugian negara atau kerugian negara yang terjadi
1.01.00 22 pada perusahaan milik negara
2 Potensi kerugian negara atau kerugian negara yang 1.02.00 - terjadi pada perusahaan milik negara
Jumlah No
Sub Kelompok Temuan*)
Kode Kejadian
3 Kekurangan penerimaan negara atau perusahaan 1.03.00 3 milik negara
4 Administrasi 1.04.00 37 5 Indikasi tindak pidana
Subtotal Kejadian 61 Temuan Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
2.00.00 1 Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan
2.01.00 10 pelaporan
2 Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan 2.02.00 7 anggaran pendapatan dan belanja
3 Kelemahan struktur pengendalian intern 2.03.00 9
26 Temuan 3 E (Ekonomis, Efisien dan Efektif)
Subtotal Kejadian
3.00.00 1 Ketidakhematan/pemborosan/ketidakekonomisan
3.01.00 1 2 Ketidakefisienan
3.02.00 - 3 Ketidakefektifan
Subtotal Kejadian 3 Jumlah Kejadian
Sedangkan yang menjadi penyebab permasalahan terjadinya temuan tersebut yang terbanyak adalah kelalaian manusia sebanyak dapat diklasifikasikan menjadi empat, dengan penyebab terbanyak adalah kelalaian manusia sebanyak 156 kali (83%) dan yang paling sedikit adalah faktor eksternal sebanyak 6 kali (3,2%). Sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.1
Prosentase Penyebab Temuan/Permasalahan Audit Tahun 2016 pada Ditjen P2P dan Badan Litbangkes Prosentase Penyebab Temuan/Permasalahan Audit Tahun 2016 pada Ditjen P2P dan Badan Litbangkes
Pelaksanaan Audit BMN dana Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (TP-05) Kementerian Kesehatan RI dilaksanakan untuk memenuhi salah satu persyaratan proses hibah atas Belanja Modal (Gedung dan Bangunan) yang bersumber dana Tugas Pembantuan atas Kegiatan PAM-STBM Tahun Anggaran 2013, Tahun Anggaran 2014, dan Tahun Anggaran 2015.
Tujuan audit BMN adalah untuk menilai apakah persyaratan untuk keperluan hibah BMN telah dipenuhi, baik persyaratan administrasi maupun persyaratan fisik BMN.
Pelaksanaan Audit BMN mulai dilaksanakan pada tahun 2015, namun belum mencakup seluruh Satker yang mendapatkan dana TP-05 sehingga dipandang perlu untuk dilanjutkan kembali pada tahun 2016. Pelaksanaan Audit BMN sepanjang tahun 2016 mencakup 56 Satker TP-
05 dan 10 satker TP-04 dengan nilai total anggaran sebesar Rp124.008.117.792,37 dengan rincian dapat dilihat pada Lampiran II.
Hasil Audit BMN tahun 2016 atas Satker dana TP-05 dan dana TP-04 diketahui terdapat permasalahan yang dapat diklasifikasikan dalam 5 temuan dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Kekurangan dokumen hibah/belum memenuhi persyaratan administrasi hibah.
2) Kondisi fisik, baik BMN dalam kondisi rusak maupun BMN yang tidak ditemukan.
3) Spesifikasi fisik BMN tidak sesuai dengan kontrak/SPK.
4) Akun pencatatan BMN dalam SIMAK BMN tidak sesuai dengan Bagan Akun Standar (BAS).
5) BMN belum dimanfaatkan.
Gambar 3.2
Klasifikasi Temuan Hasil Audit BMN dalam rangka Hibah
Temuan Hasil audit BMN dalam rangka Hibah yang paling banyak ditemukan adalah berupa Persyaratan Dokumen Hibah Belum Lengkap dengan kejadian sebanyak 28 kali (32,18%) dan yang paling sedikit terjadi yaitu Akun Tidak Sesuai dengan BAS sebanyak 6 kali (6,90%).
c) Audit Jamkesmas
Audit sisa saldo dana Jamkesmas dilaksanakan pada bulan Mei 2016 terhadap nilai sisa saldo dana Jamkesmas sebesar Rp1.679.136.144,09 di 11 Satker penerima dana Jamkesmas sebagai berikut:
1) Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, Sumatera Barat
2) RSUD Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat
3) RSUD Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
4) RSU Agung Kabupaten Rokan Hilir, Riau
5) RSUD Raja Musa Sungai Guntung Kabupaten Indragiri Hilir, Riau
6) Dinas Kesehatan Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat
7) RSUD Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat
8) Dinas Kesehatan Mamberamo Tengah, Papua
9) Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, Papua
10) RSUD Boven Digoel, Papua
11) Dinas Kesehatan Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Sisa saldo dana Jamkesmas pada 11 satker tersebut di atas sebesar
Rp1.679.136.144,09 dan telah dilakukan penyetoran kembali ke rekening penampungan sampai dengan awal bulan Juni 2016 sebesar Rp1.262.843.166,72.
Dari Audit Saldo Dana Jamkesmas ini diketahui terdapat permasalahan sebagai berikut:
1) Terdapat saldo Jamkesmas yang masih belum disetor, yaitu pada satker:
(a) Dinkes Kabupaten Mamberamo Tengah sebesar Rp146.187.000,00. (b) RSUD Kabupaten Bengkayang sebesar Rp106.531.068,00. (c) Dinkes Kabupaten Pegunungan Bintang sebesar Rp67.140.000,00.
2) Penggunaan saldo dana Jamkesmas yang tidak sesuai peruntukannya pada satker Rumah Sakit Agung Kabupaten Rokan Hilir sebesar Rp96.343.309,-.
3) Bukti Konfirmasi dari KPPN belum lengkap pada satker RSUD Raja Musa Sungai Guntung Kabupaten Indragiri Hilir sebesar Rp218.500,-.
d) Verifikasi Hutang
Kegiatan verifikasi hutang berupa verifikasi nilai hutang atas Belanja Anggaran tahun 2015 yang akan dibayarkan dengan menggunakan Anggaran Tahun 2016. Verifikasi hutang dilaksanakan pada 3 (tiga) satker, yaitu:
1) Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Ditjen P2P.
2) Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balitbangkes.
3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis Teknologi Dasar Kesehatan Balitbangkes.
Hasil verifikasi terhadap nilai hutang sebesar Rp2.317.969.742,00 dapat dilihat pada tabel di bawah:
NILAI HUTANG
NILAI HUTANG
HASIL YANG TIDAK NO NAMA SATKER
NILAI
YANG
BELUM DIBAYAR (RP)
VERIFIKASI (RP)
DAPAT DIBAYAR (RP)
1 Direktorat P2 Tular Vektor Zoonotik
2 Setditjen P2P
92,751.25 4 Puslitbang Biomedis
- Dasar kesehatan
Teknologi 115,019,585
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai yang dapat dibayarkan pada tahun anggaran 2016 sebesar Rp2.244.46.983,00. Sedangkan nilai hutang yang tidak dapat dibayar adalah sebesar Rp73.122.759,00. Adapun penyebab tidak terbayarnya hutang tersebut pada tahun 2016 yaitu:
1) Kelalaian Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan, rekanan kurang profesional dan terlambat dalam menyelesaikan pekerjaan serta Konsultan Pengawas kurang profesional dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
2) Sisa tagihan pengiriman sampel penelitian SIBI dan ILI tahun 2015 pada PT. MTN-MN Grup sebesar Rp115.019.585,00 tidak mengikuti prosedur yang ditetapkan yaitu pihak vendor terlambat menyampaikan tagihan, PPK tidak mengikuti langkah-langkah penyelesaian akhir tahun dan hutang tersebut belum masuk dalam catatan hutang satker Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan.
e) Kendala-kendala dalam pelaksanaan Audit
Selama pelaksanaan kegiatan audit operasional, audit BMN dalam rangka hibah, verifikasi hutang, dan audit saldo jamkesmas terdapat kendala- kendala sebagai berikut:
1) Pemenuhan permintaan data oleh Auditi tidak tepat waktu dan bahkan tidak terpenuhi.
2) Pada saat audit operasional petugas-petugas yang berwenang sedang tidak ditempat sehingga mempersulit atau menghambat proses audit.
2. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016 dan Tahun 2015:
2015 Realisasi IKK
Target Realisasi Inspektorat III
Jika melihat dari tabel diatas realisasi IKK Inspektorat III Kementerian Kesehatan mengalami kenaikan capaian dari 97,40% pada Tahun 2015 menjadi 100,00% pada Tahun 2016. Kenaikan capaian tersebut disebabkan karena pada tahun 2016 Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 71 satker yang telah diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (10 satker) maupun oleh BPK (31 satker) serta oleh BPKP (30 satker) tidak terdapat satker yang memiliki kerugian Negara diatas 1 % sehingga persentase satker yang memiliki kerugian Negara ≤ 1% mencapai 100%.
3. Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target Jangka Menengah:
Apabila capaian kinerja Inspektorat III diperbandingkan dengan target capaian kinerja jangka menengah maka dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:
Grafik Perbandingan Realisasi Kinerja s.d Tahun 2016 dengan Target Jangka Menengah Renstra 2015 - 2019
Capaian kinerja Inspektorat III sebesar 100,00% pada Tahun 2016 telah melebihi target kinerja yang direncanakan pada tahun tersebut yakni sebesar 95%. Dan jika diperbandingkan dengan target capaian kinerja jangka menengah Inspektorat III, maka target kinerja pada Tahun 2017 sampai dengan 2019 sebenarnya telah tercapai pada Tahun 2016.
4. Keberhasilan Pencapaian Target:
Keberhasilan pencapaian target sasaran Inspektorat III dikarenakan telah dilaksanakannya pembinaan secara berkesinambungan terhadap satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan diantaranya melalui berbagai kegiatan sebagai berikut:
a. Pembinaan satuan kerja berdasarkan metode on going process di lingkungan Kementerian Kesehatan.
b. Peningkatan fungsi Inspektorat III sebagai konsultan, katalisator, dan quality assurance.
c. Peningkatan pengawasan terhadap program kesehatan prioritas.
d. Peningkatan pengawasan barang dan jasa melalui probity audit.
e. Penetapan sasaran/objek audit berbasis risiko.
f. Menerapkan pedoman pengawasan secara konsisten.
g. Peningkatan kualitas laporan keuangan melalui kegiatan reviu.
h. Pendampingan penyusunan laporan keuangan.
i. Pengamanan aset Kementerian Kesehatan. j. Pendampingan pengadaan barang jasa/konsultasi pengadaan barang dan
jasa. k. Reviu penyusunan perencanaan anggaran. l. Evaluasi Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). m. Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat
Pengawas Fungsional (APF). n. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) lain. o. Penerpan Zona Integritas dan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Kompeten dan Melayani (WBBKM). p. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
5. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Realisasi capaian Indikator Kinerja Utama Inspektorat III Tahun 2016 adalah sebesar 100,00% dari target 95,00%. Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar Rp8.102.182.000,-. Dengan terget fisik sebanyak 707 dokumen/laporan. Tidak terdapat efisiensi anggaran di Inspektorat III pada Tahun Anggaran 2016.
Penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember Tahun 2016 sebesar Rp7.739.637.161,- (95,53%), sedangkan realisasi fisik sebanyak 731 laporan (103,39%).
Grafik Perbandingan Jumlah Auditor di lingkungan
Inspektorat III Itjen Kemenkes RI
Jika melihat capaian kinerja Inspektorat III Tahun 2016 sebesar 100,00% dan penyerapan anggaran sebesar 95,53%, dengan realisasi fisik sebesar 103,39% maka telah terjadi efisiensi penggunaan sumber daya di lingkungan Inspektorat
III. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan beberapa kegiatan pembinaan dan pengawasan kepada auditor dalam satu penugasan mengingat terbatanya SDM auditor di Inspektorat III yang hanya berjumlah 36 orang yang terdiri dari Auditor Pertama 19 orang, Auditor Muda 11 orang, Auditor Madya 4 orang dan Audiwan 2 orang.
B. Kegiatan Penunjang Keberhasilan
Beberapa kegiatan penunjang untuk mendukung pencapaian sasaran ini dilakukan upaya antara lain sebagai berikut:
1. Reviu Laporan Keuangan
Inspektorat III di awal tahun 2016 telah melakukan Reviu Laporan Keuangan untuk Semester II Tahun 2015 dan pada pertengahan tahun dilakukan Reviu Laporan Keuangan Semester I Tahun 2016. Reviu dilakukan pada 2 (dua) unit utama yang merupakan wilayah binaan Inspektorat III sesuai dengan Permenkes 64 tahun 2015, yaitu:
a) Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
b) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Reviu Laporan Keuangan Semester II TA 2015 pada Ditjen P2P untuk tingkat satker dilaksanakan pada tanggal 20 Januari s.d. 24 Januari 2016 terdiri dari 213 satker yaitu 6 satker Kantor Pusat, 59 satker Kantor Daerah, 34 satker Dana Dekonsentrasi dan 114 satker Tugas Pembantuan, sedangkan pada Badan Litbangkes terdiri dari 16 satker yaitu 5 Kantor Pusat dan 11 Kantor Daerah.
Reviu Laporan Keuangan Semester I TA 2016 yang dilaksanakan untuk tingkat satker pada tanggal 19 Juli s.d. 24 Juli 2016 pada Ditjen P2P terdiri dari 99 Reviu Laporan Keuangan Semester I TA 2016 yang dilaksanakan untuk tingkat satker pada tanggal 19 Juli s.d. 24 Juli 2016 pada Ditjen P2P terdiri dari 99
a) Hasil Reviu Laporan Keuangan Semester II Tahun 2015
1) Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Berdasarkan hasil reviu Laporan Keuangan dari usulan 213 satuan kerja di Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
(a) Tingkat Satker
Kantor Pusat
Tabel 3.4
Permasalahan Hasil Reviu LK Satker Kantor Pusat
No. Permasalahan Satker
A. Neraca
1. Terdapat Aset Tetap yang dihibahkan ke daerah Direktorat Simkar dan tetapi belum di keluarkan dari neraca.
Kesma 2. a. Terdapat perbedaan nilai Aset Tetap berupa Direktorat Penyehatan Peralatan dan Mesin antara Neraca dengan Lingkungan BAR KPKNL.
b. Dalam Neraca per 31 Desember terdapat Kas dan Setara Kas senilai Rp. 1.030.300,00 yang merupakan kas di Rekening Bendahara WHO.
3. Terdapat selisih nilai aset antara neraca SAIBA Direktorat P2ML dengan
Rp.318.945.892 yang berasal dari barang persediaan lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat yang belum tercatat didalam neraca SAIBA. 4. Terdapat pos utang kepada pihak Ketiga.
- Sekretariat Ditjen P2P - Direktorat P2B2
B. CaLK
1 Telah dicatat dalam CaLK adanya kas setara kas Direktorat Simkar dan berupa saldo dana hibah, yaitu:
Kesma
a. GAVI sebesar Rp281.677.671.694,00. b. WHO sebesar Rp1.884.625.255,00.
c. UNICEF sebesar Rp76.839.594,00 2. Penjelasan mutasi tambah/kurang peralatan dan Direktorat Simkar dan mesin belum dirinci.
Kesma
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan permasalahan yang terdapat pada satker Kantor Pusat Ditjen P2P semester II tahun 2015, sebagai berikut: (1) Tidak terdapat permasalahan pada penyajian LRA, Laporan
Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas. (2) Permasalahan pada Neraca terdapat pada satker Direktorat Simkar dan Kesma, Direktorat Penyehatan Lingkungan dan Direktorat PPML, Sekretariat Ditjen P2P dan Direktorat P2B2.
(3) Permasalahan pada CaLK terdapat pada satker Direktorat Simkar dan Kesma.
Gambar 3.4
Prosentase Permasalahan pada Satker Kantor Pusat Ditjen P2P
Semester II Tahun 2015
CaLK LRA LRA 29% LPE 0% LO
LPE CaLK
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa permasalahan yang paling banyak ditemui dalam Reviu Laporan Keuangan pada satker Kantor Pusat Ditjen P2P semester II tahun 2015 adalah permasalahan pada Neraca yaitu sebesar 71% (5 permasalahan).
Kantor Daerah
Permasalahan yang terdapat pada satker Kantor Daerah Ditjen P2P semester II tahun 2015 adalah sebagai berikut:
(1) Permasalahan pada LRA terdapat pada satker BTKL-PP Ambon, BTKL-PP Palembang, KKP Kelas I Padang dan KKP Kelas II Makassar.
(2) Permasalahan pada Neraca terdapat pada satker BTKL-PP Kelas I Manado, BTKL-PP Ambon, BTKL-PP Palembang, KKP Kelas II Kendari, KKP Kelas II Jayapura, KKP Kelas II Banjarmasin, KKP Kelas II Bandung, KKP Kelas II Samarinda, KKP Kelas II Pontianak dan KKP Kelas II Semarang.
(3) Permasalahan pada Laporan Operasional terdapat pada satker BTKL-PP Ambon, BTKL-PP Palembang, KKP Kelas II Manado dan KKP Kelas II Kendari.
(4) Permasalahan pada Laporan Perubahan Ekuitas terdapat pada satker BTKL-PP Ambon, BTKL-PP Palembang dan KKP Kelas II Kendari.
(5) Permasalahan pada CaLK terdapat pada satker BTKL-PP Kelas I Batam, BTKL-PP Ambon, BTKL-PP Palembang, KKP Kelas I Surabaya, KKP Kelas II Makassar, KKP Kelas II Ambon dan KKP Kelas II Banda Aceh.
Permasalahan hasil reviu LK satker Kantor Daerah secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran IV.
Gambar 3.5
Prosentase Permasalahan Reviu Laporan Keuangan
pada Satker KD Ditjen P2P Semester II Tahun 2015
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa permasalahan yang paling banyak ditemui dalam Reviu Laporan Keuangan pada satker Kantor Daerah Ditjen P2P semester II tahun 2015 adalah permasalahan pada CaLK yaitu sebesar 38% (14 permasalahan).
Dana Dekonsentrasi (DK-05)
Permasalahan yang ditemukan pada reviu laporan keuangan pada satker Dana Dekonsentrasi (DK-05) sebagai berikut:
A. Laporan Realisasi Anggaran
1. Terdapat pagu minus sebesar Rp91.214.000,-. Dinkes Prov. Banten
2. Satker belum melakukan rekonsiliasi dengan Dinkes Prov. Kaltim
KKPN.
Dinkes Prov. Jateng
B. Neraca
1. Satker belum melakukan rekonsiliasi dengan Dinkes Prov. Kaltim
KKPN.
Dinkes Prov. Jateng
sebesar Dinkes Prov. Papua
Rp342.155.000,00.
3. Berita acara stock opname fisik persediaan Dinkes Prov. Papua belum dibuat.
4. Satker belum rekonsiliasi dengan KPKNL
Dinkes Prov. Papua
Jurnal penyesuaian terkait akun persediaan yg Dinkes Prov. Kalbar belum diregistrasi sebesar Rp.18.137.000,00
akun Dinkes Prov. Kalbar
521211 (belanja bahan) tp di SAIBA memakai akun 521811 (belanja barang persediaan barang konsumsi).
6. Bahan persediaan belum diinput ke dalam Dinkes Prov. Jatim aplikasi persediaan. 7. Terdapat selisih ekuitas akhir pada Neraca Dinkes Prov. Sulbar dan LPE.
C. CaLK
1. CaLK belum memberikan penjelasan yg Dinkes Prov. DKI Jakarta seharusnya dan dianjurkan dalam SAP.
2. Penjelasan atas pendapatan pada LRA dan Dinkes Prov. Jateng LO belum memadai dan didukung SSBP.
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan permasalahan yang terdapat pada satker Dana Dekonsentrasi Ditjen P2P semester II tahun 2015, sebagai berikut:
(1) Tidak terdapat permasalahan pada penyajian Laporan
Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas. (2) Permasalahan pada LRA terdapat pada satker Dinkes Prov. Banten (DK-05), Dinkes Prov. Kaltim (DK-05) dan Dinkes Prov. Jateng (DK-05).
(3) Permasalahan pada Neraca terdapat pada satker Dinkes Prov. Kaltim (DK-05), Dinkes Prov. Jateng (DK-05), Dinkes Prov. Papua (DK-05), Dinkes Prov. Kalbar (DK-05), Dinkes Prov. Jatim (DK-05) dan Dinkes Prov. Sulbar (DK-05).
(4) Permasalahan pada CaLK terdapat pada satker Dinkes Prov. DKI Jakarta (DK-05) dan Dinkes Prov. Jateng (DK-05).
Gambar 3.6
Permasalahan Reviu Laporan Keuangan pada Satker DK-05 Ditjen P2P Semester II Tahun 2015
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa permasalahan yang paling banyak ditemui dalam Reviu Laporan Keuangan pada satker Dana Dekonsentrasi Ditjen P2P semester II tahun 2015 adalah permasalahan pada Neraca yaitu sebesar 67% (8 permasalahan).
Tugas Pembantuan (TP-05)
Permasalahan Hasil Reviu pada Tugas Pembantuan (TP-05) adalah: (1) Permasalahan pada Neraca terdapat pada satker Dinkes Kab.
Aceh Tenggara (TP-05), Dinkes Kab. Bondowoso (TP-05), Dinkes Kab. Luwu Utara (TP-05), Dinkes Kab. Muaro Jambi (TP-05), Dinkes Kab. Dharmas Raya (TP-05), Dinkes Kab. Rokan Hulu (TP-05), Dinkes Kab. Probolinggo (TP-05), Dinkes Kab. Donggala (TP-05), Dinkes Kab. Luwu (TP-05), Dinkes Kab. Karawang (TP-05), Dinkes Kab. Sumbawa (TP-05), Dinkes Kab. Pacitan (TP-05), Dinkes Kab. Pontianak (TP-05) dan Dinkes Kab. Tanah Datar (TP-05).
(2) Permasalahan pada CaLK terdapat pada satker Dinkes Prov. DKI Jakarta (DK-05) dan Dinkes Prov. Jateng (DK-05). (3) Permasalahan pada Laporan Operasional terdapat pada satker Dinkes Kab. Karawang (TP-05) dan Dinkes Kab. Konawe Selatan (TP-05).
(4) Permasalahan pada Laporan Perubahan Ekuitas terdapat pada satker Dinkes Kab. Karawang (TP-05) dan Dinkes Kab. Konawe Selatan (TP-05).
(5) Permasalahan pada CaLK terdapat pada satker Dinkes Kab. Aceh Tenggara (TP-05), Dinkes Kab. Batang Hari (TP-05), Dinkes Kab. Donggala (TP-05), Dinkes Kab. Enrekang (TP-05), Dinkes Kab. Sumbawa (TP-05), Dinkes Kab. Tanah Datar (TP-
05) dan Dinkes Kab. Luwu (TP-05). (6) Tidak terdapat permasalahan pada penyajian Laporan
Realisasi Anggaran.
Permasalahan hasil reviu LK satker dana TP-05 dapat dilihat pada Lampiran V.
Gambar 3.6
Permasalahan Reviu Laporan Keuangan pada satker TP-05
Ditjen P2P Semester II Tahun 2015
Gambar menjelaskan bahwa permasalahan yang paling banyak ditemui dalam Reviu Laporan Keuangan pada satker Tugas Pembantuan Ditjen P2P semester II tahun 2015 adalah permasalahan pada CaLK yaitu sebesar 52% (12 permasalahan).
(b) Tingkat Wilayah Permasalahan Hasil Reviu Laporan Keuangan pada Tingkat Wilayah
No. Permasalahan Satker Wilayah
A. Neraca
1 Terdapat selisih nilai Aset Tetap antara BAR DJKN BTKL-PP Manado
Kanwil Prov.Sulawesi Utara dengan Neraca 2015 dengan
a. Nilai Peralatan dan Mesin pada BAR sebesar Rp41,129,781,698,00 sedangkan pada Neraca sebesar Rp41,488,926,698,00 sehingga terdapat selisih sebesar Rp359.45.000,00.
a. Nilai Aset Teta lainnya pada BAR sebesar Rp192.213.600,00 sedangkan ada Neraca sebesar Rp42.213.600,00 sehingga terdapat selisih sebesar Rp150.000.000,00.
B. Laporan Operasional
Terdapat kurang saji Beban Persediaan sebesar KKP Kelas II Panjang Rp3.146.571.988,-. Pada LO disajikan sebesar Rp168.935.823,00
seharusnya
Rp3.315.507.811,-.
C. Laporan Perubahan Ekuitas
1. Terdapat koreksi penyesuaian nilai aset sebesar KKP Kelas II Panjang Rp1.965.870,-. yang disebabkan karena koreksi terhadap entry data pada aplikasi persediaan.
2. Terdapat koreksi pada penyajian transaksi antar KKP Kelas II Panjang entitas
sebesar
Rp3.144.606.118,-.
Koreksi
tersebut disebabkan karena kesalahan entry data tersebut disebabkan karena kesalahan entry data
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan permasalahan yang terdapat pada hasil reviu laporan keuangan tingkat Wilayah pada Ditjen P2P semester II tahun 2015, sebagai berikut: (1) Tidak terdapat permasalahan pada penyajian Laporan
Realiasasi Anggaran (LRA) dan CaLK. (2) Permasalahan pada Neraca terdapat pada satker BTKL-PP
Manado. (3) Permasalahan pada Laporan Operasional pada satker KKP
Kelas II Panjang. (4) Permasalahan pada Laporan Perubahan Ekuitas pada satker
KKP Kelas II Panjang.
Gambar 3.7
Permasalahan Reviu Laporan Keuangan Tingkat Wilayah
Ditjen P2P Semester II Tahun 2015
CaLK LRA
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa permasalahan yang paling banyak ditemui dalam Reviu Laporan Keuangan Tingkat Wilayah semester II tahun 2015 adalah permasalahan pada LPE yaitu sebesar 50% (2 permasalahan).
(c) Tingkat Eselon I dan Tingkat Kementerian Permasalahan pada reviu laporan keuangan pada Tingkat Eselon I dan Tingkat Kementerian adalah sebagai berikut:
No. Permasalahan
A. Neraca
1. Terdapat perbedaan Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar TTP/TGR antara Neraca dengan Neraca Percobaan senilai Rp74.000,-. 2. Terdapat Nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan sebesar Rp798.733.749.249,- 3. Terdapat perbedaan Nilai Hutang kepada pihak ketiga sebesar Rp555.800.000,- dengan Neraca Percobaan. 4 Terdapat Nilai Hibah yang Belum Disahkan sebesar Rp39.786.120.842,-.
B. Laporan Operasional
Terdapat perbedaan Nilai PNBP antara LO dengan Neraca Percobaan sebesar Rp10.201.579.142,-.
C. CaLK
1. Belum menyajikan Transaksi Antar Entitas sebesar Rp2.414.708.487.991 (tahun 2015) dan sebesar Rp0 (tahun 2014) pada Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Perubahan Entitas. 2. Neraca per 31 Desember 2015 pada Lampiran di CaLK belum disajikan sesuai dengan data terbaru. 3. Terdapat beban bantuan sosial sosial sebesar Rp49.720.000,00 yang merupakan kesalahan penggunaan kodefikasi pada aplikasi persediaan di Provinsi Papua yang belum dijelaskan di CaLK.
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan permasalahan yang terdapat pada hasil reviu laporan keuangan tingkat Eselon I dan tingkat Kementerian pada Ditjen P2P semester II tahun 2015, sebagai berikut:
a) Tidak terdapat permasalahan pada penyajian Laporan
Realiasasi Anggaran (LRA) dan CaLK.
b) Terdapat permasalahan pada penyajian Neraca, Laporan
Operasional dan CaLK.
Gambar 3.8
Permasalahan pada Reviu Laporan Keuangan Tingkat Eselon I & Tingkat Kementerian pada Ditjen P2P
Semester II Tahun 2015
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa permasalahan yang paling banyak ditemui dalam Reviu Laporan Keuangan tingkat
Eselon I dan tingkat Kementerian semester II tahun 2015 adalah permasalahan pada Neraca yaitu sebesar 50% (4 permasalahan).
2) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Berdasarkan hasil reviu Laporan Keuangan dari usulan 16 satuan kerja di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dapat dillihat sebagai berikut:
(a) Tingkat Satker
Kantor Pusat
Permasalahan yang terdapat pada satker Kantor Pusat Balitbangkes semester II tahun 2015, sebagai berikut: (1) Permasalahan pada LRA terdapat pada satker Pusat Biomedis
dan Teknologi Dasar Kesehatan. (2) Permasalahan pada Neraca terdapat pada satker Sekretariat Badan Litbangkes dan Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan.
(3) Permasalahan pada Laporan Operasional terdapat pada satker Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat. (4) Permasalahan pada Laporan Perubahan Ekuitas terdapat pada satker Sekretariat Badan Litbangkes dan Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan.
(5) Permasalahan pada CaLK terdapat pada satker Sekretariat Badan Litbangkes dan Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan.
Permasalahan reviu LK Satker Kantor Pusat pada Badan Litbangkes dapat dilihat pada Lampiran V.
Gambar 3.9
Prosentase Permasalahan Reviu Laporan Keuangan pada Satker KP Badan Litbangkes Semester II Tahun 2015
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa permasalahan yang paling banyak ditemui dalam Reviu Laporan Keuangan pada satker
Kantor Pusat Badan Litbangkes semester II tahun 2015 adalah permasalahan pada Neraca yaitu sebesar 50% (6 permasalahan).
Kantor Daerah Permasalahan pada hasil reviu laporan keuangan pada Satker Kantor Daerah sebagai berikut:
(1) Permasalahan pada LRA terdapat pada satker Balai Litbang
P2B2 Donggala. (2) Permasalahan pada Neraca terdapat pada satker Balai Litbang GAKI Magelang, Balai Litbang P2B2 Banjarnegara dan Balai Litbang P2B2 Donggala.
(3) Permasalahan pada Laporan Operasional terdapat pada Balai Besar Litbang Tanaman Obat & Obat Tradisional. (4) Permasalahan pada Laporan Perubahan Ekuitas terdapat pada Balai Besar Litbang Tanaman Obat & Obat Tradisional. (5) Permasalahan pada CaLK terdapat pada satker Balai Litbang P2B2 Donggala dan Balai Besar Litbang Tanaman Obat & Obat Tradisional.
Permasalahan pada hasil reviu LK satker Kantor Daerah Balitbangkes semester II tahun 2015 Badan Litbangkes dapat dilihat pada Lampiran VI.
Gambar 3.10
Prosentase Permasalahan Reviu Laporan Keuangan pada satker KD Badan Litbangkes Semester II Tahun 2015
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa permasalahan yang paling banyak ditemui dalam Reviu Laporan Keuangan pada satker Kantor Daerah Badan Litbangkes semester II tahun 2015 adalah permasalahan pada Neraca yaitu sebesar 50% (7 permasalahan).
(b) Tingkat Wilayah
Permasalahan pada hasil Reviu Laporan Keuangan Tingkat Wilayah sebagai berikut:
No. Permasalahan UAPPA-W
1. Terdapat koreksi pencatatan pada Kewajiban untuk Pusat Humaniora akun Hibah Yang Belum Disahkan sebesar Rp1.414.566.701,00. Pada Neraca disajikan Rp0,00 seharusnya
Hal tersebut disebabkan kesalahan pada saat melakukan jurnal untuk mencatat hibah yang belum disahkan.
Rp1.414.566.701,00.
2. Terdapat Selisih sebesar Rp802.211.550 antara nilai B2P2VRP Salatiga transfer di aplikasi SIMAK-BMN dengan BAST dari Direktorat Bina Produksi dan Kefarmasian, pada Satker B2P2TOOT.
3. Rekonsiliasi ekstrenal antara unit akuntansi dengan B2P2VRP Salatiga KPKNL untuk smt II tahun 2015 untuk saldo audited dengan saldo akhir smt I tahun 2015 pada akun persediaan, pada satker BP2GAKI.
4. Stock opname fisik atas belanja persediaan akun B2P2VRP Salatiga 521811 berupa reagensia, bahan penelitian, dan penyelenggaraan Lab belum dilakukan, pada Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.