BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan penelitian yang dirumuskan pada bab sebelumnya. Secara garis besar bab ini memuat profil tempat penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pengilon yang beralamat di Dusun Pengilon, Desa Pengilon, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah dengan nomor statistik sekolah: 101032301012 dan nomor pokok sekolah nasional: 20321029. Sekolah ini didirikan pada tanggal 1 Januari

1967, di atas tanah seluas 520m 2 , milik pemerintah dengan status tanah Hak Pakai. SD Negeri Pengilon terakreditasi B (tahun 2014) dengan nomor akreditasi: 139/BAP-SM/X/2014.

D Negeri Pengilon memiliki visi: “Terwujudnya Sekolah Dasar Negeri Pengilon sebagai pusat pendidikan, budaya, beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan dan teknologi ”. Misi SD Negeri Pengilon meliputi: 1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar agar menghasilkan anak didik yang berkualitas, 3) Meningkatkan pengetahuan guru dan kesejahteraan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien,

4)Meningkatkan hubungan antara sekolah, komite sekolah dan wali siswa serta desa guna mendukung berhasilnya pendidikan, 5) Meningkatkan sikap anak didik untuk berperilaku jujur, berbudi pekerti luhur dan saling asah asih asuh serta saling menghormati, dan 6) Membiasakan anak didik untuk berdisiplin, 4)Meningkatkan hubungan antara sekolah, komite sekolah dan wali siswa serta desa guna mendukung berhasilnya pendidikan, 5) Meningkatkan sikap anak didik untuk berperilaku jujur, berbudi pekerti luhur dan saling asah asih asuh serta saling menghormati, dan 6) Membiasakan anak didik untuk berdisiplin,

Tujuan penyelenggaraan pendidikan di SD Negeri Pengilon adalah: 1) Membentuk siswa yang menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan, teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, 2)Memiliki etika dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, 3) Meraih prestasi akademik maupun non akademik, 4) Sekolah yang mempunyai nilai sejajar dengan sekolah lain di Kecamatan Bulu.

Kualifikasi akademik kepala sekolah, guru, dan penjaga di SD Negeri Pengilon dari jenjang SMA terdiri dari 3 orang (2 orang studi lanjut ke jenjang S1), jenjang D2 terdiri 2 orang (1 orang berijazah D2 PGSD,

1 orang berijazah D2 Pendidikan Agama Islam), jenjang S1 terdiri dari 5 orang (4 orang berijazah S1 PGSD, 1 orang berijazah S1 Pendidikan Jasmani dan kesehatan).

SD Negeri Pengilon didukung oleh sarana dan prasarana ruangan meliputi: 6 ruang kelas, 1 ruang kepala, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang tempat ibadah, 1 ruang UKS, 1 gudang dan 6 tempat cuci tangan, 1 halaman sekolah, 18 tempat sampah, dan 1 papan nama sekolah.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Konteks Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon sudah dilaksanakan hampir 12 tahun. Sebelum manajemen berbasis sekolah dilaksanakan di SD Negeri Pengilon, pengelolaan pendidikan di SD Negeri Pengilon bersifat sentralistik sehingga menem- patkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan tergantung pada keputusan birokrasi. Sekolah tidak mempunyai kuasa untuk melakukan pengelolaan pendidikan secara mandiri sehingga sekolah tidak berkembang yang berdampak terhadap mutu sekolah.

Peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam pelaksanaan pendidikan sangat minim. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, partisipasi masyarakat selama ini diartikan hanya sebatas sebagai penggalangan dana. Oleh karena itu, program manajemen berbasis sekolah sangat dibutuhkan di SD Negeri Pengilon, sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“ Ya, program manajemen berbasis sekolah sangat dibutuhkan di SD Negeri Pengilon, mengingat sebelum adanya program manajemen berbasis sekolah semuanya bersifat sentralistik, apa-apa menganut wewenang dari pusat, kita yang di bawah hanya sebagai pelaksana tidak bisa urun rembug terhadap pelaksanaan pendidikan yang tiap hari kita kerjakan, yang tahu persis tentang apa yang terjadi di sekolah tentunya orang-orang yang terlibat langsung dalam proses pendidikan di SD tersebut, kepala sekolah, guru, penjaga, siswa serta komite sekolah ” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Kebutuhan akan program manajemen berbasis sekolah cukup tinggi. Hal ini karena munculnya

kesadaran semua pihak sekolah (kepala sekolah, guru, penjaga, komite sekolah serta siswa) untuk memajukan sekolah. Menurut saya dengan adanya program manajemen berbasis sekolah semua pihak yang terlibat di sekolah bisa saling sharing untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dan tentunya dengan adanya keterlibatan secara langsung komite sekolah, sekolah menjadi lebih tahu apa yang akan dilakukan

pelayanan pendidikan ” (Wawancara tanggal 16 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Manajemen berbasis sekolah memang dibutuhkan, karena dengan adanya manajemen berbasis sekolah,

wali murid bisa ikut menyampaikan pendapatnya sehingga akan terlihat peran wali murid dengan adanya komunikasi antara sekolah dengan wali murid. Hal ini menjadikan wali murid secara tidak wali murid bisa ikut menyampaikan pendapatnya sehingga akan terlihat peran wali murid dengan adanya komunikasi antara sekolah dengan wali murid. Hal ini menjadikan wali murid secara tidak

Dari beberapa pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa program manajemen berbasis sekolah dibutuhkan di SD Negeri Pengilon karena munculnya kesadaran semua pihak sekolah (kepala sekolah, guru, penjaga, komite sekolah serta siswa) untuk memajukan sekolah. Dengan adanya program manajemen berbasis sekolah semua pihak yang terlibat di sekolah bisa saling berkomunikasi untuk meningkatkan dan menjaga kualitas pelayanan pendidikan.

Upaya pengelolaan pendidikan yang profesional di SD Negeri Pengilon menyebabkan penerapan manajemen berbasis sekolah menjadi prioritas utama. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Tujuan dari manajemen berbasis sekolah antara lain meningkatkan mutu sekolah itu sendiri. Hasil

peningkatan mutu itu bisa dilihat dari lulusannya, nilai ujian dan prestasi pada waktu pekan siswa, dan yang lebih penting lagi

warga sekolah

khususnya guru-guru, penjaga dapat melaksanakan tupoksinya masing-masing sehingga apa yang diprogramkan sekolah bisa tercapai ” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Ya, memang benar. Tujuan utama dari manajemen berbasis sekolah adalah meningkatkan mutu karena

boleh dikatakan manajemen berbasis sekolah

memberikan otonomi yang besar kepada sekolah untuk mendayagunakan semua yang ada di sekolah. Pemanfaatan otonomi sekolah yang benar bisa meningkatkan prestasi ” (Wawancara tanggal 16 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Memang benar, tujuan dengan adanya manajemen berbasis sekolah meningkatkan mutu, prestasi akademik meningkat sesuai dengan tujuan sekolah yaitu sekolah yang mempunyai nilai sejajar dengan sekolah lain di Kecamatan Bulu sehingga tidak tertinggal dengan sekolah-sekolah yang lain dan orang tua siswa tentunya akan merasa bangga

dengan hasil prestasi yang dicapai” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Pada intinya tujuan penerapan program manajemen berbasis sekolah untuk mendayagunakan sekolah melalui otonomi kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan

Manfaat dari pendayagunaan sekolah secara maksimal tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah.

secara

partisipatif.

Pengelolaan pendidikan memerlukan dukungan aset yang memadai, begitu pula dalam program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SD Pengilon ini didukung oleh aset yang memadai Mbak, terutama aset sumber daya manusianya. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga atau sebuah investasi besar yang akan menjadi faktor utama yang menentukan suatu keberhasilan sebuah program. Bisa dilihat aset di SD Pengilon, sumber daya manusianya: potensi guru dan

karakter dan potensi siswa sangat bagus mbak, karena disini anak-anaknya belum terkontaminasi hal-hal yang buruk. Sumber sarprasnya semakin meningkat, dulu bangunannya jelek sekali. Secara bertahap mulai dari rehab 5 lokal dapat bantuan perpustakaan. Sekarang dapat lagi rehab 2 lokal kelas. Untuk sarananya juga mulai meningkat adanya laptop, sarana pendidikan bertambah setiap tahun, LCD, DVD, buku satu siswa satu buku” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Memang benar aset di SD Pengilon ini mendukung dan memadai, mulai dari potensi gurunya yang mau diajak untuk maju. 3 orang guru di sini usianya sudah 55 tahun ke atas, tetapi kalau ada workshop mereka

pengetahuan mereka. Jika mereka tidak tahu, mereka tidak malu untuk bertanya kepada yang muda sampai mereka tahu. Untuk siswa potensi mereka sangat berkembang dan mereka mau dan mampu untuk mempelajari hal yang baru. Untuk sarprasnya berkembang dengan sangat pesat. Selama 3 tahun berturut-turut mendapatkan dana alokasi khusus untuk rehab berat, sampai SD Pengilon

di lantai 2 (Wawancara tanggal 16 April 2015).

mempunyai

bangunan

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Apa yang dikatakan oleh Bu Kepala dan Pak Guru memang betul adanya, saya lihat guru-guru di SD Pengilon itu potensinya bagus, dulu sebelum kedatangan 2 orang guru CPNS, guru yang sudah purna, mau mengajar lagi walaupun tidak dibayar, dedikasinya sungguh luar biasa. Potensi siswa dapat mudah dikembangkan karena anak-anak Pengilon itu belum terkontaminasi oleh dunia luar, mereka lugu-lugu karena hidup di wilayah pedesaan yang agamis. Sarprasnya meningkat pesat, kita (komite dan sekolah) membuat proposal untuk mendapatkan bantuan dana alokasi khusus dan hasilnya bisa dilihat

3 tahun

berturut-turut

tanpa jeda

mendapatkan bantuan terus dan dikerjakan secara swadana

pihak komite sekolah” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

dengan

menggandeng

Dari beberapa pernyataan wawancara dapat disimpulkan bahwa program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon didukung aset yang memadai diantaranya potensi guru dan siswa, sarana dan prasarana dari tahun ke tahun yang semakin meningkat.

Pemahaman terhadap kondisi faktual dan karakteristik lingkungan pendidikan merupakan Pemahaman terhadap kondisi faktual dan karakteristik lingkungan pendidikan merupakan

“Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SD Pengilon ini karena adanya peluang yaitu: adanya orang-orang (pihak internal: guru, penjaga, siswa, pihak eksternal: komite sekolah dan wali siswa) yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan meningkatkan mutu sekolah, seluruh anggota sekolah dapat terlibat langsung dalam pengambilan keputusan penting, adanya rencana anggaran yang lebih nyata tentang program sekolah, sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan

sekolah-sekolah

yang

lain dalam

peningkatan mutu pendidikan ” (Wawancara tanggal

15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Saya membenarkan pernyataan Bu Kepala. Adanya peluang

melatarbelakangi manajemen berbasis

sekolah di SD Pengilon ini diantaranya: kepala sekolah, guru, penjaga, siswa dan didukung komite dan

kompeten untuk meningkatkan

keputusan dalam sistem manajemen berbasis sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah, adanya rencana anggaran yang lebih realistik tentang program sekolah ” (Wawancara tanggal 16 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Memang benar, dengan adanya peluang melatar belakangi manajemen berbasis sekolah di SD Pengilon. Diantaranya: adanya keterlibatan kepala sekolah, guru, penjaga, siswa, orang tua siswa dan masyarakat Pengilon dalam pengambilan keputusan, adanya tanggung jawab sekolah terhadap mutu pendidikan khususnya kepada wali siswa dan masyarakat pada umunya, dengan adanya aspirasi masyarakat yang mendukung terhadap proses pendidikan, sekolah tentunya dapat merespon semua permasalahan dengan cepat ”. (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Kesadaran dari pihak internal dan eksternal sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah dan menjadikan SD Negeri Pengilon sejajar dengan sekolah lain di Kecamatn Bulu menjadi salah satu peluang pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah, guru, dan komite sekolah diperoleh informasi bahwa selain sesuai kebijakan, program manajemen berbasis sekolah memang diperlukan di SD Negeri Pengilon dengan didukung aset dan peluang yang ada. Dengan berbagai konteks yang ada, mendorong pihak sekolah mengkondisikan manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon.

4.2.2 Input Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Dalam mendukung program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon perlu memperoleh dukungan dari berbagai pihak sekolah, baik pihak internal maupun eksternal. Pihak internal memiliki kapasitas yang cukup tinggi karena berdampingan langsung dengan pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah. Sebagai input program manajemen berbasis

sekolah ini adalah kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, budaya dan lingkungan sekolah.

Tabel 4.1 Program Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

No Kegiatan

Pelaksana Dana 1 Kurikulum dan pembelajaran a. Pengembang-

Waktu

Kepala 1.400.000 an Kurikulum

Bulan Juli

guru, penjaga, komite sekolah, pengawas SD guru, penjaga, komite sekolah, pengawas SD

Kedua sekolah, kelas

Bulan Juli

guru

c. Kegiatan Minggu Kepala 10.565.000 pengelolaan

pertama sekolah KBM

Bulan guru, siswa Januari s.d Minggu kedua Bulan Desember

d. Pengembang- Bulan Kepala 3.470.000 an dan imple-

Januari s.d sekolah,

mentasi sis- Juni, Bulan guru, dan tem penilaian

Oktober,

siswa

Bulan Desember

2 Peserta didik a. Pelaksanaan

150.000 PPDB

Awal tahun Kepala

pelajaran sekolah, guru, penjaga, siswa, komite sekolah

b. Program Setiap Kepala 5.500.000 ekstrakuriku-

Senin, sekolah, ler

Rabu, dan guru, dan Sabtu

siswa

c. Kepesertaan Bulan Guru dan 2.310.000 siswa

3 Pendidik dan tenaga kependidikan a. Pengembang-

1.000.000 an profesi

Setiap hari Kepala

Sabtu sekolah guru

dan guru b. Peningkatan

800.000 kompetensi

Awal tahun Kepala

pelajaran sekolah, pedagogik

dan

akhir guru

melalui semester II workshop dan bintek

c. Peningkatan Pendidik kompetensi

dan tenaga akademik

kependidik guru

an

4 Pembiayaan a. Penyusunan

Awal tahun Kepala 500.000 RAKS

anggaran

sekolah,

dan tahun guru, ajaran

komite b. Penyusunan

600.000 SPJ BOS

Akhir

Maret, Akhir Juni, Akhir September dan

akhir Desember

5 Sarana dan prasarana a. Pengadaan

550.000 alat olahraga

6.780.000 multimedia c. Pengadaan

b. Pengadaan

Bulan Juli

Guru

150.000 buku rapor

300.000 data visual e. Pemeliharaan

d. Pengadaan

Bulan Juli

Guru

Penjaga 1.000.000 dan perawat-

Setiap

bulan

an alat seko- lah

6 Hubungan sekolah dan masyarakat a. Rapat komite

Awal tahun Kepala 3.000.000

Bulan Juni

sekolah, wali murid

Kepala 1.200.000 Peringatan

b. Kegiatan

Menurut

sekolah, Hari Besar

kalender

berjalan

guru, komite sekolah, wali murid, siswa

c. Kegiatan sosial

Insidental

Kepala sekolah, guru

7 Budaya dan lingkungan sekolah a. Budaya Baca

Setiap hari

Kepala 250.000 sekolah, guru, siswa

Kepala 150.000 Pembiasaan

b. Kegiatan

Setiap hari

sekolah, guru, siswa

Sumber: Rencana Kerja Sekolah

Kepala sekolah memiliki posisi yang strategis sebagai penentu kebijakan program pendidikan di sekolah. Salah satu tugas penting kepala sekolah adalah mengelola kurikulum dan pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Kurikulum yang digunakan pada tahun pelajaran 2012/2013 semua rombongan belajar menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada tahun pelajaran 2013/2014 kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 sedangkan kelas 3 dan 5 masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pada tahun pelajaran 2014/2015 rombongan belajar yang sebelumnya menggunakan kurtilas kembali ke KTSP ” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Memang benar kurikulum yang digunakan di SD Negeri Pengilon pada tahun pelajaran 2012/2013

semua kelas menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam proses pembelajarannya kelas 1 s.d 3 menggunakan pendekatan tematik. Kelas 4 s.d 6 menggunakan pendekatan mata pelajaran. Tahun pelajaran 2013/2014 terjadi perubahan untuk kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurtilas. Kelas 3 dan 6 menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada tahun 2014/ 2015 semua rombongan belajar menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kurtilas ditinggalkan ” (Wawancara tanggal 16 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Benar apa yang dikatakan oleh Bu Kepala dan Pak Guru kelas V bahwa kurikulum yang digunakan

tahun 2012/2013 semuanya menggunakan KTSP, kemudian tahun 2013/2014 ada dua kurikulum yaitu KTSP dan kurikulum 2013, kelas 1, 2, 4, dan 5 tahun 2012/2013 semuanya menggunakan KTSP, kemudian tahun 2013/2014 ada dua kurikulum yaitu KTSP dan kurikulum 2013, kelas 1, 2, 4, dan 5

menggunakan kurikulum 2013

kembali lagi ke KTSP ” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) digunakan di SD Negeri Pengilon pada tahun pelajaran 2012/2013 di semua kelas. Pada tahun pelajaran 2013/2014 terjadi transisi penggunaan kurikulum baru di kelas 1, 2, 4, dan 5 menggunakan kurikulum 2013, kelas 3 dan 6 tetap menggunakan KTSP. Pada tahun 2014/2015 karena banyaknya hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013, sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 160 tahun 2014 tentang pemberlakuan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013, Kelas 1, 2, 4, dan 5 kembali menggunakan KTSP.

Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumen

tertulis pengembangan kurikulum diantaranya adalah Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta dokumen pengembangan kurikulum dari BSNP.

Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Keberadaan siswa yang berkualitas mampu Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Keberadaan siswa yang berkualitas mampu

“Siswa kelas 1 semuanya berasal dari TK Kusuma Abadi di Pengilon. Untuk penerimaan siswa baru, semua anak TK yang tamat dari TK langsung dimasukkan ke SD Negeri Pengilon semua. Guru kelas 1 sudah terbantu dengan karakteristik siswa kelas 1 yang sudah pernah mengenyam pendidikan sebelumnya ” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Memang benar, semua siswa kelas 1 berasal dari lulusan TK jadinya guru kelas 1 tidak terlalu

kerepotan dalam melaksanakan tugasnya, karena siswa kelas 1 sudah terbiasa dengan rutinitas sehari-hari yaitu bersekolah. Tentunya akan berbeda kualitas siswa kelas 1 antara anak yang sudah pernah mengenyam pendidikan TK atau langsung masuk ke SD tanpa melalui TK dulu ” (Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Benar, untuk semua anak TK yang sudah lulus dan saatnya masuk SD, semuanya saya anjurkan untuk

meneruskan sekolah di SD Negeri Pengilon. Jangan sampai ada anak yang bersekolah keluar dari Desa Pengilon. Setiap ada rapat ataupun kegiatan desa selalu saya serukan untuk orang tua yang mempunyai anak TK dan sudah saatnya masuk SD, diharapkan untuk sekolah di SD Negeri Pengilon ”. (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Dari hasil wawancara di atas dapat dinyatakan bahwa input siswa kelas satu berasal dari taman kanak-kanak berkat kerja sama sekolah dengan TK dan komite sekolah. Akan terdapat perbedaan antara input siswa yang pernah mengenyam pra sekolah di TK dengan input siswa yang belum pernah mengeyam pra sekolah di TK yaitu di kesiapan akademik anak. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumen formulir pendaftaran peserta didik (S1, S2, Dari hasil wawancara di atas dapat dinyatakan bahwa input siswa kelas satu berasal dari taman kanak-kanak berkat kerja sama sekolah dengan TK dan komite sekolah. Akan terdapat perbedaan antara input siswa yang pernah mengenyam pra sekolah di TK dengan input siswa yang belum pernah mengeyam pra sekolah di TK yaitu di kesiapan akademik anak. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya dokumen formulir pendaftaran peserta didik (S1, S2,

Guru memiliki posisi yang strategis sebagai input program manajemen berbasis sekolah dengan segala kompetensi yang dimilikinya. Hal ini seperti dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Hampir semua guru memenuhi kualifikasi akademik. Guru yang belum S1 sedang studi lanjut

ke jenjang S1, ada 1 guru kelahiran tahun 1958 pun mau untuk sekolah lagi. Guru yang berkualifikasi D2 tidak mau meneruskan ke S1 karena 8 bulan lagi purna tugas. Untuk guru yang bersertifikat pendidik, dari tahun ke tahun meningkat. Pada awal tahun 2010 hanya ada 1, sampai saat ini hanya 1 guru yang belum bersertifikat pendidik ” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Benar apa yang dikatakan oleh Bu Kepala. 3 guru yang belum S1, studi lanjut di Universitas Terbuka.

Sekarang tinggal 2 guru yang masih studi lanjut dan 1 guru tinggal menunggu hasil yudisium. Guru yang berkualifikasi D2 tidak meneruskan ke jenjang S1 karena faktor usia, tinggal 8 bulan lagi pensiun. Untuk guru yang bersertifikat pendidik di SD Negeri Pengilon hanya 1 guru yang belum bersertifikat pendidik, tapi ikut terjaring dalam PPGJ tahun ini ” (Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Hampir semua guru di SD Negeri Pengilon berkualifikasi S1, yang saya lihat untuk tahun ini

yang belum S1 hanya tinggal 1 orang saja karena 1 orang guru hampir wisuda, yang berkualifikasi D2 tidak meneruskan ke jenjang S1 karena hampir pensiun jadi tidak mau meneruskan ke jenjang S1 ” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Kualifikasi akademik guru di SD Negeri Pengilon mencapai 80% dan kualifikasi profesional mencapai 83%. Hal tersebut menjadi pendukung program Kualifikasi akademik guru di SD Negeri Pengilon mencapai 80% dan kualifikasi profesional mencapai 83%. Hal tersebut menjadi pendukung program

Program implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon didukung pula oleh kondisi keuangan sekolah yang seimbang. Pendanaan sekolah yang cukup akan menjadi pemasukan dalam implementasi manajemen berbasis sekolah dengan baik dan lancar karena tercukupinya dana sekolah seperti sumber dana BOS dan sumbangan yang tidak mengikat dari komite. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Keuangan dibiayai dari BOS. Kami menerima dana BOS sebesar Rp 46.400.000,00/tahun atau Rp 11.600.00,00/ triwulan dan itu sudah dapat memenuhi

kebutuhan

sekolah

serta kami

mendapatkan bantuan dana dari komite dan sifatnya tidak mengikat maupun memaksa”

(Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD Negeri Pengilon:

“Sepengetahuan saya dana BOS yang sekolah dapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan

sekolah serta SD mendapatkan dana tambahan yang diperoleh dari komite yang biasanya digunakan untuk perbaikan prasarana seperti pembuatan pagar keliling SD, SD juga biasaanya mendapatkan syukuran dari anak-anak yang lulus biasanya digunakan untuk membeli sarana pend idikan” (Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Ya, betul. Untuk ukuran sekolah yang berada di pedesaan dana BOS yang diterima sudah mencukupi

kebutuhan SD. Kami selaku komite juga menggalang dana untuk membeli barang yang dibutuhkan di SD dan tidak bisa dibeli melalui dana BOS seperti tralis pagar” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan kondisi keuangan di SD Negeri Pengilon dapat memenuhi kebutuhan pendidikan di SD Negeri Pengilon.

Selain keuangan, kondisi sarana dan prasarana juga menjadi input dalam implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon secara maksimal. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana di SD ini sudah cukup lengkap bisa dilihat dari prasarana maupun

sarananya. Untuk siswa sudah dipenuhi satu siswa satu buku, guru mempunyai buku pegangan guru lebih

berbagai penerbit.

Prasarananya juga sudah bagus halaman dan bangunan gedung yang baru karena setiap tahun kebetulan SD mendapatkan dana alokasi untuk rehab berat, kemarin SD mendapatkan dana sebesar 114 juta untuk membangun perpustakaan di lantai dua” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD Negeri Pengilon:

“Saya rasa kondisi sarpras di SD Pengilon memadai. Saya selaku pengurus inventaris barang mempunyai

data lengkap tentang sarpras apa saja yang dimiliki oleh SD Pengilon. Sarprasnya juga mendukung proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa. Untuk buku bisa dilihat satu buku untuk satu siswa,dipinjamkan selama siswa tersebut menjadi siswa di SD Pengilon. Prasarananya bisa anda

peningkatan dengan mempereh dana rehab alokasi khusus sebanyak 3 kali berturut-turut. Untuk yang ketiga kalinya mendapatkan rehab 2 ruang kelas”

(Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Ya, betul. SD ini terletak di desa, jika anak ingin mencari buku harus pergi ke pusat kota. Untung SD

memberikan fasilitas untuk buku pegangan siswa setiap siswa satu buku. Selain itu saya lihat alat peraga pendidikan semakin bertambah, fasilitas memberikan fasilitas untuk buku pegangan siswa setiap siswa satu buku. Selain itu saya lihat alat peraga pendidikan semakin bertambah, fasilitas

khusus untuk merehab bangunan yang telah ada” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa SD Negeri Pengilon mempunyai sarana dan prasarana berupa buku panduan pembelajaran seperti buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Sarana berupa alat peraga untuk mendukung berbagai peningkatan mutu pendidikan dan prasarana yang mengalami peningkatan dalam pengelolaan. Pernyataan tersebut juga didukung studi dokumen adanya buku inventaris barang yang dikelola oleh petugas inventaris barang melalui aplikasi simbada dimonitoring langsung oleh DPPKAD Kabupaten Temanggung.

Hubungan masyarakat juga menjadi input implementasi manajemen berbasis sekolah yang berpotensi. Adanya hubungan masyarakat yang harmonis

implementasi manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

menjadikan

kelancaran

“Hubungan masyarakat dengan sekolah bagus. SD mempunyai program untuk hubungan masyarakat diantaranya kegiatan rutin rapat komite setiap awal tahun pelajaran, penentuan standar kelulusan minimal ujian sekolah dan rapat kelulusan siswa kelas enam. Bekerja sama dalam peringatan hari besar dan Sekolah ikut serta dalam kegiatan sosial masyarakat Pengilon ” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD Negeri Pengilon:

“Kondisi hubungan masyarakat dengan sekolah sangat bagus. SD bisa menyatu dengan kegiatan sosial masyarakat Pengilon. Hubungan dengan komite juga harmonis, komite selalu hadir jika diundang untuk urun rembug tentang kegiatan SD “Kondisi hubungan masyarakat dengan sekolah sangat bagus. SD bisa menyatu dengan kegiatan sosial masyarakat Pengilon. Hubungan dengan komite juga harmonis, komite selalu hadir jika diundang untuk urun rembug tentang kegiatan SD

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Ya, betul sekali. Hubungan masyarakat dengan SD bagus. Masyarakat sangat mendukung semua

kegiatan yang sekolah lakukan kami selalu bekerja sama dalam peringatan hari besar. Untuk kegiatan sosial, kami saling mendukung. Jika ada warga yang ingin menggunakan gedung SD, SD dengan tangan

terbuka memperbolehkan asalkan setelah jam KBM selesai” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan masyarakat Pengilon dengan sekolah mendukung implementasi manajemen berbasis sekolah dan beberapa pernyataan tersebut didukung dengan studi dokumen program hubungan masyarakat Pengilon dengan sekolah.

Belum semua sekolah memahami pentingnya budaya sekolah. Hal ini terlihat pada fakta bahwa belum

memiliki program pengembangannya. Namun SD Negeri Pengilon memiliki program budaya dan lingkungan sekolah melalui budaya baca dan kegiatan pembiasaan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

semua

sekolah

“SD Negeri Pengilon memiliki program budaya baca dan kegiatan pembiasaan yang telah berjalan dengan

rutin dan lancar” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat salah satu guru di SD Negeri Pengilon:

“Budaya dan lingkungan sekolah sebagai salah satu input dalam program MBS ada di SD Pengilon, di

antaranya budaya baca melalui mading hasil karya siswa

yang rutin

dilakukan siswa dan guru” (Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Ya, betul sekali. SD telah mempunyai program budaya

diantaranya kegiatan pembiasaan yang rutin dilakukan dan budaya baca dengan adanya majalah dinding hasil

dari kreatifitas anak” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Sekolah telah mempunyai program untuk mengembangkan budaya dan lingkungan sekolah melalui kegiatan pembiasaan dan budaya baca. Hal tersebut didukung dengan adanya program dan alokasi dana untuk pengadaan majalah dinding.

Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa input program manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Pengilon mendukung implementasi program manajemen berbasis sekolah dengan tersedianya kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat, budaya dan lingkungan sekolah.

4.2.3 Proses Implementasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

Pada tahap proses implementasi program manajemen berbasis sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon, pihak sekolah mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen utama.

Tabel 4.2 Proses Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

(Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon

No Kegiatan

Pendu Hamba kung

tan 1 Kurikulum dan pembelajaran a. Pengem

1.400.000 Kompe Wak bangan

Minggu

Kepala

tensi tu Kurikul

pertama

sekolah,

kepala pengem um

sekolah bangan

komite

dan kuriku

sekolah,

guru lum

pengawas

yang bertepat

SD

mema an dai,

dengan keantu

musim siasan

temba komite

kau meng

dimana ikuti

sebagian kegiat

besar an

pengu pengem rus bangan

komite kuriku

sebagai lum

petani temba kau

3.240.000 Adanya - an

b. Penyusun Minggu

Kepala

sarana adminis

Kedua

sekolah,

yang trasi kelas Juli

Bulan

guru

lengkap seperti kompu ter, printer, scaner

10.565.000 Lingku Pola pengelola

c. Kegiatan Minggu

Kepala

ngan pikir an KBM

pertama

sekolah

yang siswa Januari

Bulan

guru,

belum yang s.d

siswa

terce masih Minggu

mar dipenga kedua

polusi ruhi Bulan

udara lingkung Desem-

dan an ber

alami sekitar mendu kung proses pembe lajaran di luar kelas dan belajar lang sung dengan alam

3.470.000 Sarana - ngan dan Januari

d. Pengemba Bulan

Kepala

dan implemen

sekolah,

s.d Juni, guru, dan prasara tasi

na yang sistem

Bulan

siswa

Oktober, mendu penilaian

Bulan kung Desem- ber

2 Peserta didik a. Pelaksana Awal

150.000 Kepedu - an PPDB

Kepala

lian, pelajaran guru,

antara TK, komite dan SD

5.500.000 Keantu - ekstrakuri Senin,

b. Program Setiap

Kepala

siasan kuler

sekolah,

Rabu,

siswa dan

guru, dan

untuk Sabtu

siswa

mengi kuti kegiat an ekstra kuriku ler

2.310.000 Siswa Kurang an siswa

c. Kepeserta Bulan

Guru dan

yang nya Februari

Januari-

Siswa

mandiri koordina si antara kepala sekolah dengan guru

3 Pendidik dan tenaga kependidikan a. Pengemba Setiap

1.000.000 Nara Waktu ngan

Kepala

sumber pelaksa profesi

hari

sekolah

bervari naan guru

Sabtu

dan guru

atif yang atif yang

800.000 Nara Waktu an

b. Peningkat Awal

Kepala

sumber pelaksa kompeten

tahun

sekolah,

pelajaran guru tidak naan si

dan hanya pada jam pedagogik

akhir berasal efektif melalui

semester dari KBM workshop

II Kabupa dan

ten bintek

Temang gung

- - an

c. Peningkat

4 Pembiayaan a. Penyusun

500.000 - - an RAKS

anggaran guru, dan

komite

tahun ajaran

b. Penyusun Akhir 600.000 - Adanya an

SPJ Maret, dana BOS

Akhir yang Juni,

keluar Akhir

dan Septem

tidak ber dan

bisa di akhir

SPJkan Desem ber

5 Sarana dan prasarana a. Pengada

550.000 - - an alat

Bulan

Guru

Maret olahraga b. Pengada

6.780.000 - - an

Bulan

Guru

Juli multimedia

150.000 - - an buku

c. Pengada Bulan

Guru

Novem rapor

ber d. Pengada

300.000 - - an data

Bulan

Guru

Juli visual

e. Pemeliha Setiap

1.000.000 - - raan dan bulan perawat an

Penjaga

alat sekolah

6 Hubungan sekolah dan masyarakat a. Rapat

3.000.000 Kerja - komite

Awal

Kepala

sama pelajaran guru,

Bulan komite harmo Februari, sekolah,

nis Bulan

antara Juni

wali murid

komite dan SD

1.200.000 Wali - Peringa

b. Kegiatan Menurut

Kepala

murid tan Hari

kalender

sekolah,

yang Besar

c. Kegiatan Insiden

Kepedu - sosial

yang tinggi

7 Budaya dan lingkungan sekolah a. Budaya

250.000 Keingin - Baca

b. Kegiatan Setiap

150.000 Kesada - Pembiasa

yang tinggi

Sumber: Rencana Kerja Sekolah

Penulis dalam observasi di lapangan melihat adanya pendukung implementasi program manajemen berbasis

sekolah seperti buku pengembangan kurikulum dari BSNP dan beberapa dokumen peraturan pemerintah seperti PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SD Negeri Pengilon sebagai berikut:

“Untuk pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah yang saya tekankan pada proses yang harus

dilaksanakan secara terbuka, transparan, dan tentunya penuh tanggung jawab. Menurut saya dengan input yang sudah bagus dan proses yang maksimal tentunya akan memperoleh hasil yang maksimal. Untuk pengembangan kurikulum kita laksanakan setiap liburan semester 2 mendekati awal ajaran baru. Tim pengembang kurikulum terdiri dari pengawas SD, semua guru dan komite SD Negeri Pengilon ikut membuat kurikulum. Pengembangan kurikulum SD Negeri Pengilon sampai 5 tahap yaitu workshop, review, revisi, finalisasi, dan pemantapan. Setelah itu disahkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung ”

(Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Hal tersebut memang benar. Untuk proses pelaksanaan program manajemen berbasis sekolah

memang sangat dioptimalkan. Untuk pembuatan kurikulum misalnya, semua yang berkepentingan termasuk komite sekolah diundang ke sekolah untuk mengikuti dari awal sampai terwujudnya sebuah kurikulum SD Negeri Pengilon dan mereka berpartisipasi

aktif

(walaupun

sedang musim

tembakau) dalam proses pembuatan kurikulum ”

(Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Benar, kami selaku komite juga dilibatkan secara langsung. Bagus lah sehingga kami menjadi tahu

semua yang terjadi di sekolah. Orang tua murid maupun tokoh masyarakat Pengilon pun menjadi tahu seperti apa itu kurikulum, apa yang diajarkan semua yang terjadi di sekolah. Orang tua murid maupun tokoh masyarakat Pengilon pun menjadi tahu seperti apa itu kurikulum, apa yang diajarkan

pelajarannya kok sulit, dulu pelajaran saya tidak seperti itu. Bagus lah perkembangan perhatian orang tua murid terhadap sekolah ” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

pembelajaran merupakan bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Berdasarkan pengamatan, upaya-upaya yang telah

Pengilon untuk merealisasikan hal-hal di atas adalah pembagian tugas mengajar guru yang dituangkan dalam surat keputusan kepala sekolah tentang kegiatan belajar mengajar, penyusunan kalender akademik sekolah dan jadwal pelajaran setiap kelas, pembagian waktu mengajar yang digunakan, penetapan pelaksanaan evaluasi belajar siswa, penetapan penilaian, penetapan kriteria kenaikan kelas, pencatatan kemajuan belajar siswa, serta peningkatan perbaikan mengajar serta pengisian waktu jam belajar yang kosong.

Dokumen yang mendukung realisasi dari program kurikulum dan pembelajaran adalah adanya Dokumen 1 dan 2 Kurikulum SD Negeri Pengilon, Pembagian tugas guru dalam surat keputusan kepala sekolah tentang kegiatan belajar mengajar, kalender pendidikan SD Negeri Pengilon, buku bantu dan analisa nilai.

Penataan dan pengaturan siswa dapat dilihat dari awal siswa tersebut diterima di SD Negeri Pengilon sampai siswa tersebut lulus. Penataan dan pengaturan siswa di SD Negeri Pengilon dapat dilihat dengan adanya dokumen buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan senantiasa menginginkan agar pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan

optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya untuk kepentingan sekolah, serta bekerja lebih baik dari hari ke hari. Untuk itu, guru di SD Negeri Pengilon yang belum

tugas

secara

akademik yang dipersyaratkan, mereka meneruskan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

memiliki

kualifikasi

“Guru yang belum mempunyai kualifikasi akademik yang dipersyaratkan yaitu S1, mereka akhirnya kuliah lagi. Untuk pengembangan standar pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan melalui kegiatan KKG setiap hari Sabtu mulai pukul 10.00 WIB s.d

13.00 WIB di SD inti, dan melalui kegiatan workshop seperti yang diadakan satu tahun terakhir kemarin yaitu workshop Karya Tulis Ilmiah dari Balitbang Kemdikbud RI, pengenalan IT, dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan oleh TIM PKB Kabupaten Temanggung ” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Hal tersebut memang benar. Guru yang belum S1 melanjutkan pendidikan lagi. Untuk pengembangan standar

dilakukan melalui kegiatan KKG setiap hari Sabtu mulai pukul 10.00 WIB s.d 13.00 WIB, dan melalui kegiatan workshop ataupun bintek yang dibiayai oleh guru sendiri ataupun sekolah seperti yang diadakan satu tahun terakhir kemarin yaitu workshop Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh Ikatan Kadang Temanggungan, pengenalan IT yang diadakan oleh Tim K3S Kecamatan Bulu, dan workshop PKB oleh Tim PKB Kabupaten”

(Wawancara tanggal 17 April 2015).

Guru di SD Negeri Pengilon telah meningkatkan profesionalisme secara terus menerus dengan berbagai cara yang profesional dan proporsional peningkatan kompetensi akademik, kegiatan pengembangan profesi melalui KKG, workshop, dan bintek. Penulis juga Guru di SD Negeri Pengilon telah meningkatkan profesionalisme secara terus menerus dengan berbagai cara yang profesional dan proporsional peningkatan kompetensi akademik, kegiatan pengembangan profesi melalui KKG, workshop, dan bintek. Penulis juga

sekolah meliputi pengaturan penerimaan, pengalokasian dan pertang- gungjawaban keuangan. Komponen keuangan sekolah merupakan komponen yang menentukan terlaksananya kegiatan

Pengelolaan

keuangan

belajar-mengajar bersama komponen- komponen lain. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Proses pengelolaan keuangan sekolah yang bersumber dari BOS dimulai dengan adanya penyusunan RAKS di awal tahun pelajaran baru untuk satu tahun ke depan, setelah tersusun, dokumen

dibuat akan mendapatkan

UPT Dinas Pendidikan

penggunaan BOS dilakukan setiap triwulan yaitu akhir Bulan Maret, akhir Bulan Juni, akhir Bulan September , dan akhir Bulan Desember. Proses pengelolaan keuangan sekolah dari dana komite dikelola

oleh

bendahara

komite dan

dipertanggungjawabkan setiap awal tahun pelajaran baru dihadapan semua wali murid” (Wawancara

tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Pengelolaan keuangan sekolah di SD Pengilon transparan. Semua guru dan komite diajak untuk menyusun RAKS. RAKS ini digunakan sebagai acuan penggunaan dana BOS. Pertanggungjawabannya dibuat setiap akhir triwulan I, II, III, dan IV. Dana yang bersumber dari komite dikelola sendiri oleh bendahar komite dan dipertanggungjawabkan di

rapat pleno pada awal tahun pelajaran baru” (Wawancara tanggal 17 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Komite tahu dana yang diperoleh oleh SD. Untuk dana

mulai dari

penyusunan rencana anggarannya, berapa besarnya dan dialokasikan untuk apa karena nantinya ketua komite

ikut

bertanggung

jawab dengan

menandatangani dokumen RAKS tersebut. Untuk dana yang bersumber dari komite kami kelola dan kami gunakan untuk pengembangan prasarana di SD seperti pembuatan pagar keliling SD, pembelian

tralis pintu gerbang SD” (Wawancara tanggal 18 April 2015).

Sarana prasarana merupakan fasilitas yang menunjang proses pendidikan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“ Adanya sarana dan prasarana serta proses pengelolaan sarana dan prasarana yang baik akan

mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan yang optimal. SD Pengilon mengalami pengembangan sarana prasarana secara terus menerus terlihat peningkatan prasarana diantaranya mendapat 5 lokal rehab dari dana block grant, kemudian mendapatkan dana block grant untuk rehab perpus dan mendapat dana untuk 2 lokal rehab dari dana block grant yang dikelola secara swadana antara sekolah dengan komite sekolah, untuk sarananya selalu bertambah setiap tahunnya mulai dari pengadaan alat-alat olahraga, data visual seperti Visi Misi Sekolah, pembuatan slogan yang ditempel di dinding luar kelas ” (Wawancara tanggal 15 April 2015).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu guru SD Negeri Pengilon:

“Untuk pengembangan sarana prasarana secara terus

menerus

terlihat

peningkatan sarana

prasarana diantaranya mendapat 5 lokal rehab dari dana block grant, kemudian mendapatkan dana block grant untuk rehab perpus dan mendapat dana untuk 2 lokal rehab dari dana block grant yang dikelola secara swadana antara sekolah dengan komite sekolah. Terjadi peningkatan di sarananya seperti pembelian alat-alat olahraga, pembelian LCD, TV LED, DVD dan pembelian data visual seperti prasarana diantaranya mendapat 5 lokal rehab dari dana block grant, kemudian mendapatkan dana block grant untuk rehab perpus dan mendapat dana untuk 2 lokal rehab dari dana block grant yang dikelola secara swadana antara sekolah dengan komite sekolah. Terjadi peningkatan di sarananya seperti pembelian alat-alat olahraga, pembelian LCD, TV LED, DVD dan pembelian data visual seperti

Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu Komite Sekolah SD Negeri Pengilon:

“Dulu SD ini merupakan SD yang kondisi bangunannya sangat jelek dan tidak standar, setelah komite dan SD giat membuat proposal akhirnya SD ini berturut turut mendapatkan dana block grant untuk rehab berat. Seiring dengan prasarana yang dibenahi, sarananya pun mulai ditingkatkan mulai dari alat peraga pendidikan maupun sumber belajar

untuk siswa itu sendiri” (Wawancara tanggal 18 April

Berdasarkan observasi dan beberapa pernyataan wawancara, sarana pendidikan yang ada di SD Negeri Pengilon dapat menunjang proses pembelajaran diantaranya ada 6 lokal ruang kelas yang baru saja direhab, 1 lokal ruang perpustakaan, meja dan kursi yang digunakan setiap satu anak menempati 1 kursi dan 1 meja, sasissabuk per mapel (satu siswa satu buku tiap mata pelajaran). Di setiap kelas bisa dilihat berbagai macam alat peraga dan media pengajaran seperti globe, gambar wayang, KIT IPA, KIT Matematika, Alat Peraga Tata Surya, Rangka Manusia, Torso, LCD, DVD, TV LED, di dinding luar kelas tertempel berbagai macam slogan. Berbagai macam alat olahraga seperti raket, bola sepak, bola volly, bola basket, bola pingpong , matras, dan sebagainya untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Prasarana yang bisa dilihat di SD Negeri Pengilon antara lain adanya halaman sekolah, taman sekolah, jalan ke sekolah yang mudah dilalui. Hal tersebut.

dengan masyarakat merupakan prioritas pertama kali yang harus dibina dalam penyelenggaraan pendidikan. Mengutamakan prioritas tersebut dimaksudkan untuk menjalin kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dalam

Hubungan

sekolah sekolah

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Model Simulasi untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Penyusunan RPP Tematik di SDN Wates 4 Magelang

0 0 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Model Simulasi untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Penyusunan RPP Tematik di SDN Wates 4 Magelang

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Model Simulasi untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Penyusunan RPP Tematik di SDN Wates 4 Magelang

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Model Simulasi untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Penyusunan RPP Tematik di SDN Wates 4 Magelang

0 0 181

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penyusunan Program Layanan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar Melalui Pelatihan Komunikasi Kelompok Kecil di SDN Jurangombo 2 Ko

0 0 15

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penyusunan Program Layanan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar Melalui Pelatihan Komunikasi Kelompok Kecil di SDN Jurangomb

0 0 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penyusunan Program Layanan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar Melalui Pelatihan Komunikasi Kelompok Kecil di

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kompetensi Guru dalam Penyusunan Program Layanan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar Melalui Pelatihan Komunikasi Kelompok Kecil di SDN Jurangombo 2 Kota Magelang

0 0 65

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung

0 0 29