TUGAS HUKUM BISNIS HAK CIPTA DAN UUD HAK

TUGAS HUKUM BISNIS
HAK CIPTA DAN UUD HAK CIPTA
DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Hukum Bisnis
DI SUSUN OLEH :
IRWAN SOPANA
ILHAM BUHORI
YUS SUSITA
ADI CAHYADI
AHMAD FADLILLAH ZAINI
MUCHTAR KOMARA
AHMADUN DWI CAHYONO
MUHAMAD MANSUR SAPUTRA
DHEFI NUGRAHA
NANA ROHANA
FRENDI HANDOKO
CECEP ZENNY R.Z
DEDE SUPRIATNA


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2013-2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat
waktunya yang berjudul “Hak Cipta dan Undang-Undang Hak
Di Indonesia”

telah
kami
pada
Cipta

Makalah ini berisikan tentang pengertian istilah dan pembahasan
tentang hak cipta beserta UU Hak Cipat Indonesia serta contoh kasus
pelanggaran hak cipta di Indonesia. Diharapkan makalah ini dapat

memberikan informasi kepada kita semua, sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Bandung,

Maret

2013

Tim Penyusun

BAB I
Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis

Universitas Islam Nusantara 2013-2014

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Masalah

Masalah hak cipta di Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru, sebab
hal ini sudah ada sejak awal abad ke 20 atau pada saat Indonesia masih di
bawah kolonialisme Belanda. Sebelum negara kita memerdekakan diri dari
Indonesia, kita menggunakan ketentuan hak cipta yang diatur dalam Auteurswet
Staatsblad No. 600 Tahun 1912.
Sesudah merdeka, Indonesia membuat undang-undangnya sendiri
mengenai hak cipta karena Auteurswet dianggap sudah tidak bisa mengikuti
perkembangan yang ada atau biasa disebut ‘ketinggalan zaman’. Oleh karena
itu, Pemerintah bersama dengan DPR merumuskan UU No. 6 Tahun 1982. Lagilagi undang-undang ini tidak membuat para pelaku tindak kejahatan dalam hak
cipta

menjadi

semakin


takut,

melainkan

semakin

banyak

kasus-kasus

pelanggaran yang mencuat di publik. Keadaan yang demikian tentunya
membuat kerugian bagi banyak pihak. Untuk menyelamatkan negara dari
keadaan seperti ini dan “menyelamatkan wajah negara kita di dalam pergaulan
internasional, UU No. 6 Tahun 1982 kemudian diubah dengan UU No. 7 Tahun
1987 yang secara singkat disebut dengan UUHC”(Supramono, 1989:6).
Perubahan yang mencolok dari UU No. 6 Tahun 1982 menjadi UU No. 7
Tahun 1987 adalah hukuman yang bisa dijatuhkan kepada para pelaku
pembajakan. Hukum pidana penjara dan pidana denda bisa dijatuhkan secara
bersamaan sesuai dengan UUHC. Kemudian dilakukan lagi perubahan


dan

tambahan pengaturan hak cipta yang dituangkan dalam UU No. 12 Tahun 1997
seiring dengan keikutsertaan Indonesia dalam WTO inklusif Persetujuan TRIPs.
Karena semakin banyaknya karya seni dan budaya yang berkembang
di Indonesia, maka diperlukanlah penggantian UU No. 12 Tahun 1997 dengan
UUHC yang baru. UU No. 19 Tahun 2002 menggantikan UUHC sebelumnya
karena dianggap perlu dan juga untuk mendukung iklim persaingan yang sehat
dalam dunia karya cipta Indonesia serta berfungsi untuk melaksanakan
pembangunan Indonesia. Namun bagaimana penerapan UUHC tersebut di masa
kini perlu ada kajian khusus.

Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

I.II Rumusan Masalah
 Pengertian dan Istilah Hak Cipta
 Bagaimana penerapan UUHC di Indonesia masa kini?
 Apakah masih banyak ditemui kasus-kasus pelanggaran hak cipta?

 Apa sajakah usaha konkrit Pemerintah Indonesia dalam mengurangi
angka pembajakan?
 Apakah peran masyarakat sangat berpengaruh dalam pemberantasan
pelanggaran hak cipta?

Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

BAB II
PEMBAHASAN
II.I Pengertian dan Istilah

UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta
adalah hak yang mengatur karya intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni
dan sastra yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan diberikan pada ide,
prosedur, metode atau konsep yang telah dituangkan dalam wujud tetap. Untuk
mendapatkan perlindungan melalui Hak Cipta, tidak ada keharusan untuk
mendaftarkan.Pendaftaran hanya semata-mata untuk keperluan pembuktian
belaka.Dengan demikian, begitu suatu ciptaan berwujud, maka secara otomatis

Hak Cipta melekat pada ciptaan tersebut.Biasanya publikasi dilakukan dengan
mencantumkan tanda Hak Cipta ©.
Perlindungan hukum terhadap pemegang Hak Cipta dimaksudkan sebagai upaya
untuk mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya
semangat mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam Hak Cipta, antara lain:
1.

Pencipta

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya

melahirkan

suatu

Ciptaan

berdasarkan


kemampuan

pikiran,

imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
2.

Ciptaan

Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
3.

Hak Cipta

Hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak
Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia

Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

mengurangi pembatasan- pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4.

Pemegang Hak Cipta

adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak
tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak
yang menerima hak tersebut.

5.

Pengumuman

adalah

pembacaan,


penyiaran,

pameran,

penjualan,

pengedaran,

atau

penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media
internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat
dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.
6.

Perbanyakan

Merupakan penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan
maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan

yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen
atau temporer.
7.

Lisensi

izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak Terkait
kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak Ciptaannya
atau produk Hak Terkaitnya dengan persyaratan tertentu.

II.II Lingkup Hak Cipta
A. Ciptaan yang dilindungi
Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
menetapkan secara rinci ciptaan yang dapat dilindungi, yaitu:
 buku, program komputer, pamfet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
 ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

 alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
 lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
 drama atau drama musikal, tari, koreograf, pewayangan, dan pantomim;
 seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligraf, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
 arsitektur;
 peta;
 seni batik;
 fotograf;
 sinematograf;
 terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari
hasil pengalihwujudan.
B. Ciptaan yang tidak diberi Hak Cipta
Sebagai pengecualian terhadap ketentuan di atas, tidak diberikan Hak Cipta
untuk hal-hal berikut:
 hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;
 peraturan perundang-undangan;
 pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;
 putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau
 keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.

C.

Bentuk dan Lama Perlindungan
Bentuk perlindungan yang diberikan meliputi larangan bagi siapa saja

untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan yang dilindungi tersebut
kecuali dengan seijin Pemegang Hak Cipta. Jangka waktu perlindungan Hak Cipta
pada umumnya berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50
(lima puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia. Namun demikian, pasal 30
UU Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta atas Ciptaan:
 program komputer;
 sinematograf;
 fotograf;
Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

 database; dan
 karya hasil pengalihwujudan
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.

D.

Pelanggaran dan Sanksi

Dengan menyebut atau mencantumkan sumbernya, tidak dianggap sebagai
pelanggaran Hak Cipta atas:
 penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
Pencipta;
 pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
keperluan pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;
 pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
keperluan:
 ceramah

yang

semata-mata

untuk

tujuan

pendidikan

dan

ilmu

pengetahuan; atau
 pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan
ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.
 perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
dalam

huruf

braille

guna

keperluan

para

tunanetra,

kecuali

jika

Perbanyakan itu bersifat komersial;
 perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas
dengan

cara

atau

alat

apa

pun

atau

proses

yang

serupa

oleh

perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan
pusat dokumentasi yang non komersial semata-mata untuk keperluan
aktivitasnya;

Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

 perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis
atas karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;
 pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik
Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
Menurut Pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta, bagi mereka yang dengan sengaja
atau tanpa hak melanggar Hak Cipta orang lain dapat dikenakan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Selain itu,
beberapa sanksi lainnya adalah:
 Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta dipidana dengan dengan pidana
penjara

maksimal

5

(lima)

tahun

dan/atau

denda

maksimal

Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
 Memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program
komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/
atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
E. Undang-Undang Hak Cipta
Indonesia telah memiliki undang-undang Hak Cipta (UUHC) yang memberikan
perlindungan atas kekayaan intelektual masyarakat Indonesia.
UUHC tersebut telah beberapa kali disempurnakan, yaitu mulai UU
No.6/1982 yang kemudian disempurnakanpada UU No.7/1987, kemudian UU
No.12/1987 dan yang terakhir adalah UU No.19/2002

F. Fungsi dan sifat hak cipta
Berdasarkan pasal 2 undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak
cipta , hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak
cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut
undang-undang yang

berlaku.

Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

Sementara itu, berdasarkan pasal 5 sampai dengan pasal 11 undang-undang
nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta, yang dimaksud dengan pencipta adalah
sebagai berikut:
 jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan
oleh dua atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang
memimpin sareta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu dalam hal
tidak ada orang tersebut yang dianggap sebagai pencipta adalah orang
yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing
atas bagian ciptaannya itu.
 jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan
oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang
merancang, penciptanya adalah orang yang merancang ciptaan itu.
 pemegang hak cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan
itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian antara kedua pihak dengan tidak
mengurangi hak pencipta apabila penggunaan ciptaan itu diperluas
sampai keluar hubungan dinas.
 jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan
pesanan pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai pencipta
dan pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua
pihak.
 jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari
padanya dengan tidak menyebutkan seseorang sebagai penciptanya,
badan hukum tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika terbukt
sebaliknya.
BAB III
UNDANG-UNDANG HAK CIPTA DI INDONESIA
III.I Penerapan UUHC di Indonesia Masa Kini
Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar di dunia. Jumlah
penduduk yang sangat besar tentu saja tidak bisa dilepaskan dengan hasil
kebudayaan yang ikut tumbuh dengan banyak penduduk. Hasil kebudayaan itu
bisa berupa musik, seni kriya, seni sastra, dan lain-lain.Selain itu, “karya cipta
tidak lagi sekedar lahir karena semata-semata hasrat, perasaan, naluri, dan
untuk kepuasan batin penciptanya sendiri tetapi dilahirkan karena keinginan
untuk mengabdikan kepada suatu nilai atau sesuatu yang dipujanya kepada
lingkungan maupun kepada manusia di sekelilingnya” (Simatupang, 2003:68).
Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

Hal-hal semacam ini tentunya patut mendapatkan perlindungan dari pemerintah
agar tidak ditiru oleh orang lain.
Pada masa sekarang, masih banyak orang yang belum memahami makna
tentang Hak Cipta. Disebutkan dalam UU No 19 Th. 2002 pasal 1 Tentang Hak
Cipta bahwa hak cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Masih banyak ditemui kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan baik oleh
individu maupun oleh kelompok tertentu terhadap karya seseorang. Banyak
penyebab yang menjadikan pembajakan semacam ini bisa menyebar luas di
Indonesia, terutama di bidang teknologi. Penyebab-penyebab itu antara lain;
 kurangnya

kesadaran

akan

pentinganya

hak

cipta

di

kalangan

masyarakat Indonesia
 motif

ekonomi

yang

memaksa

masyarakat

untuk

melakukan

pelanggaran hak cipta
 aksesibilitas yang lebih mudah
Dengan keuntungan yang demikian besar dan modal kecil yang dibutuhkan
untuk menjual produk bajakan ke para pelanggan, menjadikan kasus-kasus
semacam ini menjadi tumbuh subur di kalangan masyarakat. Meskipun undangundang telah dibuat, sepertinya hal itu tidak membuat jera para pelaku
pembajakan.
Di dalam UU No. 19 Tahun 2002 pasal 66 bahkan disebutkan bahwa hak untuk
mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 56, dan
Pasal 65 tidak mengurangi hak Negara untuk melakukan tuntutan pidana
terhadap pelanggaran Hak Cipta. Hal ini berarti “pelaku pelanggaran hak cipta,
selain dapat dituntut secara perdata, juga dapat dituntut secara pidana”
(Rachmadi, 2003:159)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ciptaan yang dilindungi adalah
ciptaan di dalam bidang ilmu pengetahuan, seni serta sastra seperti yang
tertuang di dalam UU No. 19 Tahun 2002 Pasal 11 Tentang Hak Cipta.
Dalam UUHC 2002 juga ditegaskan bahwa Hak Cipta tidak berarti mutlak.
Maksudnya,

hak-hak

kepentingan

umum

juga

diperhatikan

selain

hak

Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

individualitas. Terutama dalam hal ini adalah ciptaan yang dianggap bisa
mengganggu dan mencelakakan orang banyak. Hal ini juga dipertegas lagi
dalam sistem demokrasi kita yang “memberi gambaran tentang adanya tujuan
yang ingin dicapai oleh negara melalui hak-hak individual sesuai dengan
asasinya dalam koridor manajemen nasional” (Sumarsono, dkk, 2002:33)
Dari paparan di atas, bisa diketahui bahwa hukum di Indonesia sudah jelas
dalam mengatur Hak Cipta. Hal ini lebih baik daripada beberapa puluh tahun
yang lalu. Meskipun begitu tingkat pembajakan di Indonesia tetap saja tinggi.
III.II Kasus-Kasus Pelanggaran Hak Cipta
Di Indonesia banyak ditemui kasus-kasus pelanggaran hak cipta yang
dilakukan baik di bidang musik, teknologi, dan lain-lain. Bahkan di salah satu
media surat kabar online menyatakan bahwa “Indonesia menempatiperingkat
ke-11 denganjumlahperedaran software bajakansebesar 86 persen, dengan nilai
kerugian 1,46 miliardolar AS atauRp 12,8 triliun” (Kompas, 11 Juli 2012). Hal
ini sungguh memprihatinkan mengingat Indonesia sudah memiliki undangundang yang harusnya bisa mengurangi tingkat pembajakan di segala bidang.
Banyaknya amandemen yang dilakukan oleh pemerintah demi mempertegas
kedudukan Hak Cipta dari masa ke masa tidak juga menyurutkan aksi-aksi
tercela ini.
Kasus pembajakan paling banyak menimpa di dunia musik dan teknologi
atau peranti lunak. Tindakan tersebut memberikan kerugian yang cukup besar
bagi para penciptanya karena buah pemikirannya harus dirampas oleh orang lain
tanpa seizinnya.
Salah satu contoh kasus yang tidak bisa dikesampingkan adalah kasus
yang menimpa novelis ternama Indonesia, Dewi ‘Dee’ Lestari. Dee yang terkenal
dengan novel ‘Perahu Kertas’ mengatakan bahwa novel ‘Perahu Kertas’ miliknya
dibajak oleh orang lain tanpa sepengetahuan dirinya.

Hal ini tentu saja

menimbulkan kekecewaan di diri Dee. Pada saat itu Dee merilis novelnya dalam
dua versi, yakni konvensional dan digital. Dari penjualan secara digital ternyata
aksi pembajakan itu mulai dilakukan dengan cara mengubah format digitalnya
ke dalam bentuk pdf (Tribunnews.com, 20 November 2012).
Kekecewaan ternyata tidak hanya menimpa Dewi Lestari. Pada bulan Mei
tahun 2012, banyak musisi yang mengadu ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
atas pengunduhan musik mereka secara ilegal di Internet. Pihak label menyebut
Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

angka kerugianlebih dari Rp 1 triliun dari praktek ini per bulan (Liputan6.com,
15 Mei 2012).
Di Situbondo juga terjadi penangkapan oleh polisi terhadap dua pelaku
penjual

VCD

dan

DVD

tangankeduatersangka,

bajakan

pada

10

November

disitabarangbuktiratusankeping

2011.

Dari

dan

DVD

VCD

(Liputan6.com, 11 November 2011).
Dunia teknologi juga tidak luput dari aksi pembajakan.MenurutPresiden
Microsoft Indonesia, “produk Microsoft menguasai sekitar 97 persen pasar
perangkat

lunak

di

Indonesia.

Sayangnya,

sekitar

86

persen

pengguna

menggunakan perangkat lunak atau software bajakan atau tanpa lisensi”
(Sidomi.com, 8 November 2012).
Dengan meningkatnya kasus pembajakan software di Indonesia pada
akhirnya tidak hanya menimbulkan kerugian terhadap perusahaan, tapi juga
kerugian pada negara. “Karena pembajakan membuat hilangnya pajak bagi
negara akibat pengguna software bajakan tidak membaya rpajak” (Jawa Pos
National Network, 8 November 2012)
Dari semua kasus yang mencuat di publik, ternyata masih banyak kasus
yang

tidak

diberitakan

ke

masyarakat

karena

banyaknya

kasus-kasus

pelanggaran hak cipta di tanah air. Hal ini membuktikan bahwa penegakan
hukum bukan hanya tindakan yang dibutuhkan untuk menanggulangi kasus
semacam ini, tapi juga diperlukan rasa kesadaran masyarakat, agar bersamasama dengan aparat penegak hukum bisa memberantas tindakan kejahatan
tersebut.
Dalam UU no. 19 Tahun 2002 pasal 72 ayat 1 Tentang Hak Cipta bahkan
disebutkan.Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Dengan demikian, segala bentuk pelanggaran Hak Cipta, khususnya di
bidang musik, sinematograf, dan program komputer akan ditindak tegas dengan
diberlakukannya pasal ini.
Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

III.III Usaha Konkrit Pemerintah Indonesia dalam Mengurangi Angka
Pembajakan
Dengan diadakannya perubahan dari masa ke masa mengenai UUHC
membuktikan bahwa pemerintah sudah tegas dalam menegakkan keadilan di
bidang hak cipta. Namun, hal ini tidak dibarengi dengan upaya yang sangat
tegas dari para aparatur negara.
Salah satu tindakan yang telah dilakukan langsung oleh Presiden dalam
menangani kasus semacam ini adalah membentuk Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, merupakan hal positif dalam menaungi industry musik
(Tribunnews.com, 24 November 2012). Namun, di sisi lain Pemerintah
Indonesia

tidak

melakukan

tindakan

lain

yang

sangat

signifkan

dalam

mengurangi pembajakan, terutama di bidang musik, yaitu menutup situs-situs
unduhan ilegal.Masih banyak ditemui situs-situs yang menyediakan konten ilegal
tanpa sepengetahuan dari pihak musisi ataupun label yang menaunginya.
Tindakan terbaru yang sangat menggebrak adalah ketika Majelis
Ulama Indonesia bekerjasama dengan Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Kementerian Hukum dan HAM dan organisasi Masyarakat Indonesia Anti
Pemalsuan mengeluarkan fatwa haram terhadap pembajakan hak cipta di tanah
air.

Sementara

itu,

MIAP

bekerjasama

dengan

Direktorat

Jenderal

HKI

Kementerian Hukum& HAM dan Mabes Polri beserta pengelola mal di sejumlah
kota besar menggelarsosialisasi program Mal IT Bersih (detikSurabaya, 6
November 2012). Tindakan ini diharapkan bisa menggugah kesadaran penjual
dan konsumen untuk mengutamakan pentingnya menggunakan barang asli.

III.IV Peran Masyarakat dalam Pemberantasan Pelanggaran Hak Cipta
Selain diperlukan penegakan aparat hukum dalam memberantas kasuskasus pelanggaran hak cipta, kontribusi masyarakat juga cukup besar untuk
mengatasi kasus serupa.
Masyarakat sebagai konsumen tentu saja merupakan faktor terbesar untuk
memberantas

pembajakan.

Apabila

konsumen

sadar

akan

dampak

menggunakan barang bajakan yang tersedia secara luas di pasaran, maka bisa
dipastikan jumlah penjual bajakan akan menurun mengingat tidak ada orang
satupun yang mau membeli barang bajakan mereka. Di sini lebih ditekankan
Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

kepada kesadaran pada diri masyarakat untuk tidak mengedarkan atau membeli
suatu produk secara illegal.
Selain itu, masyarakat hendaknya melapor kepada aparatur negara apabila
menemukan kios-kios yang baik tersembunyi ataupun terang-terangan terbukti
menjual barang bajakan atau tidak sesuai dengan hak izin.
Kerjasama antar masyarakat dan pemerintah dalam memberantas hal-hal yang
berkenaan dengan pelanggaran hak cipta akan bisa terwujud apabila dalam
tindakan tersebut tidak melibatkan apapun atau ‘bersih’ dari segalanya.

BAB IV
PENUTUP

IV.I Kesimpulan
Dari makalah ini bisa diambil kesimpulan bahwa praktek Undang-Undang
Hak Cipta di Indonesia masih menunjukkan keprihatinan terhadap karya-karya
anak bangsa. Meskipun telah banyak dilakukan amandemen terhadap UUHC,
dari Auteurswet hingga UUHC 2002 tetapi masih sedikit orang yang paham
akanisi UU tersebut.
Pemerintah Indonesia harus lebih mempertegas tindak lanjut terhadap
kasus-kasus yang baik bermunculan di media massa elektronik maupun cetak
dan yang tidak terungkap di keduanya mengenai pembajakan. Pembajakan yang
dilakukan oleh individu ataupun suatu kelompok tertentu pada dasarnya samasama memberikan kerugian yang besar terhadap negara.
Selain dari Pemerintah Indonesia, peran aktif warga negara dalam
memberantas kasus pelanggaran Hak Cipta juga patut dipertimbangkan, sebab
masyarakatlah yang menjadi ‘sasaran utama’ atas barang-barang bajakan.
IV.II Saran
Dari banyak kasus pembajakan atau pelanggaran Hak Cipta, hendaknya
Pemerintah berupaya menindak tegas terhadap siapapun yang melakukannya.

Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014

Pemerintah Indonesia juga harus lebih banyak mensosialisasikan mengenai Hak
Intelektual sehingga masyarakat akan menjadi sadar akan pentingnya Hak Cipta.
Setiap aksi pemberantasan pembajakan atas suatu karya hendaknya
tidak ikut terintimidasi oleh pihak manapun. Segala usaha harus dilakukan
dengan

bersih

tanpa

ikut

campur

oleh

‘uang’.

Apabila

ini

diterapkan,

kemungkinan pemberantasan pelanggaran Hak Cipta bisa dilakukan dengan baik
dan cepat.
Pemerintah Indonesia juga harus membuat denda yang lebih besar kepada
tiap aksi kejahatan Hak Cipta, sehingga diharapkan bisa memberi efek jera
kepada pelakunya.Masyarakat hendaknya menjadi warga negara yang responsif
terhadap segala sesuatu yang berbau ‘palsu’. Masyarakat juga harus sadar
bahwa membeli barang bajakan adalah tindakan yang merugikan pencipta karya
itu dan juga negara.

DAFTAR PUSTAKA
Rachmadi Usman, S.H.2003. Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual
(Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia).Bandung : PT. Alumni
UU no. 19/2002 tentang Hak Cipta
http://www.kemenkumham.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/hak_cipta
http://hakintelektual.com/hak-cipta/masa-berlaku-hak-cipta/
http://www.mediaonline.com/readnews.php?id
www.google.com

Hak Cipta dan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum Bisnis
Universitas Islam Nusantara 2013-2014