LAPORAN PRAKTIKUM DAN UJI KARBOHIDRAT

LAPORAN PRAKTIKUM
UJI KARBOHIDRAT
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Biokimia

Disusun Oleh :

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN BIOKIMIA
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2009

I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Waktu dan Tempat

II
ALAT BAHAN dan PROSEDUR KERJA


2.1 Alat Bahan
2.1.1 Uji Molish





Tabung reaksi
Pereaksi Molisch dan larutan H2SO4 pekat
Larutan sampel (Glukosa, fruktosa, maltose, dedak, jagung, rumput)
Pipet tetes

2.1.2 Uji Benedict
 Tabung reaksi
 Larutan sampel (sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa masing masing
1ml)
 Pereaksi Benedict
 Alat penangas air
 Pipet tetes
 Penjepit tabung

 Pengatur waktu

Prosedur Kerja UJi Molish
1. Sediakan 7 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan 3 ml larutan sampel
(larutan dedak, jagung, amilum, glukosa, fruktosa, maltose dan sukrosa).
2. Tambahkan pada masing-masing tabung 5 tetes pereaksi Molish, campurkan dengan baik.
3. Miringkan tabung reaksi, kemudian tambahkan perlahan-lahan melalui dinding tabung 3
ml H2SO4 pekat.
4. Amati penbentukan cicin ungu pada batas kedua cairan tersebut menyatakan reaksi
positif.
5. Catat sampel mana yang menunjukkan reaksi positif.
Prosedur Kerja Uji Yodium
1. Sediakan plat tetes, kemudian isi dengan 1 tetes larutan sampel (larutan dedak, jagung,
amilum, glukosa, fruktosa, maltose dan sukrosa).
2. Tambahkan 1 tetes larutan yodium encer.

3. Amati perubahan warna yang terjadi.
4. Catat dan simpulkan hasilnya.
Prosedur Kerja Uji Benedict
1. Sediakan 7 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan 3 ml larutan sampel

(larutan dedak, jagung, amilum, glukosa, fruktosa, maltose dan sukrosa).
2. Tambahkan 3 ml larutan Benedict, campurkan dengan baik.
3. Panaskan langsung di atas api sampai mendidih.
4. Dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadimulai dari hijau, hijau kuning, kuning
merah hingga merah bata. Perubahan warna ini memberikan cara semi kuantitatif adanya
sejumlah gula yang mereduksi.
5. Catan dan simpulkan hasilnya.
Prosedur Kerja Uji Barfoed
1. Sediakan 7 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan 0,5 ml pereksi
Barfoed.
2. Tambahkan 0,5 ml larutan sampel (larutan dedak, jagung, amilum, glukosa, fruktosa,
maltose dan sukrosa).
3. Panaskan langsung diatas api sampai mendidih.
4. Dinginkan dalam air mengalir (kran) selama 2 menit.
5. Tambahkan pada setiap tabung 0,5 ml pereaksi warna phospomolibdat, kemudian
campurkan dengan baik.
6. Perubahan warna dari hijau kekuning-kuningan menjadi biru tua dan terdapat endapan
merah menunjukkan reaksi positif (adanya monosakarida).
7. Catat dan simpulkan hasilnya.
Prosedur Kerja Uji Seliwanoff

1. Sediakan 3 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 3 ml pereaksi seliwanoff.
2. Tambahkan 5-10 tetes larutan sampel (sukrosa, glukosa, fruktosa).
3. Panaskan langsung diatas api selama 30 detik (sampai mendidih) atau dalam penangas air
mendidih selama 1 menit.
4. Perhatikan perubahan warna yang terjadi, warna merah menunjukkan bahwa reaksi
positif.
5. Catan dan simpulkan hasilnya.
Prosedur Kerja Uji Hidrolisis Sukrosa
1. Masukkan 5 ml sukrosa 1 % ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 5 tetes HCl pekat, campurkan dengan baik.
3. Panaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit.

4.
5.
6.
7.

Dinginkan, setelah dingin netralkan dengan NaOH 2 %.
Uji dengan kertas lakmus.
Lakukan uji benedict, uji seliwanoff, dan uji barfoed.

Catat dan simpulkan hasil pengamatan tersebut.

Prosedur Kerja Uji Hidrolisis Polisakarida
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Masukkan 10 ml larutan sampel (dedak, amilum, dan jagung) ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan 1 ml HCL 10 %.
Panaskan dalam penangas air.
Lakukan uji yodium setiap 3 menit.
Ulangi uji ini setiap 3 menit sampai warna yodium tidak berubah (tetap kuning).
Dinginkan hidrolisat dan netralkan dengan larutan NaOH 10 %.
Uji dengan kertas lakmus.

Larutan dibagi dua, lakukan uji Benedict dan uji Barfoed.
Amati dan catat hasilnya.

HASIL PENGAMATAN

1. Uji Molish
Larutan Sampel
Amilum
Maltosa
Glukosa
Dedak
Ekstrak jagung
Fruktosa
Sukrosa
(+) karbohidrat
(-) bukan karbohidrat

Hasil
+
+

+
+
+
+
+

2. Uji Yodium
Larutan Sampel
Amilum
Maltosa

Hasil
+
-

Glukosa
Dedak
Ekstrak jagung
Fruktosa
Sukrosa

(+) termasuk polisakarida
(-) termasuk non polisakarida

+
+
-

3. Uji Benedict
Larutan Sampel
Amilum
Maltosa
Glukosa
Dedak
Ekstrak jagung
Fruktosa
Sukrosa
(+) gula pereduksi
(-) gula non pereduksi

Hasil

+
+
+
+
+
+
-

4. Uji Barfoed
Larutan Sampel
Amilum
Maltosa
Glukosa
Dedak
Ekstrak jagung
Fruktosa
Sukrosa
(+) monosakarida
(-) disakaida


Hasil
+
+
-

5. Uji Seliwanoff
Sampel
Hasil
Warna
Fruktosa
+
Merah bata
Sukrosa
+
Merah bata
Glukosa
Bening
(+) adanya gugus ketosa
(-) tidak ada gugus ketosa, adanya aldosa


6. Hidrolisis Sukrosa
Jenis Uji
Keterangan
Warna
Seliwanoff
+
Merah bata
Benedict
+
Merah bata
Barfoed
+
Biru tua
Selliwanoff : (+) menunjukan adanya gugus ketosa.
Benedict : (+) menunjukan mengandung gula pereduksi berarti mengandung keton atau
aldehid bebas.
Barfoed : (+) menunjukan hidrolisis sukrosa berhasil karena sukrosa merupakan
gabungan dari monosakarida yaitu glukosa+fruktosa.
7. Uji Polisakarida
Sampel
Uji Benedict
Uji Barfoed
Waktu (menit)
Amilum
+
+
18
Jagung
+
+
21
Dedak
+
+
21
Semua sampel termasuk polisakarida.
Barfoed : (+) sampel berhasil dihidrolisis menjadi monosakarida pembentukannya.
Benedict : (+) sampel mengandung gula pereduksi dengan disebabkan adanya keton
bebas atau aldehid bebas.

PEMBAHASAN
1.

Uji Molish

Uji Molish ini dilakukan untuk menguji ada/tidaknya kandungan karbohidrat
dalam suatu bahan makanan. Suatu bahan makanan yang diuji dikatakan mengandung/
termasuk karbohidrat jika uji menandakan positif yaitu dengan terlihatnya cincin ungu
pada larutan sampel yang telah ditetesi molish.
Pada percobaan yang dilakukan, sampel yang kami uji kandungan karbohidratnya
terdiri dari jagung, dedak, amilum, maltose, glukosa, fruktosa dan sukrosa. Ketujuh
sampel yang diuji ini dinyatakan positif/termasuk karbohidrat karena perubahan warna

yang terjadi pada larutan sampel dan molish yaitu memperlihatkan adanya cincin ungu
pada tabung reaksi tempat larutan berada.

2.

Uji Iodium

Uji Iodium ini dilakukan untuk mengidentifikasi golongan karbohidrat yang
termasuk polisakarida dan non polisakarida. Hasil pengamatan dikatakan positif jika
hasil uji menunjukkan adanya perubahan warna menjadi warna biru.
Percobaan yang telah dilakukan menggunakan beberapa sampel diantaranya
adalah jagung, dedak, amilum, maltose, glukosa, fruktosa dan sukrosa. Dari ketujuh
sampel yang diuji, sampel yang menghasilkan hasil positif adalah jagung, dedak dan
amilum. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan terlihatnya perubahan warna yang
terjadi pada tetesan sampel dalam plat tetes yang dicampur dengan Iodium berubah
warna menjadi warna biru yang berarti termasuk ke dalam polisakarida, sedangkan
pada sampel maltose, glukosa, fruktosa dan sukrosa, tidak terjadi perubahan warna
menjadi biru, melainkan warna yang dihasilkan masih tetap seperti warna ekstrak
bahan semula meskipun telah dicampur dengan iodium.

3.

Uji Benedict

Uji benedict dilakukan untuk mengidentifikasi karbohidrat mana yang
mengandung gula pereduksi dan non pereduksi. Uji positif yang terjadi pada uji ini
ditandai dengan adanya endapan merah bata pada hasil percobaan. Pada pereaksi
benedict mengandung cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitarat. Pereaksi ini
dapat direduksi oleh karbohidrat pereduksi yang mempunyai gugus aldehida dan keton
bebas membentuk endapan merah bata dari kuprooksida (Cu2O)
Pada uji ini, beberapa sampel yang diuji kandungan gula pereduksi dan bukan
pereduksinya adalah jagung, dedak, amilum, maltose, glukosa, fruktosa dan sukrosa.
Melihat hasil pengamatan yang tertera di atas terlihat bahwa pada larutan ekstrak
jagung, dedak, amilum, maltose, glukosa dan fruktosa yang telah diberi benedict
terdapat endapan merah bata yang berarti keenam sampel mengandung gula pereduksi.
Hasil yang berbeda terlihat pada percobaan uji benedict dengan sampel sukrosa. Setelah
diuji, sukrosa tidak menghasilkan hasil yang positif dengan tidak memperlihatkan
endapan merah bata pada campuran larutannya, melainkan warna yang terjadi adalah
tetap tanpa perubahan. Adanya endapan merah bata pada keenam sampel tersebut
berarti keenam sampel mempunyai gugus aldehid dan keton bebas.

4.

Uji Barfoed

Uji barfoed ini dilakukan untuk mengetahui golongan monosakarida dan
polisakarida pada karbohidrat. Uji positif dibuktikan dengan hasil yang memperlihatkan
perubahan warna dari hijau kekuning-kuningan menjadi biru tua. Untuk hasil negative,
warna yang timbul biasanya hijau.
Pada praktikum yang telah kami lakukan, sampel yang digunakan adalah dedak,
jagung, amilum, glukosa, sukrosa, maltose dan fruktosa. Pada ketujuh sampel ini yang
menunjukan adanya hasil positif adalah pada glukosa dan fruktosa, kedua sampel ini
dinyatakan positif (termasuk monosakarida) karena terjadi perubahan warna dari hijau
kekuning-kuningan menjadi biru tua. Sedangkan pada sampel lain yaitu amilum,
maltose, dedak, ekstrak jagung dan sukrosa menghasilkan uji negative yang berarti
termasuk ke dalam disakarida.
5.

Uji Seliwanoff

Uji ini memiliki tujuan untuk membuktikan adanya gugus ketosa dari suatu
bahan. Sampel yang di uji adalah larutan sukrosa, larutan fruktosa dan larutan glukosa.
Hasil uji larutan sukrosa dan larutan fruktosa menghasilkan reaksi positif dengan
menghasilkan warna merah pada kedua larutan tersebut. Hal ini menunjukan pada
fruktosa dan sukrosa mengandung gugus ketosa. Sukrosa merupakan disakarida
gabungan dari glukosa dan fruktosa, fruktosa sendiri monosakarida yang mempunyai
gugus ketosa. Sedangkan pada larutan glukosa menghasilkan reaksi yang negative, ini
menunjukan larutan glukosa tidak mengandung gugus ketosa karena glukosa adalah
monosakarida dengan gugus aldosa.
Bila suatu larutan dengan kadar ketosa yang tinggi setelah di uji dengan uji
seliwanoff ini mungkin akan menghasilkan endapan. Uji seliwanoff ini bisa kita
lakukan untuk menentukan atau membuktikan ada atau tidaknya gugus ketosa suatu zat
makanan atau sampel yang belum kita ketahui.

6.

Hidrolisis Polisakarida

Uji ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis polisakarida.
Sampel yang digunakan adalah amillum, larutan jagung dan larutan dedak yang
semuanya merupakan polisakarida. Sampel setelah dihidrolisis kemudian dilakukan uji
benedict dan barfoed. Untuk mengetahui sampel telah terhidrolisis kita melakukan uji
iodium terlebih dahulu, setelah mengasilkan reaksi yang negative di tunjukan dengan
tidak berubahnya warna iodium (kuning) ini menunjukan bahwa sampel (amillum,
larutan jagung dan larutan dedak) yang merupakan polisakarida telah terhidrolisis
menjadi karbohidrat yang lebih sederhana (monosakarida dan atau disakarida).

Amillum lebih cepat terhidrolisis (18 menit) dibandingkan dengan larutan jagung (21
menit) dan larutan dedak (21 menit).
Sampel setelah dihidrolisis kemudian dilakukan uji benedict menghasilkan reaksi
positif, menunjukan semua sampel merupakan gula pereduksi karena mengandung
aldehid atau keton bebas pada karbohidrat.
Sampel yang telah dihidrolisis juga dilakukan uji barfoed, dan menghasilkan
reaksi yang positif, semua sampel menunjukkan mengandung monosakarida.
Polisakarida (sampel : amillum, larutan jagung dan lautan dedak) berubah menjadi
monosakarida menunjukan bahwa sampel tersebut telah terhidrolisis sempurna.

7.

Hidrolisis Sukrosa

Uji ini bertujuan untuk menganalisis hasil hidrolisis sukrosa. Setelah dihidrolisis
dilakukan uji benedict, uji barfoed dan uji seliwanoff.
a.
Sukrosa yang telah dihidrolisis dan dilakukan uji benedict menghasilkan reaksi
positif ditunjukan dengan warna merah bata yang dihasilkan, hal ini menunjukan sampel
mengandung gula pereduksi ( aldehide bebas dan keton bebas)
b.
Sukrosa yang telah dihidrolisis dan dilakukan uji barfoed menghasilkan reaksi
positif yang ditunjukkan dengan warna hijau kekuning-kuningan yang dihasilkan, hal ini
menunjukan adanya monosakarida (glukosa dan fruktosa) pada sampel.
c.
Sukrosa yang telah dihidrolisis dan dilakukan uji seliwanoff menghasilkan reaksi
yang positif ditunjukkan dengan warna merah yang dihasilkan, hal ini menujukkan sukrosa
yang telah dihidrolisis mengandung gugus ketosa.
Sukrosa yang merupakan disakarida setelah dihidrolisis akan menghasilkan glukosa dan
fruktosa. Hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida (barfoed) dan gula pereduksi
(benedict) dan mengandung gugus ketosa (seliwanoff).

KESIMPULAN

1. Uji Molish

Pada uji molish dapat disimpulkan bahwa sampel yang terdiri dari amilum, maltose,
glukosa, dedak, ekstrak jagung, fruktosa dan sukrosa termasuk karbohidrat karena
terbentuk cincin ungu pada larutan akhirnya.
2. Uji Iodium
Pada uji iodium dapat disimpulkan bahwa sampel yang terdiri dari amilum, maltose,
glukosa, dedak, ekstrak jagung, fruktosa dan sukrosa ada yang termasuk polisakarida dan
non polisakarida. Yang termasuk dalam polisakarida adalah amilum, dedak dan ekstrak
jagung, dikarenakan terjadi perubahan warna menjadi biru. Sedangkan maltose, glukosa,
fruktosa dan sukrosa termasuk karbohidrat non polisakarida karena tidak terjadi
perubahan warna.
3. Uji Benedict
Pada uji benedict dapat disimpulkan bahwa sampel yang terdiri dari amilum, maltose,
glukosa, dedak, ekstrak jagung, fruktosa dan sukrosa ada yang termasuk gula pereduksi
dan gula non pereduksi. Yang termasuk gula pereduksi adalah amilum, maltose, glukosa,
dedak, ekstrak jagung dan fruktosa dikarenakan terdapat endapan merah bata yang
artinya mengandung gugus aldehid dan keton bebas. Sedangkan pada sukrosa hasil
dinyatakan negative (gula non pereduksi) karena warna yang terjadi pada uji sukrosa
adalah biru.
4. Uji Barfoed
Pada uji barfoed dapat disimpulkan bahwa sampel yang terdiri dari amilum, maltose,
glukosa, dedak, ekstrak jagung, fruktosa dan sukrosa ada yang termasuk monosakarida
dan disakarida. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa dan friuktosa, karena terjadi
perubahan warna mulai dari hijau kekuning-kuningan menjadi biru tua. Sampel yang lain
yaitu amilum, maltose, dedak, ekstrak jagung, sukrosa termasuk non monosakarida.
5. Uji Seliwanoff
Hasil uji larutan sukrosa dan larutan fruktosa menghasilkan reaksi positif dengan
menghasilkan warna merah pada kedua larutan tersebut. Hal ini menunjukan pada
fruktosa dan sukrosa mengandung gugus ketosa. Sukrosa merupakan disakarida
gabungan dari glukosa dan fruktosa, fruktosa sendiri monosakarida yang mempunyai
gugus ketosa. Sedangkan pada larutan glukosa menghasilkan reaksi yang negative, ini
menunjukan larutan glukosa tidak mengandung gugus ketosa karena glukosa adalah
monosakarida dengan gugus aldosa.
6. Hidrolisis Polisakarida
Amillum lebih cepat terhidrolisis (18 menit) dibandingkan dengan larutan jagung (21
menit) dan larutan dedak (21 menit).

Sampel setelah dihidrolisis kemudian dilakukan uji benedict menghasilkan reaksi
positif, menunjukan semua sampel merupakan gula pereduksi karena mengandung aldehid
atau keton bebas pada karbohidrat.
Sampel yang telah dihidrolisis juga dilakukan uji barfoed, dan menghasilkan reaksi
yang positif, semua sampel menunjukkan mengandung monosakarida. Polisakarida
(sampel : amillum, larutan jagung dan lautan dedak) berubah menjadi monosakarida
menunjukan bahwa sampel tersebut telah terhidrolisis sempurna.
7. Hidrolisis Sukrosa
Sukrosa yang merupakan disakarida setelah dihidrolisis akan menghasilkan glukosa
dan fruktosa. Hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida (barfoed) dan gula pereduksi
(benedict) dan mengandung gugus ketosa (seliwanoff).

DAFTAR PUSTAKA