MAKALAH ETIKA DAN BISNIS SYARIAH

MAKALAH
Bisnis, Lingkungan Hidup dan Etika
Disusun untuk tugas Etika Bisnis Syari’ah
Dosen Pengampuh: Imamul Hakim, SE., M.SH

Oleh:
Tk. Umar Johan

201310510311020

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan banyak kemudahan dalam
penulisan makalah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

baginda Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diamanahkan oleh Dosen Etika Bisnis
Syari’ah Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Malang, yaitu Bapak Imamul Hakim, SE., M.SH. Dengan segala
keterbatasan, penulis telah berusaha secara maksimal dalam mempersiapkan
makalah ini sebaik mungkin.
Di tengah-tengah penatnya punggung dan beratnya kelopak mata menahan
kantuk, sungguh penyusun telah memperoleh banyak tambahan pengetahuan,
terutama yang berkaitan dengan Bisnis, Lingkungan Hidup dan Etika.
Sungguh sebuah tugas yang tidak ringan, namun sangat mengasyikkan. Penulis
sadar makalah ini belum sepenuhnya sempurna, maka dari itu penulis meminta
kritikan serta masukan yang membangun demi kesempurnaan yang akan datang.

Malang, 24 Maret 2016
Penulis

Kelompok II

i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

i

DAFTAR ISI .................................................................................................

ii

BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................................

1

A. Latar Belakang ......................................................................................

1

B. Rumusan Masalah .................................................................................


1

C. Tujuan ...................................................................................................

2

BAB II
PEMBAHASAN ...........................................................................................

3

A. Hubungan Manusia dengan Alam ........................................................

3

B. Permasalahan Utama Lingkungan Hidup .............................................

4


C. Lingkungan Hidup dan Ekonomi .........................................................

6

D. Tantangan Globalisasi dalam Pelestarian Lingkungan .........................

7

E. Pandangan Islam Terhadap Pelestarian Lingkungan ............................

10

BAB III
PENUTUP .....................................................................................................

12

A. Kesimpulan ...........................................................................................

12


B. Saran .....................................................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

13

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan hidup yang Allah sediakan untuk kehidupan manusia meliputi
seluruh jagat raya dengan bagian-bagiannya yang multidimensional. Itu semua
membuktikan kekuasaan Allah yang tidak terbatas, juga menunjukkan ilmu dan
hikmah kemahabijaksanaan-Nya yang sangat sempurna dalam menciptakan jagat
raya ini.

Di antara fasilitas lingkungan hidup yang Allah berikan, sebagian manusia
masih belum terbesit di hati untuk melestarikannya, malah sebaliknya dengan
merusak, mencemari dan mengeksploitasi besar-besaran. Semua itu dilakukan
tanpa beretika dengan kedok untuk memenuhi kebutuhan hidup semata. Berbagai
permasalahan lingkungan hidup dewasa ini telah menjadi isu global. Hal ini
terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan yang semakin santer
terdengar. Di antaranya isu efek rumah kaca, lapisan ozon yang menipis, kenaikan
suhu udara, mencairnya es di kutub, dan lain sebagainya. Mungkin sebagian besar
orang baru menyadari dan merasakan akan dampak tingkah lakunya di masa lampau
yang terlalu berlebihan mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Permasalahan lingkungan yang kini dihadapi umat manusia umumnya
disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena kejadian alam sebagai peristiwa yang
harus terjadi sebagai proses dinamika alam itu sendiri. Kedua, bentuk kejadian di
atas mengakibatkan ketidakseimbangan pada ekosistem dan ketidaknyamanan
kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora maupun fauna. Ketidakseimbangan
dan ketidaknyamanan tersebut dapat dikatakan sebagai bencana. Untuk itu, sangat
diharapkan dari permasalahan ini, kita sadar dan dapat memahami bagaimana
pemanfaatan lingkungan hidup yang baik dan beretika.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan manusia dengan alam?
2. Apa permasalahan utama lingkungan hidup sekarang?
3. Seperti apa keterkaitan lingkungan hidup dengan ekonomi?

1

4. Apa tantangan globalisasi dalam pelestarian lingkungan?
5. Bagaimana pandangan islam terhadap pelestarian lingkungan?

C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini ialah kita dapat memahami problematika
lingkungan hidup sekarang serta dapat memberikan solusi, baik di segi etika yang
seharusnya maupun dari pandangan islam sendiri terhadap lingkungan tersebut.

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Manusia dengan Alam

Masalah lingkungan hidup menimbulkan suatu cabang filsafat baru yang
berkembang dengan cepat yaitu filsafat lingkungan hidup. Salah satu ciri khas sikap
manusia modern adalah usahanya untuk menguasai dan menaklukkan alam. Alam
dipandang sebagai binatang buas yang perlu dijinakkan oleh manusia. Tujuan itu
dibantu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekarang perlu disadari bahwa
hubungan manusia dengan alam tidak dapat dipisahkan apalagi bertentangan
dengan alam karena ia termasuk alam itu sendiri seperti setiap makhluk hidup
lainnya. Pandangan manusia modern dengan alam adalah antroposentris karena
menempatkan manusia pada pusatnya. Pandangan baru yang kita butuhkan bila kita
ingin mengatasi masalah lingkungan hidup maka harus bersikap ekosentris di mana
menempatkan alam dalam pusatnya.1
Hubungan manusia dengan alamnya mengandung beberapa aspek, antara lain
manusia tidak lepas dari interaksinya bersama sesama manusia juga dengan hewan,
tumbuhan, lingkungan / alam. Aspek-aspek tersebut sangat berarti bagi manusia,
dan manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, tanpa bantuan di
sekitar lingkungan hidupnya.2 Karena manusia adalah makhluk termulia di bumi
ini, maka segala sesuatu memang disediakan untuknya. Di antara tugas manusia,
yaitu memanfaatkan alam dan tenaga yang dikandungnya guna memenuhi
keperluan dan kebutuhannya dan juga teman-temannya. Hubungan manusia
terhadap alam adalah sebagai pemanfaat, dan bukan sebagai saingan.3 Tidak

seharusnya manusia mengeksploitasi alam. Al Quran (2: 29) mengatakan “Ia yang
menciptakan bagimu apa yang ada di bumi semuanya” Hubungan keduanya
menurut ajaran Al-qur’an maupun as Sunnah merupakan hubungan yang dibingkai
dengan aqidah, yakni konsep kemakhlukan yang sama sama tunduk dan patuh

1

K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 322-325
Maksi Baid, “Hubungan Manusia dengan Alam”, Academia, di akses dari
https://www.academia.edu/7121973/HUBUNGAN_MANUSIA_DENGAN_ALAM, pada 24 Maret 2016
pukul 11:16 WIB.
3 Mahmudi, “Hubungan Manusia dan Alam Menurut Pandangan Syahrur”, Skripsi Fakultas
Ushuluddin, IAIN Wali Songo, 2006, Chap. II hlm. 40.
2

3

kepada al Khâliq, yang diatur dan akhirnya semua kembali kepada-Nya. Dalam
konsep kemakhlukan ini manusia memperoleh konsesi dari Yang Maha Penciptanya
untuk memperlakukan alam sekitarnya dengan dua macam tujuan:4

1. al Intifâ’ (pendayagunaan), baik dalam arti mengkonsumsi langsung maupun
dalam arti memproduksi.
2. al I’tibâr (mengambil pelajaran) terhadap fenomena yang terjadi dari
hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya, maupun hubungan antara
alam itu sendiri (ekosistem), baik yang berakibat konstruktif (ishlâh) maupun
yang berakibat destruktif (ifsâd).

B. Permasalahan Utama Lingkungan Hidup
Problematika sekitar lingkungan hidup baru mulai disadari sepenuhnya dalam
tahun 1960-an. Sekaligus disadari pula bahwa permasalahan itu secara langsung
maupun tidak langsung disebabkan oleh bisnis modern, khususnya akibat
berproduksi dalam industri yang berlandaskan ilmu dan teknologi maju. Bagaimana
tidak, cara berproduksi besar-besaran dalam industri modern dulu mengandaikan
begitu saja dua hal yang sekarang diakui sebagai kekeliruan besar. Pertama, bisnis
modern mengandaikan bahwa komponen-komponen lingkungan seperti air dan
udara merupakan bagian umum, sehingga boleh dipakai seenaknya. Kedua,
diandaikan pula bahwa sumber daya alam seperti air dan udara itu tak terbatas.5
Pada zaman kita, masalah lingkungan hidup sua mencapai suatu taraf global.
Terutama ada enam problem yang dengan jelas menunjukkan dimensi global itu:
akumulasi bahan beracun, efek rumah kaca, perusakan lapisan ozon, hujan asam,

deforestasi dan penggurunan, dan kematian bentuk-bentuk kehidupan.6 Lebih
rincinya sebagai berikut:
1. Akumulasi bahan beracun, adalah bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat
(toxicity, framability, reactivity, dan corrosivity) dengan jumlah yang banyak
dan secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan.
4

Ibid.
K. Bertens, Op. Cit., hlm. 309-311.
6 Ibid., hlm. 311.
5

4

2. Efek rumah kaca, adalah naiknya suhu permukaan bumi. Panas yang diterima
bumi karena penyinaran matahari terhalang oleh partikel-partikel gas yang
dilemparkan dalam atmosfer oleh ulah manusia, sehingga tidak bisa keluar.
3. Perusakan lapisan ozon, O3

(ozon) memiliki peranan penting dalam

melindungi kehidupan terhadap sinar ultraviolet dari matahari. Rupanya 80
persen penyinaran ultra violet dari matahari disaring olehnya. Kerusakan
lapisan ozon mengakibatkan radiasi ultraviolet dari matahari bisa mencapai
permukaan bumi, yang akan membawa pengaruh negatif terhadap kesehatan
dan kehidupan manusia pada umumnya di bumi. Perusakan lapisan ozon
disebabkan beberapa sebab yang berbeda, namun yang paling berpengaruh
adalah pelepasan bahan CFC (Clorofluorocarbon) ke dalam udara.
4. Hujan asam, adalah asam dalam emisi industri bergabung dengan air hujan
yang mencemari daerah yang luas, merusak hutan dan pohon pohon lain,
mencemari air danau, merusak gedung gedung, dan sebagainya. Bagi
manusia hujan asam bisa mengakibatkan gangguan saluran pernapasan dan
paru paru.
5. Deforestasi dan penggurunan, Penggunaan kayu untuk berbagai keperluan
telah

mendorong

penebangan

hutan

secara

tak

terkendali,

yang

mengakibatkan hutan semakin cepat berkurang, termasuk hutan tropis yang
menghasilkan kayu kayu yang berkualitas tinggi. Penebangan hutan
(deforestation) secara besar besaran mempunya dampak penting atas
lingkungan hidup, karena dengan demikian maka salah satu fungsi hutan,
yakni meresap karbon dioksida yang disebabkan oleh pembakaran bahan
bakar fosil (industri, kendaraan bermotor)- suatu penyebab penting terjadinya
efek rumah kaca- menjadi terancam. Erosi tanah dapat mengakibatkan juga
meluasnya penggurunan (desertification), khususnya di negara negara di
sekitar gurun sahara diperkirakan merambat ke arah selatan jauh 400
kilometer. Di banyak kota besar di seluruh dunia, termasuk juga Indonesia ,
tingkatan air tanah menurun terus karena dipompa oleh industri , hotel hotel
dan rumah tangga untuk berbagai keperluan. penggunaan dan pemborosan air
yang semakin tak terkendali telah mengakibatkan kualitas tanah semakin
menurun.

5

6. Keanekaan hayati, adalah jenis jenis kehidupan (species) yang ada di bumi,
yang memiliki makna yang sangat penting untuk segala aspek kehidupan
manusia, seperti makanan, obat-obatan, dan sebagainya. Salah satu akibat
besar dari kerusakan lingkungan adalah kepunahan semakin banyak spesies
hidup. Dan spesies hidup yang punah sekarang akan hilang lenyap dari muka
bumi untuk selamanya. Yang memiliki andil besar terhadap kemusnahan
tersebut adalah penggunaan pestisida dan herbisida yang semakin intens.
Hutan di banyak kawasan daerah Indonesia telah berubah menjadi lahan
pertanian dan perkebunan, sebagian menjadi terlantar karena ditinggalkan
dalam keadaan rusak oleh penebang liar yang tidak bertanggung jawab
terjadinya erosi tanah dan banjir besar yang menelan korban jiwa dan harta
benda.

C. Lingkungan Hidup dan Ekonomi
1. Lingkungan hidup sebagai “the Common”
Sebelumnya kita sudah melihat bahwa bisnis modern mengandaikan begitu
saja status lingkungan hidup sebagai ranah umum. Dianggapnya di sini tidak
ada pemilik dan tidak ada kepentingan pribadi. Tetapi, kita lihat juga
pengandaian ini adalah keliru. Sering kali the commons adalah padang
rumput yang dipakai oleh semua penduduk kampung sebagai tempat untuk
mengembala ternaknya. Dalam zaman modern, dengan bertambahnya
penduduk, sistem ini tidak bisa dipertahankan lagi dan ladang umum itu di
privitasi dengan menjualnya kepada penduduk perorangan. Bagai masyarakat
bersangkutan kejadian ini merupakan suatu perubahan sosial ekonomi besar,
antara lain karena menjadi awal mula kepemilikan tanah dalam kuantitas
besar oleh orang kaya (the landlords). The tragedy of the commons dapat
dipandang sebagai kebalikannya dari the invisible And menurut Adam Smith.
Smith berpendapat bahwa kemakmuran umum dengan sendirinya akan
terwujud, jika semua orang mengejar kepentingan diri di pasar bebas. Tetapi
jika semua orang mengejar kepentingan diri masing-masing dalam konteks

6

lingkungan hidup, tidak akan dihasilkan kemakmuran umum, melainkan
justru kehancuran bersama.7
2. Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas, mau tidak mau, perlu kita akui,
lingkungan hidup dan komponen-komponen di dalamnya tetap terbatas,
walaupun barangkali tersedia dalam kuantitas besar. Sumber daya alam pun
ditandai kelangkaan. Jika para peminat berjumlah besar, maka air, udara, dan
komponen-komponen lingkungan hidup lain menjadi barang langka dan
karena itu tidak bisa dipakai lagi dengan gratis. Karena sumber daya alam
pun merupakan barang langka dan harus diberi suatu harga ekonomis,
komponen-komponen

lingkungan

hidup

itu

tidak

lagi

merupakan

eksternalitas untuk ekonomi.
3. Pembangunan berkelanjutan, Jika krisis lingkungan dipertimbangkan
dengan serius, bagi ekonomi masih ada suatu konsekuensi lain yang sulit
dihindari. Ekonomi selalu menekankan perlunya pertumbuhan. Ekonomi
yang sehat adalah ekonomi yang tumbuh. Selanjutnya semakin disadari
bahwa penghabisan sumber daya alam barangkali masih dapat diimbangi
dengan ditemukannya teknologi baru. Karena itu penghabisan sumber daya
alam tidak merupakan masalah hidup atau mati. Masalah yang lebih
mendesak adalah kerusakan lingkungan hidup yang sangat memperihatinkan.
Yang secara mutlak harus dibatasi adalah tekanan semakin besar pada sistemsistem ekologis karena efek-efek negatif dari kegiatan manusia. Kapasitas
alam untuk menampung tekanan dari polusi udara dan air, degradasi tanah,
dan sebagainya tidak diimbangi dengan teknologi baru.

D. Tantangan Globalisasi dalam Pelestarian Lingkungan
Globalisasi layaknya seperti keping uang logam, yang memiliki 2 sisi yang
sangat bertolak belakang satu sama lain. Globalisasi di satu sisi memberikan
dampak positif dan di sisi lain memberikan dampak negatif. Dan salah satu dari
dampak negatif globalisasi berimbas pada masalah lingkungan. Ada serangkaian
proses yang harus dilewati untuk menuju pada tahap perusakan lingkungan akibat
globalisasi, yang pada umumnya terjadi di negara-negara berkembang. Dengan
7

Ibid., hlm. 317.

7

semakin menipisnya batas-batas negara karena doktrin kepahaman globalisasi
yang menuntut setiap negara jika hendak menjadi negara maju, maka harus
membuka selebar-lebarnya terhadap bantuan-bantuan dan kerja sama dengan pihak
asing, maka hal inilah yang kemudian menjadi pintu masuk bagi para investorinvestor asing untuk berlomba masuk dan menanamkan sahamnya di negara-negara
berkembang.

Sehingga

kemudian

menginisiasi

maraknya

industrialisasi,

privatisasi, serta deregulasi di negara-negara berkembang.
Dalam dunia industri, bahan mentah adalah salah satu hal penting untuk
menjalankan suatu roda perindustrian. Dan bahan-bahan mentah ini, banyak
ditemukan di negara-negara berkembang yang memang dalam segi geografinya
berada pada jalur lintang dan bujur yang subur. Namun, negara berkembang
terkendala dalam melakukan pengelolaan akan sumber daya alam yang melimpah
tersebut akibat keterbatasan modal dan teknologi yang dimilikinya. Sehingga
negara-negara berkembang membutuhkan suntikkan dana dan jasa dari negaranegara maju. Adapun bentuknya bisa berupa hutang, pinjaman, ataupun hibah.
Namun sangat disayangkan bahwa berbagai bantuan dana dalam bentuk
pinjaman maupun hibah oleh negara maju tersebut sebagian besar digunakan untuk
membeli teknologi-teknologi dari negara maju. Dengan kata lain pinjaman dari
negara maju, kembali masuk ke saku negara maju lagi dalam bentuk pembelian
teknologi oleh negara berkembang, di lain waktu negara berkembang masih harus
melunasi hutang-hutang kepada negara maju beserta dengan bunganya. Ini adalah
satu dari sekian banyak bentuk kerja sama di era globalisasi antara negara maju dan
negara berkembang yang mana secara tidak langsung merugikan negara-negara
berkembang.8
Lima “R” penyelamat lingkungan hidup9
1. Reference (acuan), Setiap agama apapun tidak membenarkan umatnya untuk
merusak alam. Setiap manusia boleh memanfaatkan alam untuk memenuhi
kebutuhannya bukan keinginannya. Yang dimaksud reference di sini adalah

8 Riana Sari, “Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan”, Slideshare, di akses dari
http://www.slideshare.net/rianams/dampak-globalisasi-bagi-kesehatan-dan-lingkungan?from_ action=save,
pada 24 Maret 2016 pukul 15:32 WIB.
9 Dedik Budianta, “Pentingnya Etika Lingkungan Untuk Meminimalkan Global Warming”, Tesis Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian dan Program Studi Lingkungan, Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya, 2010, hlm. 39.

8

semua kitab suci yang dimiliki oleh setiap agama yang ada di bumi. Apabila
setiap manusia mempercayai setiap kitab sucinya sebagai pedoman hidup,
maka tidak ada manusia yang bertindak sewenang-wenang di luar kebutuhan
yang dapat dipenuhi dengan tindakan yang secukupnya.
2. Respect (sikap hormat menghormati), Respect dalam hal ini adalah
penghargaan kepada semua makhluk hidup yang diajarkan oleh agama
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Apapun yang ada di bumi adalah makhluk
Tuhan. Setiap makhluk mempunyai kedudukan yang sama di mata Tuhan. Di
antara makhluk hidup yang perlu mendapat perhatian adalah tanaman, hewan
dan manusia. Ketiga makhluk hidup ini memerlukan tempat tinggal untuk
hidup dan berkembang. Oleh karena manusia merupakan makhluk hidup
yang paling istimewa yaitu mempunyai akal, maka manusia mempunyai
kewajiban memelihara kelestarian dan keseimbangan untuk kehidupan
makhluk hidup lainnya.
3. Restrain (Pengendalian), yang dimaksud dengan restrain adalah kemampuan
untuk mengelola dan mengontrol sumber daya alam supaya penggunaannya
tidak mubazir, artinya setiap pemanfaatan sumber daya alam harus
diperhitungkan nilai manfaat, jangan sampai ada salah kelola atau salah
manfaat.
4. Redistribution (pemerataan), resdistribution adalah kemampuan untuk
menyebar luaskan kekayaan, kegembiraan dan kebersamaan. Indonesia yang
terletak di jalur khatulistiwa terkenal akan sumber daya alamnya. Tetapi
kenapa bisa terjadi ketimpangan dengan kekayaan yang melimpah tetapi
masyarakatnya masih miskin?. Di mana sumber daya alam tersebut hilang?.
Penyebabnya tidak lain karena distribusi kekayaan tidak merata, kekayaan
banyak di korupsi oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
5. Responsibility

(pertanggungjawaban),

Responsibility

adalah

sikap

bertanggung jawab dalam merawat kondisi lingkungan dan alam. Banyak
investor yang telah memanfaatkan sumber daya alam Indonesia mulai dari
perkebunan sampai penambangan. Tetapi dengan dibukanya sumber daya
alam tersebut belum dirasakan manfaatnya melalui peningkatan pendapatan
masyarakat di sekitar proyek tersebut. Masyarakat masih hidup seperti itu

9

saja. Padahal apabila investor bertanggung jawab melalui program CSR
(Corporate Social Responsibility) dengan menyisihkan sekitar 3% dari
keuntungan untuk program tersebut, maka kehidupan sosial ekonomi
masyarakat sekitar akan meningkat, selain itu melalui program tersebut
kerusakan sumber daya alam merupakan dampak negatif dari pembukaan
lahan tersebut dapat diminimalisasi. Untuk itu investor jangan hanya
mengeksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan ekonomi mereka saja
(keuntungan sesaat) saja tetapi kehidupan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat serta kerusakan lingkungan harus dikelola, sehingga lingkungan
dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan.

E. Pandangan Islam Terhadap Pelestarian Lingkungan
Tanggung jawab moral bisnis, implementasinya bisa pada tanggung jawab
sosial. Bahkan yang tidak kalah pentingnya tanggung jawab pada lingkungan alam.
Dari sejumlah tanggung jawab itu sebenarnya yang paling krusial adalah tanggung
jawab pada diri sendiri dan kepada Tuhan.10
Dalam kaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan pelestariannya, Islam
menuntun manusia agar mengelola kekayaan alam dengan ilmu dan amal.11 Di
samping, mengingat agar dalam mengelola (memproduksi) kekayaan alam itu
memperhatikan batas-batas haram dan halal, dan memelihara kelestariannya.12 Alqur’an menerangkan bahwa pemanfaatan kekayaan yang tersimpan dan tersebar di
alam ini, tergantung pada dua hal,13 yakni pertama, ilmu pengetahuan yang
didasarkan pada tafakkur dan penggunaan akal. Ilmu yang dimaksud di sini adalah
ilmu-ilmu khusus (spesialis) dalam berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai bidang
kehidupan. Kedua, adalah amal (Action/Implementation). Sesungguhnya ilmu saja
tidak akan membuahkan hasil jika tidak diikuti oleh amal (tindak lanjut) dengan
melakukan berbagai eksplorasi.

10

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2007),
hlm. 145-146.
11 Yusuf Qardawi, Peran dan Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, tar. K.H. Didin Hafidhuddin,
dkk., (Jakarta: Robbani Press, 1995), hlm. 141.
12 Ibid., hlm. 169-173.
13 Ibid., hlm. 141-147.

10

Allah berfirman dalam Q.S. Al-a’raf, 7: 10:

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami
adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu
bersyukur.”
Bertolak dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya Islam sangat
menekankan agar kaum muslimin mau menggali kekayaan alam yang terhampar
dan tersembunyi di dalam bumi. Nikmat kekayaan itu perlu dieksplor dengan
menggunakan berbagai ilmu sesuai dengan spesialisasinya masing-masing,
tergantung pada kekayaan apa yang digunakan untuk kesejahteraan manusia.14 Di
antara bentuk syukur itu adalah menjaganya dari kerusakan, kehancuran, polusi,
dan lain-lain yang tergolong sebagai kerusakan di muka bumi. Oleh karena itu Alqur’an menyebut berulang-ulang bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang
membuat kerusakan. Sebagaimana dalam firman-Nya Q..S. Al-baqarah, 2:205:

“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan.”
Betapa besar perhatian Islam terhadap masalah lingkungan, baik terhadap
makhluk hidup maupun mati. Namun demikian, perhatian tersebut diiringi
ancaman bagi orang-orang yang tidak bersyukur.

14

Muhammad Djakfar, Op. Cit., hlm. 150.

11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan manusia dengan alamnya mengandung beberapa aspek, antara lain
manusia tidak lepas dari interaksinya bersama sesama manusia juga dengan hewan,
tumbuhan, lingkungan / alam. Aspek-aspek tersebut sangat berarti bagi manusia,
dan manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, tanpa bantuan di
sekitar lingkungan hidupnya.
Dengan demikian, tujuan akhir pengelolaan sumber daya alam adalah
kesejahteraan masyarakat (social welfare) dengan tujuan antara seperti sumber
devisa, pemenuhan kebutuhan manusia, pelestarian lingkungan, pembangunan
daerah/masyarakat dan pemerataan. Dengan demikian pembangunan ekonomi yang
mesti diterapkan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan dalam arti
tidak menguras sumber daya alam dan merusak lingkungan. Keterkaitan antara
ekonomi dan lingkungan dapat diringkas ke dalam tiga macam hubungan yang
saling terkait yaitu terdapat hubungan positif antara jumlah dan kualitas barang
sumber daya dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi, maka kebutuhan akan sumber daya alam akan semakin meningkat.
Terlepas dari situ, untuk menyelamatkan lingkungan kita harus memahami
konsep lima “R” yakni: reference, respect, restrain, redistribution and
responsibility. Kelima “R” tersebut sangat berkaitan erat dengan etika lingkungan.
Adapun islam sendiri memandang bahwa dalam pengelolaan sumber daya alam dan
pelestariannya, Islam menuntun manusia agar mengelola kekayaan alam dengan
ilmu dan amal. Di samping, mengingat agar dalam mengelola (memproduksi)
kekayaan alam itu memperhatikan batas-batas haram dan halal, dan memelihara
kelestariannya.

B. Saran
Dengan demikian pembangunan ekonomi yang mesti diterapkan adalah
pembangunan yang berwawasan lingkungan dalam arti tidak menguras sumber
daya alam dan merusak lingkungan.

12

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius
Budianta, Dedik. 2010. Pentingnya Etika Lingkungan Untuk Meminimalkan Global
Warming (Tesis). Palembang: Universitas Sriwijaya.
Djakfar, Muhammad. 2007. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Malang: UINMalang Press.
Mahmudi. 2006. Hubungan Manusia dan Alam Menurut Pandangan Syahrur
(Skripsi). Semarang: IAIN Wali Songo.
Maksi

Baid.

2015.

Hubungan

Manusia

dengan

Alam.

Academia,

https://www.academia.edu/7121973/HUBUNGAN_MANUSIA_DENGAN
_ALAM. 24 Maret 2016.
Sari, Riana. 2014. Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan. Slideshare,
http://www.slideshare.net/rianams/dampak-globalisasi-bagi-kesehatan-danlingkungan?from_ action=save, 24 Maret 2016.
Qardawi, Yusuf. 1995. Peran dan Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, ter.
K.H. Didin Hafidhuddin, dkk. Jakarta: Robbani Press.

13