BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.

  326 jiwa. Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau Sumatera yang luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8

   persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.

  Jumlah penduduk yang terdata berdasarkan data di atas menempatkan Islam sebagai Agama yang paling banyak dianut dengan jumlah pemeluk 207,2

  

  juta jiwa atau 87,18 persen. Dengan jumlah umat Islam yang mayoritas tersebut, maka sangatlah perlu untuk memperoleh produk halal atas setiap produksi pelaku usaha di Indonesia.

  Pada dasarnya pelaku usaha memproduksi barang dan menyediakan jasa . Kedua hal ini secara umum pengaturan halalnya diatur dalam bentuk barang. Bentuk barang ini dapat berbentuk makanan dan minuman. Makanan ataupun minuman tersebut tidak terbatas pada bentuk makanan biasa ataupun obat, namun

  1 Anonim, “Jumlah dan Distribusi Penduduk” , http:// pstatic .eshopcomp. com/ nwp / v0_0_544/release/Store.html (diakses pada tanggal 15 Maret 2015). 2 Anonim, “Islam Indonesia”, yang pasti setiap muslim diwajibkan untuk mengkonsumsi makanan atau minuman yang halal.

  Mengkonsumsi makanan yang halal dan baik (thayib) merupakan perintah Allah Subhanahu wata’ala (selanjutnya disebut Allah SWT) yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman. Perintah ini dapat disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah. Dengan demikian, mengkonsumsi makanan halal dengan dilandasi iman dan taqwa karena mengikuti perintah Allah SWT merupakan ibadah yang mendatangkan pahala dan memberikan kebaikan dunia dan akhirat. Sebaliknya, mengkonsumsi yang haram merupakan perbuatan

  

  maksiat yang mendatangkan dosa dan keburukan baik dunia maupun akhirat. Di dalam Al-Qur’an telah ditegaskan bahwa makanan dan minuman yang diharamkan adalah bangkai; darah; babi; binatang yang disembelih dengan nama selain Allah SWT; khamr atau minuman yang memabukkan.

  Sebenarnya apa yang diharamkan Allah SWT untuk dimakan jumlahnya sangat sedikit. Selebihnya, apa yang ada di muka bumi ini pada dasarnya adalah halal, kecuali yang dilarang secara tegas dalam Al Qur’an dan Hadits. Maka, sangat logis jika kaidah pertama dan utama dari hukum fiqh menyatakan bahwa

   apapun yang bisa dikonsumsi adalah halal kecuali yang diharamkan.

  Perkembangan teknologi telah menciptakan aneka produk olahan yang kehalalannya diragukan. Banyak dari bahan-bahan haram tersebut yang dimanfaatkan sebagai bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong pada 3 Anonim “Kewajiban Mengkonsumi Makanan Halal” ,(diakses pada tanggal 17 April 2015). 4 Nura Mayasari, Mom’s Guide: Memilih Makanan Halal (Jakarta: Qultum Media, 2007),

  berbagai produk olahan, karena dianggap lebih ekonomis. Akibatnya kehalalan dan keharaman sebuah produk seringkali tidak jelas karena bercampur aduk dengan bahan yang diragukan kehalalannya. Hal ini menyebabkan berbagai macam produk olahan menjadi syubhat dalam arti meragukan dan tidak jelas

  

  status kehalalannya. Berdasarkan hal tersebut, maka Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia menyimpulkan bahwa semua produk olahan pada dasarnya adalah syubhat. Oleh karena itu diperlukan kajian dan penelaahan sebelum menetapkan status halalharamnya suatu produk. Hal ini dilakukan untuk

   menenteramkan batin umat Islam dalam mengkonsumsi suatu produk.

  Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label. Terkait dengan hal tersebut, untuk menjamin produk halal di Indonesia, maka pemerintah pada akhirnya menerbitkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Di dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal disebutkan bahwa penyelenggaraan 5 6 Anonim, “Kewajiban Mengkonsumi Makanan Halal”, Op.Cit.

  jaminan produk halal bertujuan untuk memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan Produk Halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan produk, dan meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual produk halal. Oleh karena itu, untuk menjamin dikonsumsinya produk halal bagi masyarakat muslim di Indonesia, maka Pada Pasal 4 disebutkan bahwa produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.

  Sertifikasi halal suatu produk berkaitan dengan agama, oleh karenanya Agama Islam sangat concern dengan hal ini sebab menyangkut kaidah-kaidah dan ajaran Agama Islam itu sendiri. Seringkali LPPOM-MUI mengeluarkan fatwa berdasarkan hasil pengkajian tentang beberapa produk obat dan makanan. Fatwa yang dikeluarkan tentu berkaitan dengan obat dan makanan serta kosmetik yang

   perlu diperhatikan dan meyakini kehalalannya.

  Sertifikasi halal atas produk yang dimaksudkan di atas tentu saja akan mengalami perubahan dalam hal pihak mana yang berwenang untuk mengeluarkannya. Di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal telah menyebutkan bahwa sertifikat halal tidak hanya dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) saja namun juga melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

  Berdasarkan penjelasan singkat di atas, akan sangat menarik untuk dilakukan penelitian yang berjudul Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 33 Tahu 2014 tentang 7 A. Yudi Setianto, L. Jehani, dkk, Panduan Lengkap Mengurus Segala Dokumen: Jaminan Produk Halal, yang mana untuk melihat lebih jauh aturan-aturan terkait dengan jaminan produk halal dan juga hal-hal yang lainnya seperti sertifikasi halal suatu produk untuk melegalisasi suatu produk tersebut benar-benar halal, dan juga untuk melihat lebih jauh hal-hal mengenai penyelesaian sengketa terkait dengan adanya perselisihan yang terjadi atas jaminan produk halal tersebut.

B. Perumusan Masalah

  Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang , maka permasalahan yang akan diangkat yaitu:

  1. Bagaimana pengaturan pemberian jaminan produk halal berdasarkan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal? 2. Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha atas kehalalan produk yang telah disertifikasi?

  3. Bagaimana penyelesaian sengketa atas produk tidak halal yang dikonsumsi Muslim akibat kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1. Tujuan penelitian Berdasarkan pokok permasalahan diatas,ada beberapa tujuan yang melandasi penelitian ini,yaitu: a.

  Untuk mengetahui pengaturan pemberian jaminan produk halal berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. b.

  Untuk mengetahui tanggung jawab pelaku usaha atas kehalalan produk yang telah disertifikasi.

  c.

  Untuk mengetahui penyelesaian sengketa atas produk tidak halal yang dikonsumsi Muslim akibat kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha.

  2. Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini,yaitu sebagai berikut: a.

  Manfaat teoritis Memberikan pengetahuan yang besar bagi penulis sendiri mengenai pemberian jaminan produk halal terhadap konsumen Muslim ditinjau dari Undang-Undang Nomor 33 Tahu 2014 tentang Jaminan Produk Halal, di Indonesia dalam pembangunan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan peralihan hukum perlindungan konsumen b. Manfaat praktis

  1) Memberikan kontribusi terhadap masyarakat untuk dapat mengetahui pemberian jaminan produk halal terhadap konsumen Muslim ditinjau dari

  Undang-Undang Nomor 33 Tahu 2014 tentang Jaminan Produk Halal di Indonesia.

  2) Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya hukum perusahaan dan juga memberikan pemahaman pada pihak terkait seperti; praktisi hukum, praktisi legal corporate, dan juga mahasiswa diharapkan memberikan manfaat yang cukup luas.

  D. Keaslian Penulisan

  Berdasarkan pemeriksaan dan hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 33 Tahu 2014 tentang Jaminan Produk Halal”, belum pernah di bahas oleh mahasiswa lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara dan Penulisan ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari penelitian orang lain.Penulisan skripsi ini merupakan ide, gagasan pemikiran dan usaha penulis sendiri bukan merupakan hasil ciptaan atau hasil penggandaan dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas segala kritikan dan masukan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan hasil penelitian. Di dalam hal mendukung penulisan ini dipakai pendapat para sarjana yang diambil atau dikutip berdasarkan daftar referensi dari buku para sarjana yang ada hubungannya dengan masalah dan pembahasan yang disajikan, baik berupa karya ilmiah maupun pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan.

  E. Tinjauan Pustaka

  1. Produk Produk adalah segala seuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat,

  

  organisasi dan gagasan. David W mengartikan, produk adalah Produk adalah segala sesuatu yang memilki nilai disuatu pasar sasaran dimana kemempuannya memberikan manfaat dan kepuasan termasuk benda, jasa, organisasi, tempat,

   orang, ide.

  Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, menyebutkan bahwa produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Selanjutnya pada Pasal 1 angka 2 dalam undang-undang yang sama menyebutkan bahwa produk halal adalah produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam.

   Klasifikasi produk menurut Fandy Tjiptono kedalam dua kelompok: a.

  Barang Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bias dilihat, diraba, disentuh, dipegang, dan perlakuan fisik lainnya.

  1) Barang yang terpakai habis atau tidak tahan lama adalah barang berwujud biasanya habis dikonsumsi dalm satu atau beberapa kali pemakaian.

  Dengan kata lain umur ekonomusnya dalm kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun.

  2) Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang tidak bias bertahan 8 sesusai umur ekonomisnya. Umumnya barang seperti ini membutuhkan

  Kotler, Philip dan Gary Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 2 Edisi Kedelapan (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 11. 9 10 David W. Cravens, Pemasaran Strategis (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 3.

  pelayanan yang lebih banyak, membutuhkan jaminan /garansi tertentu dari penjualnya.

  b.

  Jasa (service) Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atas kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel dan lain-lain.

  Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa, barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Sedangkan yang dimaksud dengan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.

  2. Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

  Konsumen diartikan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat ,baik bagi kepentingan diri sendiri, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.Dalam mengonsumsi suatu barang,terdapat dua macam prilaku konsumen,yaitu: a.

  Prilaku konsumen rasional Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut: 1) Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen.

  2) Barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen. 3) Mutu barang terjamin.

  4) Harga sesuai dengan kemampuan konsumen.

  b. Prilaku konsumen irasional Suatu prilaku dalam mengonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaanya terlebih dahulu

  Jasa adalah adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen yang dibahas dalam penelitian ini terfokus pada konsumen muslin.Konsumen muslim yang dimaksud adalah para konsumen yang beragama Islam dimana mengonsumsi barang yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Badan penyelesaian sengketa konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.

F. Metode Penelitian

  1. Spesifikasi penelitian Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif.. Penelitian normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

  

  pustaka atau data sekunder. Menurut H. Zainuddin Ali, penelitian yuridis normatif mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan 11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum

  

  yang ada dalam masyarakat. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan

  

  berperilaku manusia yang dianggap pantas. Penelitian ini merupakan: a.

  Penelitian menarik asas hukum, dimana dilakukan terhadap hukum positif tertulis maupun tidak tertulis. Penelitian ini dapat digunakan untuk menarik asas-asas hukum dalam menafsirkan peraturan perundang-undangan. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan untuk mencari asas hukum yang dirumuskan baik secara tersirat maupun tersurat.

  b.

  Penelitian sistematik hukum, dimana dilakukan terhadap pengertian dasar sistematik hukum yang meliputi subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, maupun obyek hukum.

  c.

  Penelitian taraf sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Secara vertikal, disini yang dianalisa adalah peraturan perundang- undangan yang derajatnya berbeda yang mengatur bidang yang sama.

  2) Secara horizontal, dimana yang dianalisa adalah peraturan perundang- undangan yang sama derajat dan mengatur bidang yang sama.

  d.

  Penelitian perbandingan hukum, di mana dilakukan terhadap berbagai sistem hukum yang berlaku di masyarakat. 12 13 H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.105.

  Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. e.

  Penelitian sejarah hukum, di mana dilakukan dengan menganalisa peristiwa hukum secara kronologis dan melihat hubungannya dengan gejala sosial yang ada.

  2. Data penelitian Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini,menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) atau studi dokumen (documnent study).Metode penelitian kepustakaan dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.Data sekunder terdiri atas tiga bahan hokum yaitu: a.

  Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang- undangan yang bersifat mengikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

  b.

  Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang menunjang bahan hukum primer seperti pendapat para ahli hukum.

  c.

  Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder atau dengan kata lain bahan hukum tambahan.

  3.Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan dan sumber lainnya yang berhubungan dengan materi skripsi yang dibahas dalam skripsi ini. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan studi dokumen adalah dengan melakukan analisa isi (content analysis). Content analysis adalah teknik untuk menganalisa tulisan atau dokumen dengan cara mengidentifikasi secara sistematik ciri atau karakter dan pesan atau maksud yang terkandung dalam tulisan atau dokumen suatu dokumen.

  4.Analisis data Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara normative kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas.Penegertian analisis disini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasikan secara logis,sistematis logis sistematis menunjukan cara berfikir deduktif-induktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian ilmiah.

  Setelah analisi data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.

G. Sistematika Penulisan

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini diawali dengan latar belakang penelitian, yang berisi alasan-alasan penulis mengambil judul sebagaimana tercantum diatas. Uraian-uraian dalam bab ini ditujukan sebagai penjelasan awal mengenai terminologi-terminologi yang digunakan untuk mengemukakan permasalahan dalam mengidentifikasi masalah sebagai proses signifikasi pembahasan. Disamping itu untuk mempertegas pembahasan dicantum pula maksud dan tujuan serta kegunaan penelitian.

  BAB II PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN PRODUK HALAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL Bab ini menjelaskan bagaimana pengaturan pemberian jaminan produk halal berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Dalam bab ini akan membahas secara normatif kewajiban Muslim untuk mengkonsumsi produk halal berdasarkan Al-Quran dan Hadist, pengertian jaminan produk halal, para pihak dalam penyelenggaraan jaminan produk halal, bahan dan proses produk halal dan prosedu memperoleh sertifikat halal.

  BAB III TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS KEHALALAN PRODUK YANG TELAH DISERTIFIKASI Bab ini berisi tanggung jawab pelaku usaha atas kehalalan produk yang telah diserttifikasi, kedudukan pelaku usaha dalam hukum perlindungan konsumen, kewajiban pelaku usaha terkait kehalalan produk yang telah disertifikasi dan tanggung jawab pelaku usaha atas kehalalan produk yang telah disertifikasi.

  BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA ATAS PRODUK TIDAK HALAL YANG DIKONSUMSI KONSUMEN MUSLIM AKIBAT KELALAIAN OLEH PELAKU USAHA Bab ini berisi penyelesaian sengketa atas produk tidak halal yang dikonsumsi konsumen muslim akibat kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha, bentuk-bentuk sengketa konsumen, badang penyelesaian sengketa konsumen sebagai media penyelesaian sengketa dan pengadilan negeri sebagai media penyelesaian sengketa dalam dasar gugatan perbuatan melawan hukum

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi. Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar. Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil berdaya guna.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI PerjuanganKabupatenLangkat)

0 0 13

BAB II PROFIL SUMATERA BARAT II.1 Sejarah Provinsi Sumatera Barat - Pola Budaya Matrilineal Dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang - Pola Budaya Matrilineal Dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)

0 0 37

Pola Budaya Matrilineal Dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Netralisasi Terhadap Penurunan Asam Lemak Bebas Dan Peningkatan Nilai Karoten Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit

0 0 16

Penggunaan Berbagai Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Identifikasi Senyawa Penyusun Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)Dari Lubuk Pakam, Laguboti Dan Dolok Sanggul Dengan Menggunakan GC-MS

0 0 17

Strategi Bisnis Usaha Jasa Doorsmeer Dalam Menarik Konsumen (Studi Pada Sabena Doorsmeer di Medan)

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Strategi Bisnis Usaha Jasa Doorsmeer Dalam Menarik Konsumen (Studi Pada Sabena Doorsmeer di Medan)

0 0 32

BAB II PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN PRODUK HALAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL A. Kewajiban Muslim untuk Mengkonsumsi Produk Halal berdasarkan Al- quran dan Hadist - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Kons

1 1 37