BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Netralisasi Terhadap Penurunan Asam Lemak Bebas Dan Peningkatan Nilai Karoten Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak dan Lemak

  Minyak dan lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C H OC H ), kloroform(CHCl ), benzena dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan

  2

  5

  2

  5

  3

  minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan diatas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut (Herlina dan Hendra, 2002).

  Minyak dan lemak merupakan senyawa trigliserida dari gliserol. Dalam pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda-beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air.

  O O CH

  2 OH R

  1 COH CH

  2 OCR

  1 O O

  • CHOH R COH CHOCR

  3H O

  2

  2

  2 O O

  CH

  2 OH R

  3 COH CH

  2 OCR

  2 Gliserol Asam Lemak Trigliserida

  Bila R1=R2= R3, maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida sederhana (simple triglyceride), sedangkan bila R1, R2, R3, berbeda, maka disebut trigliserida campuran (mixed triglyceride) tersebut (Herlina dan Hendra, 2002).

2.1.2 Fungsi Lemak dalam Tubuh

  Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting untuk kehidupan.Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif terhadap kesehatan.Fungsi lemak dalam tubuh antara lain : 1.

  Sebagai sumber energi, bagian dari membran sel, 2. Sediator aktivitas biologis antar sel, 3. Sebagai sumber asam lemak esensial, 4. Isolator dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, 5. Pelindung organ-organ tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K.

  6. Penambahan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Lemak menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram (Sartika, 2008).

2.2 Asam Lemak

  Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus tanpa cabang yang mengandung atom karbon genap mulai dari C-4, tetapi paling banyak adalah C-16 dan C-18.Asam lemak dapat dikelompokkan berdasarkan panjang rantai, ada tidaknya ikatan rangkap dan isomer trans-cis (Silalahi dan Siti Nurbaya, 2011).

  Asam lemak berdasarkan panjang rantai meliputi asam lemak berantai pendek (short chain fatty acids, SCFA) yang mengandung jumlah atom karbon C-

  4 sampai dengan C-8 asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids, MCFA) yang mengandung jumlah atom karbon C-10 dan C-12 serta asam lemak rantai panjang (long chain fatty acids, LCFA) yang mengandung jumlah atom karbon C-14 atau lebih (Silalahi dan Siti Nurbaya, 2011).

  Berdasarkan jumlah ikatan rangkap, asam lemak terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh dapat dibagi lagi menjadi tiga golongan, yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid, SFA), asam lemak tak jenuh tunggal(mono unsaturated fatty acids, MUFA), dan asam lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid, PUFA) (Silalahi dan Siti Nurbaya, 2011).

  Asam lemak tak jenuh dikenal dalam bentuk cis dan trans-isomer. Secara alamiah asam lemak tak jenuh biasanya berbentuk cis-isomer dan hanya sedikit dalam bentuk trans(trans fatty acid, TFA) yakni di dalam ruminansia dan susu (Silalahi dan Siti Nurbaya, 2011).

2.3 Asam Lemak Bebas

  Asam lemak bebas merupakan hasil perombakan yang terjadi pada asam lemak yang disebabkan adanya reaksi kompleks pada minyak.Semakin tinggi kandungan asam lemak bebas pada minyak menandakan semakin menurunnya mutu dari minyak goreng tersebut. Reaksi hidrolisa yang terjadi pada minyak akan mengakibatkan kerusakan minyak karena terdapat sejumlah air dalam minyak tersebut dan menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas dan beberapa gliserol (Muchtadi, 2009).

  Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari 0,2 persen dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh (Ketaren, 1986).

  Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan terjadinya asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit. Sedangkan pemetikan setelah batas panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan kelukaan pada buah yang lainnya akan menstimulir penguraian enzim pada buah, sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan akhirnya terjangkit pada buah sawit yang masih utuh, sehingga kadar asam lemak bebas meningkat. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar asam lemak bebas yang relatif tinggi dalam minyak kelapa sawit antara lain : pemanenan buah kelapa sawit yang tidak tepat waktu, keterlambatan dalam proses pengumpulan dan pengangkutanbuah, penumpukan buah terlalu lama, dan proses hidrolisa selama pemrosesan di dalam pabrik (Rangkuti, 2007).

  Asam lemak bebas konsentrasi tinggi dalam minyak sawit sangat merugikan.Tingginya asam lemak bebas mengakibatkan rendemen minyak turun.

  Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat buah dipanen sampai diolah di pabrik.Kenaikan asam lemak bebas ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak.Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor- faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka akan semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk (Rangkuti, 2007).

  Dengan proses netralisasi minyak sebelum digunakan dalam bahan pangan, maka jumlah asam lemak bebas dalam lemak dapat dikurangi sampai kadar maksimum 0,2 persen (Ketaren, 1986).

2.3.1 Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa Sawit

  Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya reaksi hidrolisis dan proses oksidasi selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan asam lemak dengan kadar lebih besar dari 0,2% dari berat lemak akan mengakibatkan keracunan bagi tubuh. Karena degradasi asam lemak bebas tersebut menghasilkan rasa dan bau yang tidak disukai.Oleh sebab itu, dalam pengolahan minyak diupayakan kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (Zulkifli, 2014).

  Menurut Naibaho (1992), prinsip yang digunakan pada penentuan kadar asam lemak bebas adalah asam lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara mentitrasi minyak dengan menggunakan alkali dalam larutan alkohol.

2.4 Minyak Kelapa Sawit

  Minyak kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.Asam lemak yang rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya disebut asam lemak jenuh.Asam palmitat dan asam oleat merupakan asam lemak yang dominan dalam minyak sawit, sedangkan asam lemak linoleat dan asam stearatnya sedikit.Asam palmitat merupakan asam lemak jenuh rantai panjang yang memiliki titik cair (meelting point) yang tinggi yaitu 64°C. Asam palmitat yang tinggi membuat minyak sawit lebih tahan terhadap oksidasi (ketengikan) dibanding jenis minyak lain. Titik cair asam palmitat yaitu 14°C (Zulkifli, 2014).Komposisi asam lemak minyak sawit merah dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Merah

  Komposisi Asam Lemak Jumlah (%) Asam lemak jenuh Asam palmitat 36,6 Asam stearat 3,7 Asam lemak tidak jenuh Asam oleat 40,8 Asam linoleat 11,9 Asam linolenat 0,4

  Minyak kelapa sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yangpanjang dan jenisnya berbeda-beda.Dengan demikian, sifat minyak kelapa sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut.Karena kandungan asam lemak yang terbanyak ialah asam lemak tak jenuh oleat dan linoleat, maka minyak kelapa sawit masuk golongan minyak asam oleat-linoleat.Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh rantai panjang dengan memiliki satu ikatan rangkap.Asam linoleat bersifat tidak jenuh, merupakan asam lemak omega-6, dan memiliki rantai 18-karbon panjang(Ketaren, 1986).

  Minyak sawit memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia diantaranya adalah karoten dan vitamin E. Karoten memiliki manfaat sebagai pencegahan sel kanker, paru – paru dan sebagai antioksidan.Sedangkan vitamin E berfungi sebagai pelindung sel dari membran oksidatif, mengurangi resiko diabetes, dan meningkatkan sistem imun (Ayustaningwarno, 2012).

2.5 Netralisasi Minyak Kelapa Sawit

  Netralisasi pada industri edible oil merupakan proses pemisahan asam lemak bebas yang tidak diinginkan dalam minyak dan lemak yang juga bertujuan untuk memisahkan bahan pengotor, yakni bahan penyebab warna (colour body) dan penyebab bau (odor) yang bertitik didih lebih rendah dari minyak dan lemak (Yusuf dan Eka, 2008).

  Minyak nabati mentah yang akandikonsumsi manusia telah dinetralisasi terlebih dahulu untuk menghilangkan asam lemak bebas, protein, zat perekat cair dan juga untuk mengurangi kandungan sabun dari minyak netral agar menghasilkan produk yang lebih stabil. Hasil netralisasi lebih efektif lagi dengan tahap berikutnya seperti pemutihan, hidrogenesi, winterisasi, deodorisasi, dan hasil selanjutnya adalah produk berkualitas dengan hasil yang tinggi. Netralisasi juga menghasilkan penghilangan fosfat, asam lemak bebas, dan warna.Netralisasi yang paling sering dilakukan adalah dengan penambahan alkali yang pada umumnya adalah NaOH(Tambunan, 2006).

  Minyak sawit merah adalah minyak sawit mentah yang telah mengalami proses pemurnian. Salah satu tahapan dalam pemurnian minyak sawit secara kimia adalah deasidifikasi atau netralisasi.Deasidifikasi atau netralisasi dilakukan setelah tahap degumming (penghilangan gum) untuk memisahkan asam lemak bebas yang terbentuk oleh aktivitas enzim, mikroba, uap air dan oksigen pada pasca panen sawit.Asam lemak bebas dapat menyebabkan ketengikan pada minyak sawit sehingga mempengaruhi produk-produk olahannya.Deasidifikasi dengan menggunakan alkali merupakan metode yang paling umum dilakukan pada skala industri karena lebih murah dan efisien dalam mereduksi asam lemak bebas pada minyak mentah/kasar sampai kadar tertentu yang diinginkan. Alkali yang paling sering digunakan untuk netralisasi adalah NaOH(Haryati, 2008).

2.5.1 Netralisasi dengan Kaustik Soda

  Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efesien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu penggunaan kaustik soda, membantu dalam mengurangi zat warna dan kotoran yang berupa getah dan lendir dalam minyak (Ketaren, 1986).

  Reaksi antara asam lemak bebas dengan NaOH adalah sebagai berikut : O O

  NaOH R – C + R – C H +

  2 O

  OH ONa Asam Lemak Bebas Sabun Pemakaian larutan kaustik soda (NaOH) dengan konsentrasi yang terlalu tinggi, akan bereaksi sebagian dengan trigliserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu harus dipilih konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam lemak bebas dalam minyak.Dengan demikian penyabunan trigliserida dan terbentuknya emulsi dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan minyak netral dengan rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih baik.

  Berdasarkan haltersebut diatas, maka diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh penggunaan basa NaOH dan kadar ALB bahan baku CPO terhadap kualitas minyak kelapa sawit pasca netralisasi. Sehingga dilakukan penambahan NaOH dengan konsentrasi yang berbeda. Dilakukan juga penambahan basa yang berbeda yaitu :Na

  2 CO 3 untuk membandingkan pengaruh kadar asam lemak bebas

  sebelum netralisasi penurunan ALB dan peningkatan karoten yang didapat (Kurniati, 2015).

  Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran seperti fosfatida dan protein, dengan cara membentuk emulsi. Sabun atau emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifugasi (Ketaren, 1986).

  Dengan cara hidrasi dan dibantu dengan proses pemisahan sabun secara mekanis, maka netralisasi dengan menggunakan kaustik soda dapat menghilangkan fosfatida, protein, resin dan suspensi dalam minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pemisahan gum. Komponen minor (minor

  

component) dalam minyak berupa sterol, klorofil, vitamin E dan karotenoid hanya

sebagian kecil dapat dikurangi dengan proses netralisasi (Ketaren, 1986).

  Menurut Ketaren (1986),netralisasi menggunakan kaustik soda akan menyabunkan sejumlah kecil trigliserida. Molekul mono dan digliserida lebih mudah bereaksi dengan persenyawaan alkali. Reaksi penyabunan mono, digliserida dan trigliserida dalam minyak terjadi sebagai berikut :

  O CH

  2 – O – C – R

  1 CH 2 – OH O

  • CH – OH NaOH CH – OH + R

  1 – C

  CH

  

2 – OH CH2 – OH ONa

  O CH

  2 +

  Selain itu suhu yang tepat dan waktu kontak yang cukup juga merupakan hal yang penting, sebab berpengaruh pada kekompakan dan kecepatan pengendapan sabun

  Netralisasi harus dilakukan dengan benar. Kelebihan penambahan basa akan menyabunkan trigliserida dan mereduksi minyak netral yang dihasilkan.

  ONa Sabun

  3 C

  ONa O R

  2 C

  Trigliserida gliserol R

  CH2 – O – C – R

  2 – OH ONa

  O CH

  1 C

  3NaOH CH – OH + R

  O CH – O – C – R

  2 – O – C – R

  1 CH 2 – OH O

  2 – O – C – R

  CH

  ONa O sabun

  2 C

  Digliserida gliserol O R

  2 – OH CH 2 – OH ONa

  CH

  1 C

  2NaOH CH – OH + R

  2 +

  O CH – O – C – R

  1 CH 2 – OH O

3 O

  yang sifatnya tidak stabil terhadap proses pemanasan. Jadi penambahan basa sangat mempengaruhi hasil akhir yang diinginkan(Haryati, 2008).

2.5.2 Netralisasi dengan Natrium Karbonat

  Keuntungan menggunakan persenyawaan karbonat adalah karena trigliserida tidak ikut tersabunkan.Suatu kelemahan dari pemakaian senyawa ini adalah karena sabun yang terbentuk sukar dipisahkan. Hal ini disebabkan karena gas CO

  2 yang dibebaskan dari karbonat akan menimbulkan busa dalam minyak (Ketaren, 1986).

  Netralisasi menggunakan natrium karbonat biasanya disusul dengan pencucian kaustik soda encer sehingga memperbaiki mutu terutama warna minyak. Hal ini akan mengurangi jumlah absorben yang dibutuhkan pada proses pemucatan (Ketaren, 1986).

  Netralisasi minyak menggunakan natrium karbonat dilakukan dibawah suhu 50°C, sehinggga seluruh asam lemak bebas yang bereaksi dengan natrium karbonat akan membentuk sabun dan asam karbonat, reaksi sebagai berikut : O O CO

  2 R – C + Na +

  2 CO

  3 R – C H

  2 CO

  3 OH ONa H

  2 O

  Asam lemak bebas sabun asam karbonat Pada pemanasan, asam karbonat yang terbentuk akan terurai menjadi gas

  CO

  2 dan H

  2 O. Gas CO 2 yang dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun

  yang terbentuk dan mengapungkan partikel sabun diatas permukaan minyak. Gas tersebut dapat dihilangkandengan cara mengalirkan uap panas atau dengan cara menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan pompa vakum (Ketaren, 1986).

2.6 Karotenoid

  Karotenoid adalah suatu pigmen alami berupa zat warna kuning sampai merah yang terbagi ke dalam dua golongan. Pertama, karotenoid pro-vitamin A yang berfungsi sebagai zat nutrisi aktif, seperti α-karoten, β-karoten, dan γ- karoten. Kedua, karotenoid non-pro-vitamin A yaitu nonnutrisi aktif, seperti fucoxanthin, neokanthin, dan violaxanthin(Khomsan dan Anwar, 2008).

  Warna kuning-jingga yang terdapat di dalam Minyak Sawit Merah (MSM) adalah berasal dari senyawa karotenoid yang jumlahnya sekitar 500 – 2000 ppm, dimana sekitar 80% dari total senyawa karotenoid tersebut adal ah β-karoten. Senyawa β-karoten dapat berperan sebagai pro-vitamin A, senyawa anti kanker dan anti oksidan yang sangat aktif. Namun pada proses pembuatan minyak goreng dari minyak sawit merah, β-karoten ini sengaja dihilangkan untuk memperoleh minyak goreng yang jernih. Senyawa β-karoten dipandang sebagai produk yang penting dan bernilai ekonomis tinggi, karena senyawa ini ternyata memperlihatkan pengaruh yang positif terhadap kesehatan. Manfaat tersebut antara lain adalah pada pembentukan vitamin A, karena β-karoten berperan sebagai pro- vitamin A. Disamping itu manfaat β-karoten yang lain adalah sebagai senyawa anti kanker dan senyawa anti oksidan yang sangat aktif (Sahidin., dkk,

  2001).

  Senyawa ini menimbulkan warna oranye tua pada CPO. Karoten larut tetapi tidak larut dalam air. Senyawa ini dapat dihilangkan dengan proses adsorpsi dengan tanah pemucat. Fraksi karoten yang paling berpengaruh dalam CPO adalah

  β-carotein, pigmen ini juga tidak stabil terhadap pemanasan (Tambunan, 2006).

  α-karoten mempunyai kemampuan sebagai antioksidan dan bersinergi dengan β-karoten dalam mencegah pertumbuhan tumor. Dalam penelitian, karotenoid

  α-karoten dan β-karoten dapat menghambat gen N-myc. N-myc adalah gen yang berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan sel kanker (Astawan dan Leomitro, 2008).

  Dibandingkan dengan β-karoten, kandunganα-karoten di dalam bahan pangan memang termasuk sedikit.Namun, khasiat dan manfaat α-karoten tidak kalah dengan β-karoten.Penelitian menunjukkan bahwa α-karoten dapat menghambat gen N- myc 10 kali lebih kuat dibandingkan β-karoten (Astawan dan Leomitro, 2008).

  α-karoten juga mempunyai aktivitas vitamin A. Sebanyak 53 persen dariα- karoten dapat diubah menjadi vitamin A. Di dalam hati terdapat α-karoten dalam keadaan nonaktif. Bila tubuh kekurangan vitamin A,

  α-karoten tersebut dapat segera diubah menjadi vitamin A (Astawan dan Leomitro, 2008).

  Penelitian yang dilakukan oleh Harik-Khan dkk yang dimuat pada

  

American Journal of Epidemiology (2004) menunjukkan adanya korelasi antara

  konsumsi vitamin C dan α-karoten terhadap resiko penyakit asma pada anak-anak. Semakin tinggi konsumsi vitamin C dan

  α-karoten, maka semakin rendah resiko terjangkit penyakit asma(Astawan dan Leomitro, 2008).

  β-karoten mempunyai kemampuan sebagai antioksidan yang dapat berperan penting dalam menstabilkan radikal berinti karbon, sehingga mengurangi resiko terjadinya kanker. Salah satu keunikan sifat antioksidan β-karoten adalah efektif pada konsentrasi rendah oksigen, sehingga dapat melengkapi sifat antioksidan vitamin E yang efektif pada konsentrasi tinggi oksigen (Astawan dan Leomitro, 2008).

  β-karoten telah terbukti mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan, tetapi yang baik untuk dikonsumsi adalah β-karoten alami yang berasal dari bahan pangan. Berdasarkan penelitian yang dimuat pada The New England Journal of

  Medicine

  pada tahun 1994, komsumsi β-karoten sintetik pada perokok berat justru dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru. Sebaliknya tidak akan terjadi pada mereka yang mendapat asupan β-karoten alami dari bahan pangan (Astawan dan Leomitro, 2008).

  Yang paling dominan dan banyak jumlahnya dalam minyak kelapa sawit adalah β-karoten.Minyak sawit yang diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit kaya akan karotenoid melalui proses pengepresan. Konsentrasi karotenoid dalam minyak kelapa sawit berkisar 500-700 ppm terutama dalam bentuk

  α- dan β-karoten yang jumlahnya lebih dari 90 persen dari total karoten.Karotenoid merupakan prekursor vitamin A yang disebut sebagai provitamin A (Haryati, 2008).

2.6.1 Sifat Kimia Karoten

  Senyawa karotenoid didefinisikan sebagai suatu senyawa yang larut dalam lemak, berwarna kuning sampai merah dan mempunyai struktur alifatis atau alisiklik yang umumnya disusun oleh delapan unit isoprene atau 2-metil butadiena. Kedua gugus metil yang dekat pada molekul pusat terletak pada posisi C-1 dan C-6, sedangkan gugus metil lainnya terletak pada posisi C-1 dan C-5, serta di antara kedua gugus metil tersebut terdapat ikatan ganda terkonjugasi.

  (Susilawati dan Eka, 2000).

  Gam bar 1. Rumus Struktur α-Karoten Gam bar 2. Rumus Struktur β-Karoten Gam bar 3. Rumus Struktur γ-Karoten

  Ikatan ganda terkonjugasi adalah ikatan ganda yang diselingi oleh ikatan tunggal. Ikatan ganda terkonjugasi ini merupakan penyusun yang bertanggung jawab atas kecerahan dan kegelapan pigmen-pigmen karoten, makin banyak ikatan ganda makin pekat warna karotenoid tersebut, artinya semakin mengarah ke warna merah (Susilawati dan Eka, 2000). Karoten adalah senyawa hidrokarbon yang tersusun oleh unsur-unsur C dan H, sedangkan xantofil adalah senyawa turunan dari karoten yang mengandung oksigen di dalam struktur molekulnya. Sehingga unsur penyusun xantofil adalah

  C, H, dan O. Contoh senyawa yang termasuk karoten misalnya α-, β-, dan γ- karoten, sedangkan yang termasuk xantofil misalnya kriptoksantin, kapsantin dan turolarodin. Adanya ikatan ganda di dalam struktur molekul karotenoid mengakibatkan senyawa ini mudah mengalami oksidasi.Oksidasi terjadi secara acak pada rantai karbon yang mengandung ikatan ganda (Susilawati dan Eka, 2000).

2.6.2 Analisa Karoten pada Minyak Kelapa Sawit

  Analisa karoten pada minyak kelapa sawit menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul.Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet–visible untuk semua struktur elektronik, tetapi hanya pada sistem terkonjugasi, stuktur elektronik dengan adanya ikatan π dan non bonding elektron. Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer, yaitu bila cahaya monokromatik (IO) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (Naibaho, 1992).

Dokumen yang terkait

2.1 Kerangka Teori - Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 0 18

1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 3 8

Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 0 16

BAB II KEMENYAN 2.1. Sejarah Kemenyan di desa Hutajulu. - Mata Pencaharian Petani Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Studi Etnografi)

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Mata Pencaharian Petani Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Studi Etnografi)

0 0 16

BAB II PROFIL KABUPATEN LANGKAT DAN DPC PDI PERJUANGAN KABUPATEN LANGKAT A. Sejarah Ringkas Pemerintahan Kabupaten Langkat - Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI Perjua

0 3 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI PerjuanganKabupatenLangkat)

0 0 43

Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI PerjuanganKabupatenLangkat)

0 0 13

BAB II PROFIL SUMATERA BARAT II.1 Sejarah Provinsi Sumatera Barat - Pola Budaya Matrilineal Dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang - Pola Budaya Matrilineal Dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)

0 0 37