BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Identifikasi Senyawa Penyusun Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)Dari Lubuk Pakam, Laguboti Dan Dolok Sanggul Dengan Menggunakan GC-MS

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Manis (Cinnamomun burmannii)
Adapun taksonomi kayu manis adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo


: Laurales

Famili

: Lauraceae

Genus

: Cinnamomum

Spesies

: Cinnamomum burmannii

(Anonymous, 2010)

Gambar 2.1 Tanaman Kayu Manis

Gambar 2.2 Kulit Kayu Manis


Kayu manis merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak dijumpai di
Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan Maluku (Rismunandar, 2010). Penanaman kayu manis yang
terbesar di Indonesia adalah di daerah Sumatera Barat. Di daerah ini, tanaman
ditemukan umumnya di ketinggian 600 – 1200 m dari permukaan laut. Meskipun
begitu, di daerah dataran rendah masih ditemukan tanaman kayu manis. Pada
umumnya tanaman yang ditanam di daerah dataran rendah pertumbuhannya lebih
cepat daripada tanaman yang ditanam di daerah dataran tinggi, tetapi tebal kulit
dan aromanya tidak sebaik tanaman yang ditanam di daerah dataran tinggi
(Muhammad, 1973). Tanaman ini tumbuh baik di daerah lembab, dengan curah
hujan antara 2000-2500 mm per tahun, dan keadaan tanah yang banyak
mengandung humus, tanah gembur dan berpasir, serta tidak ada genangan air
(Rismunandar, 1993). Daun kayu manis kecil dan kaku dengan pucuk berwarna
merah. Umumnya tanaman yang tumbuh di dataran tinggi warna pucuknya lebih
merah dibanding di dataran rendah. Kulitnya abu-abu dengan aroma khas dan
rasanya manis (Rismunandar, 1993).
2.1.1. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
Kulit kayu manis kering pada umumnya mengandung minyak atsiri, pati, protein
dan lain-lain. Aroma kulit kayu manis berasal dari minyak atsiri (Rismunandar,
1993). Kulit Kayu Manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi serta

berasa hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam kayu manis
diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehid, tanin, kalsium oksalat,
damar, dan zat penyamak.
Efek farmakologis yang dimiliki kayu manis diantaranya sebagai peluruh
masuk angin( carminative), peluruh keringat (diaphoretic), anti rematik,
penambah nafsu makan (stomchica), dan penghilang rasa sakit (analgesik)
(Hariana, 2008).

2.1.2. Perbanyakan dan Perawatan Tumbuhan
Perbanyakan kayu manis dapat dilakukan dengan biji dan tunas akar. Kayu manis
dirawat dengan disiram air yang cukup, dijaga kelembapan tanahnya dan dipupuk
dengan pupuk organik. Tumbuhan ini memerlukan tempat yang mendapat cukup
sinar matahari atau sedikit terlindung (Hariana, 2008).
2.1.3. Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Pemanfaatannya
Kulit, batang, daun, dan akar kayu manis dapat digunakan untuk mengobati
beberapa penyakit : Asam Urat dan Tulang Keropos, Hernia, Muntah-muntah
(Hariana, 2008).
2.2 Minyak Atsiri
Minyak Atsiri merupakan salah satu senyawa organik yang banyak ditemukan di
alam dan berasal dari jaringan tumbuhan. Miyak Atsiri merupakan salah satu

senyawa metabolit sekunder yang mudah menguap (volatil) dan bukan merupakan
senyawa murni tetapi tersusun atas beberapa komponen yang mayoritas berasal
dari golongan terpenoid (Guenther, 1987).
Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari
penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hidrogen
dan atom karbon dari senyawa terpenoid yaitu 8:5 dan dengan perbandingan
tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut adalah golongan terpenoid.
Fraksi yang paling mudah menguap biasanya terdiri dari golongan
terpenoid yang mengandung 10 atom karbon. Fraksi yang mempunyai titik didih
lebih tinggi terdiri dari terpenoid yang mengandung 15 atom karbon. Sebagian
besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih
unit C-5 yang disebut isopren. Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit isopren
atau unit C-5 penyusun senyawa tersebut. Senyawa umum biosintesa terpenoid
dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan senyawa dan ekor dua unit isopren akan membentuk mono-,
seskui-, di-, sester-, dan poli-terpenoid.
3. Pengabungan ekor dan ekor dari unit C15 atau C20 menghasilkan terpenoid
atau steroid.
Senyawa terpenoid dapat dikelompokkan dalam tabel 2.1berikut :


Tabel 2.1 Klasifikasi Senyawa Terpenoid
No

Jenis Senyawa
Monoterpen

Jumlah Atom
Karbon
10

1
2
3
4
5
6

Sumber
Minyak Atsiri


Seskuiterpen
Diterpen
Triterpen
Tetraterpen
Politerpen

15
20
30
40
≥ 40

Minyak Atsiri
Resin Pinus
Damar
Zat Warna Karoten
Karet Alam

(Harborne, 1987).

2.2.1 Komposisi Kimia Minyak Atsiri
Pada umumnya perbedaan minyak atsiri komposisi minyak atsiri disebabkan
perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur
panenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O).
Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
1.

Golongan hidrokarbon yang terdiri dari persenyawaan Terpen

Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur karbon dan
Hidrogen Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari monoterpen ( 2 unit isoprene), sesquiterpen ( 3 unit isoprene), diterpen
( 4 unit isoprene) dan politerpen.
2.

Golongan hidrokarbon teroksigenasi


Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon
(C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol.
Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal,
ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua
(Ketaren, 1985).

2.2.2 Biosintesis Minyak Atsiri
Secara kimia minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi tersusun dari
berbagai macam komponen yang secara garis besar terdiri dari kelompok
terpenoid dan fenil propana. Berdasarkan proses biosintesisnya atau pembentukan
komponen minyak atsiri di dalam tumbuhan, minyak atsiri dapat dibedakan
menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah turunan terpenoid yang
terbentuk melalui jalur biosintesis asam asetat mevalonat. Golongan kedua adalah
turunan fenil propanoid yang merupakan senyawa aromatik, terbentuk melalui
jalur biosintesis asam sikimat (Agusta, 2000).
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid yaitu asam asetat
yang telah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen
menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil
koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon

bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalonat. Reaksi-reaksi
berikutnya

ialah

fosforilasi,

eliminasi

asam

fosfat

dan

dekarboksilasi

menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim
isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan
DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasai

isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan
elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang
kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat.
Sintesa terpenoid sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi
organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi
selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP, dan GGPP untuk menghasilkan
senyawa-senyawa terpenoid satu per satu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi
sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya adalah hidrolisa, siklisasi,
oksidasi, reduksi, dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan
mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi,
dekarbosilasi, dan sebagainya

O

CH3COOH

CoA -SH

CH3


C

SHCoA

Asetil koenzim A

CH3

O

O

O
SCoA + CH3

C

C

CH3

SCoA

Asetil koenzim A

O

CH3

CH2

C

C

CH2

C

SCoA

+ CoA -SH

Asetoasetil koenzim A

OH

O

O

C

O

SCoA

+

CH3

C

CH3

SHCoA

CH2

CH2

Asetil koenzim A

Asetoasetil koenzim A

C

O
C

C

SCoA

SCoA

O

OH

OH

O

H
CH3

C

CH2

CH2

C

C

SCoA

SCoA

O

CH3

C
CH2

O
CH2
CH2

C

OH

OH

Asam mevalonat

Gambar 2.3 Pembentukan Asam Mevalonat Sebagai Zat Antara Dalam Biosintesis
Terpenoid (Agusta, 2000).

Berikut adalah Gambar Reaksi Biosintesa Terpenoid

CH3

C

SCoA + CH3

C

CH3

SCoA

Asetil koenzim A

C

CH2

CH2

C

CH2

CH3

SCoA

C

C

SCoA

CH3

SCoA

C

C
CH2

SCoA

OPP

O

OH

H
CH3

C

Asetoasetil koenzim A

O

OH

O

O

O

O

O

CH2
CH2

C

OH

CH3

C

OH

CH3

C

CH

CH2

CH2

CH2

Asam mevalonat

O

OC

CH2

- OPP
- CO2

OPP

CH3

CH3

Dimetilalil pirofosfat (DMAPP)

C

CH

CH2

H

CH2

H
IPP

DMAPP

Monoterpen
OPP

Geranil pirofosfat

OPP
H

Seskuiterpen

OPP

Farnesil pirofosfat

2X
OPP

Triterpen

H

Diterpen

OPP

Geranil-geranil pirofosfat

OPP

Isopentenil pirofosfat (IPP)

OPP

OPP

O
OH

2X
Tetraterpen

Gambar 2.4. Biosintesis Terpenoid (Achmad, 1986).

Senyawa sineol, aromadedren, kopaen, deltakadinen yang didapatkan dari
minyak atsiri kulit kayu manis adalah kelompok turunan terpen melalui jalur
biosintesis asam asetat mevalonat. Selanjutnya senyawa seperti sinamaldehida
benzofrofenol dan eugenol adalah senyawa turunan fenil propanoid (C6-C3) yang
dikelompokkan kedalam senyawa yang mengadung cincin karbo aromatik. Cincin
aromatik yang hanya terdiri dari atom karbon, seperti benzena, naftalena, dan
antrasena. Cincin karbo aromatik ini lazimnya tersubstitusi oleh satu atau lebih
gugus hidroksil atau gugus lain yang ekivalen ditinjau dari segi biogenetik. Oleh
karena itu, senyawa bahan alam aromatik ini sering kali disebut senyawa-senyawa
fenolik, walaupun sebagian diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung
gugus fenol dalam keadaan bebas. Salah satu kelompok senyawa fenolik adalah
fenilpropanoid. Senyawa ini mempunyai kerangka dasar yang terdiri dari cincin
benzen (C6) yang terikat pada ujung dari propana (C3). Beberapa jenis senyawa
yang termasuk fenilpropanoid ialah turunan asam sinamat, turunan alilfenol,
turunan propenil fenol, dan turunan kumarin.Biosintesis senyawa fenilpropanoid
disajikan pada Gambar berikut, mengikuti jalur asam shikimat. Pembentukan
asam shikimat diawali dengan kondensasi aldol antara eritrosa dan asam
fosfoenolpiruvat. Pada kondensasi ini, gugus metilen C=CH2 dari asam
fosfoenolpiruvat berlaku sebagai nukleofil dan mengadisi gugus karbonil C=O
eritrosa, menghasilkan gula dengan 7 unit atom karbon. Selanjutnya reaksi yang
analog (intramolekuler) menghasilkan asam 5-dehidrokuinat yang mempunyai
lingkar sikloheksana, yang kemudian diubah menjadi asam shikimat. Asam
prefenat terbentuk oleh adisi asam fosfoenolpiruvat terhadap asam shikimat.
Selanjutnya, aromatisasi dari asam prefenat menghasilkan asam fenilpiruvat yang
merupakan prekusor dari fenilalanin melalui reaksi reduktif aminasi, produk
deaminasi fenilalanin menghasilkan asam sinamat ataupun reduksi deaminasi
fenillalanin menghasilkan sinamaldehida (Achmad, 1986).

COOH

O
O

O PO3H2

C
+

OH

HO

H2 C = C

CH2OH CH2

COOH

OH

C

HO - C
H

HO

OH

Fosfoenol piruvat

Eritrosa

C - OH
H

H
C

-H2O
COOH

COOH
HO

O=

COOH

-H2O
O

OH

HO

O

OH

OH

OH

OH

OH

Asam 5-dehidroshikimat

Asam 5-dehidrokuinat

H

COOH
H2C=C

OH

HO

COOH

COOH

O PO3H2

H
COOH

H

O

HO

-H2O

CH2

CH2
O

COOH

COOH

OH

OH

OH

Asam korismat
Asam shikimat

COOH

COOH

COOH

O
NH2

O

HOOCC -C-

-NH2

Asam sinamat

O
H2

C

OH

- H2 O
- CO2
Fenil alanin

Asam fenil pirufat

OH
Asam prefenat

reduksideaminasi
O
CH

C H

CH

sinamaldehida

Gambar 2.5. Biosintesa fenilprovanoid (Achmad, 1986).

2.2.3 Sumber Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan salah satu akhir proses metabolisme sekunder dalam
tumbuhan.Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain termasuk famili
Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, Rutaceae, Piperaceae,
Zingiberaceae, Umbelliferae, dan Gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap
bagian tumbuhan yaitu di daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar, dan rimpang
(Ketaren, 1985)

2.2.4 Kegunaan Minyak atsiri
Rochim (2009), Kegunaan Minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya
dalam berbagai bidang industri seperti :
1. Farmasi dan kesehatan
Bidang kesehatan minyak atsiri digunakan sebagai aroma terapi. Aroma yang
muncul dari minyak atsiri dapat menimbulkan efek menenangkan yang pada
akhirnya dapat digunakan sebagai terapi psikis. Dengan memanfaatkan aroma
terapi, psikis dibuat lebih tenang dan rileks. Selain menenangkan, zat aktif dalam
minyak atsiri juga sangat membantu proses penyembuhan karena memiliki sifat
anti radang, antifungi, dan antiserangga.
2. Kosmetik
Dalam hal perawatan kecantikan, minyak atsiri juga digunakan sebagai campuran
bahan kosmetik. Kehadiran minyak atsiri dapat memberikan aroma khas pada
produk. Beberapa produk kosmetik yang membutuhkan peran atsiri untuk
memperkuat efeknya
3. Makanan
Pada makanan, minyak atsiri ditambahkan sebagai penambah aroma dan
penambah rasa. Dalam pembuatan makanan olahan, tak jarang bahan yang
digunakan hanya sedikit menggunakan bahan utama. Oleh sebab itu, kehadiran
minyak atsiri dapat memperkuat aroma dan rasa sehingga produk makanan serasa
memiliki cita rasa yang tak kalah dengan produk aslinya.
2.2.5 Metode Isolasi Minyak Atsiri
Minyak atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode yang lazim yaitu : Metode
destilasi, Penyaringan, Pengepresan atau Pemerasan, Enfleurage.

2.2.5.1 Metode Destilasi
Minyak atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode yang lazim digunakan
sebagai berikut :
3.

Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air).

Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk minyakminyak yang tahan pemanasan (tidak mengalami perubahan bau dan warna saat
dipanaskan).
4.

Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air langsung.

Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar dan terutama
digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakkan dapat rusak akibat panas
kering. Seluruh bahan dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang
bentuknya mirip dandang (Gunawan, 2004).

2.2.5.2 Metode Penyarian
Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan
pemanasan seperti cendana. Kebanyakkan dipilih metode ini karena kadar
minyaknya di dalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan metode
lain, minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri
menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut
sempurna di dalam bahan pelarut organik non polar (Gunawan, 2004).
Ekstraksi digunakan untuk mengisolasi produk reaksi kimia organik .
sebagai contoh, sejumlah campuran senyawa organik yang larut dalam air dan
beberapa garam anorganik yang semuanya larut dalam air. Untuk mengisolasi
senyawa organik tersebut, maka campuran diatas dituang dalm corong pisah dan
dengan menambahkan pelarut organik, misalnya eter. Lalu dikocok sehingga
senyawa-senyawa organik akan terdistribusi pada eter karena lebih mudah larut
dalam eter dibandingkan dalam air. Sementara garam anorganik berada pada
lapisan air karena tidak larut dalam eter. Dengan demikian sudah terjadi
pemisahan dan eter dapat dibebaskan dengan penguapan (Williamson, 1987).

2.2.5.3 Metode Pengepresan atau Pemerasan
Metode ini hanya bisa dilakukan terhadap simplisia yang mengandung minyak
atsiri dalam kadar yang cukup besar. Bila tidak, nantinya hanya akan habis dalam
proses. Metode ini dilakukan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak stabil dan
tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk. Juga terhadap minyak-minyak atsiri
yang bau dan warnanya berubah akibat pengaruh pelarut penyari. Metode ini juga
hanya cocok untuk minyak atsiri yang rendemenya relatif besar (Gunawan, 2004).

2.2.5.4 Metode Enfleurage
Metode ini sering disebut metode pelekatan bau dengan menggunakan media
lilin.. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga yang
setelah dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan
minyak atsiri sampai beberapa hari, misalnya bunga melati sehingga perlu
perlakuan yang tidak merusak aktivitas enzim tersebut secara langsung. Caranya
adalah dengan menaburkan bunga dihamparan lapisan lilin dalam sebuah baki
besar (1m x 2m) dan ditumpuk-tumpuk menjadi beberapa tumpukan baki yang
saling menutup rapat. Baki-baki berlapis lilin tersebut dieramkan, dibiakan
menyerap bau bunga sampai beberapa hari. Setiap kali bunga yang sudah habis
masa kerja enzimnya diganti dengan bunga segar. Demikian seterusnya hingga
dihasilkan lilin yang berbau harus (dalam perdagangan dikenal sebagai pomade).
Selanjutnya, pomade dikerok dan diekstraksi menggunakan etanol seperti
lazimnya proses ekstraksi biasa (Gunawan, 2010).

2.3 Analisis Komponen Minyak Atsiri Dengan GC-MS
Perkembangan teknologi instrumentasi menghasilkan alat yang merupakan
gabungan dari 2 sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama lainnya
tetapi saling melengkapi, yaitu gabungan gas kromatografi gas dan spektroskopi
massa (Sudjadi, 1991).

2.3.1 Kromatografi Gas
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase yaitu fase bergerak
dan fase diam. Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat
terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase
gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah
menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya (Khopkhar, 2003).

2.3.1.1 Cara Kerja Kromatografi Gas
Sampel diijeksikan melalui suatu sampel injection port yang temperaturnya dapat
diatur, senyawa-senyawa dalam sampel akan menguap dan akan dibawa oleh gas
pengemban menuju kolom. Zat terlarut akan teradsorpsi pada bagian atas kolom
oleh fase diam, kemudian akan merambat dengan laju ramabatan masing-masing
komponen Komponen-komponen tersebut terelusi sesuai dengan urut-urutan
makin membesarnya nilai koefisien partisi menuju kedetektor. Detektor mencatat
seluruh sederetan sinyal yang timbul akibat perubahan konsentrasi dan perbedaan
laju elusi. Pada alat pencatat sinyal ini akan tampak sebagai kurva antara waktu
terhadap komposisi aliran gas pembawa

Gambar 2.6 Skema Alat Gas Kromatografi
(http://wocono.wordpress.com/2013/03/04/kromatografi-gas/)

Komponen utama dalam kromatografi Gas adalah :
1. Gas pembawa
Gas pembawa yang paling sering dipakai Helium (He), argon (Ar), Nitrogen (N2),
dan karbondioksida(CO2). Keuntungannya adalah karena semua gas ini tidak
reaktif dan dapat dibeli dalam keadaan kering dan murni yang dikemas dalam
tangki tekanan tinggi. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang
dipakai. Gas pembawa harus memenuhi persyaratan, antara lain harus inert (tidak
bereaksi dengan sampel, pelarut sampel. Material dalam kolom), murni, dan
mudah diperoleh.
2. Sistem injeksi
GC-MS memiliki dua sistem pemasukan sampel (injection), yaitu secara langsung
dan melalui sistem kromatografi gas untuk sampel campuran seperti minyak atsiri,
pemasukan sampel harus melalui sistem GC, sedangkan untuk sampel murni dapat
langsung dimasukkan kedalam ruang pengion (direct inlet) (Agusta, 2000).
3. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya
terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada
kromatografi gas (Rohman, 2009).
4. Fase Diam
Fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu nonpolar, semi polar dan
polar. Berdasarkan minyak atsiri yang nonpolar sampai sedikit polar, maka untuk
keperluan analisis sebaiknya digunakan kolom fase diam yang bersifat nonpolar.
5. Suhu
Suhu salah satu faktor utama yang menentukan hasil analisis kromatografi gas dan
spektrofotometri massa. Umumnya yang sangat menentukan adalah pengaturan
suhu injektor dan kolom (Agusta, 2000).
6. Detektor
Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar
fase gerak. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang
berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya
menjadi sinyal elektronik (Rohman, 2009).

2.3.2 Spektrometer Massa

Gambar 2.7 Skema Alat Spektroskopi Massa
(http://planetcopas.blogspot.com/2012/06/prinsip-kerja-spektrometer-massa.html)

Spektrometer massa adalah suatu alat berfungsi untuk mendeteksi masing-masing
molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas yang
terdiri dari sistem analisis dan sistem ionisasi. Pada sistem GC-MS ini, yang
berfungsi sebagai detektor adalah spektometer massa itu sendiri dari sistem
analisis dan sistem ionisasi, dimana (Electron Impact ionization (EI) adalah
metode ionisasi yang umum digunakan. Analisis GC-MS merupakan metode yang
cepat dan akurat untuk memisahkan campuran yang rumit (Agusta, 2000).
Spektrometer massa pada umumnya digunakan untuk:
1. Menentukan massa suatu molekul
2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi
Tinggi (High Resolution Mass Spectra)
3. Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola frakmentasinya.
Ketika uap suatu senyawa diletakkan dalam ruang ionisasi spektrometer
massa, maka zat ini dibombardir atau ditembak dengan elektron. Elektron.Elektron ini mempunyai energi yang cukup untuk melemparkan elektron dalam
senyawa sehingga akan memberikan ion positif, ion ini disebut dengan ion
molekul (M+). Ion molekul cenderung tidak stabil dan terpecah menjadi fragmenfragmen yang lebih kecil. Fragmen-fragmen ini yang akan menghasilkan diagram
batang (Dachriyanus, 2004).

Secara keseluruhan, tahap-tahap proses yang terjadi dalam spektroskopi
massa dapat dibagi menjadi injeksi, ionisasi, akselerasi dan deteksi
1. Injeksi
Injeksi merupakan proses pemasukan sampel ke dalam instrumen spektroskopi
massa. Sampel yang diperlukan sangat sedikit (kurang dari 1 ml)
2. Ionisasi
Sampel yang telah dimasukkan kemudian dipanaskan melebihi titik didihnya,
sehingga beralih fasa menjadi gas. Sampel yang telah berbentuk gas
dimasukkan dalam ruang ionisasi. Partikel sampel (atom maupun molekul)
kemudian ditembak dengan elektron berenergi tinggi (70 eV). Adanya
penembakan itu membuat partikel sampel terbombardir sehingga salah satu
elektronnya terpental keluar. Dengan demikian, partikel tersebut menjadi
bermuatan positif senyawa yang terbombardir masih dapat dibombardir lebih
lanjut untuk membentuk pecahan (fragmen) yang lebih kecil. Maka dari itu satu
senyawa dapat terfragmentasi menjadi beberapa kation.
3. Pembelokan (Akselerasi)
Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan magnet, pembelokan
yang terjadi tergantung pada massa ion tersebut. Semakin ringan massanya,
akan semakin dibelokan. Besarnya pembelokannya juga tergantung pada besar
muatan positif ion tersebut.
4. Pendeteksian (Defleksi)
Sinar-sinar ion yang melintas dalam mesin tersebut dideteksi dengan secara
elektrik.Sampel yang berbentuk gas (vaporised sample) masuk ke dalam ruang
ionisasi. Kumparan metal yang dipanaskan dengan menggunakan listrik
emelepaskanf elektron-elektron yang ada pada sampel dan elektron-elektron
lepas itu menempel pada perangkap elektron (electron trap) yang mempunyai
muatan positif. Partikel-partikel dalam sample tersebut (atom atau molekul)
dihantam oleh banyak sekali elektron-elektron, dan beberapa dari tumbukan
tersebut mempunyai energi cukup untuk melepaskan satu atau lebih elektron
dari sample tersebut sehingga sample tersebut menjadi ion positif.

5. Deteksi
Setelah ion-ion dipisahkan berdasarkan massa per muatan (m/z), maka
selanjutnya adalah deteksi beratnya. Sebuah alat pencatat (recorder) berfungsi
untuk mencatat massa kation yang berhasil dipisahkan. Detektor hanya bisa
mendeteksi ion. Dengan demikian, partikel netral tidak akan terdeteksi.

Dokumen yang terkait

2.1 Kerangka Teori - Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 0 18

1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 3 8

BAB II KEMENYAN 2.1. Sejarah Kemenyan di desa Hutajulu. - Mata Pencaharian Petani Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Studi Etnografi)

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Mata Pencaharian Petani Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Studi Etnografi)

0 0 16

BAB II PROFIL KABUPATEN LANGKAT DAN DPC PDI PERJUANGAN KABUPATEN LANGKAT A. Sejarah Ringkas Pemerintahan Kabupaten Langkat - Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI Perjua

0 3 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI PerjuanganKabupatenLangkat)

0 0 43

BAB II PROFIL SUMATERA BARAT II.1 Sejarah Provinsi Sumatera Barat - Pola Budaya Matrilineal Dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang - Pola Budaya Matrilineal Dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)

0 0 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Netralisasi Terhadap Penurunan Asam Lemak Bebas Dan Peningkatan Nilai Karoten Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit

0 0 16

Identifikasi Senyawa Penyusun Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)Dari Lubuk Pakam, Laguboti Dan Dolok Sanggul Dengan Menggunakan GC-MS

0 0 44