Gender Dalam Perspektif Islam pdf

KARYA ILMIYAH
Gender Dalam Prespektif Islam
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Materi Al-Quran I.
Dosen pengampu: Hayati Nufus M.pdi

Disusun Oleh:
Nama : Linda Wally
Kelas: PAI (A)
Nim:160301001

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami
diberi kemampuan, kesempatan waktu dan kesehatan jasmani dan rohani Sehingga kami dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah, dengan judul Gender Dalam Prespektif Islam yang menjadi tugas
mata kuliah Materi Al-Quran 1.Tak luput juga salawat dan salam untuk junjungan Nabi besar
kita, Nabiyallah Muhammad SAW beserta keluarga,dan para sahabatnya,

selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut, juga untuk memberikan pengetahuan
bagaimana pandangan islam mengenai gender yang akan dipaparkan dalam pembahasan karya
ilmiah ini.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran ataupun
menjadi referensi kita dalam mengetahui dan mempelajari tentang gender. Dalam makalah ini
penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna
perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Penyusun

Ambon, 28 Desember 2017

Abstrak
Penulisan karya ilmiah memiliki tiga fokus masalah yakni yang pertama melihat bagaimana
gender dalam lintasan sejarah, kemudian yang kedua bagaimana gender dalam prespektif islam,
serta yang ketiga bagaimana pandangan islam dalam menyelesaikan masalah gender. Metode
penilitian yang penulis gunakan adalah library research untuk mengkaji informasi tentang
bagaiman gender dalam prespektif islam. serta mengetahui ayat-ayat Al-Quran beserta
tafsirannya yang memuat pesan-pesan mengenai gender atau kesetaraan antara laki-laki dan

perempuan. Hal yang didapatkan yakni yang pertama, bahwa sesungguhnya gender atau
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam pandangan Al-Quran bahwa antara laki-laki
dan perempuan memiliki derajat atau kedudukan yang sama dimata Allah, yang membedakan
hanyalah ketakwaan mereka saja seperti yang dijelaskan Qs Al-Hujurat ayat 13. Yang kedua
mengenai masalah gender dalam yang dapat terselesaikan dengan menggunakan pendekatan
ushul fiqh, yang menggunakan dua pendekatan. Yaitu pendekatan maslahah dan pendekatan
dari’ah,

A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Perhatian dunia semakin meningkat terhadap kesetaraan gender,belakangan ini muncul
berbagai kajian yang membahas mengenai ketidak adilan terhadap kaum wanita yang dilakukuan
oleh kaum laki-laki. Dalam peradaban Romawi,Jepang,Yunani, maupun pada literatur agama
Hindu, merreka mengaggap bahwa perempuan itu merupakan sumber bencana, dan para
perempuan didiskriminasi. Akan tetapi dalam islam sangat bertentangan dengan pandangan
mereka. Al-Quran telah menjelaskan terlebih dahulu mengenai kesetaraan gender.semuanya
telah dijelaskan dalam Al-Quran dan langsung dicontohkan melalui sikap Rasulullah Saw.sikap
Rasulullah yang lembut dan sangat menghargai wanita mampu mengubah pandangan dunia,
selebih khususnya masyarakat pra-islam. Mereka yang dulunya juga menganggap perempuan
rendah, bahkan mereka menguburkan anak perempuan mereka, tetapi setelah RasulullahSaw

datang dan menjelaskan sesuai yang dijelaskan dalam Al-Quran. Dan tidak sedikit orang yang
langsung mengikiuti apa yang di katakana Rasulullha Saw. sehingga perlahan-lahan asyarakat
pra-islam mulai memahami sesungguhnya apa yang diajarkan Al-quran itu benar.
Didalam pandangan islam, wanita bukanlah musuh atau lawan bagi laki-laki. Sebaliknya
wanita adalah pelengkap lai-laki dan laki-lai adalah pelengkap wanita. Wanita adalah bagian dari
laki-laki dan laki-laki adalah bagian dari wanita. Karena itu Al-Quran mengatakan sebagian
kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Rasulullah Saw juga bersabda, ‘sebenarnya wanita
adalah saudara kandung laki-laki’ dalam islam tidak pernah dibayangkan adanya pengurangan
atas hak wanita atau penzaliman atas wanita demi kepentingan kaum laki-laki, sebab islam
adalah syariat Allah yang diturunkan untuk laki-laki dan wanita skaligus.
2. Rumusan maslah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah
1. Perempuan dalam lintasan sejarah?
2. Bagaiman gender dalam prespektif islam

3. Bagaimana Solusi gender dalam islam?

3. Tujuan Penulisan
1 Mengetahui perempuan dalam lintasan sejarah
2 Mengetahui bagaimana gender dalam prespektif islam

3 Mengetahui bagaimana islam menyelesaikan masalah gender.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gender dalam lintasan sejarah
Gender adalah kosa kata yang berasal dari bahasa Inggris yang bermakna ‘jenis kelamin’
dalam Glosariun di sebut sebagai seks. Gender sendiri di artikan sebagai: sesuatu sifat yang
melekat pada laki-laki maupun perempuan, yang di konstruksi secara sosial, kultural atau
hubungan sosial yang terkontruksi antara perempuan dan laki-laki yang berfariasi dan sangat
bergantung pada fakto-faktor budaya,agama,sejarah dan ekonomi. kosa kata gender bagi
masyarakat barat, khususunya masyarakat Amerika sudah di gunakan sejak era tahun 1960-an
sebagai bentuk perjuangan secara radikal,konservatif, sekuler, maupun agama,denagn tujuan
untuk menyuarakan eksistensi perempuan yang kemudia melahirkan kesadaran gender. Pada era
tersebutdi warnai dan di tandai dengan tuntunan kebebasan dan persamaan hak agar para
perempuan dapat menyampai laki-laki dalam rana sosial,ekonomi,politik dan bidang publik yang
lainnya. Di Indonesia kata gender bagi sebagian masyarakat masi di asumsikan sebagai segala
persoalan yang identik dengan perempuan. Bahkan sering kali tidak adanya pembatasan istilah
kata antara gender dengan seks. Kesalahan di dalam memahami kedua istilah tersebut dapat
menimbulkan multi tafsir, sehingga pemahaman konsep gender menjadi bias.1
Gender sering digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Pandangan mereka mengenai gender terkait dengan kesamaan antara laki-laki dan


1

Mufidah,. Isu-isu gender kontemporer , (Malang:UIN-Maliki Press.Malang, 2010) Cet I, Hlm 3-4

perempuan.dari segi biologi perempuan dapat dilihat bahwa, perempuan dapat mengandung,
melahirkan, menyusui, dan menstruasi. Sedangakan pria tidak bisa mengalami itu semua.selain
itu sifat-sifat yang dimiliki oeleh laki- laki dan wanita juga berbeda jauh, misalnya wanita yang
dikenal lemah lembut, pemalu,cantik,serta emosional. Sedangkan sifat yang melekat pada laki
laki misalnya, sifat mereka yang tegas, kasar, keras dan sebagainya. Hal itu merupakan kodrat
yang telah diberikan oleh Allah dan tidak dapay diubah oleh siapapun.
Menurut kaum feminis ketidakadilan gender tersebut muncul karena adanya kesalah pahaman
tentang konsep gender yang di samakan dengan konsep seks, sekalipun kata gender dan seks
secara bahasa memang mempunyai makna yang sama, yaitu jenis kelamin. Konsep seks bagi
para feminis adalah sifat yang di kodrati, alami, dibawa sejak lahir, dan tidak bisa di ubah.
Konsep seks hanya berhubungan dengan jenis kelamin dan fungsi-fungsi dari perbedaan jenis
kelamin itu saja, seperti bahwa perempuan bisa menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui
sedangkan laki-laki tidak. Sedangkan konsep gender bukanlah suatu sifat yang di kodrati tetapi
merupakan hasil kontruksi sosial dan kultural yang telah berproses sepanjang sejarah manusia.
Misalnya perempuan itu lembut, emosional, hanya cocok mengambil peran domestic, sementara

laki-laki itu kuat, rasional, layak berperan di sektor publik.

2

Sejarah awal mulanya masalah gender, merupakan proses yang sangat panjang. Wanita yang
pada zaman dulu sangat tidak dihargai,dianggap seperti kutukan, pembawa bencana, dan bahkan
diperlakukan secara tidak hormat oleh kaum laki-laki. Misalnya pada zaman yunani
kuno,romawi, negara cina,dan jepang bahkan juga terjadi pada masyarakat pra-islam. Hal inilah
yang mendorong para gender untuk menyuarakan hati mereka. Mereka menuntut akan kebebsan
terhadap diri mereka untuk tidak diperlakukan sedemikian buruk oleh kaum laki-laki. Bahkan
bukan hanya kebebasan, tetapi juga kesetaraan mereka dengan kaum laki-laki. Mereka
menganggap bahwa sesungguhnya antara wanita laki-laki itu sama saja. Baik itu dari segi
peran,maupun fungsi.

2

Zaitunah Subhah, Al-Quran perempuan menuju kesetaraan gender dalam penafsiran , ( Jakarta: Pranamedia
Group, 2015) Cet II, hal 2-3.

Dalam peradaban Romawi, perempuan berada di bawah kekuasaan ayahnya. Kekuasaan

tersebut berpindah ketika mereka sudah menikah. Kekuasaan ini mencakup kewenangan
menjual, mengusir, menganiyaya,dan membunuh. Begitu juga dengan Cina, bahkan bisa
dikatakan tidak lebih baik dari peradaban sebelummnya. Perempuan dalam hal ini mengalami
diskriminasi, hak hidup seseorang perempuan yang ditinggal mayi suaminya dibakar. Di
samping itu juga dibuat sesajen(persembahan) kepada dewa-dewa . bahakan ada sebuah petuah
sejara kono yang menyatakan bahwa racun, ukar dan api tidak lebih jahat dari perempuan. Dalam
masyarakat

Jepang

yang

banyak

menganut

sistem

kepercayaan


ajaran

Shintoisme

( kepercayaan jepang kuno) mereka menjelaskan bahwa laki-laki mendominasi dalam mewarnai
kehidupan dalam suatu masyarakat. atribut perempuan sebagai makhluk kotor, dituduh sebagai
penggoda laki-laki yang hendak ingin menjadi suci, laki-laki dianggap tidak memiliki kesalahan,
walaupun mereka jatuh dalam godaanya. Perempuan di dalam litelatur agam hindu adalah yang
paling efektif yang digunakan oleh para dewa untuk menyelewengkan kebaikan adalah seorang
perempuan biasanya terkadang berwujud sosok peri angkasa atau perempuan yangtidak senonoh
yang merupkan sumber segala kejahatan dalam pandangan hidup ortodoks.3
Sedangkan pada masyarakat Arab pra- islam tak berbeda jauh seperti yang dilakukan
masyarakat yunani, romawi, atau orang-orang yahudi. Pada masyarakat Arab pra islam mereka
juga sangat membenci kaum wanita. Mereka memandang wanita sangat rendah. Jika seorang ibu
melahirkan anak perempuan maka ibu tersebut harus rela membiarkan putri kecilnya di kuburkan
hidup-hidup oleh ayahnya sendiri. karena mereka menganggap kelahiran bayi perempuan itu
merupakan kutukan. Selain itu masyarakat Arab pra-islam juga memperlakukan wanita seperti
harta warisan yang bisa di berikan kepada ahli warisnya. Seperti jika seorang wanita yang
ditinggal mati suaminya maka anak tirinya dapat menjadi suami untuk ibu tirinya yang di tinggal
mati suaminya, tanpa mahar atau menikah kembali dengan orang lain.

Itulah beberapa sudut pandang dunia terhadap perempuan oleh kaum laki-laki. Keberadaan
data tersebut memperjelas bahwa wanita sangat mengalami diskriminasi yang sangat berlebihan.
Maka dari itu islam datang dan mengangkat martabat wanita.

3

Mufidah, Isu-isu gender kontemporer, (.Malang: Uin Maliki Press, 2010) Cet. III, Hal 6-8.

2. Gender dalam prespektif islam
Konsep kesetaraan gender dalam islam sesungguhnya telah menjadi bagian substunve nilainilai universal islam melalaui pewahyuan(Al-Quran dan hadist) dari Allah yang maha adil dan
maha pengasih . laki-laki dan perempuan ditempatkan pada posisi setara untuk kepentingan dan
kebahagian mereka didunia dan diakhirat. Karena itu laki-laki dan perempuan mempunya hakhak dasar dan kewajiban yang sama sebagai hamba Allah, yang membedakan hanyalah
ketaqwaan di hadapannya. Bicara mengenai kedudukan perempuan, mengantarkan kita agar
terlebih dahulu mendudukan pandangan Al-quran. Seperti yang dijelaskan dalam A-Quran surah
Al-hujurat















  





















  

“ Wahai seluruh manusia, sesungguhnya kami telah minciptakan laki-laki dan perempuan, dan
kami jadikan kami berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu dalah yang paling bertaqwa”(Qs al-Hujurat
13)

Ayat diatas tidak menggunakan panggilan yang ditujukan kepada orang-orang beriman.
Tetapi kepada jenis manusia. Allah berfirman; hai manusia sesungguhnya kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yakni Adam dan Hawa atau dari sprma
(benih laki-laki) dan ovum (indung telur perempuan). Serta menjadikanmu berbangsa-bangsa
juga bersuku-suku supaya kamu saling mengenal yang mengantar kamu untuk bantu membantu
serta saling melengkapi. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah yang
paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal
sehingga tidak ada sesuatupun yang tersembunyi baginya walau detak detik jantung dan niat
seseorang. Penggalan ayat di atas sesungguhnya kamimenciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan adalah pengantar untuk menegaskan bahwa semua manusia derajat
kemanusiaannya samadi sisi Allah tidak ada perbedaan antara satu suku dengan yang lain. Tidak
ada juga perbedaan antara nilai kemanusiaan antara laki-laki dengan perempuan karena semua
orang diciptakan dari laku-laki dan seorang perempuan . pengantar tersebut mengantar pada
kesimpulan yang disebut sebagai panggilan terakhir ayat ini. Yakni sesungguhnya yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah yang paling bertakwa. karena itu berusahalah untuk
meningkatkan ketakwaan agar yang menjadi termulia disisi Allah.4

Dari tafsiran tersebut dapat kitaketahui bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang asal kejadian
laki-laki dan perempuan sekaligus berbicara tentang kemuliaan manusia, baik sebagai laki-laki
ataupun perempuan. Yang didasarkan kemuliaanya yang bukan keturunan, suku, atau jenis
kelamin, akan tetapi ketaqwaanya kepada Allah. Hal ini senada dengan pernyataan mantan
Seykh Al-azhar, Seykh muhamad ahyahud dalam bukunya “Min Tawjihad Al-islam” bahwa
tabiat kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan hamper dapat dikatakan sama, Allah Swt
telah menganugrahkan kepada perempuan sebagaimana menganugrahkan kepada laki-laki
potensi dan kemampuan yang cukup uktuk memikul tanggung jawab dan menjadikan keduanya
dapat melakukan kegiatan maupun aktifitas yang bersifat umum maupun khusus.
Di samping itu juga seperti yang terdapat didalam (Al-Quran surah Al-isra ayat 70).

  ▪  


















   ☺ 
“Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di

daratan dan di lautan kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan”
4

M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah- pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran,( Jakarta: Lentera Hati, 2002) vol.
XII, Hal 616

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang unik yang memiliki kehormatan
dan kedudukannya sebagai manusia. Baik taat beragama maupun tidak. Dengan bersumpah dan
mengkukuhkan pernyataannya. Ayat ini menyatakan bahwa, yakni kami Allah, bersumpah
bahwa sesungguhnya kami telah muliakan anak cucu Adam dengan bentuk tubuh yang bagus,
kemampuan berbicara dan berfikir. Serta pengetahuan dan kami beri juga mereka kebebasan
memilah dan memilih. Dan kami angkut mereka didaratan dan lautan dengan aneka alat transfor
dan kami ciptaan dan tundukan bagi mereka, atau yang kami ilhami mereka pembuatannya. Agar
mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya kami cipta untuk mereka. Dan
kami juga beri mereka rezeki yang baik sesuai kebutuhan mereka lagi lezat dan bermanfaat.
Untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa mereka dan kami lebihkan mereka atas banyak
makhluk dari siapa yang telah kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. Kami lebihkan
mereka dari hewan dengan akal dan daya cipta sehingga menjadi makhluk yang bertanggung
jawab. Kami lebihkan yang taat dari mereka atas malaikat karena keaatan manusia melalui
perjuangan melawan setan dan nafsu. Sedangkan ketaatan malikat tanpa nafsu.5
Pada ayat tersebut ada kata bani Adam ( anak-anak Adam) yang mencakup lak-laki dan
perempuan.penghormatam yang diberkan tuhan bukan hanya untuk laki-laki, tetapi wanita juga
memiliki hak yang sama. Dalam Al-Quran perempuan bukan sebagai pengacau atau gangguan
terhadap laki-laki, akan tetapi Al-Quran memposisikan wanita sebagai ketentraman untuk kaum
laki-laki. Karena diciptakan dari jenis mereka sendiri.

    

















  ☺  

5





 

M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah- pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran,( Jakarta: Lentera Hati, 2016) Vol.
VII, Hal 149-150.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.( Ar-Ruum 21)

Maksutnya adalah, diantara tanda-tanda kekuasaannya dan bukti-bukti kebesarannya yaitu,
dia ciptakan pasangan untuk bapak kamu(Adam) dari dirinya, agar Adam merasa tentram
kepadanya, yaitu dengan menciptakan hawa dari salah satu tulang rusuk Adam. Firmannya, “dan
dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. Maksutnya adalah dengan menjalin hubungan
kekeluargaan dengan perkawinan diantara kamu, dengan itulah kamu menjalin hubungan.
Dengan itu pula dia jadikan rahmat diantara kamu, sehingga kamu lebih menyayangi.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir,
maksutnya adalah sesungguhnya dalam tindakan Allah itu terdapat pelajaran dan nasihat bagi
kaum yang mau memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah dan bukti-bukti kebenarannya. Dengan
itulah mereka mengetahui bahwa Allah pasti melaksanakan kehendak-nya dan tidak ada yang
dapat menghalangi kehendaknya.6
Islam datang ke Jazirah Arab dengan membawa ajaran-ajara baru yang menentang dan
memperbarui tradisi-tradisi masyarakat yang berkembang dan memperbarui tradisi-tradisi
masyarakat yang berkembang pada kala itu. Tentu saja tradisi yang diakomodasi ke dalam islam
ialah yang sejalan atau tidak bertentangan dengan ajaran dasar islam yang menjunjung tinggi
nila-nilai tinggi kemanusiaan. Islam menentang ajran-ajaran yang diyakini kaum yahudi dan
nasraniyang menghegomo kaum perempuan. Islam menjunjung tinggi ligeratur (kesetaraan)
dengan memosisikan perempuan sebagai makhluk yang memiliki tempat yang sama dihadapan
tuhan. Dan menetang apa yang dikatakan kaum Yahudi bahwa” wanita itu bagaikan setan, kita
berlindung kepada Allah dari kejahatan setan” di dalam Al-Quran di jelaskan bahwa wanita
adalah ketentraman bagi laki-laki. Muhamad Shaltut berpendapat bahwa islam memosisikan
perempuan sebagai mitra bagi kaum laki-laki sehingga islam memberikan kesetaraan hak dan
kewajiban bagi perempuan dalam pendidikan,kehidupan,ibadah, dan dalam menyampaikan
pendapat.islam adalah agama pelopor emansipasi. Setelah melakukan studi intensifatas literatur
islam klasik, ia menyimpulkan bahwa kedatangan islam telah menyebabkan terjadinya revolusi
6

Abu Ja’far Muhamad bin Jarir, Tafshir Ath-Thabari, ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) Jilid XX, Hal 625-626

gender pada abad ke-7 Masehi. Agama samawi terakhir ini denagn memerdekakan perempuan
dari dominasi kultur jahiliyah yang dikenal sangat zalim dan biadap. Ia juga mengemukakan
bahwa pasca datangnya islam kaum perempuan mulai diakui hak-haknya sebagai layaknya
manusia dan warga negara( bukan sebagai komodits) terjun dan berperan aktif dalam berbagai
sector, termasuk politik, dan militer.7
Dapat dikatakan bahwa gerakan gender, dalam sejarah peradaban dunia sebenrnya dipelopori
oleh Rasulullah Saw, Rasulullah yang membentukan kesetaraan gender bukan hanya mengenai
beberapa aspek saja, akan tetapi menyangkuat semua aspek kehidupan. Aspek tersebut
diantaranya mengenai istri,anak, nenek maupun anggota masyarakatyang lain. Semuanya
langsung dicontohkan oleeh baginda kita mMuhamad Saw. Rasulullah memulai tradisi yang
tentunya sangat baik terutama dalam hal perempuan. Rasulullah memberikan perlakuan yang
baik disetiap kehidupannya. Misalnya beliau sangat berperilaku lemah lembut terhadap anakanak kecil, atau sesame teman, maupun orang yang lebih tua. Dan juga beliau selalu berlaku
lemah lembut terhadap istri-istrinya, yang satu sama lainnya saling cemburu. Tetapi dengan
sikap bijaksan yang beliau terapkan mampu mengatasi itu semua. Hal ini merupakan proses
kesetaraan gender dalam islam. Selain itu juga pernyataan tersebut dapat di perkuat dengan
hadis-hadis yang shohih.
“ ketika mendengar tagisan bayi dalam masjid, nabi Saw memperpendek sholatnya dalam
menjaga perasaan ibunya Anas bin malik mengatakan bahwa Nabi Saw bersabda , aku sudah
mulai melaksanakan sholat dan aku brniat memanjangkannya. Lalu aku mendenagar tangisan
seorang bayi, maka aku sengaja memendekan sholatku karena aku dapat merasakan betapa

gelisahnya hati seorang ibu karena gangguan tangisan bayinya”.( HR. Bukhori dan Muslim)

“ mengizinkan ustman ibnu Affan r.a untuk tidak mengikuti perang badar guna menjaga
istrinya yang sedang sakit. Ibnu Umar berkata, adapun keikutsertaan utsman dari perang badar

7

Zaitunah Subhan, Al-Quran Perempuan menuju kesetaraan gender (Jakarta: Pranamedia Group 2015) Cet I, Hal 78.

adalah karena istrinya yaitu, putri Rasulullah Saw sedang sakit. Rasulullah Saw berkata
kepadanya; sesungguuhnya bagimu pahala orang yang mengikuti perang badar.(HR. Bukhori)8

islam datang mengeliminasi adat istiadat jahiliyah yang berlaku pada masa itu. Lima konsep
yang terkait dengan prinsip kesateraan gender dalam Al-Quran;
1. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesamaan sebagai hamba
2. Perempuan dan laki-laki sama sebagai khalifah
3. Laki-laki dan perempuan sama-sama menerima perjanjian primordial
4. Adam dan Hawa sebagai laki-laki dan perempuan yang sama terlibat secara aktif dalam
drama kosmis.
5. Laki-laki dan perempuan sama dalam berpotensi untuk meraih prestasidan akan
menerima award/punishment tanpa dibedakan.9
Al-Quran menempatkan laki-laki dan wanita pada posisi yang sama. Mengatur semua hakhak dan kewajibannya dengan adil. Tanpa memilih kasih antara wanita dan laki-laki. Semua
ditempatkan pada porsi sesuai dengan kebutuhannya masing- masing. Kemuliaan yang diberikan
islam terhadap kaum wanita tidak diberikan oleh agama-agama lain seperti Kristen, katolik, dan
sebagainya. Semua kemuliaan itu itu hanya di peroleh melalui agama islam.
Mengenai masalah gender, di dalam islam Al-Quran telah menjelaskannya terlebih dhulu.
Semuanya telah diatur dalam Al-Quran. Sayangnya kita sendiri sebagai umat islam tidak
mempelajarinya. Para kaum Yahudipun mereka mengetahuinya dan menyadari bahwa
sesungguhnya apa yang di jelaskan Al-Quran mengenai jender itu benar, akan tetapi denagan
kemunafikan mereka, mereka membantah kebenaran Al-Quran. Dan terkadang kita sendiri
sebagai umat islam tidak mau mempelajarinya.itulah yang membuat kita ikut dalam kegelapan
pengetahuan seperti kaum yahudi. Padahal kita memiliki banyak ilmu pengetahuan yang terdapat
daam Al-Quran

3. Solusi gender dalam islam melalui pendekatan Ushul Fiqh
8

Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, jilid 1,(Jakarta:Gema insani press,1997) Cet I, Hlm 315.
Zaitunah Subhah. Al-Quran perempuan menuju kesetaraan gender dalam penafsiran (Jakarta: .Pranamedia
Group,2015). Cet II. Hal 11.

9

Dalam menyelesaikan masalah kesetaraan gender tidak akan terlepas dari Al-Quran dan
Al-Hadist. Kedua ini merupakan sumber hukum yang kuat tanpa adanya keraguan. Al-quran dan
Hadist merupakan sumber hukum pertama dalam menggali hukum. Mengenai masalah gender
islam menanggapinya denga menggunakan pendekatan Ushul fiqh. Yaitu,

1. Pendekatan maslahah.
Salah satu metode yang berangkat dari Al-Maqasid Al-Shari’ah yang dikembangkan dalam usul
fiqh adalah metode maslahah, yakni merupakan metode fundamental dalam membangun dan
memferifikasi rasio, yang merupakan pengembangan dari metode Qiyas. Metode maslahah
berangkat dari kebakan yang ada kalanya didukung oleh nas, ada juga yang tidak didukung oleh
nas, namun tidak pula ditolaknya, tidak ada ijma yang mendasari kebaikan ini didukung melalui
cara istiqra ( induksi dari sejumlah nas) imam Al-Gazali menegaskan bahwa pada prinsipnya
maslahah adalah mengambil manfaat dan menolak kemudaratan dalam rangka memelihara
tujuan-tujuan shara. Umat islam akan mengalami hambatan hambatan-hambatan teologis jika
hukum hanya digali mengandalkan metode yang paradigma tekstual. Masalah mahram bagi
perempuan yang kerja di luar rumah, pembagian peran gender secara dikotomis yang tidak
relevan lagi membatasi ruang gerak perempuan dengan ala an fitnah dan sebagainya.oleh karena
itu Ushul fiqh menjadi salah satu pendekatan dalam mencari solusi khususnya metode maslahah
sebagai alternatifnya. Dalam memecahkan masalahgender dapat menentukan pilihan yang tepat
dalam menggunakan metode maslahah apakah maslahah mu’tabarah, maslahah mughayyirah,
maslahah mursalah,maslahah amah, ataupun maslahah khasah tergantung pada masalah gender
yang diatasi. 10

2. Pendekatan Dhari’ah
Pendekatan Dhari’ah merupakan salah satu alternative cara istinbath hukum untuk melindungi
individu dan masyarakat laki-laki maupun perempuan dari munculnya kesenjangan,
ketimpangan, bahkan kezaliman yang didasarkan pada perbedaan gender. Kalangan ulama
10

Mufidah , Pengarusutamaan gender pada basis keagamaan (Malang:Uin Malang press, 2009) Cet. I,Hal 54-56

Malikiyah dan Hanabilah menempatkan shadh al-dhari’ah sebagai salah satu dalil dalam
menetapkan hukum. Sedangkan dikalangan Hanafiyah dan shafi’iyah menggunakannya pada
kasus-kasus tertentu. Contoh kasusnya larangan bagi laki-laki yang akan berpoligami jika ada
indikasi akan terjadi KDRT. Karena dalam realitas akan terjadi fenomena prektek poligami yang
berujung pada ketidakadilan terhadap perempuan. Dhari’ah yang memungkinkan terjadinya
mudarat misalnya upaya menempatkan korban kekerasan pada shelter karena dikhawatirkan
secara psikis merasakan kurang nyama jika berada dirumah sendiri. Sedangkan contoh kasus
Dhari’ah yang tidak dikhawatirkan mudarat dan belum diketahui manfaatnya misalnya,
pemberian akses pada perempuan untuk bekerja atau tidak bekeja diwilayah public berdasarkan
kebutuhan dan pilihannya secara pribadi yang menjadi haknya secara mandiri.11

Dengan demikian pendekatan kajian al-ushul fiqh prespektif gender dalam islam merupakan
kebutuhan primer dalam kaitannya untuk menegakan hak-hak asasi manusia. Sekurangkurangnya dua metode, maslahah atau dhari’ah. hal ini melengkapi dalam melakukan istinbath.
Hukum disekitar fiqh berkesetaraan gender.

11

Mufidah , Pengarusutamaan gender pada basis keagamaan (Malang:Uin Malang press, 2009) Cet. I,Hal

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Gender merupakan kesetaraan antara laki-laki dan wanita, gender juga diartikan sebagai jenis
kelamin. Para gender menuntut kesetaraan antara laki-laki dan wanita. Baik itu mengenai peran
dan fungsi. Tetapi dalam masalah gender islam telah membahasnya lebih dahulu di dalam AlQuran, sebelum diperdebatkan oleh dunia.munculnya masalah gender, dikarenakan wanita yang
mengalami diskriminasi yang sangat keras, sehingga para gender ini menuntut kebebasan
mereka. Dalam Al-Quran sudah jelas bahwa kedudukan antara laki-aki dan perempuan itu sama.
Yang membedakan keduannya hanyalah ketaqwaan kepada Allah, oleh karena itu baik laki-laki
maupun perempuan memiliki hak yang sama dalam beribadah, senhingga mencapai taqwa yang
sempurna. Seperti yang dijelaskan Al-Quran surah Al-Hujurat bahwa “ Wahai seluruh manusia,
sesungguhnya kami telah minciptakan laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kami
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia diantara kamu dalah yang paling bertaqwa”. Islam memosisikan wanita ditempat yang
mulia tidak membeda-bedakan antarasatu dengan yang lainnya. Dalam Al-Quran banyak sekali
yang membahas mengenai gender atau kedudukan laku-laki dan wanita, bahkan juga dijelaskan
melalui hadist-hadist. Tinggal kita saja, apakah mau mengkaji itu semua untuk dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari kita. Serta juga dapat dijadikan pegangan atau jawaban untuk
menjawab masalah yang telah diperdebatkan oleh dunia. Marilah kita sebagai umat islam yang
berpedoman pada Al-Quran dan hadist berlomba-lomba dalam kebaikan atau melakukan hal-hal
sesuai yang di jelaskan dalam pedoman kita tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Syuqqah, Abdul Halim Abu.1997. Kebebasan Wanita . Jakarta: Gema insani press.
Subhah , Zaitunah . 2015. Al-Quran perempuan menuju kesetaraan gender dalam
penafsiran. Jakarta: Pranamedia Group.

Mufidah. 2010. Isu-isu gender kontemporer. Malang: Uin Maliki press.
Mufidah. 2009. Pengarusutamaan gender pada basis keagamaan. Malang: Uin Malang press.
Shihab,M.Quraish. 2016. Tafsir Al-Mishbah-kesan,pesan, dan keserasian Al-Quran. Jakarta:
Lentera Hati.
Jarir, Jafar Muhamad bin. 2009. Tafsir At-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam