PERMASALAHAN KELISTRIKAN NASIONAL DAN SO

PERMASALAHAN KELISTRIKAN NASIONAL
DAN SOLUSINYA

Ditulis Oleh :
Nama : Andi Tegar Pratama
NIM

: 20130120153

Kelas : Elektro D

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013/2014

PERMASALAHAN LISTRIK NASIONAL
Dengan pertumbuhan Ekonomi dan Pertambahan penduduk yang pesat, Indonesia
membutuhkan energi yang sangat besar untuk pemenuhan energi penduduknya. Salah satu energi
yang vital dan menjadi menopang kegiatan ekonomi serta aktivitas manusia adalah Energi
Listrik. Energi Listrik di Indonesia dikendalikan penuh oleh PT. PLN Persero (Perusahaan

Listrik Negara) yang dinaungi langsung oleh Kementrian BUMN( Badan Usaha Milik Negara),
kebutuhan energi listrik yang besar tanpa diimbangi pembangunan sumber energi litrik yang
efisien dan mandiri itulah yang membuat Negara ini masih mengalami defisit energi listrik.
Sampai saat ini lebih dari 7500 desa di pelosok indonesia belum terelektrifikasi dan belum dapat
menikmati terangnya lampu yang sekarang sudah kita nikmati.
Permasalahan lain yang dihadapi PT. PLN adalah subsidi yang begitu besar yang pada
tahun 2014-2014 saja mencapai Rp. 100.000.000.000.000 (100 Trilyun) untuk subsidi Listrik
Nasional, Permasalahan utamanya adalah selisih biaya produksi dan harga jual yang berbeda
signifikan. Harga produksi terus membengkak karena sebagian besar energi listrik dibangkitkan
dengan BBM sehingga PLN harus membeli BBM mengikuti harga pasar yang
fluktuatif/berubah-ubah serta tidak efisiennya Sistem Pembangkit, Saluran Transmisi, dan
Distribusi sehingga Losses Daya yang dihasilkan sistem menjadi sangat besar. Rendahnya harga
jual juga menyebabkan dorongan untuk melakukan penghematan menjadi sangat rendah di
kalangan konsumen. Di sisi lain, banyak konsumen yang tidak layak mendapatkan subsidi atau
mampu membayar lebih mahal, jika kualitas listrik yang didapat bisa dijamin.
Masalah yang tidak kalah penting dan unik di indonesia yaitu kondisi geografis indonesia
yang berbeda dari negara yang lainnya yang terdiri atas banyak pulau dan terletak
di garis khatulistiwa. Kondisi dengan banyak pulau ini merupakan kondisi
yang menjadi masalah unik bagi pemerataan listrik sekaligus tantangan
bagi PLN, kondisi di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara yang

lain sehingga indonesia sulit untuk melakukan penilaian/benchmark apakah
sistem tenaga listrik yang digunakan sudah efisien atau belum. Letak
negara yang berada di garis Khatulistiwa juga menjadi Konsekuensi
tersendiri. Kita ambil Contoh di Pulau Jawa dan Sumatera, semua orang
bangun dan tidur pada waktu yang sama, semua melakukan aktivitas pada
jam yang sama. Semua merasakan temperatur yang hampir sama.
Akibatnya, beban puncak di seluruh bagian pulau Jawa dan Sumatra terjadi
pada waktu yang sama. Artinya, keuntungan sistem interkoneksi yang
diharapkan bisa mengurangi beban puncak belum bisa dirasakan

manfaatnya. Kondisi ini berbeda dengan Eropa dan
temperaturnya berbeda dari bagian satu ke bagian
mempunyai beda waktu yang cukup signifikan. Dengan
perencanaan yang berjalan baik di Amerika dan Eropa
terapkan di Indonesia.

Amerika yang
yang lain dan
kata lain, pola
tidak bisa kita


SOLUSI YANG DAPAT DIPERTIMBANGKAN
Kompleksnya permasalahan kelistrikan nasional menjadikan solusi yang
juga Kompleks dan Menyeluruh sulit di dapat. Karena sulit bukan berarti
tidak ada solusi, jika tidak ingin tergilas perubahan maka kitalah yang harus
membuat perubahan. Ada beberapa point yang dapat dipertimbangkan
untuk menjadi pemecah permasalahan kelistrikan nasional diantaranya
yaitu :
1. Kita harus sadar bahwa menghemat listrik 1 KiloWatt lebih mudah
daripada harus membangkitkan/membuat Energi Listrik Sebesar 1
KiloWatt.
2. Mendorong setiap daerah untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan
energinya salahsatunya dengan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga
Micro Hydro).
3. Sebagai suatu produk, energi listrik harus dihargai dari sisi kualitas
dan kuantitasnya bukan hanya kuantitasnya saja seperti saat ini.
4. Kompetisi dengan adanya Perusahaan Listrik Swasta
5. Renewable Energy [Membangun Energi Terbarukan Seperti Solar
Cell, Kincir Angin (Wind Energy), PLTO (Wave Energy), PLTP
(Geothermal Energy)].

Dari beberapa point penting di atas dapat dijelaskan seperti berikut :
1. Penghematan Energi

Masalah yang terjadi pada sistem ketenagalistrikan yaitu masalah
mengenai kurang andal dan efisiennya sistem penyimpanan atau
penghematan energi listrik. Akibatnya energi litrik dibangkitkan saat
diperlukan atau tidak ada sistem penyimpanan atau penghematan yang
mumpuni. Hampir semua pebangkit, saluran transmisi dan distribusi
dibangun dan berkapasitas sama dengan beban puncak yang hanya terjadi
beberapa jam setiap harinya, sehingga setelah beban melewati fase beban
puncak maka sistem yang dibangun dengan biaya mahal tersebut akan lebih
banyak menganggur.
Jika kita mempunyai 100 unit bahan bakar, bahan bakar ini harus
diolah di pembangkit menjadi energi listrik. Dalam konversi dari bahan
bakar menjadi energi listrik, ternyata hampir 70 unit terbuang percuma.
Rendahnya efisiensi pembangkit inilah yang mendorong banyaknya
penelitian di bidang pembangkitan. Energi listrik yang tersisa 30 unit ini,
selanjutnya harus ditransmisikan dan didistribusikan menuju konsumen.
Dalam perjalanan menuju konsumen, sekitar 10 unit terbuang percuma di
saluran. Artinya, konsumen hanya akan menerima 20 unit energi listrik.

Oleh konsumen, energi listrik harus diubah lagi menjadi bentuk energi
sesuai dengan kebutuhan, baik energi mekanik (motor penggerak),
penerangan, maupun energi kimia. Dalam proses ini, sekitar setengah
energi akan hilang percuma. Artinya, kita memerlukan 100 unit bahan
bakar untuk menghasilkan energi akhir 10 unit (10 kali lipat). Dari
permisalan Losses Daya tersebut dapat kita bandingkan daripada
membangun pembangkit dan saluran yang mahal, akan lebih baik jika
melakukan penghematan energi listrik. Jika konsumen menghemat 1 unit
energi, maka akan menghemat 10 unit energi secara keseluruhan. Dengan
penghematan ini, negara tidak perlu membangun pembangkit dan saluran
transmisi baru. Pembangkit yang ada bisa dipakai untuk melayani
konsumen lain yang masih antri untuk mendapatkan layanan listrik.
Akan tetapi masyarakat negeri ini kurang peduli akan adanya
penghematan energi listrik, hal tersebut karena masyarakat kita yang salah
didik akan adanya subsidi sehingga mereka menganggap bahwa mereka
tidak perlu menghemat karena mereka juga membayar listrik yang mereka
pakai dengan murah. Dari pemerintah sendiri seharusnya membuat

peraturan yang mengatur tentang penghematan energi listrik untuk
konsumen dan pembuatan peralatan yang hemat energi untuk produsen

yang memaksa hanya peralatan hemat energi yang dapat dijual di negeri
ini. Selain itu perlu adanya pionir dalam menggalakkan penhematan di
negeri ini yaitu pemerintah khususnya BUMN melalui PT.PLN yang
mengndalikan penuh energi listrik yang mengalir sampai ke konsumen. Jika
penghematan di seluruh negeri dilakukan maka saya yakin pemerataan
elektrifikasi tanpa harus membangun banyak pembangkit yang mahal bisa
dilakukan di negeri ini. Jika kita dapat berhemat energi listrik mengapa kita
harus membangun pembangkit baru yang mahal.
2. Mendorong Setiap daerah untuk Mandiri Listrik
Akhir-akhir ini pemerintah membangun banyak pembangkit listrik
untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang dalam prakteknya malah
menimbulkan permasalahan baru yang sangat merugikan masyarakat dan
negara karena kurang andalnya pembangkit yang di bangun oleh
perusahaan asal China. Menurut saya lebih baik uang untuk membangun
pembangkit yang mahal tersebut disisihkan untuk mendorong setiap daerah
menghasilkan energi listrknya sendiri seperti misalnya dari Tenaga
MicroHydro.
Karena selama ini dapat kita lihat, bahwa di pulau jawa sendiri, bahan
bakar batu bara yang digunakan untuk membangkitkan energi listrik masih
tergantung pada daerah lain yang menjadi penghasil batu bara seperti

kalimantan dan sumatera, biaya transportasi untuk pengiriman batu bara
juga menjadi sangat mahal sehingga dari sisi bahan bakarnya saja sudah
tidak efisien, belum lagi di pulau jawa Energi listriknya tergantung pada 2
pembangkit besar yaitu Paiton dan Suralaya yang harus mengirimkan
Listrik dengan jarak yang sangat jauh melalui saluran transmisi yang
mengakibatkan Banyaknya Daya Listrik yang hilang sehingga dibtuhkan
juga trafon penaik tegangan yang sangat banyak untuk mengatasi losses
yang besar tersebut. Untuk itu diperlukan penelitian untuk membandingkan
efisiensi antara sistem tenaga listrik dengan banyak saluran transmisi dan
sistem tenaga listrik mandiri dengan sedikit saluran transmisi, dengan
dikembangkanya sistem tenaga listrik mandiri ini diharapkan Pasokan

listrik dari daerah lain melalui saluran transmisi hanya digunakan sebagai
backup atau cadangan.
3. Menghargai Energi Listrik dari Kualitas dan Kuantitas sebagai suatu
produk
Pada sistem tarif yang ditetapkan pemerintah atau yang sering
dikenal dengan TDL (Tarif Dasar Listrik) yang membuat semua pelanggan
PLN membayar energi listrik dengan harga yang sama berdasarkan
golongannya, tidak peduli betapa susah dan mahalnya PT. PLN

membangkitkan energi listrik, pelanggan PLN menghargai Energi yang
dipakai dengan harga sama berdasarkan jumlah kWh yang dipakai. Tidak
peduli juga seberapa sering listrik padam atau naik-turun tegangannya,
energi listrik tetap dihargai sama. Padahal jika kita lihat, produksi listrik
disetiap daerah berbeda dan biaya untuk menjaga kualitas listrik juga
berbeda. Walaupun sebenarnya banyak konsumen yang mau membayar
lebih jika kualitas listriknya baik. Kondisi ini juga menyebabkan ketidakadilan dan kecemburuan. Misalnya, Daerah Kalimantan yang banyak
mempunyai batubara, kelistrikannya jauh lebih buruk dan tidak berkualitas
di banding Jakarta. Padahal rakyat Kalimantan yang harus menanggung
hancurnya lingkungan akibat penambangan batubara. Jika mau adil,
mestinya listrik di Jakarta jauh lebih mahal disbanding di Kalimantan
karena kualitasnya jauh lebih baik dan biaya produksinya lebih mahal. Jika
di kemudian hari pemerintah menerapkan harga listrik berdasarkan daerah
dan kualitas listriknya (Regional Pricing) tentu wajar karena biaya produksi
dan kualitas listrik di setiap daerah berbeda dan pemerintah bisa
menggunakan listrik sebagai sarana untuk mengendalikan urbanisasi.
Dengan menjaga kualitas listrik maka PLN dapat menjual energi listrik nonsubsidi kepada konsumen yang mebutuhkan energi listrik banyak dan
berkualitas baik sehingga biaya subsidi tarif dasar listrik selama ini dapat
dikurangi dan energi listrik dapat di alirkan dengan adil yaitu daerah
dengan kualitas listrik baik akan membayar listrik lebih mahal dan daerah

dengan kualitas listrik kurang baik dapat membayar listrik lebih murah.
4. Kompetisi dengan adanya Perusahaan Listrik Swasta

Pada point ini dimaksudkan bahwa dapat di ambil sebuah alternatif
bagi pemeritah untuk mengizinkan penyedia listrik swasta lokal yang
mampu bersaing yaitu dengan mendorong munculnya pemain baru yang
mampu menjual listrik berdasarkan kualitas tanpa subsidi. Perlu diingat
bahwa peningkatan kualitas tidak identik dengan menaikkan harga. Ini
terutama penting di daerah-daerah yang sudah maju atau menuntut
pelayanan listrik yang baik seperti halnya Jakarta, Surabaya, Bali, dan
masih banyak lagi. Dengan adanya perusahaan listrik swasta maka
kompetisi untuk menyediakan listrik yang berkualitas menjadi mutlak di
lakukan oleh perusahaan penyedia energi listrik sehingga dapat
meningkatkan kualitas listrik dan tentu perusahaan akan berlomba untuk
menjual energi listrik dengan harga murah yang berkualitas tanpa subsidi.
5. Membangun Energi Terbarukan (Renewable Energy)
Dengan kondisi negara indonesia yang berada di Garis Khatulistiwa
dengan Cahaya Matahari yang bersinar lebih banyak dan lama dibanding
daerah yang tidak berada di garis khatulistiwa dan dengan kekayaan alam
indonesia yang luar biasa, seharusnya kita dapat mengolah secara mandiri

kekayaan alam tersebut baik untuk kesejahteraan masyarakat maupun
pemenuhan energi negara. Dilihat dari sisi tersebut maka indonesia
seharusnya tidak mengalami defisit energi listrik. Akan tetapi karena
pengelolaan yang salah kaprah oleh pemerintahan terdahulu yang
mengizinkan perusahaan luar negeri masuk dan mengeruk kekayaan alam
indonesia sehingga terjadilah kondisi dimana negara belum bisa mandiri
dalam pengelolaan dan pemenuhan energinya.
Untuk ituperlu adanya regulasi yang mengatur batas pemanfaatan
sumberdaya alam oleh perusahaan luar negeri secara ketat atau bahkan
dapat memberhentikan eksploitasi SDA oleh perusahaan luar negeri selama
ini. Indonesia harus mulai bangkit dan mulai mngelola energinya secara
mandiri yaitu bersaing untuk membangun Energi Terbarukan yang
memanfaatkan Sumberdaya Alam yang melimpah di negeri ini seperti
Membangun Pembangkit Listrik Solar Cell, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB/Angin), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dll yang dikelola secara mandiri oleh Putra-

Putri Bangsa Indonesia Sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan Energi
Listrik Nasional yang Merata, Murah, Berkualitas, dan Andal.


Daftar Pustaka
2009. “Kelistrikan Nasional: Masalah dan Solusinya”.
http://www.konversi.wordpress.com (Diakses Pada Senin, 19-Mei-2014 Pukul
00:57 WIB)
2014. “PLN: Subsidi Listrik Rp100 Triliun untuk 31 Golongan”.
http://economy.okezone.com/read/2014/04/17/19/971746/pln-subsidi-listrik-

rp100-triliun-untuk-31-golongan (Diakses Pada Minggu 18-Mei-2014 Pukul
19:45 WIB)
2013. “Kasihan, 10.211 Desa di Indonesia Belum Teraliri Listrik”.
http://finance.detik.com/read/2013/05/23/183635/2254399/1034/kasihan10211-desa-di-indonesia-belum-teraliri-listrik (Diakses Pada Selasa 20-Mei2014 Pukul 01.12 WIB)
2014. Ditulis Ulang dan Diselaraskan dengan kondisi terkini Oleh Andi Tegar
Pratama Pada Selasa, 20-Mei-2014 Pukul 01:55 WIB.