Rumusan akad syariah pada perbankan syar

DAN AKIBAT HUKUMNYA PUSLITBANG HUKUM DAN PERADILAN BADAN LITBANG DIKLAT KUMDIL MAHKAMAH AGUNG RI

RUMUSAN AKAD- AKAD SYARI’AH PADA PERBANKAN SYARI’AH, IMPLEMENTASI DAN AKIBAT HUKUMNYA LAPORAN PENELITIAN

Koordinator Peneliti :

Dr. Andi Akram, SH. MH. PUSLITBANG HUKUM DAN KEADILAN BADAN LITBANG DIKLAT KUMDIL MAHKAMAH AGUNG RI 2014

LAPORAN PENELITIAN RUMUSAN AKAD- AKAD SYARI’AH PADA PERBANKAN SYARI’AH, IMPLEMENTASI DAN AKIBAT HUKUMNYA

Koordinator Peneliti :

Dr. Andi Akram, SH. MH.

PUSLITBANG HUKUM DAN PERADILAN BADAN LITBANG DIKLAT KUMDIL MAHKAMAH AGUNG RI

2014

KATA PENGANTAR

Badan Penelitian dan Pengembangan & Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI merupakan satuan kerja yang lahir setelah semua Lembaga Peradilan Yaitu :

1. Peradilan Umum;

2. Peradilan Agama;

3. Peradilan Tata Usaha Negara;

4. Peradilan Militer; berada di bawah "satu atap" Mahkamah Agung RI. Salah satu tugas dan tanggung jawab Badan Litbang Diklat Kumdil adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia bagi seluruh aparat Peradilan, baik bagi Tenaga teknis (Hakim, Panitera dan Jurusita) maupun tenaga non Teknis, termasuk Pejabat Struktural.

Dan dalam rangka Pelaksanaan tugas tersebut, Badan Litbang Diklat Kumdil meliput 4 (empat) unit kerja yakni :

1. Sekretariat Badan;

2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan;

3. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis Peradilan;

4. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan;

Salah satu unit dari Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan adalah Penelitian (Puslitbang).

Berdasarkan DIPA 2014 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan (Puslitbang) telah melaksanakan berbagai macam kegiatan yang menjadi tupoksinya. Salah satunya adalah Penelitian "RUMUSAN

AKAD- AKAD SYARI’AH PADA PERBANKAN SYARI’AH,

IMPLEMENTASI DAN AKIBAT HUKUMNYA" yang merupakan Penelitian Kepustakaan. Penelitian tersebut dilaksanakan diwilayah Hukum Pengadilan di Jakarta. Hasilnya telah disusun dan dibuat dalam bentuk Buku Laporan.

Untuk itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih atas ketulusan dan keikhlasan semua pihak mulai dari pengumpulan bahan-bahan sampai dengan selesainya penelitian dan telah menjadi sebuah Buku Laporan Penelitian

"RUMUSAN AKAD-A KAD SYARI’AH PADA PERBANKAN

SYARI’AH, IMPLEMENTASI DAN AKIBAT HUKUMNYA". Insya Allah, jerih payah kita semua akan menjadi amal sholeh dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, Amin.

Jakarta, September 2014

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN & PENDIDIKAN DAN PELATIHAN HUKUM DAN PERADILAN NY. SITI NURDJANAH, SH., MH

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan nikmat dan karunianya, sehingga Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan melalui DIPA Balitbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI Tahun Anggaran 2014 telah berhasil merealisasikan salah satu tugas pokok dan fungsinya yakni menyelenggarakan kegiatan penelitian.

Kegiatan tersebut diawali dengan F ocus Gr up Discussion (FGD) untuk mendiskusikan Proposal Penelitian berjudul

"RUMUSAN AKAD- AKAD SYARI’AH PADA PERBANKAN SYARI’AH, IMPLEMENTASI DAN AKIBAT HUKUMNYA"

kegiatan FGD Proposal tersebut berlangsung di Jakarta. Setelah FGD Proposal, dilanjutkan dengan memulai pelaksanaan kegiatan Penelitian Kepustakaan di Jakarta, melalui kompilasi bahan dan data penelitian, seleksi serta analisis terhadap berbagai data, bahan, referensi kepustakaan, dan putusan-putusan pengadilan yang relevan, serta dilengkapi sejumlah wawancara dengan para narasumber yang kompeten. Terhadap hasil Penelitian tersebut kemudian dilakukan Kegiatan

F ocus Gr up Discussion (FGD) untuk membahas dan mendiskusikan Hasil Penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan masukan dalam rangka penyempurnaan hasil penelitian.

FGD Proposal Penelitian, maupun FGD Hasil Penelitian telah diikuti oleh para undangan, antara lain meliputi beberapa Hakim Agung, Hakim Tinggi, Hakim Tinggi Pengawasan, Hakim Tinggi yang diperbantukan pada Balitbang Diklat, Hakim Yusitisial, Hakim Tingkat Pertama, Fungsional Peneliti Puslitbang Mahkamah Agung, peneliti dari Instarisi atau Lembaga lain, Akademisi dari Perguruan Tinggi dan Staf Puslitbang. Dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai masukan, kritik dan usulan bagi penyempurnaan proposal maupun hasil penelitian. Diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kemanfaatan hasil penelitian, baik bagi kalangan FGD Proposal Penelitian, maupun FGD Hasil Penelitian telah diikuti oleh para undangan, antara lain meliputi beberapa Hakim Agung, Hakim Tinggi, Hakim Tinggi Pengawasan, Hakim Tinggi yang diperbantukan pada Balitbang Diklat, Hakim Yusitisial, Hakim Tingkat Pertama, Fungsional Peneliti Puslitbang Mahkamah Agung, peneliti dari Instarisi atau Lembaga lain, Akademisi dari Perguruan Tinggi dan Staf Puslitbang. Dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai masukan, kritik dan usulan bagi penyempurnaan proposal maupun hasil penelitian. Diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kemanfaatan hasil penelitian, baik bagi kalangan

Buku Laporan Hasil Penelitian ini dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban Kapuslitbang kepada Pimpinan Mahkamah Agung RI, serta sebagai dokumentasi telah selesainya pelaksanaan kegiatan tersebut. Semoga kiranya dapat memberikan manfaat sebagaimana mestinya.

KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BADAN LITBANG DIKLAT KUMDIL MA-RI

Prof. Dr. BASUKI REKSO WIBOWO, S.H., M.S. NIP. 19590107 198303 1 005

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KABALITBANG DIKLAT KUMDIL . i

KATA PENGANTAR KAPUSLITBANG KUMDIL ………... iii

DAFTAR ISI ……………………………………………………. v

BAB I PENDAHULUAN ………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ..……………………..

B. Perumusan Masalah ….……………………….. 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………... 4

D. Kerangka Pemikiran …………………………..

E. Metode Penelitian ……………………………..

F. Sistematika Pembahasan ….…………………..

BAB II TINJAUAN

DSN TENTANG AKAD-AKAD PEMBIAYAAN ……. 11

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ….

A. Penelitian Terhadap 3 Perbankan Syariah ….…

1. Bank Syariah Mandiri ……………………... 17

2. Bank BRI Syariah …………………………. 26

3. Bank BNI Syariah ……………………..…... 30

B. Akibat Hukum Rumusan Akad Pembiayaan

Syariah ………………………………………… 41

C. Akibat Hukum dari Akad ……………………... 44

D. Pernyataan Akad Sebagai Penyebab Timbulnya

Akibat Hukum ………………………………… 46

E. Hukum-Hukum yang Timbul Jika Terjadi

Penyelewengan ……………………………….. 50

F. Jaminan Pembiayaan Dalam Pembiayaan Syariah ………………………………………… 55

BAB IV KESIMPULAN ……………………………...……. 61

A. Kesimpulan ….………..………………………. 61

B. Saran-Saran ……………..…………………….. 61

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN ………………………….. 63

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan perbankan syari’ah di Indonesia merupakan perwujudan dari keinginan masyarakat yang membutuhkan suatu

sistem perbankan alternatif yang menyediakan jasa perbankan yang memenuhi prinsip syari’ah. Pada Undang-Undang Perbankan yang lama, yaitu Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan tidak dimungkinkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah karena tidak ada pengaturannya. Keberadaan bank sy ari’ah secara formal dimulai sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3472) walaupun istilah yang dipakai adalah bank yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil, yaitu dengan beroperasinya Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 Mei 1992. Namun, sebelum pendirian Bank Muamalat Indonesia, sebenarnya bank syari’ah pertama kali yang memperoleh izin usaha adalah Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) Berkah Amal Sejahtera dan

BPRS Dana Mardhatillah pada tanggal 19 Agustus 1991, serta BPRS Amanah Rabanish pada tanggal 24 Oktober 1991 yang ketiganya beroperasi di Bandung, dan BPRS Hareukat pada

tanggal 10 November 1991 di Aceh. 1

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, belum ada ketentuan yang lebih rinci mengenai bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Keberadaan bank syari’ah baru mendapat pengakuan yang tegas

serta memberi peluang yang lebih besar bagi perkembangannya dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

1 Gemala Dewi, 2004, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di Indonesia, (Jakarta: Kencana), hal. 62.

tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182), khususnya Pasal 6 huruf M bahwa bank umum atau bank pe rkreditan syari’ah dapat beroperasi menggunakan prinsip syari’ah atau bank umum konvensional dapat juga menjalankan kegiatan syari’ah disamping kegiatan konvensional. Sistem ini disebut dengan dual banking system , maksud dari Dual Banking System adalah terselenggaranya dua sistem perbankan (konvensional dan syari’ah) secara berdampingan yang pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah. Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94 (selanjutnya disebut Undang- Undang Perbankan Syari’ah) bahwa bank umum konvensional yang juga melakukan kegiatan syari’ah disebut dengan Unit Usaha Syari’ah (UUS) 2 dan bank syari’ah berfungsi

juga sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) 3 yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan.

Seperti halnya bank konvensional, bank syari’ah berfungsi juga sebagai lembaga intermediasi (Intermediatry Institution), yaitu berfungsi menghimpun dana dari masyarakat

2 Unit Usaha Syari’ah yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor

induk dari kantor unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakankegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syari’ahdan/atau unit syari’ah. Berdasarkan Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang Perbankan S yari’ah. Mendorong spin of UUS menjadi Bank Umum Syari’ah ketika aset UUS telahmencapai 50% dari induknya atau setelah 15 tahun setelah berlakunya Undang- Undang Perbankan Syari’ah.

3 Istilah Bank Syari’ah dalam Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Perbankan adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syari’ah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah.

dan menyalurkannya kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan.

Keberadaan bank syari’ah ditengah-tengah perbankan konvensional adalah untuk menawarkan sistem perbankan

alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan layanan jasa perbankan tanpa harus khawatir atas persoalan bunga.

Dalam manaj emen bank syari’ah, tidak banyak berbeda dengan manajemen bank pada umumnya (bank konvensional).

Namun, dengan adanya landasan syari’ah serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentu saja baik organisasi maupun

sistem opersional bank syari’ah terdapat perbedaan dengan bank konvensional, terutama dengan adanya Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) dalam struktur organisasi. Pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang

Pelaksanaan Prinsip Syari’ah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syari’ah,

dan pelaksanaannya dituangkan dalam Surat Edaran Nomor 10/14/DPbs tangal 17 Maret 2008, maka pada dasarnya kegiatan

usaha perbankan syari’ah dibagi dalam 3, yaitu:

1. Pelaksanaan prinsip syari’ah dalam kegiatan penyaluran dana (financing).

2. Pelaksanaan prinsip syari’ah dalam kegiatan penghimpunan dana (funding); dan

3. Pelaksanaan prinsip syari’ah dalam kegiatan pelayanan jasa (service) Berdasarkan peraturan di atas, Bank syariah, atau bank Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berpungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (Intermediary Institution), yaitu mengerahkan dana dari masyarakat yang membutuhkanya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Dalam merumuskan akad-akad pembiayaan syariah, Bank syariah merumuskan produknya berdasarkan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh DSN. Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas, maka penulis menyusun penelitian dengan judul: Rumusan Akad-Akad

Syariah Pada Perbankan Syariah Implementasi Dan Akibat Hukumnya (Studi Akad Pembiayaan Di BSM, BRI Syariah Dan BNI Syariah))

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, Peneliti merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah rumusan akad-akad pembiayaan syariah pada perbankan syari’ah.

2. Apakah kontruksi akad-akad pembiayaan syari’ah pada perbankan syari’ah telah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum

perjanjian syariah

3. Bagaimana akibat hukum terhadap akad pembiayaan syari’ah yang diberlakukan pada perbankan syari’ah.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis rumusan akad-akad syari’ah yang berlaku pada perbankan syari’ah.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis konstruksi akad-akad syari’ah yang berlaku pada perbankan syari’ah menurut

hokum perjanjian syariah

3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana akibat hukum terhadap akad syariah yang berlaku pada perbankan syari’ah.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis, mengetahui secara komprehensif tentang akad- akad syari’ah yang berlaku pada perbankan syari’ah,

memperkuat dan mendukung hasil-hasil penelitian hukum sebelumnya yang berkaitan dengan pelaksanaan akad-akad syariah pada perbankan syariah.

b. Secara praktis dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah, akademisi dan para praktisi

h ukum dan perbankan syari’ah untuk melakukan penguatan h ukum dan perbankan syari’ah untuk melakukan penguatan

D. Kerangka Pemikiran

Akad atau kontrak berasal dari bahasa Arab yang berarti ikatan atau simpulan baik yang nampak ( hissy ) maupun yang tidak nampak (

ma’nawy). 4 Kamus al-Mawrid, menterjemahkan al-Aqd sebagai contract and agreement atau kontrak dan

perjanjian. 5 Sedangkan akad atau kontrak menurut istilah adalah suatu kesepakatan atau komitmen bersama baik lisan, isyarat, maupun tulisan antara dua pihak atau lebih yang memiliki implikasi hukum yang mengikat untuk melaksanakannya. 6 Subhi

Mahmassaniy 7 mengartikan kontrak sebagai ikatan atau hubungan di antara ijab dan qabul yang memiliki akibat hukum terhadap hal-hal yang dikontrakkan. Ada pula ahli hukum yang mendefinisikan sebagai satu perbuatan yang sengaja dibuat oleh

dua orang berdasarkan kesepakatan atau kerelaan bersama. 8 Dalam Hukum Islam, istilah kontrak tidak dibedakan dengan perjanjian, keduanya identik dan disebut akad. Sehingga akad didefinisikan sebagai pertemuan ijab yang dinyatakan oleh salah

4 Afzalur Rahman, 1990, Economic Doctrines of Islam, (Lahore:

Islamic Publication dalam Mihammad Syafii Antonio, 2001, Bank Syari’ah

dari Teori ke Praktik , Jakarta: Gema Insai Press), hal. 29

5 Ahmad Abu Al-Fath, 1913, Kitab al-Muamalat fi asy- Syari’ah al-

Islamiyyah wa al-Qawanin al-Misriyah , (Mesir: Matba’ah al-Busfur, lihat juga asy-Syaukani, 1964, fath al-Qadir, Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi), hal. 4

6 Muhammad Salam Madkur, 1963, al-Madkhal al-Fiqh al-Islamiy, (ttp: Daar al-Nahdah al-Arabiyyah), hal. 506

7 Subhiyy Mahmassaniy, 1948, al-Nazariyyat al-Ammah li al- Mujibat wa al-Uqud fi al-Syar i’ah al-Islamiyyah, (Mesir: Dar al-Kitab al- Arabiyy), hal 210

Muamalah , (Jakarta:Bulan Bintang) hal. 34

8 Hasbi al-Shiddiqie,

Pengantar Fiqh Pengantar Fiqh

kehendak syara’, hukumnya tidak sah. Persoalan akad adalah persoalan antar pihak yang sedang

menjalankan ikatan. Untuk itu, yang perlu diperhatikan dalam menjalankan akad adalah terpenuhinya hak dan kewajiban masing-masing pihak tanpa ada pihak yang terlanggar haknya. Oleh karena itu, maka penting untuk membuat batasan-batasan yang menjamin tidak terjadinya pelanggaran hak antar pihak yang sedang menjalankan akad tersebut.

Dua fungsi utama dari perbankan adalah pengumpulan dana dan penyaluran dana. Penyaluran dana yang terdapat di bank konvensional dengan yang terdapat di bank syariah mempunyai perbedaan yang esensial , baik dalam hal nama, akad, maupun transaksinya. Dalam perbankan konvensional penyaluran dana ini dikenal dengan nama kredit sedangkan diperbankan syariah adalah pembiayaan.

Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

9 Syamsul Anwar, 2006, Kontrak Islam, makalah disampaikan pada Pelatihan Penyelesaian Senmgketa Ekonomi Syari ’ah di Pengadilan Agama. (Yogyakarta: Kerjasama Mahkamah Agung RI dan Program Pascasarjana

Ilmu Hukum Fakultas Hukum UII), hal. 7 Ilmu Hukum Fakultas Hukum UII), hal. 7

Menurut M. Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu

pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan

deficit unit 11 . Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang

Perbankan menyatakan: Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 12

E. Metode Penelitian

Mengacu pada tematik penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Tema penelitian mengangkat masalah yang berkaitan dengan realita sosial yang banyak dipengaruhi oleh faktor yang sifatnya tidak konstan, namun selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan pengetahuan. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku dari orang-orang yang dapat diamati, didukung dengan studi literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pada pendalaman kajian pustaka berupa data dan angka sehingga realitas dapat dipahami dengan baik.

Teknik analisis data penulisan penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif. Digunakan metode deskriptif

10 Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, hal. 304.

11 Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik , Jakarta : Gema Insani Press, hal. 160

12 UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, ayat 1 pasal 12.

kualitatif dikarenakan makalah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari kondisi riil permasalahan serta bagaimana metode penerapan solusinya. Kondisi riil yang ada di lapangan dijadikan rujukan untuk kemudian permasalahan yang ada tersebut, dianalisis dan dicari solusinya

1. Pendekatan Masalah Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsep legis positivis yang menyatakan bahwa hukum adalah identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga-lembaga atau pejabat yang berwenang. Selain itu konsep ini juga memandang hukum sebagai sistem normatif yang bersifat otonom, tertutup dan

terlepas dari kehidupan masyarakat. 13

2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian studi kasus dengan penguraian secara deskriptif analitis tentang rumusan akad pembiayaan syariah pada perbankan syariah di BSM, BRI Syariah dan BNI Syariah serta kaidah kaidah hukum seperti apa yang mesti diperhatikan dan akibat sebagi konsekuensi hukumnya. Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif menurut Soerjono Soekanto adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data seteliti

mungkin tentang manusia, keadaan gejala-gejala lainnya. 14 Ciri penelitian yang mengunakan tipe deskriptif analitik sebagaimana dikemukakan Winarno Surachmad, maka dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

a. Memusatkan diri pada analisa masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah yang aktual.

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa.

13 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan jurimetri , Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal. 11.

14 Soerjono Soekanto,Ibid, hal. 10

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi suatu deskripsi dari fenomena yang ada disertai dengan tambahan ilmiah terhadap fenomena tersebut. Sumber dan Jenis Data Menurut Suharsini Arikunto yang dimaksud dengan sumber data

adalah subyek dari mana data diperoleh. 15 Dikatakan deskriptif , maksudnya dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh dan sistimatik mengenai pembiayaan pada bank syariah. Sedangkan analisis dilakukan terhadap berbagai aspek hukum yang mengatur tentang akad pembiayaan syariah

4. Teknik Pengumpulan Data Guna mendapatkan deskripsi yang lengkap dari obyek yang diteliti, dipergunakan alat pengumpul data berupa studi dokumen. Studi dokumen sebagai sarana pengumpul data terutama ditujukan kepada dokumen Perbankan Syariah yang berupa buku laporan, pedoman dan surat perjanjian dan termasuk kategori-kategori dokumen-dokumen lain yang ada di 3 Bank Syariah yaitu; BSM, BRI Syariah dan BNI Syariah. Dalam pengumpulan data penelitaan hukum cenderung menggunakan data bersandar pada data primer yang berupa, pengamatan sesaat maupun pengamatan terlibat tetapi juga studi kepustakaan.

5. Teknik Analisa Data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa kualitatif yaitu data yang di peroleh disusun secara sistimatis kemudian dianalisa secara kualitatif agar dapat diperoleh kejalasan masalah yang akan dibahas. Hasil penelitian kepustakaan untuk menganalisa data yang diperoleh dilapangan, tujuan analisa ini untuk mendapatkan gambaran secara nyata terhadap rumusan akad pembiayaan Syariah di BSM, BRI Syariah dan BNI Syariah. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hal 10

F. Sistematika Pembahasan

Bab I. Pendahuluan yang terdiri dari 6 (enam) Sub Bab yaitu a. Latar belakang, b. Perumusan masalah, c. Tujuan dan kegunaan, d. Kerangka Pemikiran, e. Metode Penelitian dan F. Sistematika Pembahasan

Bab II. Tinjauan Pustaka. Pada bab ini, akan diuraikan tentang teori-teori bank syariah, akad, DSN dan Fatwa-fatwa DSN dalam akad pembiayaan Syariah.

Bab III. Hasil penelitian dan pembahasan, berisi hasil penelitian dan pembahasan yang yang dirangkum dalam 3 (tiga) sub bab yaitu: rumusan akad pembiayaan di Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan di BNI Syariah, analisis kontruksi dan subtansi akad pembiayaan menurut hukum perjanjian islam yakni akad murabahah, akad mudharabah dan akad musyarakah dan akibat hukum rumusan akad pembiayaan syari’a yaitu: akibat hukum akad murabahah, akad mudharaba dan akad musyarakah

Bab IV. Pada Bab ini berisikan kesimpulan dan saran – saran sebagai rekomendasi atas temuan –temuan yang diperoleh dari penelitian ini. Sedangkan bagian akhir berisi lampiran dan daftar pustaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA FATWA DSN TENTANG AKAD-AKAD PEMBIAYAAN

1. Mudharabah

Akad Mudharabah merupakan akad yang oleh para ulama telah disepakati akan kehalalannya. Karena itu,akad ini dianggap sebagai tulang punggung praktek perbankan syariah. DSN-MUI telah menerbitkan Fatwa No: 07/DSN- MUI/IV/2000, yang kemudian menjadi pedoman bagi praktek perbankan syariah. Dalam fatwa nomor tersebut disebutkan: “LKS (lembaga Keuangan Syariah) sebagai

penyedia dana, menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau

menyalahi perjanjian .” (Himpunan Fatwa Dewan syariah Nasional MUI hal. 43) Pada fatwa dengan nomor tersebut, DSN menyatakan: Pada ketentuan lainnya, DSN kembali menekankan akan hal ini dengan pernyataan: “Penyedia

dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah , dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun, kecuali diakibatkan dari kesalahan

disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan 16 .” Tetapi Praktek perbankan syariah di lapangan masih

jauh dari apa yang di fatwakan oleh DSN. Andai perbankan syariah benar-benar menerapkan ketentuan ini, niscaya masyarakat berbondong-bondong mengajukan pembiayaan dengan skema mudharabah . Dalam waktu singkat pertumbuhan perbankan syariah akan mengungguli perbankan konvensional. Tetapi fakta tidak semanis teori. Perbankan syariah yang ada belum sungguh-sungguh menerapkan fatwa DSN secara utuh. Sehingga pelaku usaha

16 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, (IB-MUI, 2006: Edisi 3),hlm. 41 16 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, (IB-MUI, 2006: Edisi 3),hlm. 41

2. Murabahah.

Akad Murabahah adalah satu satu produk perbankan syariah yang banyak diminati masyarakat. Karena akad ini menjadi alternatif mudah dan tepat bagi berbagai pembiayaan atau kredit dalam perbankan konvensional yang tentu sarat dengan riba. Kebanyakan ulama dan juga berbagai lembaga fikih nasional atau internasional, membolehkan akad murabahah kontemporer. Lembaga fikih nasional DSN (Dewan Syariah Nasional) di bawah MUI, juga membolehkan akad murabahah, sebagaimana dituangkan dalam fatwanya No: 04/DSN-MUI/IV/2000. Fatwa DSN ini, menjadi payung dan pedoman bagi perbankan

menjalankan akad murabahah. DSN pada fatwanya No: 04/DSN-MUI/IV/200, tentang Murabahah menyatakan: “Bank membeli barang

syariah

dalam

yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan

pembelian ini harus sah dan bebas riba 17 .” dalam hal ini bank mana yang benar-benar menerapkan ketentuan ini sehingga barang yang diperjual belikan benar-benar telah dibeli oleh bank. Pada prakteknya, perbankan syariah, hanya melakukan akad murabahah bila nasabah telah terlebih dahulu melakukan pembelian dan pembayaran sebagian nilai barang (bayar uang muka). Tidak ada bank yang berani menuliskan pada laporan keuangannya bahwa ia pernah memiliki aset dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah. Seperti kita mengetahui bahwa perbankan di negeri kita, baik yang berlabel syariah atau tidak,

17 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, (IB-MUI, 2006: Edisi 3),hlm. 24 17 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, (IB-MUI, 2006: Edisi 3),hlm. 24

3. Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal (mitra musyarakah ) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal. Adapun ketentuan dalam musyarakah menurut fatwa di atas adalah sebagai berikut: Pertama : Beberapa Ketentuan:

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal- hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

c. Akad dituangkan

secara

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.

b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.

c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset syirkah dalam proses bisnis normal.

d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas syirkah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.

3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)

a. Modal

i. Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama.

ii. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.

iii. Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal syirkah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.

iv. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan syirkah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.

b. Kerja

i. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan syirkah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.

ii. Setiap mitra melaksanakan kerja dalam syirkah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.

c. Keuntungan

i. Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian syirkah.

ii. Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra.

iii. Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya.

iv. Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.

d. Kerugian Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal.

4. Biaya Operasional dan Persengketaan

a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan

melalui musyawarah. 18

18 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, (IB-MUI, 2006: Edisi 3),hlm. 51-53

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian Terhadap 3 Perbankan Syariah

Hasil Penelitian terhadap 3 Bank Pemerintah, yakni Bank Syariah mandiri (BSM), BRISyariah dan BNI Syariah.

1. Bank Mandiri Syariah

Adapun produk-produk BSM antara lain:

a. Commercial Banking

Produk dan layanan perbankan yang masuk kategori comercial banking , yaitu sebagai berikut: 19

1) Bank Garansi,

2) Kredit Agunan Tunai

3) Cash Management .

4) Foreign Exchange Line .

5) Deposito On Call Mandiri.

6) Giro dengan sistem bunga harian yang progresif dan kompetitif.

7) Deposito Berjangka yaitu deposito dengan suku bunga

yang kompetitp dan tersedia berbagai pilihan jangka waktu yang dapat ditentukan sesuai dengan kebutuhan nasabah, yaitu: 1, 3, 6, 12, atau 24 bulan.

8) Kredit Investasi.

9) Kredit Modal Kerja.

10) L/C Impor, yaitu letter of credit yang dibuka oleh Bank Mandiri atas permintaan nasabah/importir dalam rangka memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia.

11) Negosiasi Wesel Ekspor.

19 “Commercial Banking,” http://www/bankmandiri.co.id/article/index_comercialbanking.asp, akses 22

Januari 2006.

b. Consumer Banking

Sedangkan produk dan layanan bank yang masuk kategori 20 consumer banking, yaitu:

1) Tabungan Mandiri dengan setoran awal minimal Rp. 500.000,-.

2) Tabungan Rencana Mandiri, yaitu tabungan dengan setoran wajib bulanan (mulai Rp.200.000,- atau kelipatan Rp.100.000,-)

memberikan anda ekstra perlindungan Asuransi.

yang

3) Tabungan Haji Mandiri.

4) Reksa Dana.

5) Mandiri Investasi Sejahtera.

6) Mandiri Siswa Sejahtera.

7) Graha Mandiri.

8) Inkaso Rupiah.

9) Payment Point .

10) Payroll Package .

c. Rumusan Akad Pembiayaan di BSM (Bank Syariah Mandiri)

Bank Syariah Mandiri dalam melaksanakan kegiatan usahanya mempunyai suatu prinsip dasar yang digunakan untuk mendasari setiap kegiatan yang akan dilakukannya. Prinsip dasar yang digunakan Bank Syariah Mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya adalah 113 :

a) Prinsip Keadilan

b) Prinsip Kemitraan

c) Prinsip Keterbukaan

d) Prinsip Universalitas

20 “Consumer Banking,” http://www.bankmandiri.co.id/article/index_ consumerbanking.asp, akses 22 Januari 2006.

Jenis pembiayaan atau yang disebut dengan financing yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri adalah sebagai

berikut :

a. “BSM Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan dimana seluruh dari modal usaha/kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Skim pembiayaan jenis ini, bank bertindak sebagai shahibul maal dan pengelola usaha disebut bertindak sebagai mudharib (pengelola dan). 115 Fasilitas ini dapat diberikan pada jangka

waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil yang menjadi bagian bank.

b. BSM Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan yang khusus untuk modal usaha/kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari saham/modal usaha/kerja nasabah. Musyarakah merupakan akad antara dua orang atau lebih dengan menyetorkan modal dan dengan keuntungan dibagi sesama mereka menurut porsi/nisbah yang disepakati. 116 Musyarakah lebih dikenal

dengan sebutan syarikat merupakan gabungan pemegang saham/modal untuk membiayai suatu proyek, keuntungan dari proyek tersebut dibagi menurut persentase yang disetujui dan seandainya proyek tersebut mengalami kerugian maka beban kerugian tersebut ditanggung bersama

oleh

pemegang

saham/modal secara

proporsional.

c. BSM Pembiayaan Murabahah Pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dapat dipergunakan untuk keperluan usaha (investasi, modal kerja) dan pembiayaan konsumer.

d. BSM Pembiayaan Talangan Haji

e. BSM Pembiayaan Istishna Pembiayaan pengadaan barang dengan skim istishna adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, dan panjang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan barang (obyek istishna ) dimana masa angsuran melebihi masa periode pengadaan barang ( goods in process financing ) dan bank mengakui pendapatan yang menjadi haknya pada periode angsuran, baik pada saat pengadaan berdasarkan persentase penyerahan barang maupun setelah barang selesai dikerjakan.

f. Pembiayaan dengan skim IMBT ( Ijarah Muntahiyah Bittamliik ) Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamliik adalah fasilitas pembiayaan dengan skim sewa atas suatu objek sewa antara Bank dan Nasabah dalam periode yang ditentukan yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan nasabah.

g. Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet adalah penyaluran dana mudharabah muqayyadah di mana Bank bertindak sebagai agen ( channelling agent ), sehingga bank tidak menanggung resiko.

h. BSM Consumer Network Financing

i. BSM Pembiayaan Resi Gudang j. BSM Pembiayaan Edukasi

Pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan uang masuk sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad ijarah .

k. PKPA Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggota (PKPA) adalah penyaluran pembiayaan kepada koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan konsumer k. PKPA Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggota (PKPA) adalah penyaluran pembiayaan kepada koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan konsumer

l. BSM Implan Pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan /anggota kopkar yang pengajuannya dilakukan secara massal (kolektif). BSM Implan dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para karyawan perusahaan, misalnya dalam hal perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam atau perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas. BSM Implan digunakan untuk pembelian

barang konsumer (halal) dan pembelian/memperoleh atas manfaat jasa (contoh: untuk biaya pendidikan). Manfaat BSM Implan yaitu :

1) Bagi Perusahaan :

a) Salah satu bentuk dari penghargaan kepada karyawan

b) Outsourcing sumber sumber dana dan administrasi pinjaman

2) Bagi Karyawan: Kesempatan dan kemudahan memperoleh fasilitas pembiayaan. Akad pembiayaan yang digunakan untuk pembelian barang yaitu akad Wakalah wal Murabahah sedangkan untuk memperoleh manfaat atas jasa digunakan akad Walkalah wal Ijarah .

m. Pembiayaan Dana Berputar n. BSM Pembiayaan Pemilikan Rumah

Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal baik barumaupun bekas di lingkungan developer maupun non developer dengan sistem murabahah.

o. BSM Optima Pembiayaan Pemilikan Rumah Pembiayaan Griya BSM Optima adalah pembiayaan pemilikan rumah dengan tambahan benefit berupa adanya fasilitas pembiayaan tambahan yang dapat diambil nasabah o. BSM Optima Pembiayaan Pemilikan Rumah Pembiayaan Griya BSM Optima adalah pembiayaan pemilikan rumah dengan tambahan benefit berupa adanya fasilitas pembiayaan tambahan yang dapat diambil nasabah

p. Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Bersubsidi Pembiayaan untuk pemilikan/pembelian rumah sederhana sehat (RSSehat) yang dibangun oleh pengembang dengan dukungan subsidi uang muka dari pemerintah yang ditujukan kepada golongan berpendapatan tetap.

q. Pembiayaan Umrah Pembiayaan jangka pendek yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah, seperti untuk tiket, akomodasi, dan persiapan biaya umrah lainnya dengan akad ijarah.

r. BSM Pembiayaan Griya DP 0% Pembiayaan Griya BSM tanpa dipersyaratkan adanya uang muka bagi nasabah dimana nilai pembiayaan adalah sebesar 100% dari harga transaksi rumah.

s. BSM Sistem Pembayaran Off Line Sistem pembayaran BSM secara off line yang dapat digunakan oleh institusi yang memiliki pelanggan yang banyak untuk melakukan pembayaran dari pelanggan institusi di seluruh konter BSM.

t. Pembiayaan Dengan Agunan Investasi Terikat Syariah Mandiri u. Pembiayaan Kepada Pensiunan v. Pembiayaan Peralatan Kedokteran

Dari produk pembiayaan BSM di atas dalam merumuskan akadnya tidak lepas dari fatwa-fatwa DSN dalam pembiayaan di antaranya:

1. Pembiayaan Mudharabah. Adalah Bank menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja secara penuh (trusty financing),sedangkan nasabah menyediakan proyek atau usaha lengkap dengan manajemennya.Hasil keuntungan dan kerugian yang dialami nasabah dibagikan 1. Pembiayaan Mudharabah. Adalah Bank menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja secara penuh (trusty financing),sedangkan nasabah menyediakan proyek atau usaha lengkap dengan manajemennya.Hasil keuntungan dan kerugian yang dialami nasabah dibagikan

a. Ada shahibul maal (modal/nasabah)

b. Adanya mudharib (pengusaha/bank)

c. Adanya amal (usaha/pekerjaan)

d. Adanya hasil (bagi hasil/keuntungan) dan

e. Adanya aqad (ijab-qabul)

2. Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan sebagian dari modal usaha,yang mana pihak bank dapat dilibatkan dalam proses manajemennya.modal yang disetor dapat berupa uang, barang perdagangan (trading asset), property, equipment atau intangible asset (seperti hak paten dan goodwiil) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.

3. Pembiayaan Murabahah dalam istilah fiqh ialah akad jual beli atas barang tertentu.dalam transaksi jual beli tersebut,penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan termaksud harga pembelian dan keuntungan yang diambil . Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia bank dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Adapun rukun dan syaratnya sebagai berikut: Rukun Murabahah:

a. Penjual

b. Pembeli

c. Barang yang diperjual-belikan

d. Harga dan

e. Ijab-qabul

4. Pembiayaan Al Bai’ Bithaman Ajil adalah pembiayaan untuk membeli barang dengan cicilan. Syarat-syarat dasar dari produk ini hampir sama dengan pembiayaan murabahah. Perbedaan diantara keduanya terletak pada 4. Pembiayaan Al Bai’ Bithaman Ajil adalah pembiayaan untuk membeli barang dengan cicilan. Syarat-syarat dasar dari produk ini hampir sama dengan pembiayaan murabahah. Perbedaan diantara keduanya terletak pada

5. Pembiayaan Salam diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan jangka pendek untuk produksi agrobisnis atau industri jenis lainnya.

6. Pembiayaan Isthina’ diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan manufaktur, industri kecil-menengah dan konstruksi dalam pelaksanaannya pembiayaan isthina dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pihak produsen ditentukan oleh bank atau pihak produsen ditentukan oleh nasabah.pelaksanaan salah satu dari kedua cara tersebut harus ditentukan dimuka dalam akad berdasarkan kedua belah pihak.

7. Pembiayaan sewa beli (ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bi tamlik) adalah akad sewa suatu barang antara bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia usaha dikenal dengan finance lease Harga sewa dan harga beli ditetapkan bersama diawal perjanjian. Dalam pembiayaan ini yang menjadi obyek sewa diisyaratkan harus barang yang bermanfaat dan dibenarkan oleh syariat dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur.pembiayaan sewa beli ini dapat dilakukan dengan cara: pertama lembaga pembiayaan atau perusahaan leasing yang berdasarkan syariah Islam membeli aset yang akan dibeli oleh nasabah, setelah terbeli maka, lembaga tersebut menyewakan aset itu dalam jangka waktu dan harga yang ditentukan dalam perjanjian kedua belah pihak.

8. Hiwalah Hiwalah adalah produk perbankan syari’ah yang

disediakan untuk membantu suplier dan mendapatkan disediakan untuk membantu suplier dan mendapatkan

9. Rahn Produk perbankan ini disediakan untuk membantu nasabah dalam pembiyaan kegiatan multiguna. Rahn sebagai produk pinjaman berarti Bank hanya memperoleh imbalan atas penyimpanan, pemeliharaan, asuransi dan administrasi barang yang digadaikan. berkenaan dengan hal tersbut maka, produk Rahn hanya digunakan bagi keperluan Sosial seperti pendidikan dan kesehatan.

10. Pembiayaan Ijarah Al-Ijarah berasal dari kata al- ajru yang berarti al’iwadhu atau berarti ganti. Dalam Bahasa Arab, Al-Ijarah diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian sejumlah uang. Definisi mengenai prinsip Ijarah juga telah diatuir dalam hukum positif Indonesia yakni dalam Pasal 1 ayat 10 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 yang mengartikan prinsip

ijarah sebagai “ transaksi sewa – menyewa atas suatu barang dan atau upah – mengupah atas suatu usaha jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. ” Sampai saat ini, mayoritas produk pembiayaan syariah masih terfokus pada produk-produk murabahah (prinsip jual beli). pembiayaan murabahah sebenarnya memiliki persamaan dengan pembiayaan ijarah, keduanya termasuk dalam kategori Natural certainty contracts, dan pada dasarnya adalah kontrak jual beli. Yang membedakan keduanya hanyalah objek transaksi yang diperjualbelikan tersebut, dalam pembiayaan murabahah, yang menjadi objek transaksi adalah barang, misalnya rumah, mobil dan sebagainya. sedangkan dalam pembiayaan ijarah, objek ijarah sebagai “ transaksi sewa – menyewa atas suatu barang dan atau upah – mengupah atas suatu usaha jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. ” Sampai saat ini, mayoritas produk pembiayaan syariah masih terfokus pada produk-produk murabahah (prinsip jual beli). pembiayaan murabahah sebenarnya memiliki persamaan dengan pembiayaan ijarah, keduanya termasuk dalam kategori Natural certainty contracts, dan pada dasarnya adalah kontrak jual beli. Yang membedakan keduanya hanyalah objek transaksi yang diperjualbelikan tersebut, dalam pembiayaan murabahah, yang menjadi objek transaksi adalah barang, misalnya rumah, mobil dan sebagainya. sedangkan dalam pembiayaan ijarah, objek

2. Bank BRI Syariah

A. Adapun produk-produk BRISyariah adalah sebagai berikut :

1. Tabungan BRISyariah iB

2. Tabungan Haji BRISyariah iB

3. Giro BRISyariah iB

4. Deposito BRISyariah iB

5. Pembiayaan Pengurusan Ibadah Haji BRISyariah iB

6. Gadai BRISyariah iB

7. KKB BRISyariah iB

8. KPR BRISyariah iB

Merupakan Pembiayaan Kepemilikan Rumah kepada perorangan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan akan hunian dengan mengunakan prinsip jual beli (Murabahah) dimana pembayarannya secara angsuran dengan jumlah angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan. Manfaat produk ini yaitu Skim pembiayaan adalah jual beli (MURABAHAH), adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh Bank dan Nasabah ( fixed margin ), Uang muka ringan, Jangka waktu maksimal 15 tahun, Cicilan tetap dan meringankan selama jangka waktu, serta Cicilan tetap dan meringankan selama jangka waktu. Tujuan dari produk ini adalah

a) Pembelian Property

b) Pembangunan/Renovasi Rumah

c) Take Over/Pengalihan Pembiayaan KPR, terdiri dari :

B. Rumusan Akad Pembiayaan di BRI Syariah

Akad-akad pembiayaan di BRI Syariah sama halnya dengan BSM menggunakan akad yang difatwakan oleh DSN yakni Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah. Dalam wibsite BRI Syariah diungkapkan, Mudharabah adalah kerja sama antara pemilik modal dengan pengelola modal, dimana modal disediakan 100% oleh pemilik modal sedangkan pengelola hanya sebagai pengelola modal tersebut dan bagi hasilnya sesuai dengan porsi yang telah disepakati. Mudharabah pada dasarnya terbagi atas dua kateori, yaitu

Mudharabah Mutlaqah dan Mudharabah Muqayyadah.

Mudharabah Mutlaqah adalah dimana pemilik modal memberikan kebebasan kepada pengelola dalam menjalan bidang usaha, waktu dan tempat usaha. Sedangkan Mudharabah

Muqayyadah adalah pemilik modal memberikan batasan-batasan tertentu kepada pengelola dalam menjalan usaha atau dapat dikatakan bahwa pengelola modal menjalankan usaha sesuai keinginan pemilik modal. Dan dalam perbankan syariah, mudharabah ini digunakan pada produk penghimpunan dana dan penyaluran dana.

Produk Penghimpuanan Dana : Contoh penggunaan akad mudharabah pada BRI Syariah :

1. Tabungan Haji BRISyariah iB yaitu fasilitas yang disediakan oleh BRISyariah dalam mengelola dana haji dengan akad mudharabah dan bagi hasil diberikan secara kompetitif, bank memetapkan bahwa akad yang digunakan mudharabah mutlaqah.

2. Tabungan Impian Syariah iB berjangka dari BRISyariah dengan prinsip bagi hasil yang dirancang untuk mewujudkan impian Anda dengan terencana.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22