Perbaikan Proses Produksi Wastafel Dengan Pendekatan Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing Pada PT. Prima Indah Saniton Chapter III VII

BAB III
LANDASAN TEORI

Persaingan Produk 2

3.1

Persaingan

pasar

merupakan

salah

satu

faktor

yang


sangat

dipertimbangkan pada dunia usaha saat ini. Baik produk maupun jasa yang
dihasilkan harus dapat memenuhi ekspektasi yang diinginkan oleh pelanggan.
Salah satu tantangan dalam dunia usaha adalah bagaimana cara untuk mencapai
produk dan sistem dengan memperhatikan faktor biaya.
Engineering 3merupakan salah satu bidang ilmu yang mengaplikasikan
ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Tujuan dari
perekayasaan sistem adalah untuk menentukan faktor-faktor yang dapat
dihilangkan untuk dapat meminimisasi biaya, dalam hal unit cost, service cost,
dan social cost. Beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
1. Meningkatkan metode kerja untuk pembuatan produk terutama yang
menyangkut needs dari konsumen.
2. Mempertimbangkan keseluruhan sistem yang terdapat dalam siklus produksi.
3. Mempertimbangkan keseluruhan hierarki dan interaksi yang terdapat dalam
berbagai level sistem.
4. Mengorganisir dan mengintegrasikan kriteria teknik dan ilmu-ilmu yang
bersangkutan dengan masalah tersebut.

2

3

Blanchard, Benjamin, System Engineering And Analysis (Cet III; New York, 1998). P. 17-18
Sinulingga, Sukaria, Pengantar Teknik Industri, (Cet I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 8

Universitas Sumatera Utara

5. Membuat suatu pendekatan yangdapat digunakan untuk menganalisis,
mengevaluasi dan memberi feedback pada sistem.

QFD (Quality Function Deployment)4

3.2

QFD merupakan suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa
dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan
karakteristik teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap
pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. QFD digunakan untuk membantu
proses perancangan agar lebih memperhatikan keinginan pelanggan.
QFD memiliki beberapa manfaat antara lain:

a. Memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan.
Memastikan bahwa kebutuhan pelanggan dipahami dan proses desain
didorong oleh kebutuhan pelanggan yang objektif dari teknologi.
b. Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain dengan memastikan bahwa proses
desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti.
c. Menganalisis kinerja produk perusahaan yang utama untuk memenuhi
kebutuhan para pelanggan utama.
d. Berfokus pada upaya rancangan agar mampu mengurangi lamanya waktu
yang diperlukan untuk daur rancangan secara keseluruhan sehingga dapat
mengurangi waktu untuk memasarkan produk-produk baru. Perkiraanperkiraan terbaru memperlihatkan adanya penghematan antara sepertiga
sampai setengah dibandingkan sebelum dilakukan QFD.

4

Ginting, Rosnani,Perancangan Produk. (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.135-137

Universitas Sumatera Utara

e. Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dikeluarkan dengan
memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan. Hal penting ini

mengurangi biaya mengenalkan desain baru.
f. Mendorong terselenggaranya tim kerja dan melewati rintangan antar bagian
dengan melibatkan pemasaran, rekayasa teknik, dan pabrikasi sejak awal
proyek. Setiap anggota tim kerja sama pentingnya dan memiliki sesuatu untuk
disumbangkan kepada proses.
g. Menyediakan

suatu

cara

untuk

membuat

dokumentasi

proses

dan


menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan rancangan.
Tahap ini sangat membantu untuk menjaga proyek tehadap perubahanperubahan personalia yang tidak dapat diperkirakan lebih dulu.
Konsep dasar dari QFD 5 adalah menerjemahkan keinginan konstumen
(Consumer

Requirement)

kedalam

karakteristik

teknik

(Engineering

Characteristics (ECs)). Karakteristik tersebut kemudian akan diterjemahkan ke
dalam proses perencanaan dan proses fabrikasi dalam sistem manufaktur. House
of Quality (HOQ) merupakan suatu tabel yang terbuat berisi informasi tentang:
1. “what to do in relation to CRs”

2.

“how CRs are related to ECs”

3. hubungan antara CR dan EC.
HOQ berisi informasi-informasi penting lainnya seperti tingkat prioritas
karakteristik, atribut-atribut data, serta standar minimal dari data. Langkahlangkah untuk membuat HOQ adalah sebagai berikut:
5

Wang, Applying QFD and DSM for Collaborative Machine Design, National Central
University, 2008, p. 27

Universitas Sumatera Utara

1. Mengidentifikasi keinginan konsumen ke dalam atribut-atribut produk.
2. Menentukan tingkat kepentingan relatif atribut (keinginan konsumen).
3. Membandingkan atribut dengan produk pesaing.
4. Membuat matriks karakteristik teknik.
5. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknik dan atribut produk.
6. Mengidentifikasi hubungan antar karakteristik teknik.

7. Menghitung tingkat tingkat kepentingan karakteristik teknik.

Sumber: Couhen, Lou. Quality Function Deployment

Gambar 3.1. Struktur House of Quality (HOQ)
Pada Gambar 3.1 dapat dilihat struktur dari House of Quality (HOQ) yang
terdiri atas 6 bagian yaitu 6:
1. Bagian A (Customer Needs and Benefit)
Bagian ini berisi daftar keinginan dan kebutuhan konsumen yang berasal dari
penelitian kualitatif. Langkah-langkah untuk membuat daftar kebutuhan
konsumen adalah:
6

Couhen, Lou. Quality Function Deployment, (Addison-wesley Publishing Company: New
York, 1995) p.12-14

Universitas Sumatera Utara

a. Mengumpulkan pendapat dari para konsumen melalui wawancara dan
komplain yang diajukan oleh konsumen.

b. Menyusun hasil yang didapat menjadi beberapa kategori.
c. Mengelompokkan kebutuhan dalam sebuah diagram afinitas.
d. Menyusun kebutuhan dalam bagian customer needs.

2. Bagian B (Planning Matrix)
Bagian ini terdiri atas 3 informasi, yaitu:
a. Quantitative Market Data : menandakan hubungan yang penting dari
keinginan dan kebutuhan konsumen serta tingkat kepuasan konsumen
dengan organisasi dan tingkat kompetisinya
b. Strategic Goal Setting : untuk produk baru atau dalam bentuk pelayanan
c. Perhitungan peringkat berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen

3. Bagian C (Technical Response) :
Bagian ini berisi tentang produk atau jasa yang dikembangkan, yang
diutarakan dalam bahasa teknis perusahaan. Biasanya deskriptif teknis
tersebut dikembangkan dari keinginan dan kebutuhan konsumen pada bagian
A.
Technical Response disebut juga dengan Substitute Quality Characteristic
(SQC) menunjukkan rencana-rencana atau rancangan usaha-usaha teknis
perusahaan dalam mewujudkan kebutuhan konsumen yg terdapat dalam

Customer Needs dalam bentuk :

Universitas Sumatera Utara

a. Spesifikasi teknis yang dapat diukur,
b. Product Function,
c. Product Subsystem,
d. Process Steps.

4. Bagian D (Relationship) :
Bagian ini berisi tentang penilaian dari tim pengembang terhadap kekuatan
hubungan antara tiap elemen yang terdapat pada Technical Response
dengan tiap keinginan dan kebutuhan konsumen, yang didasarkan dari
nilai Impact, Relationship, dan Priority.

5. Bagian E (Technical Correlation) :
Bagian ini mengandung perkembangan taksiran tim dr hubungan antara
implementasi antara elemen-elemen yang ada dengan Technical Response. 7

6. Bagian F (Technical Importance) :

Bagian ini mengandung 3 jenis informasi, yaitu :
a. Peringkat yang telah dihitung dari Technical Response, berdasarkan
peringkat keinginan dan kebutuhan konsumen dari Bagian B dan
hubungan dengan bagian D.
b. Informasi perbandingan Technical Performance.
c. Target dari Technical Response.

7

Franceschini, Florenzo. Advanced Quality Function Deployment. Hal. 46

Universitas Sumatera Utara

3.2.1

Perancangan Untuk Meminimalkan Biaya Bahan Dan Tenaga Kerja 8
Bahan dan biaya tenaga kerja yang murah dapat ditentukan dengan beberapa

metode desain ramah biaya seperti Design for Manufacturing (DFM). Hasil studi
terdahulu menunjukkan bahwa 60 % dari total biaya siklus hidup produk ditentukan

pada tahap perancangan. Pada saat 80% dari rancangan telah diselesaikan, maka 80
% dari biaya produksi juga telah ditetapkan.

Gambar 3.2. Empat Fase QFD

Dalam empat fase pendekatan QFD, tahap pertama adalah mengubah
kebutuhan konsumen ke kebutuhan desain atau yang disebut dengan tahapan
perancangan produk, dan pada tahap kedua mengubah kebutuhan desain menjadi
menjadi parts characteristic atau yang disebut dengan tahap Part Deployments.
8

Jack B. Revelle, dkk.The QFD Handbook.(New York: John Wiley & Sons, 1998), h. 72-73

Universitas Sumatera Utara

Pada tahap kedua inilah dimana kebutuhan seperti biaya yang murah, biaya tenaga
kerja yang lebih rendah maka digunakan untuk tools seperti DFM.

3.3

Kuesioner 9
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang diketahui.Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk
memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Syarat utama
pengisian kuesioner adalah pertanyaan yang jelas dan mengarah ke tujuan.
Empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:
1. Subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.
2. Ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif
dan objektif pertayaan maupun pernyataan yang tersedia.
3. Petunjuk pengisian kuiioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah
dimengerti.
4. Pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat pengisian jawaban, baik secara
tertutup, semi tertutup, maupun terbuka.
Perancangan kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsip yang
terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of questions), cara pengukuran
yaitu mengkategorikan, membuat skala dan mengkodekan (catagorized, scaled

9

Ginting, Rosnani, op. cit., h. 67-72

Universitas Sumatera Utara

and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general appearance) kuesioner
tersebut 10.

3.3.1 Defenisi Konsumen (Costumer)11
Konsumen adalah orang atau kelompok yang menerima hasil produksi.
Perkejaan tersebut bisa berkaian dengan barang maupun jasa. Di dalam suatu
perusahaan, konsumen adalah penerima dari hasil proses yang dikerjakan oleh
penyuplai. Setiap konsumen kemudian menjadi penyuplai untuk setiap langkah
proses selanjutnya. Hingga akhirnya, hasil dari rangkaian ini adalah prdouk atau
jasa yang dihasilkan pada konsumen eksternal.
Konsumen adalah penilai terakhir dari kualitas, nilai, dan harga dari
produk atau jasa. Terdapat tiga jenis konsumen, yakni self-unit costumer,
konsumen internal dan konsumen eksternal. Masing-masing individu adalah selfunit costumerbagi diri mereka sendiri. Pemeriksaan diri, perilaku disiplin, da
keingian untuk kesempurnaan selayknya menjadi tujuan hidupsetiap orang.
Konsumen internal adala mereka yang mnerima hasil dari satu atau lebih proses
didalamruang lingkup mereka. Konsumen eksternal menerima barang jadi atau
layanan dari suatu badan usahan dalam leadaan utuh

10
11

Sukaria Sinulingga. Metode Penelitian. (Cet III; Medan: USU Press, 2014), h. 171
Johnson A Edosomwan.Costumer and Market Driven Quality Management (New Delhi :
Tata McGraw-Hill Plc 1996) hal 53-53

Universitas Sumatera Utara

Keabsahan Data12

3.4

Keabsahan data (goodness of data) sebuah penelitian merupakan fondasi
dari mutu hasil penelitian tersebut. Walaupun metode analisis tidak kalah penting
peranannya dalam meyakinkan pihak-pihak terkait untuk dapat menerima hasil
suatu penelitian dan menggunakannya daam pengambilan keputusan sesuai
dengan keperluannya, keabsahan data selalu menjadi focus perhatian pertama
pihak eksternal untuk menerima atau menolak hasil penelitian tersebut.
Pengujian keabsahan data mempunyai dua dimensi yaitu pengujian
kesahihan atau validitas data (data validity testing) dan pengujian kehandalam
atau reliabilias data (data reliability testing). Suatu penelitian yang bermutu
haruslah didukung oleh kedua pengujian tersebut. Penelitian yang hanya didukung
oleh pengujian validitas data saja atau pengujian reliabilitas data saja tidak
mempunyai arti yang signifikan dalam meyakinkan pihak eksternal .

3.4.1 Validitas Data
Validitas data adalah suatu ukuran yang mengacu kepada kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang
valid akan diperoleh apabila instrument pengumpulan data juga valid. Oleh karena
itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrument
pengumpulan data.

12

ibid., h. 215-237

Universitas Sumatera Utara

3.4.1.1 Ragam Validitas Data
Validitas instrument terbagi atas dua tipe yaitu validitas internal (internal
validity) dan validitas eksternal (external validity). Validitas internasl berkenaan
dengan derajat akurasi rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang baik
termasuk rancangan pengumpulan data akan dapat mengidentifikasi sumber data
yang tepat dan alat/instrument pengumpulan data yang juga tepat. Validitas
eksternal berkenaan dengan derajat akurasi hasil penelitian jika dilakukan
generalisasi dan diterapkan pada populasi dari mana data penelitian diambil.
Validitas internal terbagi atas tiga bagian yaitu:
1. Validitas isi
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadpa isi
tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pertanyaan ang
dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana item-item dalam tes
mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh
mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Validitas ini
terbagi atas dua tipe yaitu:
a)

Validitas muka
Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya
karena hanya didasarkan pada penilaian penampilan. Apabila uji penampilan
telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang
hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah dipenuhi

Universitas Sumatera Utara

b)

Validitas logik
Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling(sampling validity).
Validitas tipe ini menunjuk pada sejauh mana isi tes merupakan representasi
dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.

2.

Validitas kriteria
Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya
kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria
adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh sor tes atau berupa
suatu ukura lain yang relevan. Prosedur validasi berdasarkan kriteria
menghasilkan dua macam validitas, yaitu validitas prediktif dan validitas
konkuren.

3.

Validitas kontruksi
Validitas kontruksi adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes
mengungkap suatu trait atau konstruksi teoritik yang hendak diukurnya.
Pengujian validitas konstruksi merupakan proses yang terus berlanjut sejalan
dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. pengujian
validitas konstruksi biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang lebih
kompleks daripada teknik-teknik yang dipakai pada pengujian validitas
empiric lainnya akan tetapi hasil estimasi validitas konstruksi tidak
dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas

Universitas Sumatera Utara

3.4.1.1.1 Pengujian Validitas
Cara-cara yang umum digunakan untuk menguji validitas instrument ialah
melalui:
1. Analisis korelasi
2. Analisis faktor
3. Multitrait
Analisis korelasi sangat sesuai digunakan untuk menguji validitas
serempak dan prediktif (concurrent validity dan predictive validity) ataupun
vaiditas konvergen dan diskriminan (convergent dan discriminant validity).
Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment
yang dikembangkan oleh pearson yaitu:
rXY =

∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
[ N ∑ X − (∑ Y ) ][ N ∑ Y − (∑ Y )
N
2

2

2

2

]

Dimana, rXY =koefisien korelasi antara Y dan X
X = skor variabel independen X
Y = skor variabel dependen Y

3.4.2 Reliabilitas
Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan
stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan
menggunakan instrument tersebut.

Universitas Sumatera Utara

3.4.2.1Ragam Reliabilitas
Dua ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas
atau kehandalan instrument pengumpulan data adalah stabilitas instrumen dan
konsistensi internal instrument.
Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat
kestabilan instrument terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan
instrument tersebut. Konsistensi internal instrumen memberikan indikasi
homogenitas item dalam pengukuran dalam arti seberapa jauh instrumen tersebut
menjadikan item-item yang diukur secara bersama-sama menjadi sebuah set dan
secara independen menjadi bagian yang berarti terhadap keseluruhan.

3.4.2.1.1 Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian stabilitas instrumen terbagi menjadi dua macam yaitu test-retest
reliability dan parallel-form reliability. Test-retest reliability adalah sebuah
metode

pengujian

reliabilitas

instrumen

yang

dilakukan

dengan

cara

menggunakan instrumen tersebut kepada subjek yang sama secara berulang-ulang
tetapi pada waktu yang berbeda. Parallel-form reliability sering juga disebut
equivalent reliability adalah metode pengujian kestabilan instrumen dengan cara
menggunakan dua instrumen yang parallel kepada subjek yang sama dan pada
waktu yang sama.

Universitas Sumatera Utara

3.4.2.1.2 Pengujian Konsistensi Internal Instrumen
Pengukuran konsistensi internal instrumen pengumpulan data dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu interitem consistency reliability dan split-half
reliability. Interitem consistency reliability adalah sebuah tes konsistensi terhadap
jawaban responden mengenai semua item yang ditanyakan kepadanya. Tes ini
mencoba menguji seberapa jauh responden memberikan jawaban yang
independen terhadap masing-masing item yang ditanyakan.
Alat tes yang cukup popular untuk pengujian ini antara lain adalah
reliabilitas spearman-brown, Flanagan, rulon, hoyt, dan formula K-R. Selain itu
juga terdapat teknik pengujian lain yang sering dipakai yaitu koefisien alpha
cronbach. Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk multi point scale items,
makin dekat nilai koefisien Alpha Cronbach kepada angka 1 makin kuat
konsistensi internal reliabilitas.
1.

Formula Spearman Brown
Pengujian konsistensi instrument dengan menggunakan formula Spearman
Browndisdasarkan pada metode split-half. Korelasi antara belahan pertama
dan kedua dihitung dengan menggunakan rumus formula sebagai berikut:
r11 =

Dimana,

2rhh
1 + rhh

r11

= Koefisien reliabilitas

rhh

= Koefisien korelasi product moment antara skor
belahan satu dengan skor belahan yang lain

Universitas Sumatera Utara

2. Formula Rulon
Formula Rulon juga menggunakan analisis butir dalam menguji reliabilitas
instrument. Formula ini, selain variabel varians total juga varians perbedaan
skor belahan pertama dan belahan kedua digunakan untuk menghitung
reliabilitas instrument yaitu sebagai berikut:
r11 = 1 −

S d2
S t2

Keterangan:
r11

= Koefisien reliabilitas

S d2

= Varians perbedaan skor belahan

S t2

= Varians skor total

1

= Bilangan konstan

3. Koefisien Alpha Cronbach
Berdasarkan ukuran reliabilitas, dimana instrumen menggunakan skor 0 dan 1
untuk setiap butir pertanyaan, koefisien Alpha Cronbachdigunakan untuk
mengukur

reliabilitas

instrument

yang

pertanyaan-pertanyaannya

menggunakan skor dalam rentangan tertentu misalnya antara 1 dan 5 atau
antara 1 dan 10 dan sebagainya. Rumus yang digunakan dalam menghitung
Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:


 n 
r11 = 
1 −
 n −1


∑S
∑S

2
i
2
t






Universitas Sumatera Utara

Keterangan:
r11

= Koefisien reliabilitas

S i2

= Varians skor tiap-tiap butir soal

S t2

= Varians skor total

DFM (Design for Manufacturing)13

3.5

Desain (sebagaimana proses desain) adalah rangkaian kegiatan dimana
informasi

yang

diketahui

ditambahkan

pada

objek

yang

dirancang,

penyempurnaan (misalnya,dibuat lebih rinci), dimodifikasi, atau dibuat lebih jelas.
Dengan kata lain, proses desain mengubah keadaan informasi yang ada tentang
objek yang dirancang. Bila desain telah berhasil, jumlah informasi yang tersedia
mengenai objek yang dirancang meningkat. Sebagai hasil desain, informasi
menjadi lebih lengkap dan lebih rinci sampai akhirnya ada informasi yang cukup
untuk melakukan proses manufaktur. Desain, oleh karena itu, adalah sebuah
prosesyang

mengubah

informasi

tentang

bentuk

atau

benda

yang

dirancang,sedangkan manufaktur (yaitu, produksi) memodifikasi keadaan
fisiknya.
Permasalahan desain muncul ketika ada keinginan untuk informasi tentang
objek yang dirancang. Akibatnya, masalah desain ada ketika ada keinginan untuk
menghasilkan informasi lebih banyak (atau lebih baik) tentang objek yang
dirancang, ketika kita ingin mengembangkan hal baru (namun belum diketahui)

13

Corrado Poli, “Design for Manufacturing: A Structured Approach”, (Elsevier
Science&Technology Books), h.1-3

Universitas Sumatera Utara

Design for Manufacturing (DFM) adalah filosofi dan pola pikir di mana
input yang digunakan untuk proses manufaktur pada tahap awal desain untuk
merancang bagian dan produk yang dapat diproduksi lebih mudah dan lebih
ekonomis. Design for Manufacturing melibatkan setiap aspek dari proses desain
di mana isu-isu yang terlibatdalam pembuatan objek yang dirancang dianggap
eksplisit dengan maksud untuk mempengaruhi desain. Pertimbangan biaya
perkakas atau waktudiperlukan, biaya pengolahan atau pengendalian, waktu
perakitan atau biaya, perlindungan untuk manusiaselama manufaktur (misalnya,
keselamatan pekerja atau kualitas kerja yang dibutuhkan),ketersediaan bahan atau
peralatan, merupakan contoh dari aspek desain. Desain untuk manufaktur terjadi
sepanjang proses desain.
14

Perancangan untuk proses manufaktur merupakan salah satu dari

pelaksanaan yang paling terintegrasi yang terlibat dalam pengembangan produk.
DFM menggunakan informasi dari beberapa tipe, termasuk diantaranya :
1. Sketsa, gambar, spesifikasi dan alternatif-alternatifrancangan.
2. Suatu pemahaman detail tentang proses produksi dan perakitan.
3. Perkiraan biaya manufaktur, volume produksi, dan waktu peluncuran produk.
DFM membutuhkan peran serta yang sangat baik dari anggota tim
pengembangan. Usaha-usaha DFM umumnya membutuhkan ahli-ahli insinyur
manufaktur, akuntan biaya, dan

personil produksi, di samping perancang-

perancang produk. Perusahaan menggunakan pelatihan tim yang terstruktur untuk
mendapatkan integrasi dan tukar pikiran yang dibutuhkan untuk DFM.
14

Ulrich, K. T. dan Eppinger, S. D. 2008. “Product Design and Development” 4nd Edition.
New York: Irwin Mcgraw-Hill. Hal 209-231

Universitas Sumatera Utara

Spesifikasi produk difinalisasi, tim membuat pilihan (trade-off) di antara
karakteristik kinerja yang diinginkan. Pengurangan berat akan meningkatkan
biaya manufaktur. Metode DFM terdiri dari 5 langkah dan dapat dilakukan
beberapa kali (iteratif) sampai tim mengganggap rancangan sudah cukup baik :
1.

Memperkirakan biaya manufaktur.

2.

Mengurangi biaya komponen.

3.

Mengurangi biaya perakitan.

4.

Mengurangi biaya pendukung produksi.

5.

Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFMpada faktor-faktor lainnya.

Langkah-langkah Metode DFM dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Universitas Sumatera Utara

Usulan Rancangan

Perkiraan
Biaya
Manufaktur

Mengurangi
Biaya
Komponen

Mengurangi
Biaya
Perakitan

Mengurangi
Biaya
Penunjang
Produksi

Mempertimbangkan
pengaruh terhadap
keputusan DFM Terhadap
Faktor Lainnya

Menghitung
Ulang Biaya
Manufaktur

Tidak
Cukup Baik
?
Ya

Gambar 3.2 Metode DFM
Sumber: Ulrich, K. & Eppinger, S. (2000)

1.

Memperkirakan Biaya Manufaktur
Biaya manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem
dan untuk proses pembuangan output yang dihasilkan oleh sistem. Biaya
untuk produk,sebagian besar, perusahaan biasanya menggunakan biaya
manufaktur, yang dihitung dengan membagi total biaya manufactur untuk

Universitas Sumatera Utara

beberapa periode (biasanya dalam kuartal atau tahun) dengan jumlah unit
produksi yang dihasilkan selama periode tersebut. Biaya manufaktur dari
suatu produk yang terdiri dari tiga kategori:
a. Biaya-biaya komponen : Komponen-komponen dari suatu produk
mencakup komponen standard komponen berdasarkan pesanan yang
dibuat berdasarkan rancangan pembuat dari material mentah, seperti
lembaran baja, biji plastic atau batangan aluminium. Komponen pesanan
dibuat di pabrik sendiri, sementara yang lain dihasilkan oleh pemasok
berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat.
b.

Biaya-biaya perakitan : barang-barang diskrit biasanya dirakit dari
komponen-komponen. Proses perakitan hampir selalu mencakup biaya
upah tenaga kerja dan juga mencakup biaya peralatan dan perlengkapan.

c.

Biaya-biaya overhead : Overhead merupakan kategori yang digunakan
untuk mencakup seluruh biaya-biaya lainnya. dibedakan menjadi dua tipe
yaitu pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukuung adalah
biaya-biaya yang berhubungan dengan penanganan material, jaminan
kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, dan pemeliharaan. Biaya
alokasi tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dikaitkan secara
lansung seperti gaji pegawai, penjaga keamanan dan perawatan bangunan
karena kegiatan-kegiatan ini terbagi di antara beberapa produk dan sulit
untuk mengalokasikan secara lansung pada suatu produk secara spesifik.
Satu cara dalam mengkategorikan elemen-elemen biaya manufaktur dapat

dilihat pada Gambar 3.3.

Universitas Sumatera Utara

Biaya
Manufaktur

Komponenkomponen

Perakitan

Standar

Custom

Bahan Baku

Proses

Perlengkapan
dan Alat
bantu

Tenaga Kerja

Overhead

Penunjang

Alokasi tidak
lansung

Alat Bantu

Gambar 3.3. Elemen-elemen Biaya Manufaktur
Sumber: Ulrich, K. & Eppinger, S. (2000)

2.

Mengurangi Biaya Komponen
Produk diskrit yang sangat bersifat teknik, biayakomponen ysang dibeli akan
menjadi elemen biaya yang paling berarti. Bagian inimenginformasikan
beberapa strategi untuk meminimasi biaya-biaya tersebut.
a. Memahami Batasan-batasan Proses dan Dasar-dasar Biaya
Komponen mungkin dapat ditentukan harganya secara sederhana, karena
perancang tidak memahami kemampuan dasar biaya, dan batasan-batasan
proses produksi. Seorang perancang mungkin menetapkan dimensi
dengan toleransi yang terlalu ketat, tanpa memahami kesulitan untuk
memperoleh keakurasian semacam itu dalam produksi. Perancangan ulang
komponen berguna untuk mendapatkan kinerja yang sama seraya
menghindari langkah manufaktur yang menimbulkan biaya, perancang
harus mengetahui tipe operasi apa yang sulit dilakukan dalam produksi

Universitas Sumatera Utara

dan dengan dasar biaya tertentu.
b. Merancang

Ulang

Komponen

Untuk

Mengurangi

Langkah-

langkahPemrosesan
Kecermatan rancangan

yang diusulkan akan mengarahkan pada

usulanrancangan ulang yang dapat menghasilkan penyederhanaan proses
produksi. Pengurangan jumlah langkah dalam proses pabrikasi umumnya
memberikan hasilpengurangan biaya. Komponen aluminium mungkin
tidak harus dicat, khususnya jika tidak dapat dilihat langsung oleh
pengguna. Pada beberapa kasus, beberapa tahapmungkin untuk dikurangi
melalui substitusi tahapan proses alternatif.
c. Pemilihan Skala Ekonomi Yang Sesuai Untuk Pemrosesan Komponen
Biaya manufaktur untuk suatu produk biasanya turun bila volume
produksi meningkat. Gejala ini merupakam skala ekonomi. Skala
ekonomi untuk suatukomponen yang dibuat terjadi karena dua alasan
berikut:
1) biaya tetap dibagi di antara lebih banyak unit, dan
2) biaya variabel menjadi lebih rendah karena perusahaan dapat
mempertimbangkan penggunaan proses- proses dan peralatan yang
lebih luasdan efisien. Contoh untuk komponen plastik, biaya cetaknya
lebih murah bilaproduk yang dihasilkan semakin banyak.
d. Standardisasi Komponen-komponen dan Proses-proses
Prinsip skala ekonomis juga digunakan dalam pemilihan komponen
danproses. Jika volume produksi bertambah, biaya per unit komponen

Universitas Sumatera Utara

akan berkurang.
3.

Mengurangi Biaya Perakitan
Perancangan untuk perakitan (Design For Assembly / DFA) kadang
dinyatakan sebagai bagian DFM yang melibatkan minimasi biaya perakitan.
Fokus perhatian pada biaya perakitan akan memberikan manfaat tidak
langsung yang kuat.

4.

Mempertimbangkan Pengaruh Keputusan DFM Pada Faktor Lainnya
Minimasi

biaya

manufaktur

tidak

hanya

merupakan

sasaran

prosespengembangan produk. Keberhasilan produk secara ekonomis juga
tergantung darikualitas produk, berkurangnya waktu pengenalan, dan biaya
pengembangan

produksi.

Keberhasilan

ekonomis

suatu

proyekdikompromikan dalam rangka memaksimumkan keberhasilan
a.

Pengaruh DFM Pada Waktu Pengembangan
Waktu pengembangan dapat menjadi sangat berharga. Karena alasan
inilah,keputusan DFM harus dievaluasi untuk melihat pengaruhnya pada
waktupengembangan, seperti pengaruhnya juga pada biaya manufaktur

b. Pengaruh DFM Pada Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan sangat simetris dengan waktu pengembangan.
Perhatian yang sama mengenai keterkaitan antara kerumitan dan
waktupengembangan digunakan untuk biaya pengembangan.
c.

Pengaruh DFM Pada Kualitas Produk
Tim harus mengevaluasi pengaruhkeputusan pada kualitas produk
sebelum mengambil keputusan DFM. Di bawah kondisi ideal ini,

Universitas Sumatera Utara

tindakan untukmengurangi biaya manufaktur juga akan memperbaiki
kualitas produk. Sebagaicontoh, produk baru manifold akan dapat
mereduksi biaya, reduksi berat, danperbaikan kinerja mesin.
d. Pengaruh DFM Pada Faktor-faktor Eksternal
Keputusan

perancangan

mungkin

memiliki

implikasi

melebihi

tanggungjawab suatu tim pengembangan tunggal. Batasan ekonomis,
implikasi inimungkin dipandang sebagai masalah eksternal. Dua masalah
eksternal adalahkomponen yang digunakan kembali dan biaya daur
hidup.

Teknik Pembuatan Peta 15

3.6

Peta pada umumnya digunakan untuk menganalisis kegiatan yang telah
ada, kegiatan yang bertahap, atau aktivitas kerja lainnya yang bertujuan untuk
melakukan perbaikan. Asumsi mendasar adalah dengan mengevaluasi situasi kerja
secara terperinci, dan membuat pengawasan kritis, perbaikan dapat ditemukan
lebih menyeluruh dibandingkan hanya dengan menggunakan pemeriksaan secara
maskroskopik (dengan mata biasa). Perbaikan yang mungkin mencakup
pengurangan waktu siklus dan biaya, menghilangkan langkah yang tidak
diperlukan, mengurangi tanda-tanda bahaya, dan memperbaiki kualitas produk.
Peta dapat juga digunakan untuk menunjukkan usulan untuk cara baru dari
penyelesaian operasi yang sama, atau untuk merancang operasi baru yang belum
pernah diimplementasikan sebelumnya.
15

Groover, Mikell P, Work Systems and The Methods, Measurement, and Management
(USA:Pearson Education, Inc, 2007), h. 235-237.

Universitas Sumatera Utara

Teknik pembuatan peta yang telah dikembangkan selama beberapa tahun
ini dengan keilmuan teknik industri. Kategori dari peta dan diagram tersebut
antara lain:
1. Operation Charts (Peta Operasi)
2. Process Charts (Peta Proses)
3. Flow Diagrams (Diagram Alir)
4. Activity Charts (Peta Aktivitas)
Teknik menyajikan gambaran dan simbolik yang mengartikan situasi kerja
untuk pemahaman yang lebih baik secara terperinci. Perbedaannya terletak pada
tingkat rincian dan bagaimana situasi kerja digambarkan. Kategori terdapat variasi
format dan simbol tergantung pada subjek dari analisis, sebagai contoh, tujuan
dari analisis adalah untuk penelitian material atau untuk pekerja manusia.

3.6.1 Operation Chart (Peta Operasi)
Peta operasi adalah gambaran dan representasi simbolik dari operasi
(kegiatan) yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk. Ada dua tipe
kegiatan dalam peta operasi, yaitu:
1. Kegiatan pemrosesan dan perakitan
2. Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan
Peta operasi dapat juga digunakan untuk menganalisis langkah-langkah
yang melibatkan pelayanan, namun pengaplikasian peta ini kurang umum
dilakukan. Peta operasi terdiri dari rangkaian bagian vertikal, yang tiap bagiannya
menggambarkan tahapan dari operasi dan inspeksi pada komponen produk. Peta

Universitas Sumatera Utara

operasi hanya menggunakan dua simbol (operasi dan inspeksi). Simbol yang
digunakan pada Peta Operasi dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Simbol yang Digunakan dalam Peta Operasi
Simbol

Huruf

O

I

Deskripsi
Kegiatan Pemrosesan (Operasi) atau Perakitan.
Kegiatan pemrosesan terdiri dari perubahan bentuk,
atribut, atau permukaan material atau komponen
kerja. Kegiatan perakitan merupakan
penggabungan dua part atau lebih untuk
menyusun sebuah rakitan
Kegiatan pemeriksaan. Pemeriksa memeriksa
bahan, komponen kerja, atau perakitan untuk
kualitas dan kuantitas.

Sumber : Mikell P. Groover (2007)

Bagian atas dari tiap bagian dimulai dengan material atau part

yang

dibeli, dan langkah-langkah ditunjukkan dengan simbol dan penjelasan singkat.
Waktu penyelesaian kegiatan (misalnya waktu standar) terkadang tercakup di
dalamnya.Penyelesaian komponen dapat dilihat apabila telah dilakukan perakitan
ke bagian kanan. Kolom paling kanan biasanya menunjukkan komponen/part
basis atau utama dari perakitan. Komponen tersebut merupakan komponen tempat
penggabungan komponen lainnya.
Pengembangan daftar rincian dari operasi untuk komponen dan hasil
rakitan menjadi produk akhir adalah langkah pertama dalam analisis peta operasi.
Langkah kedua adalah pemeriksaan peta untuk melakukan perbaikan yang
dimungkinkan. Fokus dari peta operasi adalah pada material dari produk dan
operasi yang dilakukan pada komponen tersebut, sehingga langkah pemeriksaan
dilakukan dengan pertanyaan dalam prosedur yang bertujuan pada material dan

Universitas Sumatera Utara

operasi. Pendekatan sistematis dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
pertanyaan. Pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Daftar Pertanyaan yang Digunakan untuk Menganalisis Peta
Operasi
Pertanyaaan yang Berkaitan dengan Material atau Bahan
1. Apa alternatif material yang dapat dimulai lebih dahulu? (misalnya apakah
plastik atau logam?)
2. Apakah perubahan rancangan memungkinkan part dibeli sesuai standar
item yang tersedia?
3. Apakah bisa beberapa fungsi komponen dilkombinasikan menjadi satu
komponen melalui perubahan rancangan?
4. Keputusan membuat atau membeli; Apakah part tersebut sebaiknya
diproduksi di pabrik sendiri atau dibeli dari pemasok luar?

3.7.

Pengukuran Waktu 16
Pengukuran waktu digunakan untuk mendapatkan waktu yang diperlukan

oleh operator yang terlatih dan memenuhi kualifikasi untuk bekerja dalam
keadaan normal menyelesaikan tugas tertentu. Pengukuran waktu digunakan
untuk mengukur pekerjaan. Pengukuran waktu menghasilkan waktu ketika
seorang operator cocok dengan pekerjaan dan terlatih dalam metode yang spesifik
dalam bekerja apakah bekerja dalam keadaan normal atau standar. Waktu yang
dihasilkan dinamakan waktu standar dari operasi.
Pengukuran waktu memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menentukan waktu dan perencanaan kerja
2. Menentukan standar biaya dan penentuan biaya awal
3. Memperkirakan biaya dari produksi sebelum memproduksi produk tersebut.
16

Ralph M. Barnes, Motion and Time Study Design and Measurement of Work(7th
Edition,John Wiley and Sons, 1980), h. 257-259.

Universitas Sumatera Utara

4. Menentukan efektivitas mesin, jumlah mesin dari satu operator, dan
keseimbangan dari lintasan produksi baik secara manual ataupun melalui
conveyor
5. Menentukan waktu standar yang digunakan sebagai standar pembayaran
antara karyawan langsung dan karyawan tidak langsung
6. Menentukan waktu standar yang digunakan sebagai dasar kontrol gaji
karyawan.
17

Keputusan memiliki tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian yang

digunakan untuk menentukan jumlah pengamatan yang diperlukan. Tingkat
kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian ±5% digunakan dalam pengukuran waktu.
Pernyataan tersebut berarti kesempatan total 95 dari 100 dimana rata-rata dari
sampel dari elemen tidak mengalami kesalahan lebih dari ±5% dari waktu
sebenarnya.

N’ adalah jumlah pengamatan yang diperlukan untuk memprediksi waktu
sebenarnya dengan tingkat ketelitian ±5% dan tingkat kepercayaan 95%.
Penggunaan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian ± 10% digunakan
sebagai kriteria, maka formula yang digunakan sebagai berikut.

17

Ibid. p 274.

Universitas Sumatera Utara

3.7.1 Tahapan Penentuan Waktu Normal 18
Tahapan dalam menentukan waktu normal, harus diperhitungkan rating
performance. Pekerja/operator bekerja secara wajar rating factor (rf) = 1, artinya
waktu siklus rata-rata sudah normal. Operator bekerja yang terlampau lambat
(bekerja dibawah normal), maka rating factor (rf) < 1, dan sebaliknya apabila
operator bekerja terlalu cepat (bekerja diatas normal), maka rating factor (rf) > 1.
Penentuan operator bekerja secara wajar atau tidak, maka selama melakukan
pengamatan dan pengukuran waktu kerja, pengukur harus benar-benar
memperhatikan kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh operator. Kewajaran kerja
seorang operator dapat dinilai oleh pengukur dengan suatu standar nilai yang
dibuat berdasarkan konsep tentang bekerja wajar. Kemudahan pemilihan konsep
wajar, seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana seorang operator dianggap
berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja,
menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam
menjalankan pekerjaannya. Konsep kewajaran ini dikemukakan oleh ILO
(International Labour Organization).

18

Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu (Cet IV; Surabaya: Guna
Widya, 1995), h. 197-203.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diPT Prima Indah Saniton yang bergerak di

bidang manufaktur produk sanitasi. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Kebun Lada,
Gang Purwodadi, Binjai.

4.2

Jenis Penelitian
Penelitian tugas sarjana ini adalah penelitian terapan (applied research)

karena penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata di
perusahaan. Berdasarkan metodenya, penelitian ini berjenis penelitian analisis
kerja dan aktivitas. Penelitian ini berupaya untuk menyelidiki secara terperinci
aktivitas atau pekerjaan agar mendapat rekomendasi untuk perbaikan sehingga
didapat efisiensi.

4.3

Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah produk wastafel merk Champion

yang diproduksi oleh PT Prima Indah Saniton. Peninjauan dilakukan terhadap
produk dan proses pembuatan produk dari awal hingga selesai.

Universitas Sumatera Utara

4.4

Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen, merupakan variabel bebas yang mempengaruhi variabel
dependen baik secara positif maupun secara negatif. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah
a. Klasifikasi material yaitu atribut yang berkenaan dengan bahan baku yang
digunakan dan memiliki pengaruh terhadap produk wastafel .
b. Klasifikasiproses yaitu atribut yang berkenaan dengan proses pengerjaan
produk yang memiliki pengaruh terhadap produk wastafel.
2. Variabel Dependenmerupakan variabel yang nilainya dipengaruhi oleh nilai
variabel lainnya.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
a. Karakteristik produk yaitu keseluruhan atribut yang menggambarkan
produk kloset.
b. Karakterisitik teknis yaitu karakteristik-karakteristik yang memenuhi
persyaratan produk.
c. Perbaikan proses produksi

4.5

Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual merupakan suatu kerangka yang digunakan untuk

membantu proses berpikir, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lebih
sistematis. Adapun kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara

Kriteria klasifikasi material
a. Jenis tanah/bahan baku
b. Keplastisan tanah
c. Komposisi
d. Kepadatan

Karakteristik Produk
Rancangan Perbaikan
Proses
Karakteristik Teknis

Kriteria klasifikasi proses
a. Pengeringan
b. Pembakaran
c. Lama pembakaran.
d. Lama pengeringan

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6

Definisi Operasional
Variabel operasional yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada

Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Definisi Variabel Operasional
No
1

Variabel
Karakteristik
produk

Defenisi
Karakteristik produk didefinisikan
sebagai atribut-atribut dari produk
yang berhubungan dengan produk

Alat Ukur
a. Observasi
b. Kuesioner
c. Wawancara
d. Studi Literatur

2

3

Karakteristik teknis produk
didefinisikan sebagai respon teknis
Karakteristik
yang harus dilakukan oleh
Teknis
perusahaan berdasarkan atributatribut dari produk
Perbaikan proses produksi yaitu
suatu usaha yang dilakukan untuk
Perbaikan
memperbaiki mutu produk dan
proses produksi memperbaiki kulitas proses

a. Kuesioner
b. Wawancara

a. Operation Chart
b. QFD
c. DFM

Universitas Sumatera Utara

4.7

Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut:
1.

Studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi perusahaan seperti proses
produksi, produk dihasilkan serta informasi pendukung yang diperlukan
untuk membantu penelitian.

2.

Pengumpulan terhadap data yang diperlukan.
Data yang dikumpulkan terbagi atas dua jenis yaitu:
a. Data primer berupa data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan
lansung ke perusahaan.
b. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui pihak perusahaan dan
karyawan dengan teknik wawancara.

3.

Pengolahan data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan.

4.

Analisis terhadap hasil pengolahan data.

5.

Kesimpulan dan diberikan saran untuk penelitian
Langkah-langkah proses penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Universitas Sumatera Utara

MULAI

Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian
3. Langkah-langkah
penyelesaian

Studi Pendahuluan
1. Kondisi Perusahaan
2. Proses Produksi
3. Tingkat Penjualan

Identifikasi Masalah Awal
banyaknya kecacatan produk yang terjadi selama proses produksi sehingga
perlu dilakukan perbaikan proses di lantai produksi. .
Pengumpulan Data
1. Data primer
- Karakteristik produk
- Waktu dan urutan proses produksi
- Data kuesioner terbuka
- Data kuesioner tertutup
2. Data sekunder
- Spesifikasi produk awal
- Karakteristik teknis
- Profil perusahaan
- Data produksi
Pengolahan Data
1. Validasi Data
2. QFD Fase I
3. QFD Fase II
4. DFM
5. Operation Chart
6. Struktur Produk
7. Pengukuran Waktu
Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 4.2 Langkah-langkah Proses Penelitian

Universitas Sumatera Utara

4.8

Pengumpulan Data

4.8.1 Sumber Data
Data yang dikumpulkan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Data primer
Data primer dikumpulkan dengan cara pengamatan atau pengukuran langsung,
yaitu:
1. Data kuesioner terbuka
2. Data kuesioner tertutup
3. Karakteristik teknis
4. Part Kritis
5. Pengukuran waktu
6. Operation Chart
7. Struktur Produk
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara wawancara dengan bagian produksi dan
data dokumentasi perusahaan, antara lain:
1. Urutan proses produksiuntuk produk wastafel.
2. Karakteristik teknis

Universitas Sumatera Utara

3. Gambaran perusahaan meliputi struktur organisasi, pembagian kerja setiap
karyawan, ruang lingkup bidang usaha, lokasi perusahaan, dan data
lainnya.
4. Data produksi meliputi jumlah produk dan jumlah produk cacat.
5. Biaya Produksidalam proses manufaktur dengan alat bantu berupa Bill of
Material.

4.8.2 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan
mengenai proses pembuatan produk wastafel., pengukuran waktu, operation
chart, struktur produk
2. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan pihak manajemen dan
operator perusahaan saat penelitian berlangsung. Wawancara berisi tentang
hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian, karakteristik teknis dan
part kritis.
3. Survei

Universitas Sumatera Utara

Teknik untuk mendapatkan data primer yang dibutuhkan berkaitan dengan
penelitian PT. dengan menyebarkan kuesioner terbuka,dan kuesioner tertutup
4. Dokumentasi
Dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder yang terdapat
diperusahaan dan berhubungan dengan objek penelitian.

5. Studi literatur
Studi literatur merupakan suatu kegiatan untuk mempelajari buku-buku yang
berkaitan dengan Quality Function Deployment dan Design for Manfacturing.

4.8.3 Instrumen Penelitian
1.

Kuesioner
Kuesioner 19 merupakan suatu bentuk instrument pengumpulan data dalam

format pertanyaan tertulis yang dilengkai dengan kolom dimana responden akan
menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya.. Tujuan pokok
pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan
tujuan penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner adalah pertanyaan yang jelas
dan mengarah ke tujuan.
Atribut pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden dalam hal ini
adalah pekerja bagian produksi berdasarkan literatur menurut Karl T Ulrich dalam
buku Product Design. Dalam literatur disebutkan kriteria yang mempengaruhi

19

Sinulingga, Sukaria. Metodologi Penelitian. (Medan:USU Press) hal. 170

Universitas Sumatera Utara

produk seperti material dan segala hal yang berkaitan dengan proses produksi
(proses). Berdasarkan kriteria pada literatur, maka menurut R. A. Razak (1981)
dalam buku industri keramik atribut yang masuk dalam klasifikasi tersebut adalah
Kriteria yang termasuk dalam klasifikasi material adalah:
a. Jenis tanah/bahan baku untuk kegiatan produksi.
b. Keelastisan tanah pada kegiatan produksi.
c. Komposisi yang digunakan untuk kegiatan produksi.
d. Kepadatan yang digunakan untuk kegiatan produksi.
Kriteria yang termasuk dalam klasifikasi proses adalah:
a. Pengeringan yang dilakukan pada kegiatan produksi.
b. Pembakaran yang digunakan pada kegiatan produksi.
c. Lama pembakaran yang digunakan pada kegiatan produksi.
d. Lama pengeringan yang digunakan pada produk.

2.

Stopwatch
Stopwatch digunakan dalam pengukuran waktu produksi

4.8.4 Populasi dan Sampel

Universitas Sumatera Utara

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini, objek yang menjadi populasi adalah karyawan PT Prima Indah
Saniton yang berhubungan dengan kegiatan produksi yaitu sejumlah 65 orang.
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Untuk penyebaran
kuesioner terbuka teknik sampling yang digunakan adalahdengan menggunakan
non-probability sampling, yaitu dengan menggunakan judgemental sampling
yaknidipilih berdasarkan pemahaman responden terhadap produk yang diteliti.
Jumlah sampel yang proporsional untuk kuesioner terbuka adalah sebanyak 30
respoden.
Untuk penyebaran kuesioner tertutup teknik sampling yang digunakan
adalahdengan

menggunakan

non-probability

sampling,

yaitu

dengan

menggunakan judgemental sampling . Menurut tabel yang telah dibuat oleh Isaac
dan Michael (Sukaria Sinulingga, 2011) jumlah sampel yang proporsional untuk
kuesioner tertutup dengan jumlah populasi yang berjumlah 65 responden dengan
tingkat ketelitian 95% adalah sebanyak 55 responden. Ukuran sampel untuk
kuesioner karakteristik teknis yang dipilih adalah 1 responden. Responden yang
dipilih berasal dari pabrik yaitu orang yang ahli terhadap proses produksi
wastafel. (Lou Cohen, 1995)

4.9

Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain.

1. Uji Validitas

Universitas Sumatera Utara

Data yang diperoleh dari kuesioner akan diuji validitas dan reliabilitas
data. Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data

Dimana, r = koefisien korelasi antara X dan Y
X = skor variabel independen X
Y = skor variabel independen Y
Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan
stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen tersebut
2
 k  ∑σ b 
r=

1 −
σ 2 t 
 k − 1 

dimana,
k

= jumlah butir pertanyaan

σ 2b = varians butir pertanyaan
σ 2t

= varians total butir pertanyaan
Adapun langkah-langkah penyebaran kuesionerditunjukan pada Gambar

4.3.

Universitas Sumatera Utara

Mulai
Penentuan Tujuan
Penentuan Jumlah Sampel
Penelitian
Perancangan Kuesioner
Penyebaran Kuesioner
Data Mentah Hasil Kuesioner
Uji Validitas dan Reliabilitas

Valid dan
reliabel ?

Tidak

Pembuatan dan
Penyebaran Kuesioner

Ya

Selesai

Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Gambar 4.3. Langkah-langkah Penyebaran Kuesioner

2. Membuat Matrix House of Quality
House of Quality digunakan untuk mendapatkan karakteristik pelayanan
teknis yang bermutu dan sesuai dengan keinginan pelanggan. Rumah mutu
dibangun berdasarkan kategori konsumen dari model KANO. Penilaian atribut
dengan melihat tingkat hubungan antar atribut dan hubungan atribut dengan
karaktersitik pelayanan. Pengolahan data QFD dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Universitas Sumatera Utara

Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Penentuan Tingkat Kepentingan
Menetapkan Karakterisitik Teknis
Menetapkan Tingkat Hubungan Antara
Karakteristik Teknis dengan Kebutuhan
Pelanggan
Menyusun Matriks Perencanaan/ Planning
Matriks
Membangun Matriks House of Quality

Hitung Ukuran Kinerja HoQ (Business
Importance dan Relative Cost)

Sumber: Lou Cohen (1995)

Gambar 4.4. Diagram Alir QFD

Prosedur penggunaan matriks HoQ adalah :
a. Diidentifikasi keinginan responden (customer needs)
Keinginan responden (Customer needs) pada House of Quality berisi daftar
struktur keinginan konsumen terhadap produk atau jasa yang direncanakan
b. Diidentifikasi tingkat kepentingan(customer importance)
Tingkat kepentingan konsumen (costumer importance) adalah tempat untuk
merekam seberapa penting setiap kebutuhan atau keuntungan terhadap
konsumen. Penentuan tingkat kepentingan kepentingan menggunakan aturan 5
skala sebagai berikut :
1 = Semua atribut tidak penting terhadap konsumen\
2 = Sedikit penting terhadap konsumen
3 = Cukup penting terhadap konsumen

Universitas Sumatera Utara

4 = Penting untuk konsumen
5 = Sangat penting untuk konsumen
c. Menentukan karakteristik teknis produk (Tehnical Response)
Voice of Costumer (VOC) mempunyai komponen secara kualitatif dan
kuantitatif (komponen yang dimaksud adalh keinginan konsumen) yang
kemudian diterjemahkan dari suara pelanggan menjadi voice of developer
(keinginan

perusahaan).

Pergantian

karakteristik

kualitas

ini

akan

dihubungkan dalam matri