Perbaikan Proses Produksi Wastafel Dengan Pendekatan Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing Pada PT. Prima Indah Saniton

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study Design and Measurement of Work. 7th Edition,John Wiley and Sons: USA.

Blanchard, Benjamin. 1981. System Engineering and Analysis. Cetakan Ketiga. Prentice Hall: New York.

Cohen, Lou. 1995.Quality Function Deployment, How to make QFD Work for. You. Addison-Wesley Publishing Company: New York.

Day, Ronald. G. 1993. Quality Function Deployment, Linking a Company with Its Costumers. ASQC Quality Press: Milwaukee.

Edosomwan, Johnson A. 1996. Costumer and Market Driven Quality Management New Delhi : Tata McGraw-Hill Plc

Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Groover, Mikell P. 2007. Work Systems and The Methods, Measurement, and Management Pearson Education, Inc: USA.

Jimmie Browne, dkk. 1996. Production Management System: An Integrated Perspective 2nd edition. Iowa: Addison-Wesley Publisher Ltd.

Poli, Corrado. 2001.Design for Manufacturing: A Structured Approach. Elsevier Science&Technology Books.

Revelle , Jack B., dkk. 1998. The QFD Handbook. John Wiley & Sons: New York Sebayang, P., Dkk. 2010. Pembuatan Keramik Gerabah Berbasis Limbah Padat

Dari Industri Pulp Dan Tanah Liat. Pusat Penelitian Fisika-Lipi, Serpong-Tangerang Selatan.


(2)

Sinulingga, Sukaria. 2008. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. _________, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.

Ulrich, K. T. dan Eppinger, S. D. 2008. Product Design and Development 4nd Edition. New York: Irwin Mcgraw-Hill.

Wang. 2008. Applying QFD and DSM for Collaborative Machine Design. National Central University.

Vallhagen, Johan. Julia Madrid, Rikard Soederberg dan Kristina Warmefjord. 2013. An approach for producibility and DFM-methodology in aerospace engine Component development. CIRP: Swedia.

https://mazgun.wordpress.com/2008/09/26/proses-pembuatan-keramik/. Diakses 25 desember 2015. Pukul 19.30 wib.


(3)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Persaingan Produk2

Engineering

Persaingan pasar merupakan salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan pada dunia usaha saat ini. Baik produk maupun jasa yang dihasilkan harus dapat memenuhi ekspektasi yang diinginkan oleh pelanggan. Salah satu tantangan dalam dunia usaha adalah bagaimana cara untuk mencapai produk dan sistem dengan memperhatikan faktor biaya.

3

1. Meningkatkan metode kerja untuk pembuatan produk terutama yang menyangkut needs dari konsumen.

merupakan salah satu bidang ilmu yang mengaplikasikan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Tujuan dari perekayasaan sistem adalah untuk menentukan faktor-faktor yang dapat dihilangkan untuk dapat meminimisasi biaya, dalam hal unit cost, service cost, dan social cost. Beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah:

2. Mempertimbangkan keseluruhan sistem yang terdapat dalam siklus produksi. 3. Mempertimbangkan keseluruhan hierarki dan interaksi yang terdapat dalam

berbagai level sistem.

4. Mengorganisir dan mengintegrasikan kriteria teknik dan ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan masalah tersebut.

2

Blanchard, Benjamin, System Engineering And Analysis (Cet III; New York, 1998). P. 17-18 3


(4)

5. Membuat suatu pendekatan yangdapat digunakan untuk menganalisis, mengevaluasi dan memberi feedback pada sistem.

3.2 QFD (Quality Function Deployment)4

a. Memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan. Memastikan bahwa kebutuhan pelanggan dipahami dan proses desain didorong oleh kebutuhan pelanggan yang objektif dari teknologi.

QFD merupakan suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan karakteristik teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. QFD digunakan untuk membantu proses perancangan agar lebih memperhatikan keinginan pelanggan.

QFD memiliki beberapa manfaat antara lain:

b. Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain dengan memastikan bahwa proses desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti.

c. Menganalisis kinerja produk perusahaan yang utama untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan utama.

d. Berfokus pada upaya rancangan agar mampu mengurangi lamanya waktu yang diperlukan untuk daur rancangan secara keseluruhan sehingga dapat mengurangi waktu untuk memasarkan produk-produk baru. Perkiraan-perkiraan terbaru memperlihatkan adanya penghematan antara sepertiga sampai setengah dibandingkan sebelum dilakukan QFD.

4


(5)

e. Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dikeluarkan dengan memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan. Hal penting ini mengurangi biaya mengenalkan desain baru.

f. Mendorong terselenggaranya tim kerja dan melewati rintangan antar bagian dengan melibatkan pemasaran, rekayasa teknik, dan pabrikasi sejak awal proyek. Setiap anggota tim kerja sama pentingnya dan memiliki sesuatu untuk disumbangkan kepada proses.

g. Menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan rancangan. Tahap ini sangat membantu untuk menjaga proyek tehadap perubahan-perubahan personalia yang tidak dapat diperkirakan lebih dulu.

Konsep dasar dari QFD5

1. “what to do in relation to CRs”

adalah menerjemahkan keinginan konstumen (Consumer Requirement) kedalam karakteristik teknik (Engineering Characteristics (ECs)). Karakteristik tersebut kemudian akan diterjemahkan ke dalam proses perencanaan dan proses fabrikasi dalam sistem manufaktur. House of Quality (HOQ) merupakan suatu tabel yang terbuat berisi informasi tentang:

2. “how CRs are related to ECs” 3. hubungan antara CR dan EC.

HOQ berisi informasi-informasi penting lainnya seperti tingkat prioritas karakteristik, atribut-atribut data, serta standar minimal dari data. Langkah-langkah untuk membuat HOQ adalah sebagai berikut:

5

Wang, Applying QFD and DSM for Collaborative Machine Design, National Central University, 2008, p. 27


(6)

1. Mengidentifikasi keinginan konsumen ke dalam atribut-atribut produk. 2. Menentukan tingkat kepentingan relatif atribut (keinginan konsumen). 3. Membandingkan atribut dengan produk pesaing.

4. Membuat matriks karakteristik teknik.

5. Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknik dan atribut produk. 6. Mengidentifikasi hubungan antar karakteristik teknik.

7. Menghitung tingkat tingkat kepentingan karakteristik teknik.

Sumber: Couhen, Lou. Quality Function Deployment

Gambar 3.1. Struktur House of Quality (HOQ)

Pada Gambar 3.1 dapat dilihat struktur dari House of Quality (HOQ) yang terdiri atas 6 bagian yaitu6

6

Couhen, Lou. Quality Function Deployment, (Addison-wesley Publishing Company: New York, 1995) p.12-14

:

1. Bagian A (Customer Needs and Benefit)

Bagian ini berisi daftar keinginan dan kebutuhan konsumen yang berasal dari penelitian kualitatif. Langkah-langkah untuk membuat daftar kebutuhan konsumen adalah:


(7)

a. Mengumpulkan pendapat dari para konsumen melalui wawancara dan komplain yang diajukan oleh konsumen.

b. Menyusun hasil yang didapat menjadi beberapa kategori. c. Mengelompokkan kebutuhan dalam sebuah diagram afinitas. d. Menyusun kebutuhan dalam bagian customer needs.

2. Bagian B (Planning Matrix)

Bagian ini terdiri atas 3 informasi, yaitu:

a. Quantitative Market Data : menandakan hubungan yang penting dari keinginan dan kebutuhan konsumen serta tingkat kepuasan konsumen dengan organisasi dan tingkat kompetisinya

b. Strategic Goal Setting : untuk produk baru atau dalam bentuk pelayanan c. Perhitungan peringkat berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen

3. Bagian C (Technical Response) :

Bagian ini berisi tentang produk atau jasa yang dikembangkan, yang diutarakan dalam bahasa teknis perusahaan. Biasanya deskriptif teknis tersebut dikembangkan dari keinginan dan kebutuhan konsumen pada bagian A.

Technical Response disebut juga dengan Substitute Quality Characteristic (SQC) menunjukkan rencana-rencana atau rancangan usaha-usaha teknis perusahaan dalam mewujudkan kebutuhan konsumen yg terdapat dalam Customer Needs dalam bentuk :


(8)

a. Spesifikasi teknis yang dapat diukur, b. Product Function,

c. Product Subsystem, d. Process Steps.

4. Bagian D (Relationship) :

Bagian ini berisi tentang penilaian dari tim pengembang terhadap kekuatan hubungan antara tiap elemen yang terdapat pada Technical Response dengan tiap keinginan dan kebutuhan konsumen, yang didasarkan dari nilai Impact, Relationship, dan Priority.

5. Bagian E (Technical Correlation) :

Bagian ini mengandung perkembangan taksiran tim dr hubungan antara

implementasi antara elemen-elemen yang ada dengan Technical Response.7

6. Bagian F (Technical Importance) :

Bagian ini mengandung 3 jenis informasi, yaitu :

a. Peringkat yang telah dihitung dari Technical Response, berdasarkan

peringkat keinginan dan kebutuhan konsumen dari Bagian B dan hubungan dengan bagian D.

b. Informasi perbandingan Technical Performance.

c. Target dari Technical Response.

7


(9)

3.2.1 Perancangan Untuk Meminimalkan Biaya Bahan Dan Tenaga Kerja8

Bahan dan biaya tenaga kerja yang murah dapat ditentukan dengan beberapa

metode desain ramah biaya seperti Design for Manufacturing (DFM). Hasil studi

terdahulu menunjukkan bahwa 60 % dari total biaya siklus hidup produk ditentukan pada tahap perancangan. Pada saat 80% dari rancangan telah diselesaikan, maka 80 % dari biaya produksi juga telah ditetapkan.

Gambar 3.2. Empat Fase QFD

Dalam empat fase pendekatan QFD, tahap pertama adalah mengubah kebutuhan konsumen ke kebutuhan desain atau yang disebut dengan tahapan perancangan produk, dan pada tahap kedua mengubah kebutuhan desain menjadi menjadi parts characteristic atau yang disebut dengan tahap Part Deployments.

8


(10)

Pada tahap kedua inilah dimana kebutuhan seperti biaya yang murah, biaya tenaga kerja yang lebih rendah maka digunakan untuk tools seperti DFM.

3.3 Kuesioner9

1. Subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui.Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner adalah pertanyaan yang jelas dan mengarah ke tujuan.

Empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:

2. Ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertayaan maupun pernyataan yang tersedia.

3. Petunjuk pengisian kuiioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.

4. Pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat pengisian jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup, maupun terbuka.

Perancangan kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of questions), cara pengukuran yaitu mengkategorikan, membuat skala dan mengkodekan (catagorized, scaled

9


(11)

and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general appearance) kuesioner tersebut10

3.3.1 Defenisi Konsumen (Costumer) .

11

Konsumen adalah orang atau kelompok yang menerima hasil produksi. Perkejaan tersebut bisa berkaian dengan barang maupun jasa. Di dalam suatu perusahaan, konsumen adalah penerima dari hasil proses yang dikerjakan oleh penyuplai. Setiap konsumen kemudian menjadi penyuplai untuk setiap langkah proses selanjutnya. Hingga akhirnya, hasil dari rangkaian ini adalah prdouk atau jasa yang dihasilkan pada konsumen eksternal.

Konsumen adalah penilai terakhir dari kualitas, nilai, dan harga dari produk atau jasa. Terdapat tiga jenis konsumen, yakni self-unit costumer, konsumen internal dan konsumen eksternal. Masing-masing individu adalah self-unit costumerbagi diri mereka sendiri. Pemeriksaan diri, perilaku disiplin, da keingian untuk kesempurnaan selayknya menjadi tujuan hidupsetiap orang. Konsumen internal adala mereka yang mnerima hasil dari satu atau lebih proses didalamruang lingkup mereka. Konsumen eksternal menerima barang jadi atau layanan dari suatu badan usahan dalam leadaan utuh

10

Sukaria Sinulingga. Metode Penelitian. (Cet III; Medan: USU Press, 2014), h. 171 11

Johnson A Edosomwan.Costumer and Market Driven Quality Management (New Delhi : Tata McGraw-Hill Plc 1996) hal 53-53


(12)

3.4 Keabsahan Data12

12

ibid., h. 215-237

Keabsahan data (goodness of data) sebuah penelitian merupakan fondasi dari mutu hasil penelitian tersebut. Walaupun metode analisis tidak kalah penting peranannya dalam meyakinkan pihak-pihak terkait untuk dapat menerima hasil suatu penelitian dan menggunakannya daam pengambilan keputusan sesuai dengan keperluannya, keabsahan data selalu menjadi focus perhatian pertama pihak eksternal untuk menerima atau menolak hasil penelitian tersebut.

Pengujian keabsahan data mempunyai dua dimensi yaitu pengujian kesahihan atau validitas data (data validity testing) dan pengujian kehandalam atau reliabilias data (data reliability testing). Suatu penelitian yang bermutu haruslah didukung oleh kedua pengujian tersebut. Penelitian yang hanya didukung oleh pengujian validitas data saja atau pengujian reliabilitas data saja tidak mempunyai arti yang signifikan dalam meyakinkan pihak eksternal .

3.4.1 Validitas Data

Validitas data adalah suatu ukuran yang mengacu kepada kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang valid akan diperoleh apabila instrument pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrument pengumpulan data.


(13)

3.4.1.1 Ragam Validitas Data

Validitas instrument terbagi atas dua tipe yaitu validitas internal (internal validity) dan validitas eksternal (external validity). Validitas internasl berkenaan dengan derajat akurasi rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk rancangan pengumpulan data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat dan alat/instrument pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan diterapkan pada populasi dari mana data penelitian diambil.

Validitas internal terbagi atas tiga bagian yaitu: 1. Validitas isi

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadpa isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pertanyaan ang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Validitas ini terbagi atas dua tipe yaitu:

a) Validitas muka

Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian penampilan. Apabila uji penampilan telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah dipenuhi


(14)

b) Validitas logik

Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling(sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauh mana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.

2. Validitas kriteria

Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh sor tes atau berupa suatu ukura lain yang relevan. Prosedur validasi berdasarkan kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu validitas prediktif dan validitas konkuren.

3. Validitas kontruksi

Validitas kontruksi adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruksi teoritik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruksi merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. pengujian validitas konstruksi biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang lebih kompleks daripada teknik-teknik yang dipakai pada pengujian validitas empiric lainnya akan tetapi hasil estimasi validitas konstruksi tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas


(15)

3.4.1.1.1 Pengujian Validitas

Cara-cara yang umum digunakan untuk menguji validitas instrument ialah melalui:

1. Analisis korelasi 2. Analisis faktor 3. Multitrait

Analisis korelasi sangat sesuai digunakan untuk menguji validitas serempak dan prediktif (concurrent validity dan predictive validity) ataupun vaiditas konvergen dan diskriminan (convergent dan discriminant validity). Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang dikembangkan oleh pearson yaitu:

∑ ∑

− =

] ) ( ][

) ( [

) )( (

2 2

2 2

Y Y

N Y X

N

Y X XY

N rXY

Dimana, rXY =koefisien korelasi antara Y dan X X = skor variabel independen X

Y = skor variabel dependen Y

3.4.2 Reliabilitas

Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrument tersebut.


(16)

3.4.2.1Ragam Reliabilitas

Dua ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas atau kehandalan instrument pengumpulan data adalah stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrument.

Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat kestabilan instrument terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan instrument tersebut. Konsistensi internal instrumen memberikan indikasi homogenitas item dalam pengukuran dalam arti seberapa jauh instrumen tersebut menjadikan item-item yang diukur secara bersama-sama menjadi sebuah set dan secara independen menjadi bagian yang berarti terhadap keseluruhan.

3.4.2.1.1 Pengujian Reliabilitas Instrumen

Pengujian stabilitas instrumen terbagi menjadi dua macam yaitu test-retest reliability dan parallel-form reliability. Test-retest reliability adalah sebuah metode pengujian reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan cara menggunakan instrumen tersebut kepada subjek yang sama secara berulang-ulang tetapi pada waktu yang berbeda. Parallel-form reliability sering juga disebut equivalent reliability adalah metode pengujian kestabilan instrumen dengan cara menggunakan dua instrumen yang parallel kepada subjek yang sama dan pada waktu yang sama.


(17)

3.4.2.1.2 Pengujian Konsistensi Internal Instrumen

Pengukuran konsistensi internal instrumen pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interitem consistency reliability dan split-half reliability. Interitem consistency reliability adalah sebuah tes konsistensi terhadap jawaban responden mengenai semua item yang ditanyakan kepadanya. Tes ini mencoba menguji seberapa jauh responden memberikan jawaban yang independen terhadap masing-masing item yang ditanyakan.

Alat tes yang cukup popular untuk pengujian ini antara lain adalah reliabilitas spearman-brown, Flanagan, rulon, hoyt, dan formula K-R. Selain itu juga terdapat teknik pengujian lain yang sering dipakai yaitu koefisien alpha cronbach. Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk multi point scale items, makin dekat nilai koefisien Alpha Cronbach kepada angka 1 makin kuat konsistensi internal reliabilitas.

1. Formula Spearman Brown

Pengujian konsistensi instrument dengan menggunakan formula Spearman Browndisdasarkan pada metode split-half. Korelasi antara belahan pertama dan kedua dihitung dengan menggunakan rumus formula sebagai berikut:

hh hh

r r r

+ =

1 2 11

Dimana, r11 = Koefisien reliabilitas

rhh = Koefisien korelasi product moment antara skor


(18)

2. Formula Rulon

Formula Rulon juga menggunakan analisis butir dalam menguji reliabilitas instrument. Formula ini, selain variabel varians total juga varians perbedaan skor belahan pertama dan belahan kedua digunakan untuk menghitung reliabilitas instrument yaitu sebagai berikut:

2 2 11 1

t d

S S r = − Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas

2

d

S = Varians perbedaan skor belahan

2

t

S = Varians skor total 1 = Bilangan konstan

3. Koefisien Alpha Cronbach

Berdasarkan ukuran reliabilitas, dimana instrumen menggunakan skor 0 dan 1 untuk setiap butir pertanyaan, koefisien Alpha Cronbachdigunakan untuk mengukur reliabilitas instrument yang pertanyaan-pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu misalnya antara 1 dan 5 atau antara 1 dan 10 dan sebagainya. Rumus yang digunakan dalam menghitung Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

    

  

−      

− =

2 2

11 1

1 t

i

S S n

n r


(19)

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas

2

i

S = Varians skor tiap-tiap butir soal

2

t

S = Varians skor total

3.5 DFM (Design for Manufacturing)13

13

Corrado Poli, “Design for Manufacturing: A Structured Approach”, (Elsevier

Science&Technology Books), h.1-3

Desain (sebagaimana proses desain) adalah rangkaian kegiatan dimana informasi yang diketahui ditambahkan pada objek yang dirancang, penyempurnaan (misalnya,dibuat lebih rinci), dimodifikasi, atau dibuat lebih jelas. Dengan kata lain, proses desain mengubah keadaan informasi yang ada tentang objek yang dirancang. Bila desain telah berhasil, jumlah informasi yang tersedia mengenai objek yang dirancang meningkat. Sebagai hasil desain, informasi menjadi lebih lengkap dan lebih rinci sampai akhirnya ada informasi yang cukup untuk melakukan proses manufaktur. Desain, oleh karena itu, adalah sebuah prosesyang mengubah informasi tentang bentuk atau benda yang dirancang,sedangkan manufaktur (yaitu, produksi) memodifikasi keadaan fisiknya.

Permasalahan desain muncul ketika ada keinginan untuk informasi tentang objek yang dirancang. Akibatnya, masalah desain ada ketika ada keinginan untuk menghasilkan informasi lebih banyak (atau lebih baik) tentang objek yang dirancang, ketika kita ingin mengembangkan hal baru (namun belum diketahui)


(20)

Design for Manufacturing (DFM) adalah filosofi dan pola pikir di mana input yang digunakan untuk proses manufaktur pada tahap awal desain untuk merancang bagian dan produk yang dapat diproduksi lebih mudah dan lebih ekonomis. Design for Manufacturing melibatkan setiap aspek dari proses desain di mana isu-isu yang terlibatdalam pembuatan objek yang dirancang dianggap eksplisit dengan maksud untuk mempengaruhi desain. Pertimbangan biaya perkakas atau waktudiperlukan, biaya pengolahan atau pengendalian, waktu perakitan atau biaya, perlindungan untuk manusiaselama manufaktur (misalnya, keselamatan pekerja atau kualitas kerja yang dibutuhkan),ketersediaan bahan atau peralatan, merupakan contoh dari aspek desain. Desain untuk manufaktur terjadi sepanjang proses desain.

14

1. Sketsa, gambar, spesifikasi dan alternatif-alternatifrancangan.

Perancangan untuk proses manufaktur merupakan salah satu dari pelaksanaan yang paling terintegrasi yang terlibat dalam pengembangan produk. DFM menggunakan informasi dari beberapa tipe, termasuk diantaranya :

2. Suatu pemahaman detail tentang proses produksi dan perakitan.

3. Perkiraan biaya manufaktur, volume produksi, dan waktu peluncuran produk. DFM membutuhkan peran serta yang sangat baik dari anggota tim pengembangan. Usaha-usaha DFM umumnya membutuhkan ahli-ahli insinyur manufaktur, akuntan biaya, dan personil produksi, di samping perancang-perancang produk. Perusahaan menggunakan pelatihan tim yang terstruktur untuk mendapatkan integrasi dan tukar pikiran yang dibutuhkan untuk DFM.

14

Ulrich, K. T. dan Eppinger, S. D. 2008. “Product Design and Development” 4nd Edition. New York: Irwin Mcgraw-Hill. Hal 209-231


(21)

Spesifikasi produk difinalisasi, tim membuat pilihan (trade-off) di antara karakteristik kinerja yang diinginkan. Pengurangan berat akan meningkatkan biaya manufaktur. Metode DFM terdiri dari 5 langkah dan dapat dilakukan beberapa kali (iteratif) sampai tim mengganggap rancangan sudah cukup baik : 1. Memperkirakan biaya manufaktur.

2. Mengurangi biaya komponen. 3. Mengurangi biaya perakitan.

4. Mengurangi biaya pendukung produksi.

5. Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFMpada faktor-faktor lainnya. Langkah-langkah Metode DFM dapat dilihat pada Gambar 3.2.


(22)

Perkiraan Biaya Manufaktur

Mengurangi Biaya Perakitan Mengurangi

Biaya Komponen

Mengurangi Biaya Penunjang

Produksi

Mempertimbangkan pengaruh terhadap keputusan DFM Terhadap

Faktor Lainnya

Menghitung Ulang Biaya Manufaktur

Cukup Baik ?

Ya Tidak

Usulan Rancangan

Gambar 3.2 Metode DFM Sumber: Ulrich, K. & Eppinger, S. (2000)

1. Memperkirakan Biaya Manufaktur

Biaya manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem dan untuk proses pembuangan output yang dihasilkan oleh sistem. Biaya untuk produk,sebagian besar, perusahaan biasanya menggunakan biaya manufaktur, yang dihitung dengan membagi total biaya manufactur untuk


(23)

beberapa periode (biasanya dalam kuartal atau tahun) dengan jumlah unit produksi yang dihasilkan selama periode tersebut. Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri dari tiga kategori:

a. Biaya-biaya komponen : Komponen-komponen dari suatu produk mencakup komponen standard komponen berdasarkan pesanan yang dibuat berdasarkan rancangan pembuat dari material mentah, seperti lembaran baja, biji plastic atau batangan aluminium. Komponen pesanan dibuat di pabrik sendiri, sementara yang lain dihasilkan oleh pemasok berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat.

b. Biaya-biaya perakitan : barang-barang diskrit biasanya dirakit dari komponen-komponen. Proses perakitan hampir selalu mencakup biaya upah tenaga kerja dan juga mencakup biaya peralatan dan perlengkapan. c. Biaya-biaya overhead : Overhead merupakan kategori yang digunakan

untuk mencakup seluruh biaya-biaya lainnya. dibedakan menjadi dua tipe yaitu pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukuung adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan penanganan material, jaminan kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, dan pemeliharaan. Biaya alokasi tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dikaitkan secara lansung seperti gaji pegawai, penjaga keamanan dan perawatan bangunan karena kegiatan-kegiatan ini terbagi di antara beberapa produk dan sulit untuk mengalokasikan secara lansung pada suatu produk secara spesifik. Satu cara dalam mengkategorikan elemen-elemen biaya manufaktur dapat dilihat pada Gambar 3.3.


(24)

Biaya Manufaktur

Komponen-komponen

Standar Custom

Proses

Bahan Baku Alat Bantu

Perakitan

Perlengkapan dan Alat

bantu

Tenaga Kerja

Overhead

Penunjang Alokasi tidak lansung

Gambar 3.3. Elemen-elemen Biaya Manufaktur Sumber: Ulrich, K. & Eppinger, S. (2000)

2. Mengurangi Biaya Komponen

Produk diskrit yang sangat bersifat teknik, biayakomponen ysang dibeli akan menjadi elemen biaya yang paling berarti. Bagian inimenginformasikan beberapa strategi untuk meminimasi biaya-biaya tersebut.

a. Memahami Batasan-batasan Proses dan Dasar-dasar Biaya

Komponen mungkin dapat ditentukan harganya secara sederhana, karena perancang tidak memahami kemampuan dasar biaya, dan batasan-batasan proses produksi. Seorang perancang mungkin menetapkan dimensi dengan toleransi yang terlalu ketat, tanpa memahami kesulitan untuk memperoleh keakurasian semacam itu dalam produksi. Perancangan ulang komponen berguna untuk mendapatkan kinerja yang sama seraya menghindari langkah manufaktur yang menimbulkan biaya, perancang harus mengetahui tipe operasi apa yang sulit dilakukan dalam produksi


(25)

dan dengan dasar biaya tertentu.

b. Merancang Ulang Komponen Untuk Mengurangi Langkah-langkahPemrosesan

Kecermatan rancangan yang diusulkan akan mengarahkan pada usulanrancangan ulang yang dapat menghasilkan penyederhanaan proses produksi. Pengurangan jumlah langkah dalam proses pabrikasi umumnya memberikan hasilpengurangan biaya. Komponen aluminium mungkin tidak harus dicat, khususnya jika tidak dapat dilihat langsung oleh pengguna. Pada beberapa kasus, beberapa tahapmungkin untuk dikurangi melalui substitusi tahapan proses alternatif.

c. Pemilihan Skala Ekonomi Yang Sesuai Untuk Pemrosesan Komponen Biaya manufaktur untuk suatu produk biasanya turun bila volume produksi meningkat. Gejala ini merupakam skala ekonomi. Skala ekonomi untuk suatukomponen yang dibuat terjadi karena dua alasan berikut:

1) biaya tetap dibagi di antara lebih banyak unit, dan

2) biaya variabel menjadi lebih rendah karena perusahaan dapat

mempertimbangkan penggunaan proses- proses dan peralatan yang lebih luasdan efisien. Contoh untuk komponen plastik, biaya cetaknya lebih murah bilaproduk yang dihasilkan semakin banyak.

d. Standardisasi Komponen-komponen dan Proses-proses

Prinsip skala ekonomis juga digunakan dalam pemilihan komponen danproses. Jika volume produksi bertambah, biaya per unit komponen


(26)

akan berkurang.

3. Mengurangi Biaya Perakitan

Perancangan untuk perakitan (Design For Assembly / DFA) kadang dinyatakan sebagai bagian DFM yang melibatkan minimasi biaya perakitan. Fokus perhatian pada biaya perakitan akan memberikan manfaat tidak langsung yang kuat.

4. Mempertimbangkan Pengaruh Keputusan DFM Pada Faktor Lainnya

Minimasi biaya manufaktur tidak hanya merupakan sasaran prosespengembangan produk. Keberhasilan produk secara ekonomis juga tergantung darikualitas produk, berkurangnya waktu pengenalan, dan biaya pengembangan produksi. Keberhasilan ekonomis suatu proyekdikompromikan dalam rangka memaksimumkan keberhasilan

a. Pengaruh DFM Pada Waktu Pengembangan

Waktu pengembangan dapat menjadi sangat berharga. Karena alasan inilah,keputusan DFM harus dievaluasi untuk melihat pengaruhnya pada waktupengembangan, seperti pengaruhnya juga pada biaya manufaktur b. Pengaruh DFM Pada Biaya Pengembangan

Biaya pengembangan sangat simetris dengan waktu pengembangan. Perhatian yang sama mengenai keterkaitan antara kerumitan dan waktupengembangan digunakan untuk biaya pengembangan.

c. Pengaruh DFM Pada Kualitas Produk

Tim harus mengevaluasi pengaruhkeputusan pada kualitas produk sebelum mengambil keputusan DFM. Di bawah kondisi ideal ini,


(27)

tindakan untukmengurangi biaya manufaktur juga akan memperbaiki kualitas produk. Sebagaicontoh, produk baru manifold akan dapat mereduksi biaya, reduksi berat, danperbaikan kinerja mesin.

d. Pengaruh DFM Pada Faktor-faktor Eksternal

Keputusan perancangan mungkin memiliki implikasi melebihi tanggungjawab suatu tim pengembangan tunggal. Batasan ekonomis, implikasi inimungkin dipandang sebagai masalah eksternal. Dua masalah eksternal adalahkomponen yang digunakan kembali dan biaya daur hidup.

3.6 Teknik Pembuatan Peta15

Peta pada umumnya digunakan untuk menganalisis kegiatan yang telah ada, kegiatan yang bertahap, atau aktivitas kerja lainnya yang bertujuan untuk melakukan perbaikan. Asumsi mendasar adalah dengan mengevaluasi situasi kerja secara terperinci, dan membuat pengawasan kritis, perbaikan dapat ditemukan lebih menyeluruh dibandingkan hanya dengan menggunakan pemeriksaan secara maskroskopik (dengan mata biasa). Perbaikan yang mungkin mencakup pengurangan waktu siklus dan biaya, menghilangkan langkah yang tidak diperlukan, mengurangi tanda-tanda bahaya, dan memperbaiki kualitas produk. Peta dapat juga digunakan untuk menunjukkan usulan untuk cara baru dari penyelesaian operasi yang sama, atau untuk merancang operasi baru yang belum pernah diimplementasikan sebelumnya.

15

Groover, Mikell P, Work Systems and The Methods, Measurement, and Management (USA:Pearson Education, Inc, 2007), h. 235-237.


(28)

Teknik pembuatan peta yang telah dikembangkan selama beberapa tahun ini dengan keilmuan teknik industri. Kategori dari peta dan diagram tersebut antara lain:

1. Operation Charts (Peta Operasi) 2. Process Charts (Peta Proses) 3. Flow Diagrams (Diagram Alir) 4. Activity Charts (Peta Aktivitas)

Teknik menyajikan gambaran dan simbolik yang mengartikan situasi kerja untuk pemahaman yang lebih baik secara terperinci. Perbedaannya terletak pada tingkat rincian dan bagaimana situasi kerja digambarkan. Kategori terdapat variasi format dan simbol tergantung pada subjek dari analisis, sebagai contoh, tujuan dari analisis adalah untuk penelitian material atau untuk pekerja manusia.

3.6.1 Operation Chart (Peta Operasi)

Peta operasi adalah gambaran dan representasi simbolik dari operasi (kegiatan) yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk. Ada dua tipe kegiatan dalam peta operasi, yaitu:

1. Kegiatan pemrosesan dan perakitan 2. Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan

Peta operasi dapat juga digunakan untuk menganalisis langkah-langkah yang melibatkan pelayanan, namun pengaplikasian peta ini kurang umum dilakukan. Peta operasi terdiri dari rangkaian bagian vertikal, yang tiap bagiannya menggambarkan tahapan dari operasi dan inspeksi pada komponen produk. Peta


(29)

operasi hanya menggunakan dua simbol (operasi dan inspeksi). Simbol yang digunakan pada Peta Operasi dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Simbol yang Digunakan dalam Peta Operasi Simbol Huruf Deskripsi

O

Kegiatan Pemrosesan (Operasi) atau Perakitan. Kegiatan pemrosesan terdiri dari perubahan bentuk,

atribut, atau permukaan material atau komponen kerja. Kegiatan perakitan merupakan

penggabungan dua part atau lebih untuk menyusun sebuah rakitan

I

Kegiatan pemeriksaan. Pemeriksa memeriksa bahan, komponen kerja, atau perakitan untuk kualitas dan kuantitas.

Sumber : Mikell P. Groover (2007)

Bagian atas dari tiap bagian dimulai dengan material atau part yang dibeli, dan langkah-langkah ditunjukkan dengan simbol dan penjelasan singkat. Waktu penyelesaian kegiatan (misalnya waktu standar) terkadang tercakup di dalamnya.Penyelesaian komponen dapat dilihat apabila telah dilakukan perakitan ke bagian kanan. Kolom paling kanan biasanya menunjukkan komponen/part basis atau utama dari perakitan. Komponen tersebut merupakan komponen tempat penggabungan komponen lainnya.

Pengembangan daftar rincian dari operasi untuk komponen dan hasil rakitan menjadi produk akhir adalah langkah pertama dalam analisis peta operasi. Langkah kedua adalah pemeriksaan peta untuk melakukan perbaikan yang dimungkinkan. Fokus dari peta operasi adalah pada material dari produk dan operasi yang dilakukan pada komponen tersebut, sehingga langkah pemeriksaan dilakukan dengan pertanyaan dalam prosedur yang bertujuan pada material dan


(30)

operasi. Pendekatan sistematis dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pertanyaan. Pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Daftar Pertanyaan yang Digunakan untuk Menganalisis Peta Operasi

Pertanyaaan yang Berkaitan dengan Material atau Bahan

1. Apa alternatif material yang dapat dimulai lebih dahulu? (misalnya apakah plastik atau logam?)

2. Apakah perubahan rancangan memungkinkan part dibeli sesuai standar item yang tersedia?

3. Apakah bisa beberapa fungsi komponen dilkombinasikan menjadi satu komponen melalui perubahan rancangan?

4. Keputusan membuat atau membeli; Apakah part tersebut sebaiknya diproduksi di pabrik sendiri atau dibeli dari pemasok luar?

3.7. Pengukuran Waktu16

1. Menentukan waktu dan perencanaan kerja

Pengukuran waktu digunakan untuk mendapatkan waktu yang diperlukan oleh operator yang terlatih dan memenuhi kualifikasi untuk bekerja dalam keadaan normal menyelesaikan tugas tertentu. Pengukuran waktu digunakan untuk mengukur pekerjaan. Pengukuran waktu menghasilkan waktu ketika seorang operator cocok dengan pekerjaan dan terlatih dalam metode yang spesifik dalam bekerja apakah bekerja dalam keadaan normal atau standar. Waktu yang dihasilkan dinamakan waktu standar dari operasi.

Pengukuran waktu memiliki tujuan sebagai berikut:

2. Menentukan standar biaya dan penentuan biaya awal

3. Memperkirakan biaya dari produksi sebelum memproduksi produk tersebut.

16

Ralph M. Barnes, Motion and Time Study Design and Measurement of Work(7th Edition,John Wiley and Sons, 1980), h. 257-259.


(31)

4. Menentukan efektivitas mesin, jumlah mesin dari satu operator, dan keseimbangan dari lintasan produksi baik secara manual ataupun melalui conveyor

5. Menentukan waktu standar yang digunakan sebagai standar pembayaran antara karyawan langsung dan karyawan tidak langsung

6. Menentukan waktu standar yang digunakan sebagai dasar kontrol gaji karyawan.

17

Keputusan memiliki tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian yang digunakan untuk menentukan jumlah pengamatan yang diperlukan. Tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian ±5% digunakan dalam pengukuran waktu. Pernyataan tersebut berarti kesempatan total 95 dari 100 dimana rata-rata dari sampel dari elemen tidak mengalami kesalahan lebih dari ±5% dari waktu sebenarnya.

N’ adalah jumlah pengamatan yang diperlukan untuk memprediksi waktu sebenarnya dengan tingkat ketelitian ±5% dan tingkat kepercayaan 95%. Penggunaan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian ± 10% digunakan sebagai kriteria, maka formula yang digunakan sebagai berikut.

17


(32)

3.7.1 Tahapan Penentuan Waktu Normal18

Tahapan dalam menentukan waktu normal, harus diperhitungkan rating performance. Pekerja/operator bekerja secara wajar rating factor (rf) = 1, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Operator bekerja yang terlampau lambat (bekerja dibawah normal), maka rating factor (rf) < 1, dan sebaliknya apabila operator bekerja terlalu cepat (bekerja diatas normal), maka rating factor (rf) > 1. Penentuan operator bekerja secara wajar atau tidak, maka selama melakukan pengamatan dan pengukuran waktu kerja, pengukur harus benar-benar memperhatikan kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh operator. Kewajaran kerja seorang operator dapat dinilai oleh pengukur dengan suatu standar nilai yang dibuat berdasarkan konsep tentang bekerja wajar. Kemudahan pemilihan konsep wajar, seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana seorang operator dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Konsep kewajaran ini dikemukakan oleh ILO (International Labour Organization).

18

Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu (Cet IV; Surabaya: Guna Widya, 1995), h. 197-203.


(33)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diPT Prima Indah Saniton yang bergerak di bidang manufaktur produk sanitasi. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Kebun Lada, Gang Purwodadi, Binjai.

4.2 Jenis Penelitian

Penelitian tugas sarjana ini adalah penelitian terapan (applied research) karena penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata di perusahaan. Berdasarkan metodenya, penelitian ini berjenis penelitian analisis kerja dan aktivitas. Penelitian ini berupaya untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas atau pekerjaan agar mendapat rekomendasi untuk perbaikan sehingga didapat efisiensi.

4.3 Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah produk wastafel merk Champion yang diproduksi oleh PT Prima Indah Saniton. Peninjauan dilakukan terhadap produk dan proses pembuatan produk dari awal hingga selesai.


(34)

4.4 Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen, merupakan variabel bebas yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun secara negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

a. Klasifikasi material yaitu atribut yang berkenaan dengan bahan baku yang digunakan dan memiliki pengaruh terhadap produk wastafel .

b. Klasifikasiproses yaitu atribut yang berkenaan dengan proses pengerjaan produk yang memiliki pengaruh terhadap produk wastafel.

2. Variabel Dependenmerupakan variabel yang nilainya dipengaruhi oleh nilai variabel lainnya.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

a. Karakteristik produk yaitu keseluruhan atribut yang menggambarkan produk kloset.

b. Karakterisitik teknis yaitu karakteristik-karakteristik yang memenuhi persyaratan produk.

c. Perbaikan proses produksi

4.5 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual merupakan suatu kerangka yang digunakan untuk membantu proses berpikir, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lebih sistematis. Adapun kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.


(35)

Kriteria klasifikasi material a. Jenis tanah/bahan baku b. Keplastisan tanah c. Komposisi d. Kepadatan

Kriteria klasifikasi proses a. Pengeringan

b. Pembakaran c. Lama pembakaran. d. Lama pengeringan

Karakteristik Produk

Karakteristik Teknis

Rancangan Perbaikan Proses

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6 Definisi Operasional

Variabel operasional yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Definisi Variabel Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur

1 Karakteristik produk

Karakteristik produk didefinisikan sebagai atribut-atribut dari produk yang berhubungan dengan produk

a. Observasi b. Kuesioner c. Wawancara d. Studi Literatur

2 Karakteristik Teknis

Karakteristik teknis produk

didefinisikan sebagai respon teknis yang harus dilakukan oleh

perusahaan berdasarkan atribut-atribut dari produk

a. Kuesioner b. Wawancara

3 Perbaikan proses produksi

Perbaikan proses produksi yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk memperbaiki mutu produk dan memperbaiki kulitas proses

a. Operation Chart b. QFD


(36)

4.7 Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi perusahaan seperti proses produksi, produk dihasilkan serta informasi pendukung yang diperlukan untuk membantu penelitian.

2. Pengumpulan terhadap data yang diperlukan.

Data yang dikumpulkan terbagi atas dua jenis yaitu:

a. Data primer berupa data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan lansung ke perusahaan.

b. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui pihak perusahaan dan karyawan dengan teknik wawancara.

3. Pengolahan data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan. 4. Analisis terhadap hasil pengolahan data.

5. Kesimpulan dan diberikan saran untuk penelitian


(37)

MULAI

Studi Pendahuluan 1. Kondisi Perusahaan 2. Proses Produksi 3. Tingkat Penjualan

Studi Literatur 1. Teori Buku

2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah

penyelesaian

Identifikasi Masalah Awal

banyaknya kecacatan produk yang terjadi selama proses produksi sehingga perlu dilakukan perbaikan proses di lantai produksi. .

Pengumpulan Data 1. Data primer

- Karakteristik produk

- Waktu dan urutan proses produksi - Data kuesioner terbuka

- Data kuesioner tertutup 2. Data sekunder

- Spesifikasi produk awal - Karakteristik teknis - Profil perusahaan - Data produksi

Pengolahan Data 1. Validasi Data

2. QFD Fase I 3. QFD Fase II 4. DFM

5. Operation Chart 6. Struktur Produk 7. Pengukuran Waktu

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

SELESAI


(38)

4.8 Pengumpulan Data 4.8.1 Sumber Data

Data yang dikumpulkan dapat diuraikan sebagai berikut : a. Data primer

Data primer dikumpulkan dengan cara pengamatan atau pengukuran langsung, yaitu:

1. Data kuesioner terbuka 2. Data kuesioner tertutup 3. Karakteristik teknis 4. Part Kritis

5. Pengukuran waktu 6. Operation Chart 7. Struktur Produk b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara wawancara dengan bagian produksi dan data dokumentasi perusahaan, antara lain:

1. Urutan proses produksiuntuk produk wastafel. 2. Karakteristik teknis


(39)

3. Gambaran perusahaan meliputi struktur organisasi, pembagian kerja setiap karyawan, ruang lingkup bidang usaha, lokasi perusahaan, dan data lainnya.

4. Data produksi meliputi jumlah produk dan jumlah produk cacat.

5. Biaya Produksidalam proses manufaktur dengan alat bantu berupa Bill of Material.

4.8.2 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai proses pembuatan produk wastafel., pengukuran waktu, operation chart, struktur produk

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan pihak manajemen dan operator perusahaan saat penelitian berlangsung. Wawancara berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian, karakteristik teknis dan part kritis.


(40)

Teknik untuk mendapatkan data primer yang dibutuhkan berkaitan dengan penelitian PT. dengan menyebarkan kuesioner terbuka,dan kuesioner tertutup 4. Dokumentasi

Dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder yang terdapat diperusahaan dan berhubungan dengan objek penelitian.

5. Studi literatur

Studi literatur merupakan suatu kegiatan untuk mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan Quality Function Deployment dan Design for Manfacturing.

4.8.3 Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

Kuesioner19

Atribut pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden dalam hal ini adalah pekerja bagian produksi berdasarkan literatur menurut Karl T Ulrich dalam buku Product Design. Dalam literatur disebutkan kriteria yang mempengaruhi

merupakan suatu bentuk instrument pengumpulan data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkai dengan kolom dimana responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya.. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner adalah pertanyaan yang jelas dan mengarah ke tujuan.

19


(41)

produk seperti material dan segala hal yang berkaitan dengan proses produksi (proses). Berdasarkan kriteria pada literatur, maka menurut R. A. Razak (1981) dalam buku industri keramik atribut yang masuk dalam klasifikasi tersebut adalah Kriteria yang termasuk dalam klasifikasi material adalah:

a. Jenis tanah/bahan baku untuk kegiatan produksi. b. Keelastisan tanah pada kegiatan produksi.

c. Komposisi yang digunakan untuk kegiatan produksi. d. Kepadatan yang digunakan untuk kegiatan produksi.

Kriteria yang termasuk dalam klasifikasi proses adalah: a. Pengeringan yang dilakukan pada kegiatan produksi. b. Pembakaran yang digunakan pada kegiatan produksi. c. Lama pembakaran yang digunakan pada kegiatan produksi. d. Lama pengeringan yang digunakan pada produk.

2. Stopwatch

Stopwatch digunakan dalam pengukuran waktu produksi


(42)

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, objek yang menjadi populasi adalah karyawan PT Prima Indah Saniton yang berhubungan dengan kegiatan produksi yaitu sejumlah 65 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Untuk penyebaran kuesioner terbuka teknik sampling yang digunakan adalahdengan menggunakan non-probability sampling, yaitu dengan menggunakan judgemental sampling yaknidipilih berdasarkan pemahaman responden terhadap produk yang diteliti. Jumlah sampel yang proporsional untuk kuesioner terbuka adalah sebanyak 30 respoden.

Untuk penyebaran kuesioner tertutup teknik sampling yang digunakan adalahdengan menggunakan non-probability sampling, yaitu dengan menggunakan judgemental sampling . Menurut tabel yang telah dibuat oleh Isaac dan Michael (Sukaria Sinulingga, 2011) jumlah sampel yang proporsional untuk kuesioner tertutup dengan jumlah populasi yang berjumlah 65 responden dengan tingkat ketelitian 95% adalah sebanyak 55 responden. Ukuran sampel untuk kuesioner karakteristik teknis yang dipilih adalah 1 responden. Responden yang dipilih berasal dari pabrik yaitu orang yang ahli terhadap proses produksi wastafel. (Lou Cohen, 1995)

4.9 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain. 1. Uji Validitas


(43)

Data yang diperoleh dari kuesioner akan diuji validitas dan reliabilitas data. Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data

Dimana, r = koefisien korelasi antara X dan Y X = skor variabel independen X Y = skor variabel independen Y

Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut

    

  

−    

=

t b k

k

r 2

2

1

1 σ

σ

dimana,

k = jumlah butir pertanyaan

b 2

σ = varians butir pertanyaan

t 2

σ = varians total butir pertanyaan

Adapun langkah-langkah penyebaran kuesionerditunjukan pada Gambar 4.3.


(44)

Penentuan Tujuan

Uji Validitas dan Reliabilitas Penentuan Jumlah Sampel

Penelitian

Valid dan reliabel ?

Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner Mulai

Tidak

Perancangan Kuesioner

Penyebaran Kuesioner

Data Mentah Hasil Kuesioner

Selesai

Ya

Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Gambar 4.3. Langkah-langkah Penyebaran Kuesioner

2. Membuat Matrix House of Quality

House of Quality digunakan untuk mendapatkan karakteristik pelayanan teknis yang bermutu dan sesuai dengan keinginan pelanggan. Rumah mutu dibangun berdasarkan kategori konsumen dari model KANO. Penilaian atribut dengan melihat tingkat hubungan antar atribut dan hubungan atribut dengan karaktersitik pelayanan. Pengolahan data QFD dapat dilihat pada Gambar 4.4.


(45)

Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Penentuan Tingkat Kepentingan Menetapkan Karakterisitik Teknis

Menetapkan Tingkat Hubungan Antara Karakteristik Teknis dengan Kebutuhan

Pelanggan

Menyusun Matriks Perencanaan/ Planning

Matriks

Membangun Matriks House of Quality

Hitung Ukuran Kinerja HoQ (Business

Importance dan Relative Cost)

Sumber: Lou Cohen (1995)

Gambar 4.4. Diagram Alir QFD

Prosedur penggunaan matriks HoQ adalah :

a. Diidentifikasi keinginan responden (customer needs)

Keinginan responden (Customer needs) pada House of Quality berisi daftar struktur keinginan konsumen terhadap produk atau jasa yang direncanakan b. Diidentifikasi tingkat kepentingan(customer importance)

Tingkat kepentingan konsumen (costumer importance) adalah tempat untuk merekam seberapa penting setiap kebutuhan atau keuntungan terhadap konsumen. Penentuan tingkat kepentingan kepentingan menggunakan aturan 5 skala sebagai berikut :

1 = Semua atribut tidak penting terhadap konsumen\ 2 = Sedikit penting terhadap konsumen


(46)

4 = Penting untuk konsumen

5 = Sangat penting untuk konsumen

c. Menentukan karakteristik teknis produk (Tehnical Response)

Voice of Costumer (VOC) mempunyai komponen secara kualitatif dan kuantitatif (komponen yang dimaksud adalh keinginan konsumen) yang kemudian diterjemahkan dari suara pelanggan menjadi voice of developer (keinginan perusahaan). Pergantian karakteristik kualitas ini akan dihubungkan dalam matriks dan data kuantitatif akan menjadi target serta benchmark perusahaan.

d. Menetapkan hubungan antar karakteristik teknis

Hubungan dalam bagian House of Quality biasa disebut hubungan antar karakteristik teknis. Hubungan antar karakteristik teknis menjadi atap pada house of quality. Hubungan ini menggambarkan hubungan antara karaktertistik kualitas. Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan tingkat hubungan masing-masing variabel sebagai berikut yakni sebagai berikut :

V : tingkat hubungan positif kuat : 4

√ : tingkat hubungan positif sedang : 3 x : tingkat hubungan negatif sedang : 2 o : tingkat hubungan negatif kuat : 1

e. Menetapkan tingkat hubungan karakteristik teknis produk dengan keinginan konsumen.


(47)

Hubungan antar karakteristik teknis terhadap keinginan konsumen dapat digambarkan pada QFD. Ide yang brilian pada QFD adalah menggunakan matriks untuk mempelajari setiap hubungan.

f. Menentukan Kinerja Kepuasan Pesaing (Competetive Satisfaction Performance)

Tim pengembang harus dapat memahamai kompetisi. Kalimat memahami kompetisi terdengar sederhana, tetapi banyak tim pengembang tidak mempelajari pesaing lainnya dengan seksama. Penilaian kinerja kepuasan pesaing dapat dlihat dari tujuan dan rasio perbaikan, sales point, raw weight, dan normalized weight.

1. Tujuan dan rasio perbaikan

Tujuan pada perencanaan matriks mengidentifikasi pemikiran tim mengenai level konsumen yang diinginkan untuk membantu memenuhi semua keinginan konsumen. Rasio perbaikan adalah salah satu tujuan tingkat kepentingan konsumen dan kemudian menentukan strategi dari tujuan.

Rasio Perbaikan = Goal (tujuan)

2. Sales Point (titik penjualan)

Sales point berisi informasi karaktristik kemampuan untuk menjual produk atau jasa berdasarkan bagaimana setiap keinginan konsumen. Nilai sales point adalah sebagai berikut :

1 = Tidak ada jual penjualan


(48)

1.2 = Titik jual Menengah 1.5 = Titik jual Tinggi 3. Raw Weight (Bobot data)

Raw weight berisi sekumpulan nilai dari data dan pembuatan keputusan pada matriks perencanaan. Raw weight adalah model kepentingan secara keseluruhan terhadap tim pengembang dan kebutuhan pelanggan.

Raw Weight = (important to costumer) x (Improvemnt ratio) x (sales point)

4. Normalized Weight (Bobot Normal)

Normalized raw weight berisi nilai raw weight yang diskalakan dari range 0 – 1 atau diekspresikan sebagai presentase

Normalized Raw Weight = Raw Weight

g. Perhitungan Bobot Kepentingan (Importance Weight)

Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap suatu atribut proses perakitan yang dihitung dengan rumus:

Importance Weight = CIi x Rij

Keterangan: CI = Customer Importance

Rij = Hubungan antara CR dengan karakteristik teknis

h. Perhitungan bobot kepentingan relatif (relative weight)

Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap suatu atribut dihitung dengan rumus:

Relative Weight = Importance Weight atribut

Total Importance Weight X Raw Weight


(49)

i. Membangun matriks house of quality (HoQ)

Matriks HoQ sering disebut dengan istilah rumah kendali mutu. Ukuran kinerja dari HoQ diperoleh berdasarkan tiga aspek yaitu tingkat kesulitan, tingkat kepentingan dan perkiraan biaya. Perhitungan ketiga aspek tersebut dapat dilihat seperti di bawah ini:

a. Penentuan tingkat kesulitan

Tingkat kesulitan ditentukan dari hubungan karakteristik teknis. Perhitungan dibuat dengan mengartikan semua bobot nilai hubungan kemudian membagi bobot dari tiap-tiap karaktertistik teknik dengan jumlah bobot tadi. Tingkat kesulitan diberikan berdasarkan rentang persentase yang diperoleh. Tingkat kesulitan dihitung dengan rumusan :

Tingkat Kesulitan =

b. Penentuan derajat kepentingan

Nilai derajat kepentingan dihitung dengan menghitung terlebih dahulu total bobot untuk masing-masing hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknis. Derajat kepentingan dihitung dengan rumusan :

% 100 x Atribut dengan

Teknis tik

Karakteris Bobot

Total

Atribut dengan

Teknis tik

Karakteris Tiap

Bobot

=

c. Perkiraan biaya

Bobot Tiap Karakteristik

Total Bobot Karakteristik X

Derajat Kepenti


(50)

Dasar dalam penentuan nilai perkiraan biaya adalah faktor tingkat kesulitan. Kedua variabel ini memiliki hubungan yakni : semakin sulit suatu karakteristik teknik dibuat, akan semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. Perkiraan biaya dinyatakan dalam persentase dan dipengaruhi berbagai pertimbangan dari si perancang sendiri. Perkiraan biaya dihitung dengan rumusan :

Perkiraan biaya = 100%

Kesulitan Tingkat

Total

Atribut Kesulitan

Tingkat

×

Karakteristik teknis yang diperoleh dari QFD Fase I dijadikan sebagai input untuk melaksanakan pengolahan pada QFD Fase II. Karakteristik teknis prioritas ditentukan dengan menentukan rangking berdasarkan bobot yang terbesar dari tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya. Diagram alir pembangunan QFD Fase II dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Indetifikasi Part Kritis

Memilih Part Kritis yang Paling Prioritas

Memperbaiki part kritis untuk memperbaiki nilai produk

Sumber: Ronald G Day (1995) dan A.S. Khangura and S.K Ghandi (2012) Gambar 4.5. Diagram Alir Pembangunan QFD Fase II

Prosedur pembangunan QFD fase II adalah sebagai berikut : a. Identifikasi part kritis


(51)

Mengidentifikasi part-part yang berpengaruh terhadap karakteristik teknis pada QFD fase I untuk mementukan nilai kinerja yang paling prioritas

b. Memilih part kritis yang paling prioritas

Part kritis yang memiliki nilai kinerja paling tinggi dipilih untuk dianalis. c. Memperbaiki Part kritis untuk memperbaiki nilai produk

Memperbaiki part kritis dengan mengganti atribut yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan sehingga nantinya nilai jual produk semakin meningkat

3. Perbaikan penyebab part kritis dengan perbaikan peta operasi

Perbaikan operation chart dalam proses produksiwastafelharus memperhatikan aspek pemrosesan dengan menggunakan analisis 5W dan 1H yaitu what, who, where, when, why dan how.

Pemilihan Part Kritis yang akan diperbaiki

Perbaikan dengan metode 5W + 1H

Perbaikan Proses dengan DFM

Gambar 4.6. Diagram Alir Perbaikan hasil QFD Fase II


(52)

Pertanyaan pertama ialah untuk mengetahui masalah apa yang terjadi pada proses produksi yang dilaksanakan, sehingga metode kerja pada saat proses produksi wastafel perlu dilaksanakan perbaikan.

2. Why

Dari hasil pertanyaan pertama (what) dapat diketahui terdapat beberapa masalah. Maka selanjutnya adalah pertanyaan mengenai alasan mengapa masalah tersebut harus diperbaiki dan dilakukan perbaikan pada proses produksi.

3. Who

Pertanyaan selanjutnya ialah mengenai siapa saja yang berkaitan dengan masalah tersebut dan perbaikan yang harus dilakukan.

4. Where

Perbaikan dapat dilaksanakan pada lantai produksi terdiri dari penggabungan kegiatan dan perubahan metode pekerjaan. Pertanyaan berikutnya ialah dimana masalah terjadi dan dimana harus dilakukan perbaikan.

5. How

Perbaikan dapat dilaksanakan dengan menyesuaikan proses yang ada. Pada Pertanyaan kelima ialah mengenai bagaimana perbaikan dilaksanakan dengan memperbaiki metode kerja proses produksi.


(53)

Perbaikan dapat dilaksanakan setelah terlebih dahulu mendapatkan data yang akurat dan telah menjawab 5 pertanyaan sebelumnya (what, why, who, wher edan how). Setelah data analisis lengkap, maka hasil analisis dijadikan penentu kapan perbaikan dapat dilaksanakan. Pertanyaan terakhir adalah kapan perbaikan diterapkan.

Analisis terhadap proses dengan menggunakan 5W dan 1H untuk membuat perbaikan peta operasi dapat menjelaskan beberapa sumber atau penyebab masalah pada proses produksi. Sumber atau penyebab masalah tersebut kemudian diperbaiki dengan cara memperbaiki metode kerja dan membuat urutan pengerjaan yang standar pada proses produksi.

4. Pengolahan dengan Metode DFM

Pengolahan dengan Metode DFM. Input dari metode ini adalah :

a. Suatu pemahaman detail tentangproses produksi dan perakitan. Metode yang digunakan adalah pengukuran waktu. Alat yang digunakan berupa Operation Chart.

b. Perkiraan biaya manufaktur, volume produksi, dan waktu peluncuran produk. Alat yang digunakan adalah Bill of Material.


(54)

Perkiraan Biaya Manufaktur

Mengurangi Biaya Perakitan Mengurangi

Biaya Komponen

Mengurangi Biaya Penunjang

Produksi

Mempertimbangkan pengaruh terhadap keputusan DFM Terhadap

Faktor Lainnya

Menghitung Ulang Biaya Manufaktur

Cukup Baik ? Desain for Manufacturing

Struktur Produk

Operation

Process Chart Bill Of Material

Ya Tidak

Sumber: Karl T. Ulrich and Steven D. Eppinger (2000)

Gambar 4.7. Langkah-langkah DFM

4.10 Analisis Pemecahan Masalah

Analisis pemecahan masalah diawali dari perbaikan terhadap proses produksi terhadap tingkat prioritas karakteristik produk yang dilakukan dengan menggunakan metode QFD. Kemudian, dilakukan perancangan perbaikan proses


(55)

produksi dengan menggunakan metode Design for Manufacturingsehingga menghasilkan proses produksi yang lebih efisien.

4.11 Kesimpulan dan Saran

Langkah akhir yang dilaksanakan adalah penarikan kesimpulan yang berisi hal-hal penting dalam penelitian tersebut dan pemberian saran untuk penelitian selanjutnya bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini secara lebih mendalam.


(56)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner

Kuesioner dibagikan dalam 2 tahapan, tahap pertama merupakan kuesioner terbuka. Kuesioner ini dibagikan kepada 30 responden dan berisi pertanyaan tentang penilaian pekerja terhadap proses produksi.

Hasil dari jawaban responden yang tertuang pada kuesioner pendahuluan ini didapatkan beberapa modus yang menjadi pendukung atribut pertanyaan pada kuesioner tahap kedua, yaitu kuesioner tertutup.

Adapun rekapitulasi kuesioner terbuka ditunjukkan pada Tabel 5.1

5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka

Berdasarkan hasil kuesioner terbuka, maka rekapitulasi Kuesioner terbuka dapat dilihat pada Tabel 5.1


(57)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka

No Nama Jenis Tanah Keelastisan

Tanah

Komposisi Adonan

Kepadatan

Adonan Pengeringan Pembakaran

Lama pengeringan

Lama Pembakaran

1 Ade Matondang

Mempengaruhi wastafel saat dibakar

Mempengaruhi lama

pengerjaan

Jika tidak sesuai maka wastafel mudah pecah Semakin padat adonan, rongga udara semakin sedikit Pengaruh kepada lama pembakaran Berpengaruh terhadap tingkat kekuatan dari wastafel Mempengaruhi Kekuatan produk Mempengaruhi daya tahan dari wastafel

2 Andre Biar lengket dan mudah dicetak Biar mudah dibentuk Berpengaruh terhadap kualitas produk Sangat berpengaruh Berpengaruh terhadap kadar air adonan Berpengaruh terhadap kualitas barang Mempengaruhi kekuatan produk Mempengaruhi terhadap kualitas produk

3 Arif Adil

Mempengaruhi kemudahan dalam pembentukan Mempermudah proses pencetakan wastafel Memperkuat kualitas dari hasil akhir Agar cetakan tidak mudah pecah Untuk mengeringkan cat Sebagai tahap akhir dari proses pembuatan wastafel

Agar warna pada wastafel

terbentuk dengan baik

Agar wastafel yang dibuat tahan lama

4 Arkhiadi Pengaruh ke kualitas dari wastafel

Jika elastis, mudah dibentuk

Jika tidak cocok, mudah retak

Makin padat makin mudah dicetak

Pengaruh ke warna dari cat

Dibakar agar produk keras

Jika terlalu lama akan retak

Jika terlalu lama warna wastafel pudar

5 Daniel Erikson Berpengaruh pada kekuatan produk Memudahkan pembentukan produk wastafel Cukup berpengaruh Pengaruh pada

kekuatan Sangat penting

Suhu harus tepat Waktu harus tepat Kurang berpengaruh

6 David

Zulkarnain Tingkat kekerasan Pembentukan Kualitas tanah

Pembentukan wastafel

Agar tidak sompel atau cacat Tingkat kekerasan wastafel Kekerasan wastafel Waktu dan kualitas produk

7 Deddy Sitanjung

mempengaruhi kualitas dan bentuk wastafel Mempermudah proses produksi mempengaruhi kualitas wastafel mempengaruhi bentuk wastafel mempengaruhi kualitas cat mempengaruhi kepadatan bentuk mempengaruhi kecerahan warna mempengaruhi tingkat kekerasan produk

8 Denny Arifin

Kemudahan dalam mencetak

Mudah

dibentuk Faktor kekuatan

Pengaruh pada bentuk

Pengaruh pada


(58)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka

No Nama Jenis Tanah Keelastisan Tanah Komposisi Adonan

Kepadatan

Adonan Pengeringan Pembakaran

Lama pengeringan

Lama Pembakaran

9 Ditya Ismaya

Pengaruh ke kualitasnya

Jika tidak elastis pas dibakar suka retak Jika komposisi salah, wastafel mudah pecah Jika kurang padat, pas dibakar bisa pecah Pengaruh ke warna catnya Jika terlalu panas wastafel retak Berpengaruh ke lama pengerjaannya

Pengaruh ke lama pengerjaannya

10 Erafson Lubis Berpengaruh terhadap kekuatan wastafel Mempermudah proses pencetakan Agar wastafel yang dibuat kuat

makin padat makin kuat wastafel yang dibuat Pengaruh pada cat Dibakar untuk mempertahankan bentuk wastafel Makin cerah warna wastafelnya Kemulusan produk

11 Erwin Lubis

Berpengaruh terhadap tingkat kepadatan adonan

Berpengaruh terhadap tingkat presisi produk yang dihasilkan Berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan Berpengaruh terhadap kualitas produk Berpengaruh terhadap tingkat kerapian produk Berpengaruh terhadap produk akhir Mempengaruhi terhadap kualitas produk Menpengaruhi terhadap daya tahan produk

12 Fahreza Simanjuntak Berpengaruh terhadap kepadatan cetakan Berpengaruh terhadap tingkat kualitas wastafel Berpengaruh terhadap kualitas produk Sangat berpengaruh Berpengaruh terhadap kadar air adonan Berpengaruh terhadap kualitas barang Mempengaruhi kekuatan produk Menpengaruhi terhadap kualitas produk

13 Fakhrur Rozi Berpengaruh terhadap kualitas produk Kurang berpengaruh Berpengaruh terhadap wastafel yang dihasilkan Kepadatan yang kuat sangat perlu diperhatikan pengaruh kualitas produk Harus diperhatikan lama pembakaran kualitas produk terhadap kekuatan produk

14 Firman

Berpengaruh terhadap tingkat kepadatan cetakan Berpengaruh terhadap kualitas produk Kurang berpengaruh Berpengaruh pada kualitas cetakan Berpengaruh pada kualitas produk Berpengaruh Harus diperhatikan lama pengeringan Berpengaruh pada kualitas produk

15 Freddy D Nwt S

Berpengaruh pada kualitas produk

Berpengaruh terhadap kekuatan produk yang akan dihasilkan Cetakan yang dihasilkan dapat tidak sesuai dengan yang diinginkan Berpengaruh pada kualitas produk Berpengaruh terhadap bentuk produk Sangat berpengaruh Sangat berpengaruh Menpengaruhi tingkat produksi


(59)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka

No Nama Jenis Tanah Keelastisan

Tanah

Komposisi Adonan

Kepadatan

Adonan Pengeringan Pembakaran

Lama pengeringan

Lama Pembakaran

16 Freddy M.

Berpengaruh terhadap kepadatan produk pada komposisi cetakan Cetakan akan kurang bagus Kurang berpengaruh Bentuk produk berubah Kualitas produk bisa menurun Tidak terlalu berpengaruh Mempengaruhi kualitas produk

17 G.

Simanjuntak Berpengaruh terhadap jenis produk yang dihasilkan Sangat berpengaruh Berpengaruh terhadap kualitas produk Bepengaruh terhadap kualitas Kurang berpengaruh Kualitas produk bisa tidak terjaga Kualitas produk bisa tidak terjaga Mempengaruhi tingkat kualitas

18 Gagah

Berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan Berpengaruh terhadap kualitas produk Kurang terlalu berpengaruh Kepadatan komposisi penting dalam mendapatkan produk baik Sangat berpengaruh Tingkat kepadatan produk akhir terganggu Kekuatan produk bisa berkurang Mempengaruhi kekuatan produk

19 Halid S. Tidak ada Kurang

berpengaruh Kurang berpengaruh pada lama pengeringan Pengaruh

sangat besar pada kualitas Berpengaruh Tidak ada

20 Harry Rt Sihite Sangat berpengaruh dan harus diperhatikan Sangat berpengaruh Sangat berpengaruh terhadap kualitas produk Berpengaruh terhadap kualitas produk Sangat berpengaruh Kualitas produk bisa berkurang Harus ada pengamatan yang lebih akurat mengenai lama pengeringan Kualitas bahan dapat berkurang

21 Hendra Panjaitan

Kualitas dan daya tahan Lebih mudah dikerjakan Mempengaruhi ketahanan Mempengaruhi ketahanan Mempengaruhi ketahanan Mempengaruhi kepadatan Mempengaruhi kualitas Mempengaruhi kualitas Jeffri W. Sirait Tidak ada pengaruh Lebih mudah dibentuk Mempengaruhi kemudahan pembentukan produk Produk lebih mudah dibentuk Daya tahan lebih bagus Kualitas produk menurun Daya tahan lebih bagus Produk menjadi lebih cepat

23 Leo A. Ginting Memiliki pengaruh Lebih mudah dicetak Mempengaruhi kualitas produk Kualitas produk lebih bagus Produk lebih kuat Produk bisa pecah Daya tahan terjamin Ketahanan berkurang


(60)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka

No Nama Jenis Tanah Keelastisan

Tanah

Komposisi Adonan

Kepadatan

Adonan Pengeringan Pembakaran

Lama pengeringan

Lama Pembakaran

24 Musawir mempengaruhi

proses produksi Produk mudah dibentuk Mempengaruhi tingkat pembuatan Makin lentur makin mudah dibentuk Berhubungan dengan proses pembakaran Berpengaruh pada tingkat kepadatan produk Produk lebih kuat Produk dapat rusak

25 P. Aritonang Berpengaruh ke daya tahannya Agar proses pebuatan lebih gampang biar kualitas produknya lebih bagus Biar produknya tahan dipakai Agar produknya tahan lama Suhu pas membakar harus sesuai Agar produk lebih bagus Kalau kurang kering nanti tidak kuat

26 Revol Tamba Kualitas produk Kualitas produk Kekuatan produk Tidak pengaruh Kualitas permukaan produk Pengaruh pada waktu pembakaran Pengaruh pada waktu penyelesaian Kurang berpengaruh

27 Romauli

Manihuruk Pengaruh ke kualitas produk Mempermudah proses pencetakannya Agar tidak murah retak pas dibakar Jika kurang padat saat dibakar bisa retak Berpengaruh ke tingkat kecerahan warna Berpengaruh pada kualitas produk Jika terlalu lama wastafel mudah retak Berpengaruh ke tingkat kecerahan warna 28 Samuel Sidjabat Daya tahan

produk Proses pembentukan tanah liat Kualitas produk Ketahanan produk Kekuatan/kekerasan

produk Lama produksi

Kematangan produk

Kurang pengaruh

29 Wido

Situmorang Tidak ada pengaruh Tidak ada pengaruh Harus sesuai agar mudah dibentuk Semakin padat, daya tahan lebih bagus Berpengaruh pada proses pembakaran Berpengaruh pada daya tahan produk Produk lebih tahan lama Produk lebih tahan lama

30 Victor Sangat

berpengaruh Proses pembentukan lebih mudah Mempengaruhi proses pembuatan Produk lebih padat dan berisi Produk menjadi lebih tahan lama

Mempengaruhi kekuatan produk Daya tahan produk terjamin Produk lebih tahan lama Modus Berpengaruh pada kualtias produk Kemudahan dalam membentuk cetakan Berpengaruh pada kualtias produk Berpengaruh pada kekuatan produk Berpengaruh pada warna produk Berpengaruh pada kualitas produk Berpengaruh pada kekuatan Berpengaruh pada kualitas Sumber: Hasil Survei Responden


(61)

5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup

Hasil dari jawaban responden yang tertuang pada kuesioner terbuka didapatkan beberapa modus yang menjadi butir pertanyaan pada kuesioner tahap kedua, yaitu kuesioner tertutup. Responden pada kuesioner tertutup ini berjumlah 55 orang yang didapatkan berdasarkan metode judgemental sampling.

Adapun rekapitulasi kuesioner tertutup ditunjukan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup

No Nama Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Ditya Ismaya 5 4 3 2 5 3 4 3 2 Firman 3 1 3 4 2 3 3 3 3 Samuel Sidjabat 3 4 2 2 2 4 5 3 4 Gagah 5 4 4 4 5 4 2 2 5 David Zulkarnain

2 5 5 3 5 1 2 3 6 Andre 2 3 3 5 3 4 4 5 7 Harry Rt Sihite 3 4 3 1 4 3 2 2 8 P. Aritonang 1 3 1 5 5 5 3 5 9 Deddy Sitanjung

4 4 5 3 3 4 4 4 10 Arif Adil 5 5 4 4 3 3 5 5 11 Arkhiadi 4 4 4 4 3 4 5 4 12 Ade Matondang

3 5 5 3 3 3 5 5 13 Freddy D Nwt S

2 4 5 3 2 4 4 4 14 Freddy M. 5 3 5 2 1 2 3 2 15 Wido Situmorang

2 5 2 3 1 4 5 4 16 Jeffri W. Sirait 4 5 4 5 5 2 3 3 17 Halid S. 5 3 4 4 2 4 3 2 18 Andi F. 5 4 3 2 5 3 4 3 19 Feri 3 1 3 4 2 3 3 3 20 M. Syahrialsyah 3 4 2 2 2 4 5 3


(62)

Tabel 5.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup (Lanjutan)

No Nama Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 8 21 Hendra Harotono 1 2 3 3 2 2 5 3 22 Ahmad I. Nasution 4 3 4 3 3 2 4 4 23 Atman J. 3 4 5 5 3 4 4 5 24 Alfian 4 5 5 4 3 1 5 4 25 Viktor Hutapea 4 2 5 5 4 4 5 3 26 Ricky Siregar 5 3 5 5 5 4 3 4 27 Firman 3 3 4 3 4 3 3 4 28 Erafson Lubis 1 3 2 3 3 1 4 1 29 Hendry Adhitya 5 5 5 4 4 3 4 5 30 Heru Hardianto 2 4 5 5 4 5 2 4 31 Dede Ginting 5 5 4 4 3 5 4 2 32 Josua Tarigan 4 3 5 3 3 3 5 5 33 Yogi Pratama 4 5 5 3 3 4 5 5 34 Simon P Simorangkir 4 5 5 5 5 3 5 5 35 Hendra Panjaitan 5 5 5 3 5 5 4 4 36 Daniel Erikson 4 3 3 5 5 5 4 3 37 Musawir 3 5 5 3 5 5 4 4 38 Leo A. Ginting 4 5 3 4 5 5 3 4 39 Fakhrur Rozi 4 3 1 4 3 5 5 3 40 Novransyah 3 5 4 3 2 3 4 4 41 Agus S. Siregar 1 1 1 2 3 5 3 2 42 Faizin 2 2 3 1 2 5 1 5 43 Erwin Lubis 2 5 4 5 5 4 3 4 44 Roy M S 5 4 4 3 5 4 5 5 45 Rofik B 3 4 4 5 3 3 4 3 46 Kurnia Lestari 1 5 3 2 2 4 4 2 47 Adanan Purba 5 3 4 3 2 4 5 5 48 Ahmad Arie 3 4 5 4 5 5 4 5 49 Denny Arifin 5 4 4 5 5 4 3 4 50 Adi Ginting 1 2 2 3 2 4 3 3 51 Fahreza Simanjuntak 4 4 5 4 4 5 4 4 52 Romauli Manihuruk 2 5 5 4 3 5 5 5 53 Revol Tamba 5 2 4 4 4 5 4 4 54 G. Simanjuntak 1 4 4 2 3 3 4 1 55 Azis Matondang 4 5 4 5 4 5 5 5


(63)

5.1.3 Proses Produksi Produk WastafelChampion

Proses produksi produk wastafelChampionpada PT. Prima Indah Saniton dapat dilihat pada Tabel 5.3

Tabel 5.3 Proses Produksi Produk WastafelChampion Stasiun

Kerja

No

Elemen Kerja Kegiatan

(I)

Pencampuran Bahan

1 Memasukkan tanah kalimantan, tanah

thailand, tanah kaulin, sodium feldspar, pasir kuarsa, batu kasar dan air ke dalam mesin Ballmill

2 Pengadukan bahan dengan mesin Ballmill (II)

Penyaringan dan

Pemasakan

3

Melakukan penyaringan campuran dengan mesin saring getar

4 Melakukan pemasakan campuran (III)

Pencetakan

5 Menggabungkan cetakan atas dengan cetakan bawah

6 Mengunci cetakan

7 Memasang corong pada cetakan

8 Menutup lubang bagian belakang cetakan 9 Menuangkan bahan ke cetakan

10 Pengerasan bahan yang telah dicetak 11 Pembukaan sumbat cetakan untuk

mengeluarkan bahan yang berlebih 12 Pendiaman Cetakan

13 Pembongkaran Cetakan

14 Pendiaman produk hasil cetakan (IV)

Pengerokan

15

Pemeriksaan hasil cetakan

16 Melakukan pengerokan hasil cetakan (V)

Pengamplasan

17

Pengamplasan permukaan cetakan 18 Membersihkan hasil cetakan dengan air 19 Penjemuran produk

(VI)

Pengecatan

20

Penempelan label produk 21 Pengecatan produk


(64)

Tabel 5.3 Proses Produksi Produk Wastafel Champion (Lanjutan) Stasiun

Kerja

No

Elemen Kerja Kegiatan

(VII)

Pembakaran

22

Pembakaran dengan suhu 0-300ºC 23 Pembakaran dengan suhu 300-600ºC 24 Pembakaran dengan suhu 600-1000ºC 25 Pembakaran dengan suhu 1000-1100ºC 26 Pembakaran dengan suhu 1100-1180ºC 27 Pendinginan produk dalam mesin (VIII)

Finishing

28

Pengepakan kloset jongkok Sumber: Hasil Pengumpulan Data

5.1.4 Pengukuran Waktu 5.1.4.1 Penentuan Rating Factor

Penilaian rating factor (Rf) dilaksanakan oleh peneliti di lantai pabrik PT Prima Indah Saniton terhadap operator yang sedang melaksanakan pekerjaannya. Penilaian Rf dilaksanakan untuk menentukan operator yang bekerja dengan normal, untuk kemudian diambil waktu kerjanya. Penilaian rating faktor hanya dilakukan untuk elemen pekerjaan yang dikerjakan secara manual. Pekerjaan yang dilakukan secara otomatis oleh mesin memiliki nilai rating factor 1. Penilaian rating factor dengan metode westinghouse dapat dilihat pada Tabel 5.4.


(1)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL

HALAMAN

5.20. Tingkat Kepentingan Variabel ... V-25 5.21. Tingkat Kepentingan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-26 5.22. Tingkat Kepuasan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-27 5.23. Nilai Rasio Perbaikan untuk Setiap Variabel Kebutuhan ... V-28 5.24. Nilai Sales Point Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-29 5.25. Hasil Perhitungan Bobot Absolut untuk Setiap Variabel ... V-30 5.26. Hasil Perhitungan Bobot Relatif untuk Setiap Variabel ... V-31 5.27. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan

Perkiraan Biaya ... V-37 5.28. Karakteristik Teknik Produk ... V-39 5.29. Part Kritis Produk Wastafel ... V-40 5.30. Rekapitulasi Perhitungan Tingkat Kesulitan ... V-43 5.31. Rekapitulasi Perhitungan Derajat Kepentingan ... V-44 5.32. Rekapitulasi Perhitungan Perkiraan Biaya ... V-45 5.33. Waktu Siklus Rata-rata Elemen Kerja ... V-48 5.34. Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Waktu Siklus Elemen

Kerja... V-51 5.35. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku (Detik)

Proses Produks i Wastafel Champion ... V-52 5.36. Perhitungan Biaya Bahan Langsung ... V-55 5.37. Perhitungan Biaya Bahan Tak Langsung ... V-55 5.38. Kapasitas Produksi Setiap Elemen Pekerjaan Per Hari ... V-57 5.39. Upah Tenaga Kerja Per Unit Elemen Pekerjaan Per Hari ... V-59


(2)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL

HALAMAN

6.1. Hasil Perhitungan Validitas... VI-1 6.2. Nilai Rasio Perbaikan untuk Setiap Variabel Kebutuhan ... VI-3 6.3. Nilai Sales Point Variabel Kebutuhan Konsumen ... VI-4 6.4. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan

Perkiraan Biaya ... VI-5 6.5. Perbandingan Proses Awal dan Perbaikan ... VI-8 6.6. Perbandingan Waktu Baku Awal dan Perbaikan ... VI-9


(3)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT Prima Indah Saniton ... II-3 2.2. Tanah Kalimantan... II-14 2.3. Sodium Feldspar ... II-14

2.4. Blok Diagram Pembuatan Kloset Jongkok ... II-16 2.5. Bagian Pembuatan Mal ... II-18 2.6. Proses Pencetakan... II-19 2.7. Proses Pengerokan ... II-20 2.8. Proses Pengampelasan ... II-21 2.9. Proses Pengecatan... II-22 2.10. Kloset yang akan Dimasukkan ke dalam Mesin ... II-23 2.11. Pengepakan ... II-24 2.12. Mesin Ball Mill ... II-25 2.13. Mesin Pemasak Bahan ... II-26 2.14. Mesin Saring Getar ... II-26 2.15. Mesin Wilden Pump ... II-27 2.16. Mesin Kiln ... II-28 2.17. Mesin Kompresor ... II-29 2.18. Kereta Sorong ... II-29 2.19. Meja Pengerokan ... II-30 2.20. Scraper ... II-30

2.21. Penggunaan Forklift... II-31 2.22. Meja Pengecatan ... II-31 2.23. Meja Pengampelasan ... II-32


(4)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.2. Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-5 4.3. Langkah-langkah Penyebaran Kuesioner... IV-11 4.4. Diagram Alir QFD ... IV-12 4.5. Diagram Alir Pembangunan QFD Fase II... IV-17 4.6. Langkah-langkah DFM ... IV-20 5.1. Hubungan Antar Karakteristik Teknik Produk ... V-34 5.2. Matriks Hubungan Antara CR dan Karakteristik Teknis ... V-35 5.3. Rekapitulasi QFD ... V-38 5.4. Hubungan Part Kritis Produk Wastafel ... V-41 5.5. Hubungan Antar Part Kritis dan Spesifikasi Teknis Produk

Wastafel ... V-42 5.6. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan

Perkiraan Biaya ... V-45 5.7. QFD Fase II Produk Wastafel ... V-46 5.8. Uji Keseragaman Data Waktu Elemen Kerja ke-5 ... V-50 5.9. Struktur Produk Awal ... V-61 5.10. Struktur Produk Usulan... V-64 5.11. Operation Chart Awal ... V-68

5.12. Operation Chart Usulan ... V-72

5.13. Perbandingan Sebelum Dan Sesudah Perbaikan ... V-78 6.1. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Kuesioner Terbuka ... L.1 2. Kuesioner Tertutup ... L.2 3. Kuesioner Wawancara Karakteristik Teknik ... L.3 4. Kuesioner Wawancara Hubungan Karakteristik Teknik ... L.4 5. Kuesioner Wawancara Part Kritis ... L.5 6. Kuesioner Hubungan antar Part Kritis ... L.6 7. Tabel Product Moment... L.7 8. Form Tugas Akhir ... L.8 9. Surat Penjajakan ... L.9 10. Surat Balasan Perusahaan... L.10 11. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L.11 12. Lembar Asistensi Dosen ... L.12


(6)

ABSTRAK

PT Prima Indah Saniton merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi produk-produk sanitasi. Salah satu produk yang dihasilkan oleh PT Prima Indah Saniton adalah wastafel berbahan keramik. Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa dalam proses produksi produk sanitary ware ini masih terjadi kecacatan yang cukup tinggi dimana secara keseluruhan produk cacat yang dihasilkan untuk setiap periode produksinya mencapai 20,26%.. Melalui masalah yang diuraikan, peneliti mengharapkan pemecahan masalah dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) sebagai alat untuk mengidentifikasi kebutuhan akan proses produksi yang baik serta menghubungkannya dengan karakteristik teknis produk dan part kritis produk serta metode Design forManufacturing (DFM) yang digunakan untuk perbaikan rancangan produk ataupun konsep produksi dengan meminimumkan waktu, tenaga, dan biaya. karakteristik-karakteristik teknik dalam hal ini adalah urutan dari proses produksi yang perlu dilakukan dalam membuat sebuah produk. Hasil pengolahan QFD menunjukkan bahwa seluruh proses memiliki tingkat kesulitan yang sama kecuali pencampuran tanah, penuangan, pembersihan sumbat dan pembuatan pencetakan yaang relatif lebih mudah. Sedangkan proses dengan tingkat kepentingan paling tinggi yaitu proses penjemuran dan pembakaran dengan nilai 12. Part kritis adalah karakteristik part atau komponen yang paling utama pada produk wastafel. Part kritis diperoleh dari literatur mengenai produk wastafel dan wawancara dengan manajer produksi di PT.Prima Indah Saniton Hasil penelitian menunjukkan part yang paling penting untuk segera diperbaiki adalah jumlah tanah liat dan jumlah air yang memiliki tingkat kesulitan dengan nilai 5 dan 4, derajat kepentingan dengan nilai 41 dan 30 serta perkiraan biaya dengan nilai 33 dan 27. Part yang paling penting diperbaiki ini kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan metode Design for Manufacturing (DFM). Perbaikan dilaksanakan dengan Penggabungan elemen pekerjaan pembongkaran hasil cetakan dan pendinginan hasil cetakan. Proses penggabungan dilakukan mengingat dengan adanya perubahan komposisi bahan baku, maka lama kegiatan pengeringan dapat dikurangi. Pengurangan waktunya dilakukan dengan cara menambahakan zat flokulan pengganti air. Flokulan ditambahkan untuk meningkatkan plastisitas tanah dan mengurangi lamnya proses pengeringan. Flokulan yang ditambahkan yakni zat biosludge seperti limbah pulp kertas sebanyak 1 kg untuk setiap komposisi 8 kg bahan per 1 unit wastafel. Hasil penambahan terebut akan mengurangi elemen kegiatan yakni pengeringan hasil cetakan serta pengurangan waktu pengeringan hasil pengamplasan. Perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan menunjukkan terdapat perbedaan waktu operasi. Secara teoritis telah terjadi pengurangan elemen kerja sehingga mengurangi waktu operasi Selain itu terjadi pengurangan biaya produksi antara perbaikan desain dengan desain awal. Pengurangan ini terjadi pada biaya bahan langsung dan biaya upah tenaga kerja langsung.