Efektivitas Terapi Dressing Madu pada Proses Penyembuhan Ulkus Dekubitus Chapter III V

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif observasional dengan
pendekatan cross sectional (potong lintang) untuk mengetahui gambaran
spesies mikroorganisme pada ulkus dekubitus.

3.2.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2016 sampai bulan November
2016, bertempat di ruangan rawat inap Rindu A, Rindu B, high care unit
(HCU),

intensive care unit (ICU) RSUP H.Adam Malik Medan.

Pemeriksaan biakan dilakukan di laboratorium mikrobiologi RSUP H.
Adam Malik Medan.


3.3.

Populasi Penelitian

3.3.1. Populasi target
Pasien penderita ulkus dekubitus di RSUP. H. Adam Malik Medan.
3.3.2. Populasi terjangkau
Pasien ulkus dekubitus yang dirawat di ruangan rawat inap Rindu A,
Rindu B, dan HCU, ICU RSUP. H. Adam Malik Medan sejak bulan
Februari 2016.
3.3.3. Sampel penelitian
Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

17
Universitas Sumatera Utara

18

3.3.4. Besar Sampel Penelitian


n 

Z (21- / 2 ) p( 1  p)
d2

Dimana :

Z (1 / 2) = Deviat baku alfa, untuk  = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96
P

d
n

= Proporsi penderita ulkus dekubitus = 0,0017
=Tingkat ketepatan absolut (presisi)
(ditetapkan peneliti) sebesar 0,015.

yang


masih

bisa

ditolerir

=29

Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 29 orang.

3.4

Cara Pengambilan Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dengan cara consecutive sampling.

3.5.

Variabel Penelitian
1. ulkus dekubitus (derajat, lokasi, onset, penyakit mendasari)
2. mikroorganisme


3.6.

Kriteria Inklusi dan Eklusi

3.6.1

Kriteria Inklusi
1. Pasien ulkus dekubitus.
2. Berusia > 18 tahun.

3.6.2. Kriteria eksklusi
Tidak bersedia ikut dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara

19

3.7.


Cara Penelitian
Subjek

penelitian

dijelaskan

mengenai

langkah

penelitian

dan

menandatangani inform consent.
3.7.1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah kamera digital (Sony® tipe DSC-W5), sarung
tangan, kasa steril,


jangka sorong (Krisbow®), cotton tip, penggaris

(Butterfly®), swab transport
3.7.2. Langkah Penelitian
1. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di ruang rawat inap Rindu A,
Rindu B, dan HCU, ICU RSUP. H. Adam Malik Medan.
2. Pencatatan data dasar meliputi identitas penderita (nama, umur, pekerjaan,
alamat), anamnesis (onset ulkus dekubitus, penyakit yang mendasari,
perawatan luka yang dilakukan selama ini), pemeriksaan fisik,
pemeriksaan dermatologis (derajat ulkus dekubitus berdasarkan NPUAP,
lokasi ulkus dekubitus, penilaian ukuran luka dengan menggunakan jangka
sorong, cotton tip dan penggaris, jumlah eksudat, dan tipe jaringan)
3. Diagnosis ulkus dekubitus ditegakkan secara klinis oleh peneliti bersama
dengan pembimbing di ruang rawat inap Rindu A, Rindu B, dan HCU,
ICU

RSUP. H. Adam Malik Medan. Derajat ulkus dekubitus

diklasifikasikan berdasarkan kriteria NPUAP.


Universitas Sumatera Utara

20

3.7.3 Cara pemeriksaan biakan mikroorganisme
1. Cairan ulkus yang sudah diambil dengan swab transport ditanam ke
media cair Bouillon dan dimasukkan ke inkubator dengan suhu 37°C
selama 24 jam.
2. Setelah itu hasil pertumbuhan bakteri kembali ditanam ke media padat
Blood Agar untuk melihat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Mac
Conkey Agar untuk melihat pertumbuhan bakteri Gram negatif, kemudian
dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.
3. Bahan yang tumbuh di Mac Conkey Agar ataupun Blood Agar dilanjutkan
ke reaksi biokimia yaitu reaksi katalase dan koagulase untuk bakteri Gram
positif dan reaksi API-20E untuk bakteri Gram negatif, kemudian
dimasukkan kembali ke inkubator selama 24 jam, kemudian dibaca dan
ditentukan jenis bakterinya.

3.8.


Definisi Operasional

3.8.1. Pasien ulkus dekubitus
Pasien dengan luka yang disebabkan oleh tekanan atau gesekan yang terus
menerus yang terjadi pada daerah penonjolan tulang, seperti pada daerah
sakrum, trokanter, iskiadika, skapula, maleolus lateralis ataupun
kalkaneus.
Alat ukur

: anamnesis dan pemeriksaan fisik

Pengukur

: peneliti dan pembimbing

Hasil ukur:

: ulkus dekubitus

Skala ukur


: skala nominal

Universitas Sumatera Utara

21

3.8.2. Onset ulkus dekubitus
Adalah rentang waktu dari awal pasien mengalami gangguan mobilitas
sampai timbulnya ulkus dekubitus.
Alat ukur

: anamnesis dan data rekam medis

Pengukur

: peneliti dan pembimbing

Hasil ukur


: angka dalam satuan hari

Skala ukur

: skala rasio

3.8.3. Derajat ulkus dekubitus
Derajat ulkus dekubitus adalah tingkatan untuk menunjukkan jumlah
jaringan yang rusak yang dinilai berdasarkan kriteria NPUAP dan dibagi
menjadi derajat I sampai IV. Ulkus dekubitus derajat I apabila dijumpai
kulit utuh, berwarna merah yang tidak hilang bila ditekan, umumnya
terlokalisir pada daerah penonjolan tulang. Ulkus dekubitus derajat II
adalah kerusakan jaringan sampai epidermis atau dermis. Ulkus dekubitus
derajat III adalah hilangnya ketebalan seluruh kulit atau nekrosis jaringan
subkutis. Lemak subkutis dapat terlihat, namun tulang, tendon, atau otot
tidak terlihat. Ulkus dekubitus derajat IV adalah hilangnya ketebalan
seluruh kulit dengan kerusakan sampai otot, tulang, atau jaringan
pendukung lainnya (misalnya fasia, tendon, atau kapsul sendi).
Alat ukur


: Pemeriksaan fisik

Pengukur

: peneliti dan pembimbing

Hasil ukur

: derajat I-IV berdasarkan kriteria NPUAP

Skala ukur

: skala nominal

Universitas Sumatera Utara

22

3.8.4. Lokasi ulkus
Adalah lokasi anatomi tubuh dimana dijumpai ulkus dekubitus.
Alat ukur

: pemeriksaan fisik

Pengukur

: peneliti dan pembimbing

Hasil ukur

: lokasi anatomi

Skala ukur

: nominal.

3.8.5. Penyakit yang mendasari
Adalah diagnosis yang ditegakkan oleh dokter penanggung jawab pasien
(DPJP) yang menyebabkan gangguan mobilitas pada pasien.
Alat ukur

: anamnesis dan pemeriksaan fisik

Pengukur

: dokter penangung jawab di ruang rawat pasien

Hasil ukur

:diagnosis penyakit (diabetes mellitus, stroke, penyakit

kardiovaskuler, hipertensi, dan lain-lain)
Skala ukur

: skala nominal

3.8.6. Mikroorganisme
Adalah spesies mikroorganisme yang teridentifikasi dari biakan yang
diambil dari swab eksudat ulkus dekubitus.
Alat ukur

: biakan Blood agar dan Mac conkey agar

Pengukur

: petugas laboratorium mikrobiologi

Hasil ukur

: spesies mikroorganisme

Skala ukur

: skala nominal

Universitas Sumatera Utara

23

3.8 Kerangka operasional
Pasien ulkus dekubitus yang dirawat di Rindu A, Rindu B,
HCU, dan ICU RSUP H. Adam Malik yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi






Klinis ulkus dekubitus
Derajat ulkus
Lokasi ulkus
Onset
Penyakit dasar

Biakan dari spesimen ulkus
Mikroorganisme

Pengumpulan data
Tabulasi data dan analisis data
secara deskriptif
Gambar 3.1 Kerangka Operasional

3.10. Pengolahan Data
Data-data yang terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif.

3.11. Etika Penelitian
Penelitian ini sudah memperoleh ethical clearance dengan surat No.
240/KOMET/FK USU/2016 tertanggal 26 Februari 2016 dari Komisi Etika
Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan 29 orang subyek penelitian dengan lesi ulkus
dekubitus. Seluruh subyek penelitian telah menjalani anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan dermatologi. Selanjutnya diambil sampel spesimen ulkus
dan dikirim ke laboratorium Mikrobiologi RSUP H. Adam Malik Medan untuk
mengetahui mikroorganisme pada ulkus dekubitus. Data-data yang terkumpul
kemudian dimasukkan sebagai variabel dan diolah secara statistik.

4.1

Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik subyek dalam penelitian ini ditampilkan berdasarkan

distribusi kelompok usia, jenis kelamin.
4.1.1

Karakteristik berdasarkan kelompok usia

Tabel 4.1 Distribusi subjek penelitian berdasarkan kelompok usia
Usia
(tahun)

n

%

65 tahun sejumlah 9 orang (20,5%), dan pada
tahun 2014, pasien ulkus dekubitus yang terbanyak adalah pada kelompok usia
46-55 tahun sejumlah 21 orang (22,1%), diikuti kelompok usia >65 tahun
sejumlah 21 orang (22,1%).36 Perneger et al melakukan penelitian pada 1190
pasien menemukan bahwa usia merupakan faktor resiko ulkus dekubitus.37 Hal ini
sesuai dengan penelitian prospektif yang dilakukan oleh Bergstrom et al pada 843
pasien yang menyatakan adanya hubungan antara peningkatan usia dengan ulkus
dekubitus.38 Dengan bertambahnya usia terjadi penipisan pada epidermis,
berkurangnya pembuluh darah dermis, berkurangnya elastisitas, dan pendataran
junctional dermal-epidermal. Perubahan ini merupakan predisposisi kerusakan
kulit yang diinduksi tekanan, gesekan, dan kelembaban. Pada usia tua juga terjadi
peningkatan resiko menjalani perawatan di rumah sakit, penyakit kronis, perfusi
perifer yang buruk dan berkurangnya sensasi perifer.39,40

Universitas Sumatera Utara

26

4.1.2

Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin

Pasien ulkus dekubitus
n

%

Laki-laki
Perempuan

11
18

37,9
62,1

Total

29

100

Pada Tabel 4.2 dari 29 orang pasien ulkus dekubitus yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 18 orang (62,1%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak
11 orang (37,9%). Penelitian Mutia et al di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
mendapatkan subyek yang terbanyak adalah perempuan (64,8%).17 Ini sesuai
dengan penelitian Bergstrom et al yang menemukan insidensi ulkus dekubitus
pada perempuan (16,9%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Menurut Bergstrom
et al, massa otot dan hormon anabolik pada laki-laki memiliki toleransi terhadap
jaringan yang lebih baik dibandingkan pada perempuan.38 Namun hanya sedikit
bukti yang menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor resiko untuk
perkembangan ulkus dekubitus.25

Universitas Sumatera Utara

27

4.2

Gambaran klinis ulkus dekubitus berdasarkan lokasi, derajat dan durasi

4.2.1

Lokasi ulkus dekubitus

4.3 Tabel Distribusi Lokasi ulkus dekubitus
Ulkus dekubitus

Lokasi (Regio)
n

%

1

3,4

1

3,4

15

51,7

11

37,9

1

3,4

29

100

Vertebralis
Lumbal
Sakral
Gluteal
Maleolus lateralis

Total

Dari tabel 4.3 tampak pada total 29 orang subyek penelitian, lokasi ulkus
dekubitus terbanyak adalah pada regio sakral sejumlah 15 orang (51,7%), diikuti
regio gluteal sejumlah 11 orang (37,9%). Hal ini sesuai dengan penelitian Suriadi
et al dimana didapatkan lokasi ulkus dekubitus terbanyak adalah pada sakral
sebesar 73,7% dan pada penelitian Rahasti didapatkan lokasi terbanyak adalah
pada sakral sebesar 55%.15,36 Penelitian Bergstrom et al juga didapatkan lokasi
ulkus dekubitus terbanyak adalah pada sakral sebesar 60,7%.38 Ulkus dekubitus
dapat terjadi di bagian tubuh manapun yang mengalami tekanan yang cukup lama.
Terutama pada penonjolan tulang seperti sakral, koksigis, tuberositas iskiadika,
trokanter mayor, maleolus lateralis, kalkaneus, oksipitalis dan siku. Lokasi ulkus
dekubitus yang paling sering adalah kulit diatas sakral dan panggul (67%).6,11,41

Universitas Sumatera Utara

28

4.2.2

Derajat ulkus dekubitus

Tabel 4.4 Distribusi derajat ulkus dekubitus
Derajat ulkus dekubitus

n

%

0

0

16

55,2

3

10,3

10

34,5

29

100

I
II
III
IV

Total

Pada tabel 4.4 terlihat bahwa dari 29 orang subyek penelitian, yang paling
banyak adalah ulkus dekubitus derajat 2 yaitu 55,2%. Hasil ini sesuai dengan
penelitian oleh Rahasti, dimana didapatkan derajat ulkus terbanyak adalah derajat
II sebanyak 55%.36 Pada penelitian yang dilakukan oleh Bergstrom et al, juga
ditemukan derajat ulkus dekubitus yang terbanyak adalah derajat II yaitu 67,3%.38
Sedangkan pada penelitian Suriadi et al

dan Mutia et al ditemukan ulkus

dekubitus yang paling banyak adalah derajat I, masing-masing sebanyak 52,6%
dan 33,3%.

15,17

Prognosis ulkus dekubitus sering berdasarkan ukuran dan derajat

luka. Luka yang luas dan dalam (derajat 3 dan 4) merupakan masalah kesehatan
yang serius bagi pasien ulkus dekubitus. Pada penelitian kohor terhadap pasien
ulkus dekubitus derajat 3 dan 4 di satu rumah sakit veteran, didapatkan angka
kematian 6 bulan 68,9 %.27

Universitas Sumatera Utara

29

4.2.3

Onset ulkus dekubitus

Tabel 4.5 Distribusi onset ulkus dekubitus
Pasien ulkus dekubitus

Onset
(Hari)
≤7

n

%

25

86,2

4

13,8

>7

Total
29
100
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa dari 29 orang subjek penelitian, dengan
onset ulkus kurang atau sama dengan 7 hari adalah 25 orang (86,2,%) dan yang
lebih dari 7 hari adalah 4 orang (13,8%). Pada hasil penelitian Suheri mayoritas
pasien mengalami luka dekubitus pada hari ke lima perawatan.42 Penelitian
Versluysen, 48% pasien mengalami ulkus dekubitus pada hari pertama sampai
kedua di rumah sakit.43 Penelitian Cooney et al, 70% pasien yang mengalami luka
dekubitus di rumah sakit terjadi pada minggu pertama sampai minggu kedua
selama dirawat.44

4.3

Penyakit yang mendasari

4.6

Tabel distribusi penyakit yang mendasari
Pasien ulkus dekubitus

Penyakit yang mendasari
Stroke
Diabetes
Tumor otak
Hidrosefalus
Sepsis
Paraparese
Fraktur
Gagal ginjal kronis
PPOK
Dan lain-lain
Total

n

%

9
4
3
1
3
2
1
2
1
3
20

31,0
13,8
10,3
3,4
10,3
6,9
3,4
6,9
3,4
10,3
100

Universitas Sumatera Utara

30

Pada tabel 4.6 dari 29 total subyek penelitian dengan penyakit yang
mendasari terbanyak adalah stroke sejumlah 9 orang (31,0%), diabetes sejumlah 4
orang (13,8%), tumor otak sejumlah 3 orang (10,3%), sepsis sejumlah 3 orang
(10,3%), penyakit dan lain-lain sejumlah 3 orang (10,3%), paraparese sejumlah 2
orang (6,9%), gagal ginjal kronis sejumlah 2 orang (6,9%). Sedangkan
hidrosefalus, fraktur dan ppok masing-masing sejumlah 1 orang (3,4%). Hal ini
sesuai dengan penelitian Suriadi et al dan Mutia et al yang mendapatkan bahwa
penyakit yang mendasari terbanyak adalah stroke sebesar 53,7%.15,17 Sedangkan
pada penelitian Russo et al penyakit dasar yang terbanyak adalah sepsis sebesar
16,1% dan pada penelitian Bergstrom et al didapatkan bahwa penyakit dasar yang
terbanyak adalah neoplasma sebesar 24%.34,38 Beberapa kondisi medis secara
signifikan berhubungan dengan perkembangan ulkus dekubitus. Perfusi oksigen
yang rendah akibat penyakit kardiovaskular, diabetes, anemia, tekanan darah, atau
oedema interstisial dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya luka dan
gangguan penyembuhan luka. Pada pasien dengan keterbatasan pergerakan dan
terjadi peningkatan resiko terbentuknya ulkus dekubitus.45,46

4.4

Gambaran mikroorganisme pada ulkus dekubitus

4.4.1

Jenis mikroorganisme berdasarkan Gram

Tabel 4.7 Distribusi Gram pada ulkus dekubitus
Gram
Negatif
Positif
Total

Ulkus dekubitus
n

%

26

89,8

3

10,2

29

100

Universitas Sumatera Utara

31

Hasil pada tabel 4.7 dari total 29 subjek penelitian ditemukan jenis Gram
terbanyak adalah gram negatif yaitu pada 26 subjek penelitian (89,8%) dan Gram
positif pada 3 subjek penelitian (10,2%). Hal ini sesuai dengan penelitian
Cahyopeotro yang menemukan jenis Gram yang terbanyak yaitu Gram negatif
yaitu 85,2%.31 Axler et al menemukan

bahwa basil Gram negatif adalah

mikroorganisme dominan pada ulkus kutaneus.47 Semua luka kronis awalnya akan
dikolonisasi oleh mikroorganisme normal kulit diikuti 48 jam berikutnya oleh
bakteri Gram negatif.48

4.4.2

Mikroorganisme

Tabel 4.8 Distribusi mikroorganisme pada ulkus dekubitus
Kelompok
mikroorganisme
Gram negatif

Mikroorganisme
Acinetobacter baumannii
Klebsiella pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa
Proteus mirabilis

Gram positif

Enterococcus fecali
Staphylococcus lentus
Aeromonas hydraphyla

Total

Pasien ulkus dekubitus
n

%

20

69

2

6,9

3

10,3

1

3,4

1

3,4

1

3,4

1

3,4

29

100

Dari tabel 4.8 terlihat pada 29 orang pasien ulkus dekubitus, ditemukan
mikroorganisme terbanyak adalah Acinetobacter baumanii yang ditemukan pada
20 orang (89,8%) subyek penelitian, diikuti Pseudomonas aeruginosa pada 3
orang (10,2%). Penelitian yang dilakukan Rahasti didapatkan dari 40 subyek

Universitas Sumatera Utara

32

Pseudomonas aeruginosa

penelitian, mikroorganisme yang terbanyak adalah

pada 15 orang (37,5% ) dan Acinetobacter baumanii pada 15 orang (37,5%).36
Laporan pola kuman RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari - Juni 2016
didapatkan bahwa Acinetobacter baumannii termasuk mikroorganisme terbanyak
dari spesimen swab.49 Sedangkan penelitian Cahyopeotro di RS Wahidin
Sudirohusodo, didapatkan mikroorganisme yang paling dominan adalah
Pseudomonas aeruginosa sebanyak 50% diikuti oleh Acinetobacter baumanii dan
Staphylococcus aureus.31 Hasil penelitian Lunawat et al di India, Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus adalah mikrorganisme yang paling banyak
diisolasi dari ulkus dekubitus.40 Beberapa mikroorganisme dapat mengkolonisasi
ulkus

dekubitus

Pseudomonas

seperti

aeuruginosa

Staphylococcus
dan

aureus,

Acinetobacter

Enterococcus

spesies,

baumannii.7 Acinetobacter

baumannii adalah basil gram negatif yang bersifat aerob. Basil ini memiliki
insidensi yang tinggi pada individu yang imunokompromais dan yang dirawat di
rumah sakit dalam waktu yang lama.50 Resistensi antimikroba diantara spesies
Acinetobacter meningkat dalam beberapa dekade terakhir.51

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
1. Jenis mikroorganisme berdasarkan Gram yang terbanyak adalah Gram
negatif pada 26 orang (89,8%). Spesies mikroorganisme yang
terbanyak adalah Acinetobacter baumannii pada 20 orang (69%).
2. Gambaran klinis ulkus dekubitus berdasarkan lokasi yang terbanyak
adalah pada regio sakral sejumlah 15 orang (51,7%), dan derajat ulkus
dekubitus yang terbanyak adalah derajat II pada 16 orang (55,2%),
onset ulkus dekubitus yang terbanyak adalah ≤ 7 hari pada 25 orang
(86,2%)
3. Penyakit yang mendasari terjadinya ulkus dekubitus yang terbanyak
adalah stroke sejumlah 9 orang (31%).
4. Karakteristik subyek penelitian terbanyak berdasarkan kelompok usia
adalah ≥ 60 tahun sejumlah 15 orang (51,7%) dan jenis kelamin
perempuan sejumlah 18 orang (62,12%).

5.2

Saran
1. Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi rumah sakit agar dapat
lebih waspada dalam mengantisipasi infeksi yang mungkin timbul
pada ulkus dekubitus.

33
Universitas Sumatera Utara

34

2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian dengan
jumlah

sampel

yang

lebih

besar

untuk

menilai

hubungan

mikrorganisme dengan gambaran klinis ulkus dekubitus.

Universitas Sumatera Utara