Pemanfaatan Gulma Tekelan (Chromolaena odorata) Sebagai Antidiabetes dan Antigangren, Uji Toksisitas Serta Pembuatan Sediaannya

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN KERJASAMA ANTAR PERGURUAN TINGGI
(PEKERTI)

II

Giュゥェセャヲ@

15001232

Tabuo ke 2 dari reoeaoa 2 tahuo

Tim Peoeliti Peogusul:

Marianne, S.Si., M.Si., Apt. (0020058001)
T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt. (0008127504)

Tim Peoeliti Mitra :

Prof. Dr. Elin Yulinah Sukandar, Apt. (002607510])
Dr. Neng Fisheri Kurniati, S.Si., M.Si., Apt. (0014088110)


Dibiayai oleh DrPA Universias Sumatera Utara Tahun anggaran 2014, sesuai dengan Surat
Perjanj ian Pelaksanaan Penugasan Penenlitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi (Pekerti)
Nomor: 10801UN5.1.RlKEU/2014, tanggal17 Februari 2014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NOVEMBER 2014

HALAMAN PENGESAHAN
Pemanfaatan Gulma Tekelan (Chromolacna odorata) Sebagai
Antidiabetes dan Antigangren, Uji Toksisitas Serra Pembuatan
Sediaannya

Judul Kegiatan

Peneliti I Pelaksana
Nama Lengkap
NIDN
Jabatan Fungsional
Program Studi

Nomor HP
Sure! (e-mail)
Anggota Peneliti (1)
Nama Lengkap
NIDN
Perguruan Tinggi
Institusi Mitra (jika ada)
Nama Institusi Mitra
Alamat
Penanggung Jawab
Tabun Pelaksanaan
[NZ|セ⦅@

NセM_[@

7

UM

'12-\"


'41/

", GZj_・ュャI。ョヲオセLェQゥ@

G[{セ|Z_@

_.,.

Farmasi
081361204672
anne_aceh@yahoo.com
T ISMANELL Y HANUM S.Si.,M.Si., Apt
0008127504
Universitas Sumatera Utara

Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun
Rp. 65.000.000,00
Rp. 130.000.000,00


'

f.

,( GNセLZv@

MARIANNE S.Si., MSi., Apt.
0020058001

Medan, 27 - 11 - 2014,
Ketua Pencliti,

Gセ@

Gセ。オN@
•• _

L ••

n."


/

/



(MARIANNE S.Si., IvLSi., Apt.)
(Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.)
NIP/NIK
NIPINIK 195807101986012001
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian USU

(Prof. Dr. If. Harmein Nasution, MSIE)
NIPINIK195205251980031003

RINGKASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Marianne (2013), ekstrak etanol

daun Chromo/aena odorata (tekelan) dosis 5, 25, 125, dan 250 mglkg bb terbukti dapat
menurunkan kadar glukosa darah pada meneit diabetes yang diinduksi oleh aloksan dan
lebih baik dibandingkan kontrol negatif (p < 0,05). Begitu pula dengan sediaan gel yang
diformulasi dari daun C. odorata tersebut, konsentrasi 2,5; 5; 10; 15; dan 20% terbukti
mampu mempercepat penyembuhan luka pada hewan diabetes dibandingkan kontrol
negatif (p < 0,05).
Vntuk mengetahui keamanan penggunaan ekstrak daun C. odorata ini, maka
dilakukan uji toksisitas akut, sub kronik dan teratogen seeara oral.
Toksisitas akut dilakukan dengan metode dosis tetap, dengan pemberian ekstrak
sebanyak satu kali selanjutnya dilakukan pengamatan selama 14 hari. Vji toksisitas sub
kronik dilakukan dengan pemberian sediaan uji setiap hari selama 1 bulan. Vji teratogen
diIakukan dengan eara pemberian sediaan uji pada meneit yang sedang mengalami
kehamilan. Satu hari sebelum waktu melahirkan, uterus diambil dan dilakukan evaluasi
terhadap fetus.
Parameter yang diamati untuk uji toksisitas oral yaitu berat badan, jumlah
makanan, jumlah minuman, bobot organ relatif, kematian, tingkah laku, makropatologi,
serta histopatologi.
Berdasarkan hal di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi ilmiah mengenai keamanan penggunaan ekstrak etanol daun C. odorata seeara
ora/. Berdasarkan penelitian ini diharapkan ekstrak tersebut dapat dikembangkan menjadi

kapsul antidiabetes dan gel antigangren yang dapat diproduksi pada skala industri,
sehingga berguna untuk masyarakat luas.
Hasil pene/itian uji toksisitas akut oral ekstrak etanol daun tekeJan menunjukkan
bahwa ekstrak terse but aman digunakan sampai dosis 5000 mg/kg bb, tanpa menunjukkan
kelainan tingkah laku, kelainan organ maupun kematian. Begitu pula halnya dengan uji
toksisitas sub kronik, ekstrak etanol daun tekelan aman digunakan selama I bulan tanpa
mcnunjllkkan pcrubahan berat badan, jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi dan
tingkah taku yang signifikan. Dapat dikatakan bahwa d.strak dano) daun tekelan relatif
aman digunakan.

ii

HasH uji teratogen menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun C. odorata
menunjukkan adanya penghambatan pada pertumbuhan fetus. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut.
Hasil uji penyembuhan luka menunjukkan bahwa gel yang diformulasi dengan
CMC-Na menyembuhkan luka diabetes selama 9 hari dan lebih cepat dibandingkan
formula Na-alginat yaitu selama 12 hari dan kontrol negatifselama 21 hari.
Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun C. odorata aman digunakan secara
oral, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk digunakan pada kehamilan.

Selain itu, formula gel ekstrak etanol daun C. odorata 10% dengan basis CMC-Na lebih
cepat menyembuhkan luka diabetes.
Kata kunci : Chromolaena odorata, antidiabetes, antigangren, toksisitas, gel

iii

PRAKATA
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga mampu melaksanakan penelitian yang berjudul: "Pemanfaatan
Gulma Tekelan (Chromo/aena odorata) Sebagai Antidiabetes dan Antigangren, Uji
Toksisitas Serta Pembuatan Sediannya". Penelitian ini dibiayai oleh DIPA Universitas
Sumatera Utara Tabun Anggaran 2014, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Penugasan Penelitian Fundamental Nomor: 10801UN5.l.RIKEU/2014, tanggal 17 Februari
2014. Oleh sebab itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
I. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H.,

M.Sc., (CTM). Sp.A(K).
2. Direktur LP3M, Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.

3. Ketua Lembaga Penelitian USU, Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE

4. Sekretaris Lembaga Penelitian USU, Ibu Dr. Ora. Ir. Chairani Hanum, M.S.
5. Dekan Fakultas Farmasi USU, Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.
6. Ketua Departemen Farmakologi Farmasi, Bapak Dr. Edi Suwarso, S.U., Apt.
7. Reviewer Proposal Penelitian
8. Tim Monitoring dan Evaluasi Internal dan Eksternal
9. Staf Lembaga Penelitian USU
Akhirnya

kami

berharap

semoga

penelitian

ini


dapat

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Medan, November 20 J4

Marianne, S.Si., M.Si., Apt.
NIP 1980052020050 I 2006

iv

bermanfaat

bagi

DAFTARISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... .
RINGKASAN .........................................................................................................


ii

PRAKATA .............................................................................................................

iv

DAFTAR lSI ..........................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ..................................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ,.................

vii

Bah 1. Pendahuluan ............................................................................................... .
Bah 2. Tinjauan Pustaka .........................................................................................

3

Bah 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................

8

Bah 4. Metode Penelitian........................................................................................

9

Bah 5. Hasil Dan Pembahasan ................................................................... ,............

16

Bah 6. Kesimpulan dan Saran.................................................................................

36

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

37

LAMPI RAN ...... ....... ..... ..................... ............................... ......................... ..... .......

40

v

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel3.1

Optimasi formula gel ekstrak daun C. odorata................

11

Tabel3.2

Formula kapsul berisi ekstrak daun C. odorata ...............

11

Tabel5.l

Data berat badan hewan uji pada uji toksisitas akut oral.

16

Tabel5.2

Datajumlah makanan yang dikonsumsi pada uji
toksisitas akut oral... .......... ....... .... ... .... ...... ........... ....... ....

16

Data jumlah minuman yang dikonsumsi pada uji
toksisitas akut oral.............. .......... ......................... ..........

17

Data indeks organ relatifhewan uji pada uji
toksisitas akut oral....... .... ..... ........ ............ .............. .........

17

Pengamatan tingkah laku hewan uji pada uji
toksisitas akut oral................. ......... ..... ...... ..... .................

21

Data berat badan hewan uji pada uji toksisitas
subkronik oral. ............... ............... ... ..................... ...........

22

Tabel5.3

Tabel5.4
Tabel5.6

Tabel5.7

Tabel5.8

Datajumlah makanan yang dikonsumsi hewan uji toksisitas
23
sub kronik ........... .................. .... ......... .... ..........................

Tabel5.9

Datajumlah minuman yang dikonsumsi hewan uji toksisitas
Sub kronik........................................................................
23

Tabel5.10

Indeks relative organ hewan uji.......................................

24

TabeI 5.1]

lumlah kematian hewan uji pada uji toksisitas ...............

24

Tabel 5.12

Optimasi gel dengan bah an berkhasiat............................

28

Tabel 5.13

Data pengukuran diameter luka pada hewan uji..............

30

Tabe15.14

Formula yang digunakan untuk membuat ekstrak etanol

32

Tabel 5.15

Evaluasi mutu fisik granul ...............................................

33

vi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1

Tumbuhan Chromo/aena odorata ...................................

3

Gambar 5.1

Histologi ginjal pada hewan uji yang diberikan ekstrak
etanol daun C. odorata pada uji toksisitas
akut oral.... ............................................................ ..... ......

18

Histologi hati pada hewan uji yang diberikan ekstrak
etanol daun C. odorata pada uji toksisitas
akut oral... ..... ...... ......... ..... ..... .......... ...... .................. ........

19

Histologijantung pada hewan uji yang diberikan ekstrak
etanol daun C. odorata pada uji toksisitas
akut oral................................................................ ..... ......

20

Histologi ginjal pada hewan uji yang diberikan ekstrak
etanol daun C. odorata pada uji toksisitas
sub kronik oral......... ........ ............................... ....... .... ......

25

Histologi bati pada bewan uji yang diberikan ekstrak
etanol daun C. odorata pada uji toksisitas
sub kronik oral.......................................... ................. ......

26

Histologijantung pada hewan uji yang diberikan ekstrak
etanol daun C. odorata pada uji toksisitas
sub kronik oral.................................................................

27

Gambar 5.7

Bentuk sediaan gel dari berbagai basis............................

29

Gambar 5.8

Efek penyembuhan luka pada luka eksisi yang diberi
sediaan gel ...................................................... .................

31

Gambar 5.2

Gambar 5.3

Gambar 5.4

Gambar 5.5

Gambar 5.6

vii

BABl
PENDAHULUAN

Chromoalena odorata (tekelan) tumbuh menyebar dan menutupi areal-areal
terbuka secara cepat, sehingga ia sering disebut sebagai gulma. Pembasmian terhadap
gulma ini telah dilakukan, nimlUn timbul permasalahan baru, yaitu penggunaan herbisida
yang menyebabkan pencemaran pada tanah dan Iingkungan sekitar (Murrin ie, 2011).
Walaupun tumbuhan C. odorata ini menimbulkan masalah, namun beberapa daerah
di Indonesia seperti Aceh, telah memanfaatkannya secara tradisional untuk mengobati
diabetes dan luka pada penderita diabetes. Daun tekelan juga telah digunakan secara
tradisional di Vietnam dan beberapa negara tropis lainnya untuk menangani gigitan lintah,
luka jaringan lunak, luka bakar, infeksi kulit dan dento-alveolitis (Le, 1995). Namun
demikian, sejauh ini penelitian ekstrak daun C. odorata terhadap penyakit diabetes dan
luka yang ditimbulkan oleh komplikasi penyakit diabetes (gangren) masih sangat minim.
Menanggapi tingginya prevalensi diabetes melitus yang belum dapat diatasi
sepenuhnya dengan obat-obatan yang telah ada, maka diperlukan obat altematif dengan
efikasi yang lebih baik. Dengan semakin banyaknya pilihan obat antidiabetes, maka pasien
diabetes akan memiJiki banyak pilihan pengobatan, sehingga meningkatkan peluang untuk
hidup sehat dengan kadar glukosa darah yang terkontrol, efek sam ping yang minimal serta
biaya yang reJatif lebih murah.
Penelitian Alisi, dkk. (2011) menyatakan

bahwa C. odorala memiliki sifat

antioksidan dan mampu menangkal radikal bebas yang diyakini sebagai penyebab berbagai
penyakit degeneratif dan penuaan dini seperti halnya diabetes. Pada penyakit diabetes
meJitus, pankreas mengalami gangguan fungsi akibat adanya radikal bebas yang
menyebabkan kematian scI-scI p-pankreas sehingga terjadi penurunan jumlah insulin yang
mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah. Oleh sebab itu, perlu diteliti aktivitas
antidiabetes dan mekanisme keIja C. odorata pada kelenjar pankreas. Dengan aktivitas
antioksidannya, diharapkan C. odorata dapat meregenerasi sel-sel p-pankreas yang rusak
sehingga kadar inslflin dan glukosa darah dapat kembali normal.
Diabetes juga sangat erat dengan berbagai komplikasi, salah satunya adalah luka
gangren. Luka yang sukar sembuh dan sering berujung pad a amputasi organ-organ
pergerakan sererti kaki. J)cngan kemampuan C. odorata menangkaJ radikal bebas dan

meregenerasi sel-sel barn, diharapkan dapat mempereepat kesembuhan luka, sehingga
terhindar dari risiko gangren dan kehilangan organ vital.
Kendala utama penggunaan obat-obat dari bahan alam adalah penggunaannya yang
kurang praktis, sumber bahan baku yang tidak terstandar, serta dosis yang kurang tepat.
Hal tersebut dapat diatasi dengan eara mengekstraksi dan mengkarakterisasi C. odorata
sehingga diperoleh ekstrak yang terstandar, selanjutnya diformulasi dalam sediaan kapsul
dan sediaan gel dengan dosis yang efektif dan aman digunakan.
Sebelum diujikan pada manusia, obat herbal hams diuji keamanannya melalui uji
toksisitas pada hewan uji, meliputi uji toksisitas akut, subkronis dan teratogen yang
dilakukan untuk mengetahui keamanan penggunaan ekstrak C. odorata di dalam tubuh, di
kulit, dan pada saat kehamilan. Data yang diperoleh dari uji toksisitas dapat digunakan
untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi
pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan
manusia.
Berdasarkan hal di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
ekstrak etanol tumbuhan C. odorata yang terstandar dan berfungsi sebagai obat
antidiabetes yang diketahui dosis efektifnya serta mekanisme keljanya terhadap pankreas.
j

Selanjutnya membuat ekstrak tersebut menjadi sediaan dalam bentuk gel dan bentuk
kapsul yang terstandar, serta aman untuk digunakan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah jenis dan jumlah obat untuk
mengatasi penyakit diabetes maupun komplikasi diabetes disertai luka gangren. Selain itu,
hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kualitas dan kuantitas bahan kuliah dalam
mata ajar Fannakologi dan Toksikologi, Fannakologi Molekuler serta Teknologi Sediaan
Semi Solid.

2

BAB2
TINJAUAN PUST

2.1 Uraian tumbuhan tekelan (Chromolaena odorata)
Chromolaena odorata adalah tumbuhan liar yang tumbuh tidak beraturan
membentuk semak berbunga di daerah perkebunan atau ladang. Chromo/aena odorata
adalah tanaman as1i Amerika Utara dan telah menyebar ke daerah Asia, Afrika dan
beberapa daerah di Australia, karena dapat

tumbuh baik pada berbagai jenis tanah

(Phan, 2001). Tumbuhan ini termasuk dalam famili bunga matahari, yaitu Asteraceae
(=Compositae).
Tumbuhan Chromo/aena odorata dikenal dengan nama umum gulma siam dan di
Indonesia dikenal dengan nama tekelan, di Aceh tumbuhan ini dikenal dengan nama
serapoh, di Sunda di sebut ki rinyuh. Saat ini tekelan ditanam sebagai tanaman obat atau
tanaman hias. Gambar tumbuhan tekelan dapat dilihat Gambar 2.1.

,

Gambar 2.1 Tumbuhan Chromo/aena odorata

WaJaupun merugikan bagi pertanian dan petemakan, temyata C. odorata
mempunyai potensi yang dapat dimanfaatkan bagi pertanian, antara lain memperbaiki
kesuburan tanah. Daun dan ranting hijaunya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik,
daunnya sebagai biopestisida, dan akamya dapat membunuh nematoda (bermacam jenis
cacing kecil yang menyerang akar-akar tumbuhan)(Tjitrosemito, 1996).
Selain bermanfaat bagi pertanian, tanaman ini juga memiliki berbagai khasiat.
Laporan dari berbagai daerah menunjukkan bahwa daun tanaman ini berkhasiat dan bisa
digunakan sebagai obat. Daun segar tekelan dipakai untuk menyembuhkan luka-Iuka.
mengobati malaria, serta gangguan maag dan mata CIJitrosemito, 1996). Se/ama bertahunlahun daun segar atau dckok dari daun tekelan telah digunakan di Vietnam Jan beberapa

3

negara tropis lainnya seperti Indonesia untuk menangani gigitan lintah, luka jaringan
lunak, luka bakar, infeksi kulit dan dento-alveolitis. Caranya dengan meremas-remas daun
muda sampai hancur, dan cairan yang dihasilkan digunakan untuk mengobati luka kulit
(Le, 1995).

2.2 Kandungan kimia
Tumbuhan
flobatannin,

tekelan

anthraquinone,

memiliki
steroid,

kandungan

kimia alkaloid,

terpenoid,

flavonoid

dan

saponin, tannin,
glikosida jantung

(Akinmoladun, et aI., 2008). Selain itu juga terdapat asam fenolat (protokatekuat, phidroksibenzoat, p-kumarat, asam ferulat dan vanilat) dan campuran kompleks aglikon
flavonoid lipofilik (flavanone, flavonol, flavon, dan kalkon). Senyawa-senyawa ini bersifat
antioksidan kuat yang dapat menghambat kerusakan oksidatif(Phan, et aI., 2001).
Beberapa kelas flavonoid yang telah diisolasi dari ekstrak C. odorata adalah tiga
flavanone dan satu flavones terbukti bertanggung jawab pada proses koagulasi darah.
Selain itu, ekstrak tekelan ini juga diketahui memiliki konsentrasi asam amino yang tinggi
(Thang, et aI., 200 I).

2.3 Aktivitas antioksidan C. odorata dan diabetes melitos
Terdapat bukti bahwa stress oksidatif yang diakibatkan oJeh reactive oxygen

species (ROS) memainkan peranan penting pada penyebab danlatau progresi sejumlah
penyakit. Radikal bebas diketahui sebagai penyebab utama berbagai penyakit degeneratif
dan kronis seperti penuaan, penyakit jantung koroner, inflamasi, stroke, diabetes melitus
dan kanker (Phan, et aI., 2001; Cheng, et aI., 2003). Reactive oxygen species (ROS)
termasuk
112

02-

(anion superoksida), OH (radikal hidroksil), H20 2 (hidrogen peroksida) dan

0 2 (oksigen singlet) dapat menyebabkan kerusakan selular yang diawali peroksidasi

asam lemak tidak jenuh ganda pada membran biologi (Halliwell dan Gutteridge, 1997).
Kerusakan jaringan yang disebabkan oleh ROS termasuk kerusakan DNA, kerusakan
protein, dan oksidasi enzim-enzim tertentu di daJam tubuh.
Akhir-akhir ini, makanan alami dan makanan yang mengandung antioksidan seperti
vitamin dan fitokimia fenol telah mendapat perhatian yang besar, karena mereka diketahui
bersifat kemoprefentif terhadap kerusakan oksidatif. Ekstrak buah-buahan, herbal, sayuran
dan material tumbuhan lainnya yang kaya akan senyawa fenol semakin diminati karena
dapat menghambat peruraian lipid secara oksidatif (Rice-Evans, et al.. 1995: Hung dan

4

Yen, 2002; Lee, et aI., 2003) dengan mekanisme yang berbeda (Soobrattee, et aI., 2005).
Begitu pula halnya dengan tekelan yang diketahui memiliki berbagai kandungan senyawa
kimia, terutama senyawa fenol.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun C. odorata memiliki
beragam aktivitas biologis mulai dati penghambatan pertumbuhan beberapa bakteri

(Pseudomonas aeruginosa, Escerichia coli, Staphylococcus aureus dan Neisseria
gonorrhea) (Alisi dan Onyeze, 2009; Irobi, 1997; Le, 1995; Akah, 1990; Bamba, et aI.,
1993; Irobi, 1992; Caceres, 1995), untuk meningkatkan homeostasis dan koagulasi darah
(Akah, 1990; Triaratana, et aI., 1991), antiinflamasi, astringent, diuretik dan aktivitas
hepatotropik (Iwu, 1993). PeneJitian Ikewuchi dan Ikewuchi (2011) menyebutkan bahwa
ekstrak air daun C. odorata dapat meningkatkan kadar high density lipoprotein yang
memiliki efek protektif terhadap penyakit jantung, obesitas dan diabetes melitus. Dekok
daun C. odorata juga telah digunakan secara tradisional oleh para wan ita yang mengalami
keguguran di Nigeria (Ogbe, et aI., 2009).
Ekstrak C. odorata telah terbukti mampu menstimulasi pembentukan jaringan
granulasi dan reepitelisasi luka yang telah terbukti secara klinis dan histoJogi. Pada uji in
vitro terhadap luka, disebutkan bahwa C. odorata dapat meningkatkan fibroblast dan
proliferasi (Le, 1995).
HasH-hasil penelitian di atas merupakan dasar penelitian tekelan sebagai
antidiabetes dan antigangren. Walaupun secara tradisional daunnya mampu mengatasi
diabetes dan menyembuhkan Juka, sampai saat ini belum ada penelitian ekstrak daun
tekelan terhadap penyakit diabetes melitus dan luka gangren akibat komplikasi diabetes
melitus.
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis degeneratif yang
disebabkan oleh adanya radikal bebas (Cheng, et aI., 2003). Penyakit diabetes diawali oleh
adanya defisiensi insulin, baik karena kegagalan sel j3-pankreas untuk menghasilkan
insulin dalam jumlah yang cukup dan/atau kegagalan insulin untuk bekerja pada jaringan
target (Triplitt, et aI., 2005). Selama ini pasien yang telah terdiagnosis diabetes, memiliki
fungsi pankreas yang tidak Jagi optimal menghasilkan insulin. Kerusakan pankreas itu
sendiri bisa disebabkan faktor pembentukan radikal oksigen atau oksidan (hidrogen
peroksida. supcroksida. radikal hidroksil).
Berdasarkan efek C odorata yang mampu menangkal radikal bebas dan mampu
mcnstimulasi pembentukan jaringan granuJasi dan proliferasi, maka diharapkan sel-sel 13

5

pankreas pada orang diabetes melitus dapat terlindungi dan kerusakan sel J3 pankreas yang
telah tetjadi dapat pulihfnormal.
Aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh ekstrak C. odorata di duga disebabkan
oleh kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalamnya. Kandungan flavonoid dan
aktivitas antioksidan yang terdapat pada tumbuhan C. odorata diharapkan mampu bekerja
sebagai antidiabetes. Dalam mekanisme penyembuhan penyakit diabetes, flavonoid diduga
berperan seeara signifikan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan mampu
meregenerasi sel-sel J3-pankreas yang rusak sehingga defisiensi insulin pada keadaan
diabetes dapat diatasi. Flavonoid yang terkandung di dalam tumbuhan diduga juga dapat
memperbaiki sensitifitas reseptor insulin. Sehingga adanya flavonoid dalam tekelan
memberikan efek ganda yang menguntungkan pada keadaan diabetes melitus yaitu
meregenerasi sel-sel J3-pankreas yang rusak dan memperbaiki sensitifitas reseptor insulin
(Abdelmoaty, et aI., 2010).
Adanya perbaikan sensitifitas reseptor insulin pada organ target seperti sel otot dan
sel adiposa dapat diketahui dengan metode imunohistokimia. Imunohistokimia merupakan
proses lokalisasi antigen pada jaringan dengan menggunakan antibodi berlabel sebagai
reagen spesifik melalui interaksi antigen-antibodi yang divisualisasikan oleh suatu marker
atau penanda seperti pewama fluorescent, enzim, elemen radioaktif ataupun emas koloid.
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan imunohistokimia yang menggunakan GLUT-4
sebagai antibodi (IHCWORLD, 2009).

2.4 Uji toksisitas non klinik

Sebelum diujikan pada manusia, obat herbal hams diuji keamanannya meJalui uji
toksisitas pada hewan uji yang dinamakan uji toksisitas non klinik. Uji toksisitas terse but
dapat dilakukan secara in vivo maupun in vitro. Pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas
seeara in vivo, menggunakan meneit dan tikus sebagai hewan percobaan, meJiputi uji
toksisitas akut dan sub kronik serta uji teratogenisitas oral. Uji yang diIakukan berdasarkan
pedoman yang diterbitkan oleh Badan POM RI. Data yang diperoleh dari uji toksisitas
dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut
bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya
demi keamanan man usia. Hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan secara mutlak untuk
membuktikan keamanan suatu bahan/sediaan pada manusia. namun dapat memberikan
petunjuk adanya toksisitas relatif dan membantu identiiikasi efek toksik bila

6

エ・セェ。、ゥ@

pemaparan pada man usia. Uji toksisitas terdiri dari uji toksisitas akut oral, toksisitas
subkronik oral, toksisitas kronik oral, teratogenisitas, sensitisasi kulit, iritasi mata, iritasi
akut dermal, iritasi mukosa vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas subkronik dermal.
Pemilihan uji tersebut tergantung dari tujuan penggunaan suatu zat dan kemungkinan
teIjadinya risiko akibat pemaparan pada manusia.
Uji toksisitas akut oral adaJah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang
muneul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji yang diberikan seeara oral
dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang diberikan dalam waktu 24 jam.
Uji toksisitas subkronik oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik
yang muneul setelah pemberian sediaan uji yang diberikan seeara oral pada hewan uji
selama sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan.
Uji teratogenisitas adalah suatu pengujian untuk memperoleh informasi adanya
abnormalitas fetus yang teIjadi karena pemberian sediaan uji selama masa pembentukan
organ fetus (masa organogenesis). Informasi tersebut meliputi abnormalitas bagian luar
fetus (morfologi), jaringan lunak serta kerangka fetus (Badan POM RI, 20 I 1).

7

BAB3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh ekstrak etanol tumbuhan
C. odorata yang terstandar dan berfungsi sebagai obat antidiabetes yang diketahui dosis

efektifnya serta mekanisme kerjanya terhadap pankreas. Selanjutnya membuat ekstrak
tersebut menjadi sediaan dalam bentuk gel dan bentuk kapsul yang terstandar, serta aman
untuk digunakan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah jenis dan jumlah obat untuk
mengatasi penyakit diabetes maupun komplikasi diabetes disertai luka gangren. Selain itu,
hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kualitas dan kuantitas bahan kuliah dalam
mata ajar Farmakologi dan Toksikologi, Farmakologi Molekuler serta Teknologi Sediaan
Semi Solid.

8

BAB4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tahun kedua. Pada tahun pertama telah
diperoleh infonnasi dosis efektif ekstrak etanol daun tekelan untuk menurunkan kadar
glukosa darah, efeknya terhadap pankreas dan dosis efektif untuk menyembuhkan luka
diabetes. Pada tahun kedua akan diuji efek toksik ekstrak etanol daun tekelan untuk
penggunaan oral dan formulasi ekstrak dalam sediaan kapsul. Selain itu akan dilakukan
optimasi sediaan gel yang diperoleh pada tahun pertama agar didapat gel yang lebih stabil
dan efektif. Uji toksisitas yang akan dilakukan yaitu uji toksisitas akut, subkronik dan
teratogen. Pada tahap ini akan diperoleh data keamanan ekstrak etanol daun tekelan serta
fonnula kapsul dan gel yang lebih baik.

3.1 Bahan dan Alat
Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak etanol daun tekelan dan gel yang
mengandung ekstrak etanol daun tekelan.
Bahan kimia yang digunakan adalah etanol, larutan bouin, metilen blue, pewama
alizarin, gliserol, NaCI 0,9%, metil paraben, propiI paraben, HPMC, karbopol, magnesium
aluminium silikat, gliserin, laktosa, magnesium stearnt, talkum, maltodextrin, amilum
manihot, Na-CMC.
Hewan yang digunakan adalah meneit Swiss Webster jantan dan tikus Wistar
betina yang diperoleh dari Sekolah Fannasi, Institut Teknlogi Bandung.

3.2 Prosedur PeneJitian
3.2.1 Ethical Clearance

Seluruh perJakuan terhadap hewan dan prosedur pengerjaan penelitian ini akan
dievaluasi oleh Komite Etik Hewan, Fakultas MJPA, Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Uji Toksisitas Oral
Toksisitas Akut
Metode yang digunakan adalah fIXed dose method. Meneit bctina dipuasakan 3-4
jam. kemudian dibagi menjadi 5 kelompok dosis yaitu 5, 50, 300. 2000 dan 5000 mg/kg

9

bb, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Selanjutnya diberikan sediaan oral
sesuai dosis yang ditentukan sebanyak 1 kali dan diamati gejala toksisitas selama 24 jam
pertama. Dilakukan pengamatan terhadap mencit selama 14 hari. Pengamatan yang
dilakukan termasuk pada kulit, bulu mata, membran mukosa, sistem pemafasan, sistem
saraf otonom, sistem saraf pusat, aktivitas somatomotor, tingkah laku (jalan mundur, jalan
menggunakan perut), berat badan, serta patologi.

Toksisitas Subkronik
Uji toksisitas sub kronik dilakukan selama 1 bulan. Terdiri dari 5 kelompok, yaitu 3
kelompok dosis uji (dosis rendah dosis 50 mg/kg bb, sedang dosis 500 mg/kg bb dan tinggi
1000 mg/kg bb), 1 kelompok kontrol dan 1 kelompok satelit (kelompok dosis tinggi).
Mencit diberikan ekstrak 6 hari dalam seminggu selama I bulan. Setiap hari ditimbang
berat hewan dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Setelah 1 bulan dilakukan pengamatan
kulit, bulu mata, membran mukosa, sistem pemafasan, sistem saraf otonom, sistem saraf
pusat, aktivitas somatomotor, tingkah laku (jalan mundur, jalan menggunakan perut), berat
badan, serta patologi. Pada kelompok sateHt, pengamatan dilanjutkan selama 14 hari
kemudian untuk mendeteksi proses penyembuhan kembali dari pengaruh toksik.
Seluruh hewan uji dibunuh, dilakukan pengamatan makroskopik, penimbangan
berat organ, dan dilakukan histopatologi organ.

Uji Teratogen
Uji teratogen dilakukan menggunakan tikus Wistar betina yang belum pemah
beranak (nulliparous). Tikus betina dikawinkan dengan tikus jantan. Hari pembuktian
terjadinya perkawinan ditetapkan sebagai awal kehamilan (hari ke-O), ditandai dengan
ditemukannya bercak sumbat vagina atau adanya sperma pada vagina yang dilihat secara
mikroskopik. Dilakukan pada 3 kelompok uji dan ] kelompok kontrol terdiri dari 10 ekor
induk hamil. Pengamatan kondisi hewan dilakukan setiap hari selama masa pengujian
terhadap berat badan, konsumsi makanan, adanya kematian, keadaan sekarat, perubahan
tingkah laku, dan gejala-gejala toksisitas (perubahan kuIit, buIu, mata dan Iapisan mukosa).
Pada hari ke-18. dilakukan pembedahan. Induk diperiksa secara makroskopik terhadap
adanya perubahan struktur dan patoiogis, dihitung corpora !uteanya. Uterus dipindahkan
dan isinya diperiksa. Pemeriksaan meliputi be rat badan dan jenis ke/amin fetus, adanya

10

malfonnasi (jenis, jumlah dan persentase) pada fetus hidup, kematian em brio (saat,
keadaan,jumlah dan persentase).
Dosis yang diuji adalah dosis 125,500 dan 1000 mglkg bb.

3.2.3 Optimasi Sediaan Gel
Sediaan gel daun tekf;lan yang telah diperoleh pada penelitian tahun pertama akan
dioptimasi untuk mendapatkan gel yang lebih stabil dan efek penyembuhan luka yang lebih
baik dari fonnula sebelumnya. Konsentrasi daun tekelan yang digunakan adalah 10%
karena berdasarkan penelitian fonnula ini yang efikasinya paling baik.

Tabel 3.1 Optimasi fonnula gel ekstrak daun C. odorata
Komposisi

Fonnula I

Fonnula II

Fonnula III

Bahan

Ekstrak daun

Ekstrak daun

Ekstrak daun

berkhasiat

C. odorata 10%

C. odorata 10%

C. odorata 10%

Pengawet

Metil paraben,

Metil paraben, propiJ

Metil paraben, propil

propil paraben

paraben

paraben

Gelling agent

Pelarut

Hidroksipropilmetil Karbopol

Magnesium aluminium

selulosa (HPMC)

silikat

Gliserin

Gliserin

Gliserin

3.2.5 Formulasi Ekstrak Dalam Sediaan Kapsul
Ekstrak etanol daun tekelan yang telah diuji toksisitasnya selanjutnya difonnulasi
dalam bentuk granul dalam sediaan kapsul cangkang keras.

Tabe13.2 Fonnulasi ekstrak etanol daun C. odorata daJam sediaan kapsul
Bahan

I
Ekstrak C. odorata
Na-CMC
Amilum manihot
Mucilago amilum manihot 10%
Maltodextrin
Nipagin
Talkum
Magnesium stearat
Laktosa

387,9
30,0

Formula
m
II
387,9

387,9

IV
387,9

25,0
qs

IJ

2,5
5,0

2,5
5,0

2,5
5,0

5,0

5,0

5,0

qs

qs

qs

50,0
2,5
5,0
5,0
qs

a. Cara pembuatan fonnula I: ke dalam lumpang dimasukkan bahan pengisi laktosa
sedikit demi sedikit, lalu ditambahkan ekstrak, nipagin,diaduk hingga homogen,
kemudian tambahkan Na-CMC yang telah dibuat mucilago dengan air panas, diaduk,
setelah terbentuk massa granul, kemudian diayak dengan mesh no 18, kemudian
dikeringkan di oven dengan suhu 40°C. Setelah terbentuk granul kering, diayak dengan
mesh no 20. Kemudian ditambahkan talk dan magnesium stearat, dicampur sampai
rata, dan dievaIuasi sifat fisik granul.

b. Cara pembuatan fonnula II: ke dalam Iumpang dimasukkan bahan pengisi laktosa
sedikit demi sedikit, lalu ditambahkan ekstrak yang sebeIumnya telah diserap dengan
amilum

manihot,

ditambahkan

nipagin,

diaduk

hingga

homogen,

kemudian

ditambahkan mucilago amilum, diaduk, setelah terbentuk massa granul, kemudian
diayak dengan mesh no 18, kemudian dikeringkan di oven dengan suhu 40°C. Setelah
terbentuk granul kering, diayak dengan mesh no 20. Kemudian ditambahkan talk dan
magnesium stearat, dicampur sampai rata, dan dilakukan evaIuasi sifat fisik granul.

c.

Cara pembuatan fonnula III: ke dalam lumpang dimasukkan bahan pengisi laktosa
sedikit demi sedikit, lalu tambahkan ekstrak, nipagin, diaduk hingga homogen, setelah
terbentuk mas sa granul, kemudian diayak dengan mesh no 18, kemudian dikeringkan
di oven dengan suhu 40°C. Setelah terbentuk granul kering diayak dengan mesh no 20.
Kemudian ditambahkan talk dan magnesium stearat, dicampur sampai rata, dan sifat
fisik granul dilakukan evaluasi.

d. Cara pembuatan fonnula IV: ekstrak dicampurkan dengan maltodextrin hingga
dihasilkan massa yang homogen. Kemudian ditambahkan laktosa dan nipagin
kemudian diayak dengan mesh no 18. Selanjutnya dikeringkan di oven pada suhu 40°C.
Setelah terbentuk granul kering, diayak dengan mesh no. 20, kemudian ditambahkan
talk dan magnesium stearat, dicampur sampai rata. Sifat fisik granul dievaluasi.

Evaloasi motu fisik granol

Evaluasi mutu ftsik granul dilakukan dengan: uji kecepatan alir dan sudut diam,
serta indeks tap.

12

Uji kecepatan alir dan sudut diam granul dilakukan dengan eara memasukkan
100 gram granul ke dalam eorong yang ditutup bagian bawahnya. Keeepatan alir
ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh serbuk mengalir keluar sampai
habis. Sudut diam dapat ditentukan dengan rumus pada persamaan berikut:
S/I,llI! dtam O'l!; イセNQ@

= tinggi Kl'I1t('tlt r hi (0/1)

jan j,tn' IJ:J (('Jill

Suatu granulat dikatakan bersifat mengalir baik (free flowing) apabila sudut diamnya

a = 20" - 40° (Wells, 1988).
Indeks tap adalah uji untuk mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau
granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer
yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur ke atas dan ke bawah.
Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20% (Cartensen, 1977).

Uji mutu fisik kapsul
Uji mutu fisik kapsul meliputi uji keseragaman bobot dan waktu haneur kapsul. Uji
keseragaman hobot kapsul mengikuti ketentuan yang ada pada Farmakope Indonesia III
(Anonim, 1979). Uji waktu hancur kapsul dilakukan dengan eara yang tercantum pada
Farmakope Indonesia IV (Anonim, 1995). Waktu haneur kapsul tidak lebih dari 15 menit
(Anonim, ] 979).

3.3 Indikator Keberbasilan Penelitian
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah :
Diperoleh informasi dosis ekstrak etanol C. odorata yang aman digunakan pada
penggunaan tunggal (1 kali pakai)
Diperoleh informasi dosis ekstrak etanol C. odorata yang aman digunakan pada
penggunaan kronik (3 bulan)
Diperoleh informasi dosis ekstrak etanol C. odorata yang aman digunakan pada saat
kehamilan
Diperoleh formula ekstrak etanol daun C. odorata dalam kapsul
Diperolch formula gel C. odorata yang stabil dan efektif

13

3.4 Analisis Data

Data hasil pengamatan kematian, berat badan, jumlah makanan yang dikonsumsi,
hobot organ relatif dianalisis secara statistik dengan uji Kolmogorov - Smimov untuk
mengetahui distribusi data dan dilanjutkan menggunakan uji One Way Anova
menggunakan software SPSS 19. Data kelompok pengujian akan dibandingkan dengan
kelompok kontrol normal dengan tingkat kepercayaan 95%. Data tingkah laku,
makropatologi, serta histopatologi dibandingkan secara langsung terhadap kelompok
normal.
Pendekatan teoritis dilakukan untuk evaluasi mutu fisik granul dan kapsuI dengan
mengacu pada persyaratan yang sudah ada pada literatur.

3.5 Peta Jalan Penelitian
Tabun
Ke

2

Luaran

Rencana Kerja

Data Keamanan
Ekstrak Etanol
Daun Tekelan

Uji Toksisitas Ekstrak:
Akut, Subkronis, Teratogen

セ@
Formula kapsul
dan gel yang
optimal
Mekanisme keIja
EEDT di pankreas

I

..

_.

セ⦅l@

._

Uji Aktivitas

[

I

i

Uji Efek Antidiabetes
Metode Induksi Aloksan

II

'---4f

Ekstrak Etanol Daun Tekelan

セ@

>

[

1i
Simplisia Daun Tekelan

1

[

)

.A.

1r

]

Tanaman Tckclan
-------

I

I

Formulasi Sediaan
Gel

[

I

Uji aktivitas penurunan glukosa
darah dan perbaikan sel セ@ dengan
oewarnaaan Gomori

II

[
----.-.---

Cfonnulasi
kapsuJ
HUH

j

{ Penyembuhan Luka

Sediaan Gel

Optimasi produk
gel dan

II

Dosis Efektif Gel

Ekstrak Etanol
Daun Tekelan
Standard dan
Karaktetistik
Ekstrak

[

Ekstrak Etanol Daun
[
Tekelan

------ - -

14

.-

- ----- ----------セMN@

>

Skrining
fitokimia,
Karakterisasi
dan Standarisasi
Simplisia dan
Ekstrak
---- .

_.l

3.6 Bagan Alir Penelitian

Ekstrak Etanol Daun C. odorata

t---Ekstrak Bagian I

..

Ekstrak Bagian II
Uji Toksi sitas Oral

Optimasi
sediaan gel

I

I
Toksisita,
Akut

Toksisitas
Subkronik

I

Teratogen

Gel yang stabil dan
efektif menyembuhkan
luka

I
Data keamanan ekstrak
untuk digunakan secara
oral

セ@ セ@

C/O

i"c·

セ@ ヲjセZ@
Lセ@
IT,
;"Zl

,P

' セ@
f, :::-J
IセMN@

セ@



15

Kapsul ekstrak daun C.
odorata yang stabil dan
berkhasiat

F{)rmulasi
sediaan kapsul

BABS
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Uji toksisitas akut oral
Uji toksisitas akut dilakukan dengan pemberian ekstrak secara oral satu kali selama
24 jam. Pengamatan dilakukan selama 14 hari, meliputi berat badan, jumlah makanan dan
minuman yang dikonsumsi, indeks relatif organ hati, jantung dan ginjal, kematian,
histologi organ dan tingkah laku.

Tabe1S.1 Data berat badan hewan uji setelah pemberian ekstrak etanol daun C. odorata
pada uji toksisitas akut oral
Kelompok

Berat badan (gram) ± SD
Hari ke-O
Hari ke-8
Hari ke-14
24,36±1,17
26,47±1,36
27,80±2,74
26,03±0,33
26,83±O,12
26, 70±0, 72
25,33±4,24
24,50±4,09
24,00±4,85
23,67±1,13
26,57±0,64
26,03±1,01
22,95±1,43
25,23±2,37
24,93±3,18
28,93±O,40
30,77±1,29
29,50±0,62

Normal
EEDT 5 mglkg bb
EEDT 50 mg/kg bb
EEDT 300 mglkg bb
EEDT 2000 mg/kg bb
EEDT 5000 mglkg bb

TabelS.2 Datajumlah makanan yang dikonsumsi hewan uji setelah pemberian ekstrak
etanol daun C. odorata pada uji toksisitas akut oral
Kelompok

JumJab makanan (gram) ± SD
Hari ke-l
Hari ke-8
Hari ke-14
2,39±0,75
1,62±0,63
0,87± 1,11
1,36±0,94
1,27±O,34
0,78±O,70
1,74±0,78
1,29±0,62
1,24±0,76
2,93±0,23
1,88±O,50
1,23±0,) 4
2,96±0,36
J,47±0,71
0,93±O,62
2,42±1,32
1,47±O,24
1,20±0,46

Normal
EEDT 5 mg/kg bb
EEDT 50 mg/kg bb
EEDT 300 mg/kg bb
EEDT 2000 mg/kg bb
EEDT 5000 mglkg bb

16

Tabel 5.3 Data jumlah minuman yang dikonsumsi hewan uji seteIah pemberian ekstrak
etanol daun C. odorata pada uji toksisitas akut oral
Kelompok

Jumlah minuman (mL) ± SD
Hari ke-l
Hari ke-8
Hari ke-14
4,67±1,97
5,75±2,22
5,67±I,15
3,17±1,26
5,67±1,15
3,33±O,58
6,00±I,73
5,67±1,15
3,33±I,15
6,17±1,44
5,33±1,15
2,50±1,50
3,67±1,61
5,50±0,50
4,33±I,I5
5,00±1,00
1O,00±6,24
3,00±1,00

Normal
EEDT 5 mg/kg bb
EEDT 50 mglkg bb
EEDT 300 mg/kg bb
EEDT 2000 mglkg bb
EEDT 5000 mg/kg bb

Tabel5.4 Data indeks organ relatifhewan uji setelah pemberian ekstrak etanol daun C.
odorata pada uji toksisitas akut oral
Kelompok

Indeks relatif organ (gram) ± SD
Jantung
Ginjal
Ginjal
Kanan
Kiri
6,33±0,37 0, 55±0,02 0,62±0,03 0,62±0,04
5,61±O,45 0,65±0,I6 0,70±0,07 0,68±0,04
4,97±0,55 0,49±0,03 0,65±0,06 0,64±0,02
5,O6±O,50 0,51±O,09 0,61±O,04 0,61±0,01
4,60±0,80 0,53±0,16 0,6I±O,20 0,59±0,17
5,33±O,35 O,60±0,1O 0,62±O,1O 0,60±0,03
Hati

Normal
EEDT 5 mg/kg bb
EEDT 50 mg/kg bb
EEDT 300 mg/kg bb
EEDT 2000 mglkg bb
EEDT 5000 mglkg bb

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 14 hari, maka tidak ditemukan
adanya kematian pada hewan uji pada semua kelompok dosis. Hal ini menandakan bahwa
ekstrak yang digunakan relatif aman dan dapat direkomendasikan untuk dapat digunakan
pada man usia.

17

セ@ L[\セ^ZN@

·

:::::.

Dosis 5 mglkg bb
irisan jaringan memperlihatkan selsel yang normal pada ginjal

Dosis 50 mglkg bb
irisan jaringan ginjal
memperlihatkan adanya piknosis
pada inti sel dan dilatasi pada
tubulus

Dosis 300 mglkg bb
irisan jaringan ginjal
memperlihatkan adanya inti sel yang
normal, adanya kerusakan pada
glomerulus dan dilatasi pada tubulus

Dosis 2000 mglkg bb
irisan jaringanginjal
memperlihatkan adanya piknosis
pada inti sel dan dilatasi tubulus

Dosis 5000 mglkg bb
irisan jaringan ginjal
memperlihatkan adanya kerusakan
pada glomerulus, dilatasi tubulus dan
piknosis pada inti sel

Kontrol normal
irisan jaringan ginjal
memperlihatkan glomerulus yang
normal dan dilatasi pada tubulus

(;ambar 5.] Histologi organ ginjaJ pada hewan uji yang diberikan sediaan ekstrak etanol
daun C odorala pada uji toksisitas akut oral

18

Dosis 5 mg/kg bb vena sentralis
normal, heptosit normal, teIjadi
lesi dan dilatasi sinusoid

Dosis 50 mg/kg bb kerusakan
vena sentralis, beberapa hepatosit
mengalami piknosis, sinusoid
normal

Dosis 300 mglkg bb
kongesti vena sentralis, beberapa
hepatosit mengalami piknosis,
teJjadi lesi dan dilatasi sinusoid

Dosis 5000 mg/kg bb
kongesti vena sentralis, beberapa
hepatosit mengalami piknosis,
dilatasi sinusoid

Kontrol Normal
kerusakan vena sentralis, beberapa
hepatosit mengalami piknosis,
degenerasi hidropik (+), sinusoid
tidak teratur

Gambar 5.2 Histologi organ hati pada hewW} \Jjj yang 、ゥ「セイjアュ@
ウセ、ゥ。キQ@
daun C odorata pada uji toksisitas akut oral

19

・ォウエイセ@

etanol

Dosis 50 mglkg bb
irisan jaringan otot jantung
memperlihatkan peregangan pada
jaringan, inti sel yang piknosis,
tidak teratur dan tidak terbungkus
sitoplasma

Dosis 5 mglkg bb

Irisan jaringan otot jantung
memperlihatkan peregangan pada
jaringan dan inti sel yang piknosis

, • I

Y,·'·

Bセ@

'" H· .

'.1 y..

.•;." .. ", .'.
.>

I セ@

,

,: ',.!,.••• ,

セG@ セ@

GLBNセ@ セNG@

_

".""

"'f:.. ' セB@ "'' ','"

: ' , ,'. GLNセ@

• '. \'t",

.':'"

'"T

セNB@

';,t,.,

i.,':'

•.

QセゥOiG[HBZ@イ .."'Jr:

f',. セN@

" :1.,

'I

.

,

Dosis 2000 mglkg bb
irisan jaringan otot jantung
memperlihatkan peregangan pada
jaringa, inti sel yang piknosis

Dosis 300 mglkg bb
irisan jaringan otot jantung
memperlihatkan peregangan pada
jaringa, inti sel yang nekrosis dan
tidak terbungkus sitoplasma

':-.,

!r '" •

,

'\\

'

.\':'

..... " '

Kontrol normal
irisan jaringan otot jantung
memperlihatkan peregangan pada
jaringan, inti sel yang piknosis dan
tidak terbungkus sitoplasma

Dosis 5000 mglkg bb
irisan jaringan otot jantung
memperlihatkan peregangan pada
jaringan dan inti sel yang piknosis

Gambar 5.3 Histologi organjantung pada hewan uji yang diberikan sediaan ekstrak etanol
daun C. odorata pada uji toksisitas akut oral

20

Tabel 5.6 Pengamatan terhadap hewan uji setelah pemberian ekstrak etanol daun C. odorata
AMᄋセiゥ@

k・ャッセM

Kulit

i

Bulu

Membran
mukosa

Sistem
pemafasan

Sistem
sarafpusat

Jalan
mundur

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

pok
i
;---j--+---f--l-

!

I

I

LfI
1i
TIll-:
TV ! Agak

ilセMN⦅
I

7

VJ I I
I'

...l--

jイセN@
NMセ^エ⦅Kャェ

III
IV

-

-

14

i

I
II

L

III
TV

I

l

1...-------

I セj@

Lemas

Tremor

Garukgaruk

Mata

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

I

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

- - - - - -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

'-

-

-

-

-

-

-

__:. ]セMᄋ
I

+----

I

Salivasi

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

_

_

_

_

_

_

_

-

-

_

-

-

_

-

-

_

-

-

_

-

-

I

-

-

_

-

:

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

!

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

i

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

!

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

=8----.,
VI-+ セNM@

Diare

kasar

I

y-T - : Agak
I
i kasar

i

Jalan
menggunakan
perut

MセGK⦅エイ

1"-

1 '

1 1

-

I

.\..1-\ -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Keterangan: I: Kelompok dosis 5 mg/kg bb; II: dosis 50 mglkg bb; III: dosis 2000 mg/kg bb; IV: dosis 5000 mg/kg bb; VI: CMC-Na (kontroI
normal)

21

-

5.2 Uji toksisitas sub kronik oral
Uji toksisitas sub kronik dilakukan dengan cara pernberian ekstrak setiap hari
selama satu bulan dan dilakukan pengamatan setiap hari terhadap berat badan, jurnlah
rnakanan dan minurnan yang dikonsurnsi, tingkah laku, indeks relatif organ, jurnlah
kernatian, dan histologi jaringan.

Tabe15.7 Data berat badan hewan uji setelah pernberian ekstrak uji pada uji toksisitas sub
kronik oral selarna 30 hari
Kelornpok
Normal
EEDT 50 mglkg bb
EEDT 500 rnglkg bb
EEDT 1000 rnglkg bb
Satelit EEDPT 1000 mg/kg bb
Satelit Normal

Berat badan
Hari ke-7
Hari ke-14
25,93±2,49 25,70±O,92
37,37±1,53 34,63±O,50
25, 13±2,63 26, 17±5,30
26,63±4,20 27,53±6,71
27,40±2,32 26,53±5,75
24,87±2,48 26,6O±2,70

(gram) ± SD
Hari ke-21
26,13±O,68
35,1±1,80
27,57±5,43
23,93±2,21
24,47±3,51
27,33±2,94

Hari ke-28
27,07±1,27
35,23±2,51
27,9±4,26
23,8±3,63
22,87±6,73
26,73±2,32

Berdasarkan data berat badan terlihat bahwa, pernberian ekstrak etanol daun tekelan
setelah hari ke-7 sampai hari ke-28, tidak teljadi perbedaan yang signifikan bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p>O,05). Berdasarkan data ini, dapat
diambil kesimpulan bahwa pemberian ekstrak tersebut tidak mempengaruhi berat badan
hewan uji. Walaupun bila dibandingkan berat badan awal hewan uji di hari ke-7 dan hari
ke-14 terdapat penurunan berat badan, namun penurunan ini juga tidak bermakna.
Pada kelompok satelit, setelah pemberian ekstrak dihentikan pada hari ke-28,
hewan dibiarkan tetap hidup sampai 14 hari untuk me]ihat kemungkinan adanya etek yang
timbul di kernudian hari atau efek-efek sarnping yang reversible. Berdasarkan pengamatan
terlihat bahwa berat badan pada hari ke-35 dan ke-42 untuk kelompok satelit EEDPT ]000
rnglkg bb adalah 27,20±2,12 g dan 27,85±1,91 g dan kontrol normal adalah 29,53±2,12 g
dan 29,73±1,89 g. Hal ini menjawab pertanyaan adanya penurunan berat badan pada
kelompok uji yang diberikan ekstrak etanol daun teke]an. Temyata efek ini dapat pulih
setelah pemberian ekstrak dihentikan selama 2 minggu.

22

Tabel 5.8 Data jumlah makanan yang dikonsumsi hewan uji setelah pemberian ekstrak
etanol daun C. odorata pada uji toksisitas sub kronik oral
Jumlah makanan (gram) ± SD

Kelompok
Normal
EEDT 50 mg/kg bb
EEDT 500 mg/kg bb
EEDT 1000 mg/kg bb
EEDT 1000 mg/kg bb sateHt
Normal satelit

Hari ke-7
1,38±0,89
3,89±0,57
2,25±0,60
2,33±0,57
3,75±1,58
3,02±O,48

Hari ke-14
0,59±O,49
1,52±O,57
1,99±4,33
1,23±O,75
2,76±2,18
3,32±O,51

Hari ke-21
3,94±1,21
4,35±5,67
3,73±0,89
2,45±0,58
2,94±2,09
4,27±O,90

Hari ke-28
4,24±0,55
2,90±2,55
3,37±0,52
2,30±1,43
1,95±1,52
2,87±0,81

Pada kelompok satelit, setelah pemberian ekstrak dihentikan pada hari ke-28,
hewan dibiarkan tetap hidup sampai 14 hari untuk melihat kemungkinan adanya efek yang
timbuJ di kemudian hari atau efek-efek samping yang reversible. Berdasarkan pengamatan
terlihat bahwa makanan yang dikonsumsi pada hari ke-35 dan ke-42 untuk kelompok
satelit EEDPT 1000 mg/kg bb adaJah 2,95±0,45 g dan 3,57±0,96 g dan kontrol normal
adalah 3,46±0,53 g dan 4,35±0,19 g.

Tabel 5.9 Data jumlah minuman yang dikonsumsi hewan uji setelah pemberian ekstrak
etanol daun C. odorata pada uji toksisitas sub kronik oral
Jumlah minuman (mL) ± SD

Kelompok
Normal
EEDT 50 mg/kg bb
EEDT 500 mg/kg bb
EEDT 1000 mg/kg bb
EEDT 1000 mg/kg bb satelit
Normal satelit

Hari ke-7
2,00±1,00
4,33±3,06
3,33±0,58
2,67±1,15
3,67±1,15
3,00±1,00

Hari ke-14
2,00±0,00
2,67±O,58
4,33±1,53
3,33±1,15
4,33±2,89
6,67±1,53

Hari ke-21
5,33±4,04
5,67±0,58
4,OO±l,OO
4,33±2,3J
3,00±2,65
4,67±0,58

Hari ke-28
4,00±1,OO
3,67±3,51
5,OO±l,OO
3,00±2,OO
2,00± 1,41
4,00±1,73

Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa minuman yang dikonsumsi pada hari ke-35
dan ke-42 untuk kelompok satelit EEDPT 1000 mg/kg bb adalah 5,50±0,71 mL dan
4,50±0,71 mL dan kontrol normal adalah 5,00±1,00 mL dan 5,33±0,58 mL.
Parameter selanjutnya adalah indeks relatif organ dari hewan uji setelah pemberian
sediaan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.10.

23

Tabel 5.10 Indeks relatif organ hewan uji
Kelompok

Normal
EEDT 50 mg/kg bb
EEDT 500 mg/kg bb
EEDT 1000 mg/kg bb
Satelit EEDPT 1000 mg/kg bb
Satelit Normal

Ginjal
Kanan
0, 64±O,13
0,57±0,22
0,58±0,05
0,61±O,03
0,64±0,05

Indeks relatif organ (%) ± SD
Ginjal Kiri
Hati
Jantung
0, 62±0,12
0,70±0,08
0,55±0,07
0,61±0,02

6,82±2,96
5,92±1,58
5,45±1,54
7, 19±2,55

0,55±0,12
0,57±0,14
0,39±0,07
0,52±0,07

0,61±0,03

5,18±1,01

0,54±0,08

Berdasarkan data indeks relatif organ, terlihat bahwa

イ。エセ@

berat relatif organ

hampir sama dan tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal
(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian sediaan uji dalam jangka panjang tidak
mempengaruhi fisiologis organ.
Parameter selanjutnya adalah kematian hewan uji. Berdasarkan pengamatan
diperoJeh bahwa, hewan yang diherikan ekstrak etanol daun tekelan dosis 1000 mglkg bb
satelit, 2 ekor mengalami kematian,

「・イエオセ@

pada hari ke 23 dan 28. Selain itu, hewan

pada kelompok dosis 50 mglkg bb mengalami kematian 1 ekor pada hari ke-28. Hewan
yang mendapatkan dosis 1000 mglkg bb, 1 ekor mengalami pemhengkakan di bagian leher
mulai hari ke-18 sampai hari ke-2