Perbandingan Efektivitas Mebendazole dan Levamisole sebagai Terapi Tunggal atau Kombinasi pada Soil-Transmitted Helminthiasis
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus, yang sebagian besar
menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Nematoda usus
yang ditularkan melalui tanah disebut soil-transmitted helminthiasis (STH)
dan yang terpenting adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
Ancylostoma duodenale, dan Trichuris trichiura.1
World Health Organization (WHO) pada 1999 memperkirakan lebih
dari 40% penyakit tropis selain malaria disebabkan oleh infeksi cacing.2
Sebanyak 4.5 milyar orang di seluruh dunia diduga terinfeksi STH, 1.2 milyar
terinfeksi A. lumbricoides, 800 juta oleh T. trichiura, dan lebih dari 700 juta
oleh A. duodenale dan N. americanus.3 Di negara sedang berkembang
infeksi cacing usus merupakan infeksi kronik yang paling banyak menyerang
anak balita dan anak usia sekolah dasar.4
Faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi STH adalah higiene,
sanitasi,
tingkat
sosial ekonomi,
tingkat
pendidikan dan perbedaan
ekosistem.4,5 Di Indonesia, prevalensi kecacingan masih tinggi antara 60%
sampai 90% tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan.4 Di Sumatera
Utara pada tahun 1995, prevalensi STH berkisar antara 57% sampai 90%.5
Infeksi karena STH dapat menyebabkan morbiditas, malnutrisi, anemia
defisiensi besi, pertumbuhan yang terhambat, dan kurangnya kemampuan
17
Universitas Sumatera Utara
kognitif.6 Hubungan antara infeksi kecacingan dengan pencapaian edukasi
telah lama diteliti. Salah satunya penelitian di Indonesia, menyebutkan bahwa
kontribusinya dalam mempengaruhi fungsi kognitif dan pencapaian edukasi
ditunjukkan dengan adanya hubungan antara anemia defisiensi besi dan
malnutrisi.7
Empat
obat
antelmintik
yang
direkomendasikan
WHO
dalam
penanganan infeksi STH, yaitu mebendazole, albendazole, levamisole, dan
pyrantel pamoate, yang semuanya diberikan dosis tunggal.3,8,9 Salah satu
obat pilihan untuk infeksi T. trichiura dan A. lumbricoides adalah
mebendazole. Dosis yang direkomendasikan adalah 500 mg dosis tunggal.
Levamisole juga memberikan hasil yang baik, walaupun efektivitasnya lebih
rendah dibanding dengan mebendazole untuk infeksi T. trichiura dan N.
americanus.8,10
Mebendazole
menyebabkan
kerusakan
struktur
subselular,
menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing dan menghambat ambilan
glukosa secara ireversibel sehingga terjadi pengosongan glikogen dan cacing
akan mati secara perlahan-lahan. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik
yang rendah, disebabkan absorbsinya yang buruk.11
Levamisole dosis tunggal 2.5 mg/kgBB memperlihatkan efektivitas
yang tinggi (angka kesembuhan sampai 91.5%) terhadap A. lumbricoides,
efektivitas sedang terhadap A. duodenale dan efektivitas rendah terhadap N.
americanus.11
Obat
ini
meningkatkan
frekuensi
aksi
potensial
dan
menghambat transmisi neuromuskular cacing, sehingga cacing berkontraksi
Universitas Sumatera Utara
diikuti dengan paralisis tonik, kemudian mati. Pada pemberian oral,
levamisole diserap dengan cepat dan lengkap.3,10,12
1.2 . Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ingin diketahui apakah
pemberian kombinasi mebendazole 500 mg dan levamisole 2.5 mg/kgBB
lebih efektif mengatasi infeksi STH jika dibandingkan dengan pemberian
mebendazole dan levamisole sebagai terapi tunggal?
1.3 . Hipotesis
Pemberian kombinasi mebendazole 500 mg dan levamisole 2.5 mg/kgBB
lebih efektif mengatasi infeksi STH dibandingkan dengan pemberian
mebendazole 500 mg dan levamisole 2.5 mg/kgBB sebagai terapi tunggal.
1.4 . Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas
pemberian mebendazole 500 mg dan levamisole 2.5 mg/kgBB sebagai
terapi kombinasi dan tunggal pada infeksi STH.
1.4.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui angka kesembuhan dan penurunan jumlah telur
pada infeksi STH dengan pemberian mebendazole dan levamisole
19
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui prevalensi infeksi STH pada anak usia sekolah
di lokasi penelitian.
1.5 . Manfaat Penelitian
1. Untuk mendapatkan regimen antelmintik yang paling efektif untuk
mengatasi infeksi karena STH
2. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi ilmiah
dalam penanganan infeksi karena STH dan akan bermanfaat untuk
meningkatkkan upaya peningkatan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan anak di usia sekolah.
Universitas Sumatera Utara
1.1 . Latar Belakang
Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus, yang sebagian besar
menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Nematoda usus
yang ditularkan melalui tanah disebut soil-transmitted helminthiasis (STH)
dan yang terpenting adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
Ancylostoma duodenale, dan Trichuris trichiura.1
World Health Organization (WHO) pada 1999 memperkirakan lebih
dari 40% penyakit tropis selain malaria disebabkan oleh infeksi cacing.2
Sebanyak 4.5 milyar orang di seluruh dunia diduga terinfeksi STH, 1.2 milyar
terinfeksi A. lumbricoides, 800 juta oleh T. trichiura, dan lebih dari 700 juta
oleh A. duodenale dan N. americanus.3 Di negara sedang berkembang
infeksi cacing usus merupakan infeksi kronik yang paling banyak menyerang
anak balita dan anak usia sekolah dasar.4
Faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi STH adalah higiene,
sanitasi,
tingkat
sosial ekonomi,
tingkat
pendidikan dan perbedaan
ekosistem.4,5 Di Indonesia, prevalensi kecacingan masih tinggi antara 60%
sampai 90% tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan.4 Di Sumatera
Utara pada tahun 1995, prevalensi STH berkisar antara 57% sampai 90%.5
Infeksi karena STH dapat menyebabkan morbiditas, malnutrisi, anemia
defisiensi besi, pertumbuhan yang terhambat, dan kurangnya kemampuan
17
Universitas Sumatera Utara
kognitif.6 Hubungan antara infeksi kecacingan dengan pencapaian edukasi
telah lama diteliti. Salah satunya penelitian di Indonesia, menyebutkan bahwa
kontribusinya dalam mempengaruhi fungsi kognitif dan pencapaian edukasi
ditunjukkan dengan adanya hubungan antara anemia defisiensi besi dan
malnutrisi.7
Empat
obat
antelmintik
yang
direkomendasikan
WHO
dalam
penanganan infeksi STH, yaitu mebendazole, albendazole, levamisole, dan
pyrantel pamoate, yang semuanya diberikan dosis tunggal.3,8,9 Salah satu
obat pilihan untuk infeksi T. trichiura dan A. lumbricoides adalah
mebendazole. Dosis yang direkomendasikan adalah 500 mg dosis tunggal.
Levamisole juga memberikan hasil yang baik, walaupun efektivitasnya lebih
rendah dibanding dengan mebendazole untuk infeksi T. trichiura dan N.
americanus.8,10
Mebendazole
menyebabkan
kerusakan
struktur
subselular,
menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing dan menghambat ambilan
glukosa secara ireversibel sehingga terjadi pengosongan glikogen dan cacing
akan mati secara perlahan-lahan. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik
yang rendah, disebabkan absorbsinya yang buruk.11
Levamisole dosis tunggal 2.5 mg/kgBB memperlihatkan efektivitas
yang tinggi (angka kesembuhan sampai 91.5%) terhadap A. lumbricoides,
efektivitas sedang terhadap A. duodenale dan efektivitas rendah terhadap N.
americanus.11
Obat
ini
meningkatkan
frekuensi
aksi
potensial
dan
menghambat transmisi neuromuskular cacing, sehingga cacing berkontraksi
Universitas Sumatera Utara
diikuti dengan paralisis tonik, kemudian mati. Pada pemberian oral,
levamisole diserap dengan cepat dan lengkap.3,10,12
1.2 . Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ingin diketahui apakah
pemberian kombinasi mebendazole 500 mg dan levamisole 2.5 mg/kgBB
lebih efektif mengatasi infeksi STH jika dibandingkan dengan pemberian
mebendazole dan levamisole sebagai terapi tunggal?
1.3 . Hipotesis
Pemberian kombinasi mebendazole 500 mg dan levamisole 2.5 mg/kgBB
lebih efektif mengatasi infeksi STH dibandingkan dengan pemberian
mebendazole 500 mg dan levamisole 2.5 mg/kgBB sebagai terapi tunggal.
1.4 . Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas
pemberian mebendazole 500 mg dan levamisole 2.5 mg/kgBB sebagai
terapi kombinasi dan tunggal pada infeksi STH.
1.4.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui angka kesembuhan dan penurunan jumlah telur
pada infeksi STH dengan pemberian mebendazole dan levamisole
19
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui prevalensi infeksi STH pada anak usia sekolah
di lokasi penelitian.
1.5 . Manfaat Penelitian
1. Untuk mendapatkan regimen antelmintik yang paling efektif untuk
mengatasi infeksi karena STH
2. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi ilmiah
dalam penanganan infeksi karena STH dan akan bermanfaat untuk
meningkatkkan upaya peningkatan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan anak di usia sekolah.
Universitas Sumatera Utara