Kajian Perilaku dan Interaksi Pemain Game Online Dota dalam Server Dota Medan Community

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Perilaku Sosial
Pendekatan behaviorisme dalam ilmu sosial sudah dikenal sejak lama, khususnya
psikologi.Kebangkitannya di seluruh cabang ilmu sosial di zaman modern, ditemukan dalam
karya B.F. Skinner, yang sekaligus pengemuka paradigma ini.Melalui karyanya itu Skinner
mencoba

menerjemahkan

prinsip-prinsip

psikologi

aliran

behaviorisme

kedalam


sosiologi.Setiap teori, gagasan, dan praktek yang dilakukannya telah memegang peranan
penting dalam pengembangan sosiologi behavior.Skinner melihat kedua paradigma fakta
sosial dan definisi sosial sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam arti mengandung
sesuatu persoalan yang bersifat teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional.Kritik
Skinner ini tertuju kepada masalah yang substansial dari kedua paradigma itu, yakni
eksistensi obyek studinya sendiri. Menurut Skinner, kedua paradigma itu membangun obyek
studi berupa sesuatu yang bersifat mistik. (Ritzer, 2013: 69)
Dalam bukunya Beyond Freedom and Dignity, Skinner (dalam Ritzer, 2013: 69-70)
menyerang langsung paradigma definisi sosial dan secara tak langsung juga terhadap
paradigma fakta sosial.Konsep yang didefinisikan oleh paradigma fakta sosial dinilainya
mengandung ide yang bersifat tradisional khususnya mengenai nilai-nilai sosial. Menurutnya
pengertian kultur yang diciptakan itu tak perlu disertai dengan unsure mistik seperti ide dan
nilai sosial itu. Alasannya karena orang tidak dapat melihat secara nyata ide dan nilai-nilai
dalam mempelajari masyarakat. Yang jelas terlihat adalah bagimana manusia hidup,
memelihara anaknya, cara berpakaian, mengatur kehidupan bersamanya dan sebagainya
seperti yang tercermin dalam uraian berikut.
Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara
individu dan lingkungannya.
Lingkungan itu terdiri atas:

a)

Bermacam-macam obyek sosial

b) Bermacam-macam obyek non sosial
Prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan obyek sosial adalah sama
dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan obyek non sosial. Penganut
paradigma ini memusatkan perhatian kepada proses interaksi. Tetapi secara konseptual
berbeda dengan paradigma definisi sosial.Bagi paradigma definisi sosial, aktor adalah

Universitas Sumatera Utara

dinamis dan mempunyai kekuatan kreatif di dalam interaksi.Aktor tidak hanya sekedar
penanggap pasif terhadap stimulus tetapi menginterpretasikan stimulus yang diterimanya
menurut caranya mendefinisikan stimulus yang diterimanya itu.Bagi paradigma perilaku
sosial individu kurang sekali memiliki kebebasan.
Perbedaan pandangan antara paradigma perilaku sosial ini dengan paradigma fakta
sosial terletak pada sumber pengendalian tingkah laku individu.Bagi paradigma fakta sosial,
strutur makroskopik dan pranata-pranata yang mempengaruhi atau yang mengendalikan
tingkah laku inidividu, bagi paradigma perilaku sosial persoalannya lalu bergeser.Sampai

seberapa jauh faktor struktur hubungan individu dan terhadap kemungkinan perulangan
kembali persoalan ini yang dicoba di jawab oleh teori-teori paradigma prilaku sosial.
Ada dua teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial, sebagai berikut :
1) Teori Behavioral Sosiologi
Menurut Skinner (dalam Ritzer, 2013: 73) Teori ini dibangun dalam rangka
menerapkan prinsip psikologi perilaku kedalam sosiologi.Teori ini memusatkan perhatiannya
kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor
dengan tingkah laku aktor.Konsep dasar behavioral sosiologi yang menjadi pemahamannya
adalah “reinforcement” yang dapat diartikan sebagai ganjaran (reward) tidak ada sesuatu
yang melekat dalam obyek yang dapat menimbulkan ganjaran.Perulangan tingkahlaku tidak
dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.Perulangan dirumuskan
dalam pengertiannya terhadap aktor.
2) Teori Exchange
Tokoh utamanya adalah George Hofman (dalam Ritzer, 2013: 74-80).Teori ini
dibangun dengan maksud sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial.
Keseluruhan materi teori exchange itu secara garis besarnya dapat dikembalikan
kepada lima proposisi George Hofman berikut:
a. Jika tingkah laku atau kejadian yang sudah lewat dalam konteks stimulus dan situasi
tertentu memperoleh ganjaran, maka besar kemungkinan tingkah laku atau kejadian
yang mempunyai hubungan stimulus dan situasi yang sama akan terjadi atau

dilakukan. Proposisi ini menyangkut hubungan antara apa yang terjadi pada waktu
silam dengan yang terjadi pada waktu sekarang.
b. Menyangkut frekuensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau tingkah laku
tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama pada waktu sekarang.

Universitas Sumatera Utara

c. Memberikan arti atau nilai kepada tingkah laku yang diarahkan oleh orang lain
terhadap aktor. Semakin bernilai bagi seorang sesuatu tingkah laku orang lain yang
ditujukan kepadanya makin besar kemungkinan untuk mengulangi tingkah lakunya itu.
d. Semakin sering orang menerima ganjaran atas tindakannya dari orang lain, makin
berkurang nilai dari setiap tindakan yang dilakukan berikutnya
e. Semakin dirugikan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, makin besar
kemungkinan orang tersebut akan mengembangkan emosi. Misalnya marah.

Paradigma perilaku sosial dapat menggunakan metode yang dipergunakan oleh
paradigma yang lain seperti kuesioner, interview dan observasi. Namun demikian paradigma
ini tidak banyak mempergunakan metode experiment dalam penelitiannya.Keutamaan
metode eksperimen adalah memberikan kemungkinan terhadap peneliti untuk mengontrol
dengan ketat obyek dan kondisi disekitarnya.Metode ini memungkinkan pula untuk membuat

penilaian atau pengukuran dengan tingkat ketepatan yang tinggi terhadap efek dari
perubahan-perubahan tingkah laku aktor yang ditimbulkan dengan sengaja didalam
eksperimen itu.

2.2 Tindakan Sosial Max Weber
Tindakan sosial diartikan sebagai tindakan yang mempunyai makna atau arti
subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Ritzer, 2010: 38).Mead
memandang tindakan sebagai unit primitif. Dalam menganalisis tindakan, pendekatan Mead
hampir sama dengan pendekatan behavioris dan memusatkan perhatian pada rangsangan
(stimilus) dan tanggapan (response). Mead (dalam Ritzer, 2007: 274) mengatakan, bahwa
stimulus sebagai sebuah kesempatan atau peluang untuk bertindak, bukan sebagai paksaan
atau perintah.
Max Weber (dalam Ritzer,2004: 137)juga mengungkapkan mengenai teori
tindakan.Dalam teori tindakannya, Weber memfokuskan perhatian pada individu, pola dan
regularitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas.Tindakan dalam pengertian orientasi
perilaku yang dapat dipahami secara subyektif hanyahadir sebagai seorang atau beberapa
orang manusia individual. Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan
makna tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar, yaitu:
a.


Rasionalisasi sarana-tujuan, atau tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap
perilaku obyek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain

Universitas Sumatera Utara

b.

Rasionalitas nilai, atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran
akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang
terlepas dari prospek keberhasilannya

c.

Tindakan afektual, yaitu tindakan yang ditentukan oleh kondisi emosional aktor

d.

Tindakan tradisional, yaitu tindakan yang ditentukan oleh cara bertindak aktor
yang biasa dan telah lazim dilakukan


Perilaku sosial mungkin berorientasi pada masa lampau, atau perilaku pada masa
mendatang dari orang-orang lain. Weber menyatakan tidak setiap jenis perilaku merupakan
perilaku sosial. Sikap-sikap subyektif hanya merupakan perilaku sosial. Apabila berorientasi
keperilaku-perilaku pihak-pihak lain. Tidak setiap tipe hubungan antara manusia mempunyai
ciri sosial, namun hanya apabila perilaku pihak-pihak lain (Soekanto, 2010: 37). Perilaku
seseorang mungkin terpengaruh karena keanggotannya pada suatu kerumunan dan
kesadarannya akan keanggotannya tersebut.
Perilaku tidaklah terletak pada pencapain tujuan tertentu,akan tetapi pada keterlibatan
dalam perilaku tertentu demi perilaku itu. Perilaku rasional tergolong dalam jenis yang
berorientasi pada tujuan, apabila memperhitungkan tujuan, sarana, dan akibat-akibat
sekundernya.Perilaku itu hanya berorientasi pada tujuan sepanjang mengenai pemilihan
sarana (Soekanto, 2010: 40-41).
Suatu keragaman orientasi perilaku sosial aktual disebut kebiasaan, apabila
perwujudannya semata-mata didasarkan pada aktualitas perilaku yang diulang-ulang dalam
bentuk yang sama. Kalau suatu kebiasaan ditentukan oleh fakta bahwa perilaku semua pihak
terarah pada harapan- harapan identik, maka gejala itu disebut kebiasaan yang ditentukan
oleh situasi kepentingan diri para pribadi. Tidak semua persamaan pada proses perilaku sosial
didasarkan pada orientasi terhadap kaidah atau kebiasaan yang sah. Namun hal itu lebih
banyak didasarkan pada fakta bahwa suatu tipe perilaku sosial yang paling baik disesuaikan
dengan kepentingan para pihak yang terlibat sebagaimana hal itu dipersepsikan oleh mereka

(Soekanto, 2010: 42-43).

Universitas Sumatera Utara

2.3 Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh
individu dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu,
antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Menurut Robert T Hall
(dalam Setiadi, 2006:106).Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat
melalui dimensi ruang dan dimensi waktu.Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial
menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik.Selain
aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai waktu.Pada dimensi waktu ini
terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi.
Interaksi merupakan hal yang saling melakukan aksi, berhubungan atau saling
mempengaruhi.Interaksi adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling
mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dan kelompok dan antara
kelompok dengan kelompok.

2.3.1 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
1. Adanya kontak sosial

Kata kontak dalam bahasa Inggris “contact”, dari bahasa lain “con” atau “cum” yang
artinya bersama-sama dan “tangere” yang artinya menyentuh. Jadi kontak berarti
sama-sama menyentuh. Kontak sosial ini tidak selalu melalui interaksi atau hubungan
fisik, karena orang dapat melakuan kontak sosial tidak dengan menyentuh, misalnya
menggunakan telepon genggam, telepon dan lain sebagainya.(Soekanto, 2003:65)
Kontak sosial memiliki memiliki sifat-sifat sebagai ; kontak sosial bisa bersifat positif
dan bisa negatif. Kalau kontak sosial mengarah pada kerjasama berarti positif, kalau
mengarah pada suatu pertentangan atau konflik berarti negatif. Kontak sosial primer
terjadi apa bila peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya kontak
antara guru dengan murid dan sebagainya.Kalau kontak skunder terjadi apabila
interaksi berlangsung melalui perantara.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak yang
lain dalam rangka mencapai tujuan bersama. Ada tiga tahapan penting dalam
komunikasi:
a. Encoding
Pada tahap ini gagasaan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan
dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini komunikator harus memilih kata atau

Universitas Sumatera Utara


istilah, kalimat dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan.Komunikator
harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
b. Penyampaian
Pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk kalimat
dan gambar disampaiakan.Penyampaian dapat berupa lisan dan dapat berupa
tulisan atau gabungan dari duanya.
c. Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar
yang diterima menuruy pengalaman yang dimiliki.

2.3.2 Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi
atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha
bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, di mana terjadi
keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau kelompok-kelompok manusia
berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat.Usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan. Sedangkan asimilasi
merupakan suatu proses di mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya

dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok.
Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk
persaingan, kontraversi, dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di
mana individu ataukelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan. Bentuk kontraversi merupakan bentuk interaksi sosial yang
sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan. Sedangkan pertentangan merupakan
suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Dalam tahapan proses-proses asosiatif dan disosiatif Mark L. Knapp (Setiadi: 2006:
187) menjelaskan tahapan interaksi sosial untuk mendekatkan dan untuk merenggangkan.
Tahapan untuk mendekatkan meliputi caramemulai (initiating), menjajaki (experimenting),
meningkatkan

(intensifying),

(bonding).Sedangkan

tahapan

menyatupadukan
untuk

(integrating)

merenggangkan

dan

meliputi

mempertalikan

membeda-bedakan

(differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari
(avoiding), serta memutuskan (terminating).

Universitas Sumatera Utara

Gillin dan Gillin (Soekanto: 2003: 72) mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi.
Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi
sosial :
1. Proses-proses yang Asosiatif
a. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut
berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama
dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai
manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian
kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya,
keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya
rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. Kerja sama timbul karena
orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (in group) dan kelompok lainya
(outgroup). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung
anggota/perorangan lainnya.
Fungsi kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley (Effendy 2007: 108)
”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang
sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam
kerjasama yang berguna”

b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, menunjuk pada suatu keadaan dan
suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan
dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia
untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai
kestabilan.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Gillin dan Gillin (dalam Effendy, 2007:127), akomodasi adalah suatu
perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses
dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi.
Maksudnya, sebagai suatu proses di mana orang atau kelompok manusia yang
mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.

c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orangperorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan
memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Proses asimilasi timbul bila ada
kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya orang-perorangan
sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk
waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok
manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi
(interaksi yang asimilatif) bila memilih syarat-syarat sebagai berikut, interaksi
sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, di mana pihak yang
lain tadi juga berlaku sama interaksi sosial tersebut tidak mengalami halanganhalangan atau pembatasan-pembatasan. Interaksi sosial tersebut bersifat langsung
dan primer.Frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan
antara pola-pola tersebut.Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihakpihak yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan
tertentu harus dicapai dan dikembangankan.

e. Akulturasi (Aculturation)
Menurut Gillin dan Gillin (dalam Effendy, 2007: 131), akulturasi adalah proses
sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima

Universitas Sumatera Utara

dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya
dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya
ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat
diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan
untuk tetap hidup (struggle for existence). Oposisi proses-proses yang disosiatif dibedakan
dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok manusia yangbersaing mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan.

b. Kontraversi (Contravention)
Kontraversi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada
antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi
dalam(Leopold von Wiese dan Howard Becker 1932:19) ada 5, yaitu :


Umum, meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan,
perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan,
pengacauan rencana.



Sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum,
memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan
beban pembuktian pada pihak lain, dan lain sebagainya.



Intensif, penghasutan, menyebarkan desas-desus yang mengecewakan pihak
lain.



Rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.



Taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.

Universitas Sumatera Utara

2.4 Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik menekankan pada pola hubungan antar simbol dan interaksi,
serta inti pandangan pendekatan ini adalah individu (Poloma, 2003: 274). Menurut Blumer,
interaksi simbolik merujuk pada karakter interaksi khusus yang berlangsung antara manusia.
Aktor tidak semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain, tetapi ia juga menafsirkan dan
mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor baik secara langsung maupun tidak
langsung selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut (Zeitlin, Irving M., 1995: 331-332).
Beberapa tokoh interaksionisme simbolik telah mencoba untuk menghitung jumlah
prinsip dasar dalam teori ini, yaitu:
a. Manusia telah dibekali kemampuan untuk berpikir.
b. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.
c. Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan simbol yang memungkinkan
mereka mengunakan kemampuan berpikir mereka.
d. Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan khusus dan
interaksi.
e. Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan dalam
tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi.
f. Manusia mampu membuat kebijakan modifikasi dan perubahan, karena
kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiriyang memungkinkan
mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai keuntungan dan kerugian
relatif mereka.
g. Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan
masyarakat (Ritzer, George & Goodman, Douglas J., 2008: 289).

2.5 Teori Ruang Publik
Menurut Habermas (dalam Hardiman, 2010:185) ruang publik memiliki peran yang
cukup berarti dalam proses berdemokrasi.Ruang publik merupakan ruang demokratis atau
wahana diskursus masyarakat, yang mana warga negara dapat menyatakan opini-opini,
kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik
merupakan syarat

penting dalam demokrasi.Ruang publik adalah tempat

warga

berkomunikasi mengenai kegelisahan-kegelisahan politis warga.Selain itu, ruang publik
merupakan wadah yang mana warganegara dengan bebas dapat menyatakan sikap dan
argumen mereka terhadap negara atau pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Ruang publik bukan hanya sekedar fisik, maksudnya sebuah institusi atau organisasi
yang legal, melainkan adalah komunikasi warga itu sendiri. Ruang publik harus bersifat
bebas, terbuka, transparan dan tidak ada intervensi pemerintah atau otonom di dalamnya.
Ruang publik itu harus mudah diakses semua orang.Dari ruang publik ini dapat terhimpun
kekuatan solidaritas masyarakat warga untuk melawan mesin-mesin pasar/kapitalis dan
mesin-mesin politik.Habermas membagi-bagi ruang publik, tempat para aktor-aktor
masyarakat warga membangun ruang publik, Pluralitas (keluarga, kelompok-kelompok
informal, organisasi-organisasi sukarela, dst), Publisitas (media massa, institusi-institusi
kultural, dst), Keprivatan (wilayah perkembangan individu dan moral), Legalitas (strukturstruktur hukum umum dan hak-hak dasar).
Jadi Jurgen Habermas memberikan gagasan mengenai ruang publik bahwa ruang
publik bukan hanya ada satu, tetapi ada banyak ruang publik di tengah-tengah
masyarakat.Ruang publik tidak dapat dibatasi karena ruang publik ada dimana saja.Di mana
ada masyarakat yang duduk berkumpul bersama dan berdiskusi tentang tema-tema yang
relevan, maka disitu hadir ruang publik.Selain itu, ruang publik tidak terikat dengan
kepentingan-kepentingan pasar maupun politik.Oleh karena itu, ruang publik tidak terbatas.

2.6 Game Defense of the Ancients (DotA)
Defense of the ancients (DotA) adalah sebuah peta buatan untuk permainan komputer
buatan blizzard judulnya warcraft III Frozen Throne, yang dibuat berdasarkan peta “aeon of
strife” dari game blizzard lainnya, Starcraft. Tujuan utama dari permainan ini untuk
menghancurkan markas musuh bersama-sama dengan tim dan petarung yang dikontrol oleh
komputer. Pemain dapat menggunakan tokoh kuat yang disebut pahlawan (hero), dan dibantu
oleh pahlawan sekutu dan anak buah (creep) yang dikontrol oleh AI. Seperti dalam
permainan Role Playing Games (RPG), pemain dapat meningkatkan level tokoh pahlawan
mereka dan menggunakan emas buat beli barang selama permainan. Permainan ini
dikembangkan dengan menggunakan world editor dari permainan warcraft III Reign Of
Chaos, dan dirubah dengan dirilisnya The Frozen Throne (Efendi, Ilham. 2011. Diakses pada
27 April 2015)
Pada mulanya peta DotA dibuat oleh Eul. Eul merupakan nickname atau nama
samaran. Peta DotA yang pertama kali dibuat Eul adalah peta 0.95.Sayangnya Eul berhenti
membuat peta DotA meskipun DotA disambut antusias para pemain game online.Selanjutnya
pembuatan peta DotA diteruskan oleh Guinsoo.Guinsoo membuat beberapa perubahan pada
hero, ability, stats hero dan item.Peta yang terakhir dibuat Guinsoo adalah peta

Universitas Sumatera Utara

5.84b.Kemudian seseorang yang bernama samaran True.rus yang berasal dari Rusia merubah
peta 5.84b menjadi 5.84c.Peta ini merupakan penyempurnaan dari peta yang dibuat Guinsoo
sebelumnya. Peta DotA mengalami masa vakum karena Guinsoo dan True.rus tidak lagi
meneruskan proyek mereka dalam pembuatan peta DotA. Kemudian muncul Icefrog
menghapus vakumnya peta DotA.Ditangan Icefrog peta DotA terus berkembang hingga versi
6.85 dan terus berkembang hingga sekarang ini.
Cara bermain permainannya fokus dengan strategi dan kerjasama tim, dan bisa
dimainkan sampai 10 orang secara bersamaan, dibagi jadi 2 kelompok sentinel, dan scourge.
Markas tim sentinel ada di pojok kiri bawah peta sementara tim scourge di pojok kanan atas
peta. Masing-masing markas dilindungi oleh tower dan unit-unit yang dikontrol oleh AI. Di
pusat markas tim, terdapat “ancient,” yaitu sebuah bangunan yang harus dipertahankan oleh
tiap tim. Bila ancient salah satu tim dihancurkan, maka tim itu kalah dan permainan selesai.
Setiap pemain mengontrol karakter pahlawan yang disebut hero, total hero yang dapat dipilih
mencapai 100 hero lebih, tiap hero memiliki abilities unik yang berbeda satu sama lainnya.
Game ini sangat berorientasi pada kerjasama kelompok. Meskipun demikian, ada beberapa
hero yang bila dimainkan dengan baik dan diberikan cukup banyak waktu untuk
meningkatkan level dapat mengubah jalannya permainan secara signifikan dengan sendirian.
DotA sendiri telah sering menjadi salah satu jenis permainan yang dipertandingkan di
Turnamen dunia, seperti Blizzard’s BlizzCon Convention pada tahun 2005, World Cyber
Games 2005, 2006 di Malaysia & Singapore, dan World Cyber Games Asian Championships
2006.

Universitas Sumatera Utara