Peran Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam Penanggulangan Kejahatan Narkoba di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba) di Indonesia
beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah serius dan telah mencapai masalah
keadaan yang memperihatinkan sehingga menjadi masalah nasional. Korban
penyalahgunaan narkoba telah meluas sedemikian rupa sehingga melampaui batasbatas strata sosial, umur, jenis kelamin. Merambah tidak hanya perkotaan tetapi
merambah sampai pedesaan dan melampaui batas negara yang akibatnya sangat
merugikan perorangan, masyarakat, negara, khususnya generasi muda.
Pada saat ini masalah Narkotika sudah menjadi permasalahan yang serius.
Faktanya adalah bahwa usia awal perkenalan dengan bermacam - macam zat-obat
menjadi semakin mudah. Survei menjelaskan bahwa, usia mengenal Narkotika, dan
zat-zat lainnya adalah pada usia 11 tahun. Data yang diperoleh dari jalanan juga
menunjukkan bahwa anak-anak usia 7 (tujuh) tahun telah menghirup uap lem
(ngelem). 1
Korban penyalahgunaan narkoba pada umumnya berada di segala usia. Namun
bila dilihat secara khusus, korban penyalahgunaan narkoba berada di rentang usia
remaja hingga dewasa awal dengan rentang usia 10-24 tahun 2. Hasil survei BNN pada
tahun 2009 menyimpulkan bahwa prevalensi korban penyalahgunaan narkoba di
kalangan pelajar dan mahasiswa adalah 4,7% atau sekitar 921.695 orang (BNN,


1

Badan Narkotika Nasional, Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Apa Yang Bisa Anda
Lakukan, (Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2009), hal. 3
2
Muhammad Yusuf, 2009, Perlindungan Hukum TerhadapAnak Jalanan yang Menggunakan
Narkotika, Skripsi, tidak dipublikasikan, Medan, Universitas Sumatera Utara,

1
Universitas Sumatera Utara

2
2010). Sampai saat ini ada 10 ibu kota provinsi yang dikategorikan memprihatinkan
karena banyak terjadi penyalahgunaan narkoba dan melebihi rata-rata nasional (3,9
%). Kesepuluh kota itu adalah Medan 6,4 %), Surabaya (6,3 %), Ternate (5,9%),
Padang (5,5 %), Bandung (5,1 %), Kendari (5 %), Banjarmasin (4,3 %), Palu (8,4 %),
Yogyakarta (4,1 %), dan Pontianak (4,1 %). 3.
Meluasnya korban penggunaan Narkotika ini bukan menjadi rahasia umum. Jika
melihat dari berbagai masalah penggunaan Narkotika, Kota Medan salah satu kota

menarik yang dapat dijadikan penelitian sebagai salah satu kota yang menjadi
persebaran Narkotika tertinggi di Indonesia. Badan Narkotika Nasional (BNN) dan
Direktorat Tindak Pidana Narkoba POLRI mencatat jumlah pecandu narkoba tersebut
sekitar 3,3 juta orang pada 2008 dan naik menjadi 3,8 juta orang pada 2011. Sedangkan
pada 2013 jumlahnya telah mencapai 4,58 juta orang dan diperkirakan akan bertambah
hingga akhir tahun 2014. Dan hal ini sungguh sangat ironis, mengingat Kota Medan
sebagai salah satu kota mengapolitan, menempati urutan kelima pada sebaran pengguna
narkotika dengan presentase 2,8 persen. 4
Peredaran Narkotika di kota Medan saat ini semakin meningkat, seperti yang
disampaikan Kepala BNN Provinsi Sumut Kombes Pol Rudi Tranggono dalam Focus
Group

Discussion

(FGD)

kepada

Harian


Andalas

yang

dikutip

dari

(http://harianandalas.com/kanal-medan-kita/penyalahgunaan-dan peredaran-narkobadi-indonesia-berada-di-titik-nadir):
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia kini berada pada
titik nadir dan semakin mencemaskan. Korban yang ditimbulkan tidak sedikit
jumlahnya. Dari hasil survei nasional kerjasama Badan Narkotika Nasional
(BNN) dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, diketahui
bahwa angka penyalahguna narkoba di Indonesia mencapai angka 2,2 persen
3

Kartika, Permasalahan Remaja dan Penanganan Narkoba di Indonesia, Grafindo, Jakarta
2005, hal. 14
4
http://www.beritasatu.com/nasional/230235-bnn-pecandu-narkoba-di-sumut.html


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

3
atau sekitar 4 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia yang berusia 10
sampai 60 tahun.
Perkembangan penyalahgunaan narkotika sudah sangat memperihatinkan. Jika
dulu, peredaran dan pecandu narkotika hanya berkisar di wilayahperkotaan saja,
namun kini tidak ada satupun kecamatan, atau bahkan desa di Republik iniyangbebas
dari penyalahgunaan dan peredaran gelap obat terlarang itu. Begitu halnya keadaan
penyalahgunaan narkoba di Kelurahan Medan Petisah baik yang dilakukan perorangan
maupun kelompok, menimbulkan berbagai akibat yang merugikan pribadi,
masyarakat, keluarga dan negara. Diantaranya rusaknya hubungan kekerabatan dalam
keluarga, merosotnya kemampuan belajar pada diri anak, terjadinya perubahan
tingkah laku menjadi anti sosial, merosotnya kemampuan produktifitas kerja,
terjadinya berbagai gangguan kesehatan, mempertinggi tingkat kecelakaan dijalan
raya, serta mempertinggi terjadinya tindak kejahatan dan kekerasan.
Kasus penangkapan Jaringan Narkoba terjadi pada hari Senin (22/02/2016)
BNN Ringkus 4 Gembong Narkoba Jaringan Internasional di Medan di Pool bus

Makmur, mereka menumpang bus Makmur BK 7666 DK. Ada empat pelaku yakni
masing-masing bernama Roy (28) (di tembak Red) warga kisaran,Buyung (33) warga
Pancurbatu, Irol Harahap (29)warga Dumai dan Frisca Barus (20)warga Berastagi
"Tersangka yang ditembak merupakan pengendali sabu di Sumatera Utara. Dia
terpaksa ditembak karena melakukan perlawanan. Dia ditembak di bagian perut," ucap
Kepala BNN Pusat Komjen Pol Budi Waseso didampingi Deputi Pemberantasan
Narkoba BNN, Brigadir Jendral Arman Depari, Senin (22/2/2016) malam.
Kasus yang juga sangat panjang dan saat ini sedang ditangani pihak BNN
Provinsi Sumatera Utara dan Kepolisisan khususnya Sat Narkoba Kota Medan, yang
selama ini meresahkan masyarakat yakni peredaran narkotika yang sedang marak di

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

4
Kampung Kubur. Seperti yang dituliskan dalam Harian Analisa Medan Sabtu
(21/2/2015) bahwa :
Tim gabungan dari kepolisian menggerebek lokasi peredaran gelap narkoba di
Kampung Kubur, Kelurahan Petisah, Kecamatan Medan Petisah, pada Sabtu
pagi.Penggerebekan itu melibatkan seratusan personel kepolisian dari Satuan

Reserse Narkoba, Satuan Intelijen, dan Satuan Sabhara Polresta Medan yang
didukung Satuan Brimob Polda Sumut.
Berdasarkan data penelitian di atas, hal yang paling memprihatinkan adalah
korban penyalahgunaan narkoba yang pada umumnya masih relatif usia muda, anak
remaja yang sedang dalam amsa produktif dan merupakan sumber daya manusia atau
aset bangsa di kemudian hari. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan apabila tidak
diatasi maka akan mreusak generasi muda Indonesia dan merupakan bahaya yang
sangat besar bagi kehidupan manusia. Penyalahgunaan narkoba merupakan bahaya
yang sangat merugikan bagi diri sendiri maupun gangguan terhadap tata kehidupan
masyarakat sehingga sebagai pelaku maupun korbannya bisa berdampak buruk baik
jasmani dan rohani, sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi negara
dan bangsa Indonesia.
Sejak tahun 1997, Pemerintah sudah melakukan respon terhadap penyalahgunaan
Narkotika dengan dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika, sehingga sejak saat itu penggunaan dan peredaran Narkotika
diawasi secara ketat oleh pemerintah. Termasuk di dalam Undang - Undang tesebut,
maka kepemilikan, penggunaan serta peredaran Narkotika secara tidak sah merupakan
pelanggaran hukum. Sedangkan untuk bahan adiktif lainnya, tidak diatur dalam
Undang-Undang, seperti: kafein (pada minuman kopi, dan beberapa minuman
penyegar), nikotin (pada rokok tembakau), dan alkohol (pada minuman keras, yang


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

5
tergantung kadar etanolnya,ada yang dijual bebas, ada pula yang dikendalikan oleh
peraturan pemerintah). 5
Dalam masalah penyalahgunaan Narkotika ini, pemerintah melahirkan UndangUndang mengenai Narkotika, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, yang merupakan
pembaharuan dari Undang-Undang yang lama No. 22 Tahun 1997. Dalam UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009 ini dijelaskan bahwa Narkotika di satu sisi merupakan
obat atau bahan yang bermanfaat di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan di sisi lain juga dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat
merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian yang ketat dan
seksama.
Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari aspek
yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya melarang
penggunaan narkotika tanpa izin oleh undang-undang yang dimaksud. Keadaan yang
demikian ini dalam tataran empirisnya, penggunaan narkotika sering disalahgunakan
bukan untuk kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi jauh dari pada
itu, dijadikan ajang bisnis yang menjanjikan dan berkembang pesat, yang mana kegiatan
ini berimbas pada rusaknya fisik maupun psikis mental pemakai narkotika khususnya

generasi muda.
Kejahatan

narkotika dan obat-obatan terlarang pada masa sekarang telah

bersifat transnasional yang dilakukan dengan modus operandi yang tinggi dan teknologi
yang canggih, aparat penegak hukum diharapkan mampu mencegah dan menanggulangi
kejahatan tersebut guna meningkatkan moralitas dan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia, khususnya bagi generasi penerus bangsa. Di antara aparat penegak hukum
yang juga mempunyai peran penting terhadap adanya kasus tindak pidana narkotika
5

Badan Narkotika Nasional, Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, (Direktorat
Advokasi Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional, 2010), hal. 18

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

6
ialah Badan Narkotika Nasional (BNN), yang diharapkan mampu membantu proses

penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika.
Keberadaan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) merupakan amanat
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5062) yang mana menyebutkan bahwa BNN memiliki perwakilan di Provinsi
dan Kabupaten/Kota. Sedangkan BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/ Kota merupakan
insansi vertical. Organisasi BNNP tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Narkotika
Nasional Nomor : PER / 04 / V / 2010 / BNN tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/ Kota. 6
Keberadaan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara ini dapat
diharapkan menjadi Badan Narkotika yang mampu menanggulangi, melakukan
penyuluhan, dan menjadi badan yang menjadi tempat dimana berbagai masalah
Narkotika dapat diperhatikan lebih fokus. Permasalahan penyalahgunaan Narkotika
memerlukan pemecahan bersama, melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan
seluruh komponen masyarakat yang merupakan ancaman besar bagi kita semua. 7
Dengan makin meningkatnya pelaku penyalahgunaan narkotika di Sumatera
Utara, maka seharusnya perlu dilakukan upaya memberi pengetahuan kepada
masyarakat. Walaupun hal ini merupakan wewenang Badan Narkotika

Nasional


Provinsi Sumatera Utara, namun sebagai masyarakat yang peduli akan kelangsungan
peminimalisasian penyalahgunaan narkotika yang banyak berkembang di Kota Medan
khususnya di Kecamatan Medan Baru, diharapkan dapat berperan aktif ikut serta

6

www.bnnpsumut.com. “sejarah latar belakang Pembentukan Badan Narkotika Nasional
Propinsi Sumatera Utara”. Diakses pada 8 Juli 2015, pukul 14.12 WIB
7
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, “Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi
Remaja”, 2011., hal. 2

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

7
dalam memberikan pengetahuan mengenai bahayanya penyalahgunaan narkotika bagi
diri sendiri, keluarga, dan masyarakat, bahkan masa depan.
Jika masyarakat, dan lembaga instansi terkait dapat berjalan secara beriringan,

maka penanggulangan penyalahgunaan narkotika dapat berjalan secara efektif.
Khusus kepada kalangan intelektual diharapkan juga dapat menyumbangkan
pemikirannya dan ikut serta dalam hal penanggulangan penyalahgunaan narkotika di
Sumatera Utara.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui

sejauh

mana

peranan

dari

Badan

Narkotika

Nasional

dalam

penanggulangan kejahatan narkotika serta hambatan-hambatan yang ditemui di dalam
sebuah skripsi, dengan judul : “Peran Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam
Penanggulangan Kejahatan Narkoba di Kota Medan”.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peranan Badan Narkotika Nasional dalam upaya penanggulangan
kejahatan narkotika di Kecamatan Medan Petisah Kota Medan?
2. Apa yang menjadi Faktor Penghambat Badan Narkotika Nasional dalam upaya
penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika di Kecamatan Medan Petisah Kota
Medan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk

mengetahui

Peranan

Badan

Narkotika

Nasional

dalam

upaya

penanggulangan kejahatan narkotika di Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

8
2. Untuk mengetahui Faktor Penghambat Badan Narkotika Nasional dalam upaya
penanggulangan Penyalahgunaan narkotika di Sumatera Utara ?

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran pengembangan ilmu pengetahuan

pada

umumnya dan ilmu sosial pada khususnya.
b. Untuk menambah bahan referensi dan bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.
c. Untuk mengetahui kesesuaian teori yang diperoleh dan kenyataan yang terjadi
dalam praktek kehidupan
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya penanggulangan kejahatan
narkoba.
b. Dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pengetahuan penulis pada khususnya,
dan mengembangkan pengetahuan masyarakat pada umumnya tentang peranan
Badan Narkotika Nasional dalam penanggulangan kejahatan narkotika khususnya
di Kecamatan Medan Petisah Kota Medan.
c. Sebagai bahan masukan dalam upaya penegakan terhadap penanggulangan
penyalahgunaan narkoba.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara