PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN DENGUE HEMMORAGIC FEVER (DHF) DI RUANG PERAWATAN FLAMBOYAN RUMAH SAKIT OMNI PULOMAS | Tri Dharma | SOCIAL CLINICAL PHARMACY INDONESIA JOURNAL 902 2833 1 PB
58
PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN DENGUE HEMMORAGIC
FEVER (DHF) DI RUANG PERAWATAN FLAMBOYAN RUMAH SAKIT
OMNI PULOMAS
MONITORING OF DRUG THERAPY PATIEN DENGUE HEMMORAGIC FEVER
(DHF)DISEASE IN ANGGREK CARE ROOM OMNI PULOMAS HOSPITAL
Wan Surya Tri Dharma, Rangki Astiani, Ade Lina Rukmana
Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
ABSTRAK
Suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman,
efektif dan rasional bagi pasien disebut dengan Pemantauan Terapi Obat (PTO).
Pemberian obat yang tidak tepat dengan kondisi pasien, mengakibatkan dampak negatif
baik dari segi kesehatan (memperburuk kondisi pasien) serta segi ekonomis
(pemborosan). Pemantauan terapi obat yang dilakukan oleh apoteker di ruang rawat
merupakan praktek apoteker langsung kepada pasien di ruang rawat dalam rangka
pencapaian hasil terapi obat yang lebih baik dan meminimalkan kesalahan obat. Demam
berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue.Demam berdarah memiliki karakteristik yang spesifik yaitu demam yang
menyerupai bentuk pelana.Pasien Tn.S berumur 55 tahun, masuk RS. Omni Pulomas
tanggal 21 Mei 2017 dengan diagnosaDBD dengan Obs Febris, Dispepsia. Terapi
pengobatan selama 7 hari dirawat yaitu infus RL, paracetamol, omeprazole,
ondancentron, alprazolam, dan cefixime. Pada data pengobatan tersebut tidak ditemukan
adanya DRP (Drug Related Problem). Pasien mendapatkan terapi obat yang rasional
dan efektif.
Kata Kunci : Pemantauan Terapi Obat, Efusi Pleura, RS. Omni Pulomas
ABSTRACT
A process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug
treatment for patients is called Therapy Monitoring (PTO). Improper administration of
drugs with the condition of patients, resulting in negative impact both in terms of health
(worsen the condition of the patient) and economical aspects (waste). Monitoring of
drug therapy conducted by pharmacists in the care room is the practice of the
pharmacist directly to the patient in the care room in order to achieve better drug
therapy results and minimize drug errors. Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an acute
febrile illness caused by dengue virus. Dengue fever has a specific characteristic that is
fever resembling a saddle shape. Patient Tn.S 55 years old, admitted to hospital. Omni
Pulomas dated May 21, 2017 with a diagnosis of DHF with Obs Febris, Dispepsia.
Treatment therapy for 7 days were treated ie infusion of RL, paracetamol, omeprazole,
ondancentron, alprazolam, and cefixime. In the data treatment is not found any DRP
(Drug Related Problem). Patients get rational and effective drug therapy.
Keywords: Monitoring of Drug Therapy, Dengue Hemmoragic Fever, Omni Pulomas
Hospital
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017)
Issn Online: 2502-8413
59
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD/ Dengue Hemmoragic Fever) merupakan
masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis, terutama di daerah
perkotaan.Jumlah negara yang mengalami wabah DBD telah meningkat empat kali lipat
setelah tahun 1995. Sebagian besar kasus DBD menyerang anak-anak.Angka fatalitas
kasus DBD dapat mencapai lebih dari 20%, namun dengan penanganan yang baik dapat
menurun hingga kurang dari 1 % (WHO, 2008).
Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia Pada tahun 2014,
sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia
sebanyak , dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak
112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita (Depkes, 2015).
Hingga saat ini belum di temukan terapi utama seperti vaksin untuk menangani penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue ini. Terapi antibiotic dapat diberikan dalam
pengobatan DBD jika terdapat infeksi sekunder yang disebabkan oleh adanya
translokasi bakteri dari saluran cerna dan hal ini terjadi pada penderita DSS (Dengue
Syok Syndrome) atau penderita DBD derajat III dan IV.
Pemberian terapi pengobatan yang optimal pada penderita DBD dapat
menurunkan jumlah kasus dan kematian akibat penyakit ini. Pengobatan DBD pada
dasarnya bersifat suportif dan simptomatik. Pengobatan suportif berupa pengobatan
dengan pemberian cairan pengganti seperti cairan intravena dengan memahami
pathogenesis, perjalanan penyakit. Gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Sehingga diharapkan penatalaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien
Pengobatan simpatomatik berupa pemberian antipiretik misalnya parasetamol bila suhu
>38.50C (Hadinegoro dkk, 2004).
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn. S
RM
: 171xxx
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur
: 55 Tahun
Tanggal Lahir : 06 Februari 1962
Alamat
:Jaya Agung Blok C 6/5 RT 001/RW 010 Rangkapan Pancoran Mas, Jakarta pusat
Jaminan
: BPJS
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017)
Issn Online: 2502-8413
60
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan Angkatan Laut
Ruang
: Pulau Anggrek
Penerimaan
: UGD
Tanggal masuk : 21mei 2017
Tanggal keluar : 27mei 2017
Diagnosa
masuk
: DBD dengan Obs Febris, Dispepsia
Anamnesa Pasien :
1. Keluhan utama
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tidak
turun, pasien sempat minum obat warung tetapi demam tidak juga turun.Demam
disertai dengan meriang saat malam hari.Pusing diseluruh kepala, mual sehingga
pasien tidak nafsu makan.Selama 4 hari ini makan hanya bisa 4 sendok per hari
sehingga merasa lemas.Pasien juga mengeluh sejak masuk rumah sakit belum BAB,
BAK berwarna kuning pekat seperti teh botol sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Pasien mengaku sering bolak balik masuk rumah sakit. Setiap
dikantor selalu makan di warteg/ masakan padang. Riwayat pergi ke luar daerah
diangkat.
3. Riwayat penyakit dahulu : (-)
4. Riwayat Alergi : (-)
A. Data Subjektif Pasien
Tabel 2. Data Subjektif Pasien
Perkembangan Pasien
Keluhan
21-05- 22-05- 23-05- 24-05- 25-05- 26-05- 27-052017
2017
2017
2017
2017
2017
2017
Insomnia
√
√
√
√
√
√
√
Lemas
√
√
√
√
√
√
Demam
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Nafsu makan menurun
Menggigil
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
√
√
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017)
Issn Online: 2502-8413
61
√
Pusing
Mual dan muntah
B. Data Objektif Pasien
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium :
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Hematologi
Hasil
Jenis
Nilai
Pemeriksaan Normal
21/05/2017 22/05/2017 23/05/2017 24/05/2017 25/05/2017 26/05/2017
14:16
06:42
11:25
18:11
06:11
06:29
Darah Rutin
Leukosit
5.00010.000/µl
5.500
5.100
-
6.900
9.500
8.500
Eritrosit
4,6-6,2
juta/µL
5.23
5.46
-
4.57
4.80
4.32
15.4
15.9
-
13.2
13.7
12.7
45
46
-
39
40
38
127.000
130.000
-
119.000
170.000
170.000
-
-
10
-
-
-
Hemoglobin 14-16
gr/dL
Hematokrit 42-48%
150.000Trombosit
450.000
ribu/µL
LED
PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN DENGUE HEMMORAGIC
FEVER (DHF) DI RUANG PERAWATAN FLAMBOYAN RUMAH SAKIT
OMNI PULOMAS
MONITORING OF DRUG THERAPY PATIEN DENGUE HEMMORAGIC FEVER
(DHF)DISEASE IN ANGGREK CARE ROOM OMNI PULOMAS HOSPITAL
Wan Surya Tri Dharma, Rangki Astiani, Ade Lina Rukmana
Profesi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
ABSTRAK
Suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman,
efektif dan rasional bagi pasien disebut dengan Pemantauan Terapi Obat (PTO).
Pemberian obat yang tidak tepat dengan kondisi pasien, mengakibatkan dampak negatif
baik dari segi kesehatan (memperburuk kondisi pasien) serta segi ekonomis
(pemborosan). Pemantauan terapi obat yang dilakukan oleh apoteker di ruang rawat
merupakan praktek apoteker langsung kepada pasien di ruang rawat dalam rangka
pencapaian hasil terapi obat yang lebih baik dan meminimalkan kesalahan obat. Demam
berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue.Demam berdarah memiliki karakteristik yang spesifik yaitu demam yang
menyerupai bentuk pelana.Pasien Tn.S berumur 55 tahun, masuk RS. Omni Pulomas
tanggal 21 Mei 2017 dengan diagnosaDBD dengan Obs Febris, Dispepsia. Terapi
pengobatan selama 7 hari dirawat yaitu infus RL, paracetamol, omeprazole,
ondancentron, alprazolam, dan cefixime. Pada data pengobatan tersebut tidak ditemukan
adanya DRP (Drug Related Problem). Pasien mendapatkan terapi obat yang rasional
dan efektif.
Kata Kunci : Pemantauan Terapi Obat, Efusi Pleura, RS. Omni Pulomas
ABSTRACT
A process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug
treatment for patients is called Therapy Monitoring (PTO). Improper administration of
drugs with the condition of patients, resulting in negative impact both in terms of health
(worsen the condition of the patient) and economical aspects (waste). Monitoring of
drug therapy conducted by pharmacists in the care room is the practice of the
pharmacist directly to the patient in the care room in order to achieve better drug
therapy results and minimize drug errors. Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an acute
febrile illness caused by dengue virus. Dengue fever has a specific characteristic that is
fever resembling a saddle shape. Patient Tn.S 55 years old, admitted to hospital. Omni
Pulomas dated May 21, 2017 with a diagnosis of DHF with Obs Febris, Dispepsia.
Treatment therapy for 7 days were treated ie infusion of RL, paracetamol, omeprazole,
ondancentron, alprazolam, and cefixime. In the data treatment is not found any DRP
(Drug Related Problem). Patients get rational and effective drug therapy.
Keywords: Monitoring of Drug Therapy, Dengue Hemmoragic Fever, Omni Pulomas
Hospital
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017)
Issn Online: 2502-8413
59
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD/ Dengue Hemmoragic Fever) merupakan
masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis, terutama di daerah
perkotaan.Jumlah negara yang mengalami wabah DBD telah meningkat empat kali lipat
setelah tahun 1995. Sebagian besar kasus DBD menyerang anak-anak.Angka fatalitas
kasus DBD dapat mencapai lebih dari 20%, namun dengan penanganan yang baik dapat
menurun hingga kurang dari 1 % (WHO, 2008).
Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia Pada tahun 2014,
sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia
sebanyak , dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak
112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita (Depkes, 2015).
Hingga saat ini belum di temukan terapi utama seperti vaksin untuk menangani penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue ini. Terapi antibiotic dapat diberikan dalam
pengobatan DBD jika terdapat infeksi sekunder yang disebabkan oleh adanya
translokasi bakteri dari saluran cerna dan hal ini terjadi pada penderita DSS (Dengue
Syok Syndrome) atau penderita DBD derajat III dan IV.
Pemberian terapi pengobatan yang optimal pada penderita DBD dapat
menurunkan jumlah kasus dan kematian akibat penyakit ini. Pengobatan DBD pada
dasarnya bersifat suportif dan simptomatik. Pengobatan suportif berupa pengobatan
dengan pemberian cairan pengganti seperti cairan intravena dengan memahami
pathogenesis, perjalanan penyakit. Gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Sehingga diharapkan penatalaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien
Pengobatan simpatomatik berupa pemberian antipiretik misalnya parasetamol bila suhu
>38.50C (Hadinegoro dkk, 2004).
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn. S
RM
: 171xxx
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur
: 55 Tahun
Tanggal Lahir : 06 Februari 1962
Alamat
:Jaya Agung Blok C 6/5 RT 001/RW 010 Rangkapan Pancoran Mas, Jakarta pusat
Jaminan
: BPJS
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017)
Issn Online: 2502-8413
60
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan Angkatan Laut
Ruang
: Pulau Anggrek
Penerimaan
: UGD
Tanggal masuk : 21mei 2017
Tanggal keluar : 27mei 2017
Diagnosa
masuk
: DBD dengan Obs Febris, Dispepsia
Anamnesa Pasien :
1. Keluhan utama
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tidak
turun, pasien sempat minum obat warung tetapi demam tidak juga turun.Demam
disertai dengan meriang saat malam hari.Pusing diseluruh kepala, mual sehingga
pasien tidak nafsu makan.Selama 4 hari ini makan hanya bisa 4 sendok per hari
sehingga merasa lemas.Pasien juga mengeluh sejak masuk rumah sakit belum BAB,
BAK berwarna kuning pekat seperti teh botol sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Pasien mengaku sering bolak balik masuk rumah sakit. Setiap
dikantor selalu makan di warteg/ masakan padang. Riwayat pergi ke luar daerah
diangkat.
3. Riwayat penyakit dahulu : (-)
4. Riwayat Alergi : (-)
A. Data Subjektif Pasien
Tabel 2. Data Subjektif Pasien
Perkembangan Pasien
Keluhan
21-05- 22-05- 23-05- 24-05- 25-05- 26-05- 27-052017
2017
2017
2017
2017
2017
2017
Insomnia
√
√
√
√
√
√
√
Lemas
√
√
√
√
√
√
Demam
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Nafsu makan menurun
Menggigil
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
√
√
(Vol. 2, No. 1, Mar 2017 – Agus 2017)
Issn Online: 2502-8413
61
√
Pusing
Mual dan muntah
B. Data Objektif Pasien
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium :
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Hematologi
Hasil
Jenis
Nilai
Pemeriksaan Normal
21/05/2017 22/05/2017 23/05/2017 24/05/2017 25/05/2017 26/05/2017
14:16
06:42
11:25
18:11
06:11
06:29
Darah Rutin
Leukosit
5.00010.000/µl
5.500
5.100
-
6.900
9.500
8.500
Eritrosit
4,6-6,2
juta/µL
5.23
5.46
-
4.57
4.80
4.32
15.4
15.9
-
13.2
13.7
12.7
45
46
-
39
40
38
127.000
130.000
-
119.000
170.000
170.000
-
-
10
-
-
-
Hemoglobin 14-16
gr/dL
Hematokrit 42-48%
150.000Trombosit
450.000
ribu/µL
LED