BERPIKIR ILMIAH DAN NON ILMIAH

“BERPIKIR ILMIAH DAN NON-ILMIAH BESERTA KOMPONEN ILMU
PENGETAHUAN”

Oleh:

FANDY ARISANDY 131204004
ADE IRMA 131204001
SUNNIATI 121204002
MUH. WAHID. H 1412040011

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
( PGSD )
2015

DOSEN
PENGAMPU:
Wiwiek Tamsyani, M. Si., M. Pd

PROGRAM STRATA 1 (S. 1)
YAYASAN PENA PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PANRANNUANGKU
KAB. TAKALAR
2015

1

KATA PENGANTAR
Bismillahi rahmanirahim.......................
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas berkat Rahmat
dan InayahNya-lah sehingga pembuatan makalah ini dapat kami selesaikan
dengan baik dan benar.
Pada pembuatan makalah kali ini, didalamnya akan kami bahas terkait
“BERPIKIR ILMIAH DAN NON-ILMIAH BESERTA KOMPONEN ILMU
PENGETAHUAN”.
Kami selaku pembuat makalah ini, mengaku bahwasanya makalah kami
masih jauh dari kata sempurna layaknya dengan makalah yang lain. Kami sangat
berterimakasih jikalau ada saran maupun kritikan yang sifatnya membangun
Akhir kata, kami selaku pembuat makalah mengucapkan terima kasih atas

kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada Kami. Semoga apa
yang kami sajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi sesama.
Wassalamualaikum Warahmatullah....

Takalar, 11 Agust 2015

Tim Penyusun.

ii2

DAFTAR ISI
Hal.
Judul Halaman.
Kata Pengantar..................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulis ................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan

A. Hakikat Berpikir Ilmiah dan Non-Ilmiah ......................................................... 3
B. Sarana Berpikir Ilmiah ........... ......................................................................... 5
C. Komponen Ilmu Pengetahuan ......................................................................... 8
Bab III Penutup
A. Simpulan........................................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................................. 10
Referensi

iii

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara
garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah.
Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari
dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran
berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap

orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya
semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari
kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan
kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti
keberadaan dirinya di dunia.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah
adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik,
sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan
pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola
berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah
menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah
yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau
menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus
didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Untuk dapat
melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa
bahasa, logika, matematika dan statistik.
A.J. Bahm dalam Axiology: The Science of Values mengatakan, ilmu

pengetahuan terkait dengan masalah. Masalah adalah bagian dari ilmu
pengetahuan. Jika tidak ada masalah, maka tidak akan muncul ilmu pengetahuan.
Pengetahuan ilmiah adalah hasil dari pemecahan masalah ilmiah. Jika tidak ada
masalah, maka tidak ada pemecahan masalah, dus dengan demikian tidak ada
pengetahuan ilmiah. Untuk menjadi ilmiah, maka seseorang harus memiliki
kemauan untuk mencoba memecahkan masalah.
Berdasarakan uraian tersebut maka dibuatlah makalah mengenai Metode
Ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik beberapa pertanyaan
terkait dengan metode ilmiah, diantaranya:
1. Bagaimana seseorang bisa dikatakan Berpikir Ilmiah dan Non-Ilmiah?
2. Sarana apa saja yang mendukung untuk berpikir ilmiah dan non
ilmiah?

4

3. Apa Komponen dari Ilmu Pengetahuan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini, adalah:
1
1. Untuk mengetahui seseorang dikatakan berpikir ilmiah dan non
ilmiah.
2. Untuk mengetahui sarana yang digunakan seseorang yang
mendukung untuk berpikir ilmiah.
3. Untuk mengetahui Komponen-komponen dari Ilmu Pengetahuan.

5
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Berpikir Ilmiah dan Non-Ilmiah
Berfikir dengan mendasarkan pada kerangka fikir tertentu disebut sebagai
penalaran atau kegiatan berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan
berfikir dapat dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula
kegiatan penalaran atau suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir. ( Contoh

dapat diambil dari kehidupan sehari hari kita ).
Pertama, perlu dipahami bahwa kegiatan penalaran adalah proses
berfikir yang membuahkan sebuah pengetahuan. Selain itu, melalui proses
penalaran atau berfikir ilmiah berusaha mendapatkan sebuah kebenaran. Untuk
mendapatkan sebuah kebenaran, kegiatan penalaran harus memehuni dua
persyaratan penting, yakni logis dan analitis.
Syarat pertama adalah logis, dengan kata lain kegiatan berfikir ilmiah harus
mengikuti suatu aturan atau memenuhi pola pikir (logika) tertentu.
Syarat kedua bagi kegiatan penalaran adalah analitis, atau melibatkan suatu
analisa dengan menggunakan pola fikir (logika).
Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan
dalam dua faktor mendasar, yaitu:
1.

Sumber pengetahuan, berfikir ilmiah menyandarkan sumber
pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah
(intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia.

2.


Ukuran kebenaran, berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya
pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah
(intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan
semata.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran
memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasariah
dari pengetahuan manusia. Darinya, kita membedakan antara pengetahuan yang
ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah.
Logika terbagi menjadi dua bentuk, yaitu logika induktif dan logika
deduktif.
a) Logika Induktif;
Kegiatan penarikan kesimpulan melalui logika ini dimulai dari kasus yang
khusus/khas/individual untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih
umum/general/fundamental. Logika induktif memiliki berbagai guna bagi
kegiatan berfikir ilmiah kita, antara lain:

6

1.


Bersifat ekonomis bagi kehidupan praktis manusia. Dengan logika induktif
kita dapat melakukan generalisasi ketika kita mengetahui/menemui peristiwa
yang sifatnya khas/khusus.

2.

Logika Induktif menjadi perantara bagi proses berfikir ilmiah selanjutnya.
Ia merupakan fase pertama dari sebuah pengetahuan, yang selanjutnya dapat
diteruskan untuk mengetahui generalisasi yang lebih fundamental lagi.
Misalnya ketika kita mendapatkan kesimpulan
“semua hewan memiliki mata”
3
lalu kita masukkan manusia ke dalam kelompok ini, bisa saja kita
menyimpulkan “makhluk hidup memiliki mata”

b) Logika Deduktif;
Logika Deduktif adalah kegiatan penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan yang umum untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih khusus.
Pada umumnya, logika deduktif didapatkan melalui metode Sillogisme yang
dicetuskan oleh Filosof Klasik, Aristoteles. Silogisme terdiri dari premis mayor

yang mencakup pernyataan umum, premis minor yang merupakan pernyataan
tentang hal yang lebih khusus, dan kesimpulan yang menjadi penyimpul dari
kedua penyataan sebelumnya.
 Pengertian Berfikir Ilmiah dan Non-Ilmiah
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk
akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan
sebuah proses yang membuahkan pengetahuan.
Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan
deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat
umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus,
sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat
khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Sedangkan berpikir non ilmiah adalah kegiatan berpikir yang dilakukan oleh
sesorang yang hanya menggunakan, akal sehat, perasaan, prasangka, dan intuisi
yang kebenarannya diperoleh secara kebetulan tanpa melalui prosese
pengumpulan data.

7


B. Sarana Berfikir Ilmiah
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat
4 yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah
kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang
baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam
mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas
manusia
untuk menemukan/mendapatkan
ilmu. Berfikir
ilmiah
adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan.
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk
memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan
akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide
yang belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari
pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu
berusaha memahami alam sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan
keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala alam.
Adapun pengetahuan adalah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk
persepsi tentang kebenaran atau fakta.
Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan
pengetahuan (knowledge), antara lain :
1. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982.
Ilmu harus memiliki obyek, terminologi, metodologinya, filosofi dan teorinya
yang khas.
2. Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985.
Ilmu juga harus memiliki objek, metode, sistematika dan mesti bersifat
universal.
Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokkan atas: Pengalaman,
Otoritas, Cara berfikir deduktif, Cara berfikir induktif , Berfikir ilmiah
(pendekatan ilmiah).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
1) Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan berdasarkan metode ilmu.
2) Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu :
1. Peran Bahasa sebagai Sarana berpikir ilmiah

8

Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa ilmiah
merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan
informasi yang berupa pengetahuan dengan syarat bebas dari unsur emotif,
reproduktif, obyektif, eksplisit.
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,
1) Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
2) Sebagai sarana budaya yang 5mempersatukan kelompok manusia yang
mempergunakan bahasa tersebut.
Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
a. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk
menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh alam
sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa
isyarat dan bahasa biasa.
b. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk
maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian
yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik.
Bahasa buatan inilah yang dikenal dengan bahasa ilmiah.
2. Peran Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah
Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika
bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan
kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumusrumus yang mati. Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang
sangat mengganggu. Matematika adalah bahasa yang berusaha menghilangkan
sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu
dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten.
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan
suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk
suatu studi ataupun pemecahan masalah.
3. Peran Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas
yang sangat sederhana.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
a. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil
dari populasi.
b. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
c. Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
d. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang
diajukan.

9

Hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan
Statistika, yaitu agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,
diperlukan sarana bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat
komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan
berpikir ilmiah, dimana bahasa
6
menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang
lain. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki
ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara
berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir silogisme.
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan
kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk
dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.
Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam
kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah
merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi
pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah. Pada hakikatnya sarana berfikir
ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah
yang harus ditempuhnya.

10

C. Komponen Ilmu Pengetahuan

7

Menurut Bahm, ilmu pengetahuan setidaknya melibatkan enam komponen
penting, diantaranya:
a) Masalah (Problems)
Masalah mana yang dianggap mengandung sifat ilmiah? Menurut Bahm,
suatu masalah bisa dianggap ilmiah, sedikitnya memiliki tiga ciri: 1) terkait
dengan komunikasi; 2) sikap ilmiah dan 3) metode ilmiah. Tidak ada masalah
yang disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dikomunikasikan kepada orang
lain.
b) Sikap (attitude)
Sikap ilmiah (scientific attitude) menurut Bahm setidaknya harus memiliki
enam ciri pokok, yaitu:





Keingintahuan (curiosity). Keingintahuan harus dimiliki oleh seorang
ilmuwan, seperti keinginan untuk menyelidiki, investigasi, eksplorasi, dan
eksperimentasi.



Spikulasi (spiculativeness). Hal ini penting dalam rangka menguji hipotesis.
Spikulasi juga merupakan ciri penting dalam sikap ilmiah.



Kesadaran untuk berlaku objektif (willingness to be objective). Sikap ini
penting, sebab objektivitas merupakan ciri ilmiah. Menurut Bahm sikap
objektif harus memenuhi syarat-sayarat sebagai berikut:

1.

Memiliki sifat rasa ingin tahu terhadap apa yang diselidiki untuk
memperoleh pemahaman sebaik mungkin. Melangkah dengan berdasarkan
pada pengalaman dan alasan, artinya, pengalaman dan alasan saling
mendukung, karena alasan yang logis dituntut oleh pengalaman;

2.

Dapat menerima data sebagaimana adanya (tidak ditambah dan dikurangi).
Hal ini terkait dengan sikap objkektif seorang ilmuwan. Bisa menerima
perubahan (fleksibel, terbuka), artinya jika objeknya berubah, maka seorang
ilmuwan mau menerima perubahan tersebut;

3.

Berani menanggung resiko kekeliruan. Oleh sebab itu trial and error
merupakan karakteristik dari seorang ilmuwan. Tidak mengenal putus asa,
artinya gigih dalam mencari objek atau masalah, hingga mencapai
pemahaman secara maksimal.

Terbuka (open mindedness), artinya selalu bersedia menerima kritik dan saran
ilmuwan lain secara lapang dada.

11



Menangguhkan keputusan/penilaian (willingness to suspend judgment), artinya
bersedia menangguhkan keputusan sampai semua bukti penting terkumpul.



Bersifat sementara, artinya harus menerima bahwa kesimpulan ilmiah bersifat
sementara.

c) Metode (Method)
Menurutnya, bahwa ilmu pengetahuan adalah aktivitas menyelesaikan
8
masalah dan melihat metode ilmiah sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik
yang esensial bagi penyelesaian masalah. Ada lima langkah esensial dan ideal –
menurut Bahm– dalam menerapkan metode ilmiah yang harus dipahami oleh
seorang peneliti (ilmuwan), yaitu 1) memahami masalah; 2) menguji masalah; 3)
menyiapkan solusi; 4) menguji hipotesis dan 5) memecahkan masalah.
d) Aktivitas (Activity)
Aktivitas dimaksud adalah penelitian ilmiah, yang memiliki dua aspek:
individual dan sosial. Aktivitas penelitian ilmiah meliputi: 1) observasi; 2)
membuat hiopotesis, 3) menguji observasi dan hipotesis dengan cermat dan
terkontrol.
e) Kesimpulan (Conclusion)
Kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu sikap, metode dan aktivitas.
Kesimpulan ilmiah tidak pasti, tetapi bersifat sementara dan tidak dogmatis. Pada
dasarnya ilmu pengetahuan itu bersifat tidak stabil, setiap generasi berhak untuk
menginterpretasikan kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.
f) Pengaruh (Effects)
Ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh, yaitu: 1) pengaruh terhadap
teknologi dan industri; 2) pengaruh pada peradaban manusia. Industrialisasi yang
berkembang dengan pesat merupakan produk dari ilmu pengetahuan yang
mempunyai dampak besar terhadap perkembangan ilmu, sehingga nampak seperti
yang terjadi dalam perubahan sifat ilmu itu sendiri. Proses industrialisasi tidak
akan dapat diputarulang yang akhirnya ilmu pengetahuan itu sendiri mengalami
proses terindustrialisasi.
Komponen Ilmu Pengetahuan Menurut A.J. Bahm:

Masalah

Sikap

Metode

1. komunikasi

1.
keingintahuan

1. memahami
masalah

12

Aktivitas

Kesimpulan

Pengaruh

1. observasi

1. bersifat
sementara
dan tidak
pasti

1. terhadap
teknologi dan
industri

2. sikap
ilmiah

2. spekulatif

2. menguji
masalah

2. membuat
hepotesis

3. metode
ilmiah

3. objektif

3.
menyiapkan
solusi

3. mengujia
observasi dan
hepotesis

4. terbuka

4. menguji
hepotesis

5.
menagguhkan
penilaian

5.
memecahkan
masalah

6. bersifat
sementara

9

13

2. peradaban
manusia.

BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kami kemukakan bahwa hakikat dapi berpikir
ilmiah dan non ilmiah tak lain adalah untuk memperoleh data atau fakta yang
benar-benar akurat. Dikatakan berpikir ilmia apabila mengikuti langkah-langkah
atau prosedur dari metode ilmiah itu sendiri. Seseorang dikatakan berpikir ilmiah
apabila telah melakukan observasi yang mendasarinya untuk memecahkan suatu
masalah. Berpikir ilmiah adalah suatu kegiatan berpikir yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatau kebenaran dari fakta yang menurutnya butuh
pembuktian. Sedangkan dikatakan berpikir secara tidak ilmiah hanya
menggunakan akal sehat, intuisi, perasaan dan prasangka yang sifatnya sementara
yang diperoleh secara kebetulan pula.
Dalam berpikir ilmiah adapun sarana yang mendukung, Peran Bahasa
sebagai Sarana berpikir ilmiah, Peran Matematika sebagai sarana berpikir
ilmiah, Peran Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah. Serta komponen dari
ilmu pengetahuan adalah Masalah (Problems), Sikap (attitude) , Metode
(Method), Aktivitas (Activity), Kesimpulan (Conclusion), dan Pengaruh (Effects)
B. SARAN
Adapun saran dari penulis terkait isi dari pembuatan makalah ini. Bahwa
seseorang perlu menggunakan pikirannya untuk membedakan mana yang
dimaksud kegiatan berpikir secara ilmiah dan mana kegiatan berpikir yang tidak
ilmiah.

14
10

Sumber Referensi:
file:///G:/%C2%A0/iad/ENAM%20KOMPONEN%20ILMU
%20PENGETAHUAN%20_%20M.%20Zainuddin.htm. Diakses
Agustus 2015. Pukul 18. 45 Wita

tanggal

10

file:///G:/%C2%A0/iad/HAKIKAT%20BERFIKIR%20ILMIAH%20_
%20Sophia%20Scientia.htm. Diakses tanggal 10 Agustus 2015. Pukul 18. 59
Wita.

15