PUNGLI KEKUASAAN DAN PELAYANAN PUBLIK (1)

PUNGLI, KEKUASAAN DAN PELAYANAN PUBLIK
Pungutan liar adalah suatu tindakan meminta sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak
berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. Hal ini bisa disamakan
dengan perbuatan pemerasan, penipuan atau korupsi. Pungli sangat erat kaitannya dengan
pihak yang berprofesi sebagai pejabat negara yang menjadi aktor utama dari tindak kejahatan
ini. Pungli dan pelayanan publik sebenarnya merupakan suatu hal yang sangat bertolak
belakang, namun yang dijumpai saat ini tingkatan tertinggi dari kejahatan pungli terjadi pada
sektor pelayanan publik itu sendiri.
Pungli di Indonesia bisa dikategorikan sebagai budaya bagi sebagian orang yang
sudah terbiasa dengan hal ini. Baik bagi para pejabat yang juga ikut terlibat ataupun dari
kalangan masyarakat yang mencoba untuk menyimpang dari prosedur yang sebenarnya.
Instan, tanpa prosesedur pelayanan yang panjang dan melelahkan merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan masyarakat cenderung semakin toleran terhadap praktik pungutan
liar dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Dan pada sisi lain pungli juga dikatakan
sebagai tindakan kejahatan jabatan di mana dalam konsep kejahatan jabatan, pejabat telah
menyalahgunakan jabatannya untuk melakukan tindakan yang bersifat interferensi guna
menguntungkan dirinya sendiri.
Undang-Undang dan konstitusi tentunya sangat menentang tindak kejahatan ini
seperti yang tertuang dalam rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e UU No. 20 Tahun 2001
berasal dari Pasal 423 KUHP yang dirujuk dalam Pasal 12 UU No.31 Tahun 1999 sebagai
tindak pidana korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada UU No.20 Tahun 2001

(Tindak Pidana Korupsi), menjelaskan definisi pungutan liar adalah suatu perbuatan yang
dilakukan pegawai negeri atau penyelenggara yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
Berbagai pencegahan dan penindakan tegas yang dilakukan selama ini dianggap
belum mampu menimbulkan rasa takut bagi calon koruptor yang tengah antre di berbagai
institusi negara dan kementerian, agar tidak memungut pungli saat memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Maka dari itu berkaitan langsung dengan tindakan pungli yang baru-baru
ini terjadi dan cukup mengundang sorotan publik pemerintah dan pihak yang berwenang
dituntut untuk lebih tegas dan lebih serius dalam mengatasi masalah ini, karena dari realitas
yang terjadi itu mengkonfirmasi bahwa kekuasaan yang dimiliki sangat dekat dengan
keinginan untuk korup. Kendati sudah ratusan penyelenggara negara dan PNS, baik pejabat di
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif ditangkap karena korupsi, tetapi tidak ada
pengaruhnya. Tindakan yang dilakukan seharusnya bukanlah semata untuk menangkap
pelaku korupsi tapi juga untuk memelihara kekuasaan agar tidak disalahgunakan.