PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIP

Jurnal Skripsi, V0l. 1, Edisi 1, Juli 2016 hlm. 1

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPS DI SD
Hari Puji Hatmoko1, Mamad Kasmad2, Suhaedah3
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Cikopo Tahun Ajaran
2015-2016)
Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus
Purwakarta
hari.puji@student.upi.edu, mamadkasmad@upi.edu suhaedah@upi.edu.
Abstrak
Penelitian ini berlatar belakang pada masalah yang dihadapi oleh siswa saat mengerjakan
soal UTS IPS. Rata-rata siswa yang mendapatkan skor UTS sangat kecil yaitu sebesar 65.
Sedangkan KKM yang ditetapkan adalah 65. Ini menunjukan bahwa siswa kurang tertarik
dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Selain itu hasil belajar siswa juga
menjadi masalah yang tak kalah pentingnya. Sehingga peneliti mencoba untuk
berkontribusi secara dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya di mata
pelajaran IPS. Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS di

SD”. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengingkatkan hasil belajar siswa dan
aktivitias siswa saat penerapan model cooperative learning tipe group investigation.
Dalam penerapan model ini, ada enam tahapan yang harus dilalui oleh siswa dan guru,
yaitu. Memilih topik, perencanaan yang kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis,
presentasi hasil final, dan evaluasi. Setiap tahapan yang dilalui oleh siswa dan guru harus
dilalui dengan baik dan cermat. Dalam proses pembelajarannya, guru memiliki posisi
sebagai motivator dan fasilitator ketika proses belajar sedang berlangsung. Sedangkan
untuk penggunaannya, siswa dibagi menjadi empat sampai enam orang dalam satu
kelompoknya. Sehingga memungkinkan siswa untuk bisa berkontribusi secara nyata
dalam kelompoknya, membagi pengetahuan dan pengalamannya. Metode penelitian ini
menggunakan PTK atau penelitian tindakan kelas. Dimana terdapat tahap perencanan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Di dalam setiap prosesnya, peneliti menggunakan
seara bertahap dua sklius. Dan ketika siklus ini berlangsung peiliti menggunakan dua
siklus saja, dan menggunakan data UTS guru sebagai awal dari tahap pelaksanaan setelah
tahap perencanaan. Prosentase yang didapat siswa pada siklus I adalah sebesar 73% ini
menunjukan siswa belum lulus dalam daya serap klasikalnya, dan ketika proses siklus II
berlangmsung, siswa mendapatkan prosentase sebesar 85,19%.
Kata Kunci: Hasil Belajar, IPS, PTK.

1


Mahasiswa PGSD UPI Kampus Purwakarta, NIM 1205215
Dosen penanggung jawab
3
Dosen penanggung jawab
2

APPLICATION MODEL TYPE COOPERATIVE
LEARNING GROUP INVESTIGATION TO
IMPROVE STUDENT LEARNING OUTCOMES
IN LEARNING IPS IN SD
Hari Puji Hatmoko1, Mamad Kasmad2, Suhaedah3
(Class Action Research Students of Class IV SDN 1 Cikopo Academic Year 20152016)
PGSD Programs, Faculty of Education, University of Indonesia campus Purwakarta
hari.puji@student.upi.edu, mamadkasmad@upi.edu suhaedah@upi.edu.
Abstract
This research background on the problems faced by the students while work on the
problems UTS IPS. Average score UTS students who earn very little that is equal to 65.
While the KKM is set at 65. This shows that students are less interested in social science
subjects. In addition the results of student learning is also an issue that is no less

important. So researchers are trying to contribute in order to improve student learning
outcomes, especially in social studies. This study entitled "Application of Model
Cooperative Learning type Group Investigation for Improving Learning Outcomes in
Learning social studies in elementary school". The purpose of this study is meant to
remind the students' achievements and the activities of the students while the application
of the model of cooperative learning type group investigation. In the application of this
model, there are six stages that must be passed by students and teachers, that is. Choosing
a topic, cooperative planning, implementation, analysis and synthesis, presentation of the
final results, and evaluation. Each of the stages through which students and teachers have
to pass well and carefully. In the process of learning, teachers have a position as a
motivator and facilitator when the learning process is ongoing. As for its use, students
were divided into four to six people in one group. Thus allowing students to be able to
contribute significantly in the group, share knowledge and experiences. This research
method using PTK or classroom action research. Where there is a stage of planning,
implementation, observation, and reflection. In each process, the researchers used two
sklius gradually queried. And when this cycle lasts peiliti using two cycles only, and use
the data as a teacher UTS beginning of the implementation phase after the planning stage.
The percentage of students who gained the first cycle is 73% on This shows the student
has not passed in absorption klasikalnya, and when the second cycle berlangmsung,
students get a percentage of 85.19%.

Keywords: Learning Outcomes, IPS, PTK.

Hari Puji Hatmoko, Model Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar

JurnalSkripsi,
Skripsi,V0l.
V0l.1,
1,Edisi
Edisi1,
1,Juli
Juli2016
2016hlm.
hlm.33
Jurnal

LATAR BELAKARNG
Pendidikan merupakan hal
yang menjadi perhatian setiap
masyarakat, baik domestik maupun
luar negeri. Ini merupakan bentuk

antusiasme masrakata dunia yang
memiliki keprihatinan yang cukup
mendalam atas nama pendidikan.
Pendidikan mengajarkan kepada kita
untuk bsia menunjukan rasa kualitas
baik mengenai cara berinteraksi
sosial yang memiliki kecakapan. Hal
ini dapat kita temui di mapel ilmu
social yang menekankan salah
satunya adalah keterampilan untuk
berinteraksi secara nyata secara
sosial. Social science merupakan
mapel yang menekankan siswa
untukn bisa beriteraksi satu sama lain
dengan menggunakan penerapan
baik, guna siswa menjadi manusia
yang mampu menjadi pelopor
kepemimpinan suatu bangsa. Maka
dari itu dirasa oerlu oleh semua
segenap masyatkata untuk disiplin

dalam mendalami secara nyata mata
pelajaran social sciencee. Social
scence seperti yang dikemukakan
oleh Maryanti ‘social studies
memliki prnan pnting dalam tugas
mulia dan menjadi pondasi penting
bagi
penbangnan
intelektual,
emsoional, kltural, and student
sociality’.
Jelas
penekanan
pengertian diatas merupakan satu
rujukan yang nyata, bahwa social
science merupakan hal yang perlu di
sadari
secara
bersama
untuk

kemajuan intelektual siswa di dunia
nyata, serta untuk mampu berdaptasi
dengan kerasnya dunia ini. Lebih
mengerucut kepada kegiatan siswa di
elementary school, pengetahuan ilmu
sosial ternyata tidak segamblang
yang disajikan dalam rujukan. Hal ini
didukung oleh fakta yang ada, bahwa

skor mapel tersebut ketika ujian
tengah semester masih memiliki skor
yang kecil, sedangkan untuk KKM
mapel ini adalah 65. Dan secara
kenyataan siswa hanya mendapat
skor yang amat kecil di bawah 65.
Maryani (2009) menyatakan
bahwa “social studies mempunyai
tugas yang mulia dan menjadi
fondasi penting bagi pengembangan
intelektual, emosional, kultural, dan

sosial peserta didik”. Maka dari itu
sosial studies memiliki tugas yang
mulia yang menakankan siswa untuk
menjadi manusia yang memiliki rasa
internal dirinya yaitu menjadi
manusia yang memiliki intelektual
tinggi, emosional, kultiral, dan sosial.
Bila dijabarkan secara terperinci
maksud dari intelektual adalah
kecerdasan yang ada pada diri siswa,
sehingga siswa memiliki kelebihan
lain dari dalam dirinya yang bisa
diuunggulkan, intelektual secra nyata
dalam kebiasaan siswa adalah soal
kepintiran dan kecenderungan untuk
menyelesaikan sebuah pemarsalahan.
Kemudia
selanjutnya
adalah
emosional, emosional disini adalah

siswa diajarkan secara menyekuruh
di internla social science mengenai
bagaimana
caranya
untuk
menyesuaikan diri dalam kehidupan
sosialnya. Sehingga siswa mampu
untuk menjadi manusia yang
menguasai
dirinya
sendiri.
Selanjutnya
adalah
kultural.
Pengertiannya adalah siswa diajarkan
untuk menjadi manusia yang
memiliki
kepribadian
dalam
menghargai sebuah budaya yang ada

di daerah sekitarnya. Maka dari itu
secra intelektual, emsoinal, dan
kultiral adalah siswa mampu
menghargai sebuah perbedaan yang

ada di dalam kehidupan berbangsa
dan bertanah air di negara tercinanya.
Kemudian yang terakhir adalah
sosial peserta didik, dimana maksud
yang ditunhukan secara nyata dan
gamblang adalah siswa mampu
mengkolaborasikan ke empat aspek
yang sudah disebutkan tadi menjadi
satu kesatuan dalam tujuan hidupnya
untuk diaplikasikan seara nyata
dalam dunia kehidupannua secara
reall. Pengertian diatas merupakan
gambaran umum tentang IPS sebagai
tuntutan
sebuah

ilmu
dalam
mejadikan siswa sebgai individu
yang bertanggung jawab.
Penelitian ini sndiri dilakukan
dan diaplikasikan di SDN 1 Cikopo
Kec, Bungursaru Kab, Purwakarta.
Dimana terdapat suathu kasus siswa
mendapatkan skor ketika UTS
dengan rata-rata nilai yang kurang
memuaskan yaitu sebesar 65.
Sedangkan untuk KKM sendiri yang
diterapkan
adalah
65.
Ini
menunjukan secara nyata bahwa
mapel IPS sangat tidak berguna
secara akademik di kehidupan siswa.
Maka dari itu peneliti tergugash
untuk
melaksanakan
penelitian
secara nyata dengan aksi sebuah
tindakan. Jarak yang ditempuh oleh
peneliti untk menuju SD tersebut
tidak jauh, hanya menempuh waktu
10 menit saja, peneliti sudah sampai
dilokasi. Letak yang strategis dan
bangunan yang memiliki arsitektur
yang cukup baik menjadikan sekolah
ini menjadi daya tarik sendiri bagai
masyarakat sekitar. Para warga
kebanyakan
merupakan
buruh
pabrik, petani, dan guru sebagian
kecil.
Ini
menunjukan
suatu
perbedaan kultur yang sangat tinggi
dalam pergaulan masyarakat yang
ada. Selain itu SD tersebut juga
merupakan sekolah favorit dan
rujukan, akhirnya siswa yang sekolah

disana memiliki jumlah siswa yang
sangat banya. Untuk kelas yang
dijadikan objek penelitian ini saja
memiliki jumlah siswa secara
keselruhan sebanyakn 52 siswa.
Setiap individu yang ada memiliki
karakteristik yang berbeda di setiap
kelasnya. Kelas empat merupakan
kelas
yang
didominasi
oleh
orangorang
yang
memiliki
kualifikasi yang berbeda-beda dan
memiliki tingkat ekonomi serta
intelektual yang berbeda-beda, yaitu
beberapa orang tua mereka memiliki
juga pekerjaan yang berdebda-beda.
Ada yang menjadi petani, ada yang
menjadi pegawai pabrik, ada yang
menjadi buruh perusahaan busa, dan
ada juga yang menjadi petani
sebagian kecil dari keluarga kelas
empat
tersebut.
Selain
itu
infrastruktur sekolah di SDN 1
Cikopo sangat terbilang lngkap, ini
ditunjukan dengan adanya fasilitas
gedung yang tersedia, diantaranya
ada gudang, dapur, kamar mandi
guru dan siswa. Ini menunjukan
keseriusan
sekolah
untuk
membangun
generasi
penerus
bangsa. Namun dalam proses
pembelajaran
kebangayakan
pendidik
menggunakan
model
pembelajaran yang konvensional,
misalkan hanya menekankan sisswa
dengan pembelajaran yang pusat
pada guru, metode ceramah tanpa
diskusi yang mendalam antar siswa
atau siswa dikelompokan menjadi
beberapa kepribadian dan kebiasaan.
Maka hal ini menyebabkan satu
ketimpangan ynag sangat kontras,
maksud nya adalah. Bangunan
dengan arsitektur yang baik tapi
memiliki kualitas pembelajaran
sosial yang kurang menarik miant
bagi siswa, ini menunjukan siswa
menjadi anak yang pasif dan hanya
mampu bergaul dengan orang-orang

Hari Puji Hatmoko, Model Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar

JurnalSkripsi,
Skripsi,V0l.
V0l. 1,
1, Edisi
Edisi 1,
1, Juli
Jurnal
Juli 2016
2016 hlm.
hlm.35
53

tertentu saja. Skor rendah merupakan
fokus peneitli untuk lebih jauh
menggali permasalaahn yang ada.
Selain skor, aktivitas siswa juga
merupakan pandangan yang sangat
penting bagi peeneliti melalui
metode obervasi dimana siswa
dijadikan sebagai subjek dan guru
pamong menjadi observer bagi
peneliiti.
METODE
Metode yang digunakan
dalam proses peenlitian ini selama
berlangsung
adalah
dengan
menggunakan PTK atau biasa
disebut dengan penelitian tindakan
kelas
atau
classrhom
action
research. Metode penelitian ini
menekankan siswa sbgai subjek
seutuhnya dan sepenuh siswa yang
melukan dan melaksanakan proses
keghiatanb belajar dan guru disini
hanya berposisi sebagai motivator
dan falitator bila gsiwa memiliki
kesulitasn
dalam
kegiatan
pembelajarannya
di
internal
kelompknya. Sedangkan menurut
McNiff (wijaya, 2012, hlm. 8)
“memandang PTK adalah sebagai
bentuk penelitian reflektid yang
dilakuakan oleh guru sendiri yang
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai
alat untuk pengembangan keahlian
mengajar”. Ini menunjukan bahwa
PTK sangat manjur atau amouh
dalam
pelaksaan
proses
pembelajaran
ketika
sedang
berlangsung.
Dimana
dalam
penekanan kalimatnya adalah PTK
sebagai alat untuk refleksi guru. Hal
ini tentu menjadi satu keharusan bagi
seorang
guru
untuk
selalu
memperbaiki dan menaikan kualitas
diri dalam mengajar siswanya ketika
sedang berlangsung. PTK dalam
dunia pendidikan biasa digunakan
untuk menaikan pangkat seorang

guru dan menaikan golongan sebagai
bentuk penghargaan yang tinggi bagi
seorang guru. Maka dari itu
merupakan hal yang pantas bagi
seorang guru untuk dibayar mahal
oleh pemerintah, karena tujuan
mulianya mendidik dan membesrkan
moral dan etika siswa dari kelas 1
sampai dengan kelas 6 SD. Selain
menggunakan PTK, peneliti juga
menggunakan observasi sebagai alat
atau isteumen dalam pelaksanaan
peenelitian tersebut.
Dalam prosesnya terdapat
tahapan yang harus dialalui oeleh
peneliti, yaitu yang pertama dalam
PTK
adalah
perencanaan,
pelaksanaan,
pengamatan,
dan
refeleksi. Dalam proses perencanaan
peneliti merencakana apa yang akan
diteliti, misalnya adalah kelengkapan
daata awal dan lain sebagainya.
Kemudia
setelah
peneliti
mendapatkan data yang dibilangnya
cukup akurat, kemudai berlanjut
kedalam tahap pelaksanaan, dimana
dalam tahap pelaksanaan ini peneliti
melaksanaan
prosesdur
dan
perjanjian awal disaat proses
perencanaan. Kemuda yang ketiga
adalah pengamatan. Yaitu dimana
peneliti mengamati aktivitas siswa
selama
proses
penelitian
berlangsung. Kemudia yang ke
empat adalah proses refleksi.
Diamana peneliti melakukan flash
back untuk mengetahui masalah yang
diakukan oleh penliti. Misalnya alat
untuk mengukkut hasil belajar siswa
melalui instrumen, kemudia lembar
observasiny, dll. Hal ini menjadikan
renungan bagi oeneliti untuk
menningkatka kualitas penelitiannya.
Sehingga untuk keberlangsungan
berikutnya siswa lebih nyaman
dalam proses penelitian dan peneliti
menjadi lebih pervaya diri dengan
pelaksanaan penelitian yang akan

dialakukan kemudian hari. Guru
dalam proses pelaksanan mendidik
dan mengajarkan pelajaran secara
dengan baik mengajarkan para siswa
untuk
bisa
dan
dapat
mengaplikasikannya secara nyata
dalam dunia baik di sekolah maupun
di masyarakat tanpa terkecuali.
Empat tahapan dalam PTK
bila sudah dilaksanakan dengan baik
akan berbuah manis pada kemudian
hari untuk para siswa. Selain empat
tahapan yang harus dilakukan olrh
guru, ada beberapa siklus atau
percobaan yang dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana keefektifak
model yang digunaakan oleh peneliti
dalam rangka meningkatkan kualitas
bealajar siswa. Yang pertama adalah
tahap pada siklus I, dalam tahap ini
peneliti mencoba memberikan alat
tes evaluasi kepada siswa untuk
diujicobakan
sejauh
mana
kekurangan siswa sesuai dengan
informasi yang di dapat dari guru
pamong. Kemduian yang ke dua
adalah siklus II, dimana dalam
pelaksanaan siklus II ini sama
dengan yang diterapkan di siklus I,
tetapi perbedaannya adalah bila di
tahap
II
peneliti
membrikan
penjelasan
secara
jelas
dan
gamblang, kemudian menerapkan
apa yang ada di tahapan metode
tersebut denganb dipadukan bersama
dengan model pembelajaran yang
diterapkan.
Kemudian
bila
menunjukan hasil yang memuaskan
atau diatas 85% dan setara 85%
maka penelitian dikatakan berhasil
atau model yang diterapkan berhasil
dan bisa dilaksanaan dengan jangka
waktu anjang untuk oenggunaan
kedepannya dengan baik. Selain itu
PTK diharapkan menjadi salah satu
metode pembelajaran yang berperan
aktif untuk meningkatkan hasil dan
aktivitas belajar sswa kedepannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan yang
didapat dalam proses penelitian ini
menunjukan
prosesntase
yang
menggembirakan, sebelum jauh
membahas mengenai hasil dan
pembahasan, disini peneliti akab
membahas mengenai temuan di
setiap proses penelitian yang
berjalan.
SDN I Cikopo merupakan SD
yang menjadi favorit dikalangan
masyarakat cikopo, dimana SD ini
merupakan sekolah negeri satusatunya yang memiliki jumlah siswa
banyak, karakteristik yang tersaji
dikalangan siswa sangat heterogen,
baik dalam segi pendapatan orang
tuanya, dan pekerjaan yang ditekuni
oleh orang tuanya. Meskipun
heterogen secara material dan
finansial, di desa cikopo masih
memiliki mayoritas masyaraktnya
yang memeluk islam, jadi bisa
dikatan bhwa desa cikopo haterogen
secara ras dan budayanya saja. Disini
banyak warga pendatang yang
merantau untuk mengadu nasibnya,
heterogen secara ras dan busaya saja.
Selain itu siswa yang sekolah disini
diharuskan untuk mengaji dan
mendapatkan sertifikat yang sah dan
bisa melanjutkan ke jenjang sekolah
menengah pertama. Ini menunjukan
komitmen yang ditunjukan sekolah
untuk meningkatkan iman dan taqwa
siswanya. Kemudian dari pada itu,
siswa memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Ada
yang memiliki kecerdasan yang
tinggi, ada juga yang memiliki
keterbatasan kkurang memahami dan
memerhatkan
pelajaran
secara
maksimal. Selain kekurangan dan
kelebihan yang tadi sudah disebutkan
oleh peneliti, hal positif yang dapat
diambil oleh kita semua selaku
pendidik adalah ke sloidan mereka

Hari Puji Hatmoko, Model Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Jurnal
JurnalSkripsi,
Skripsi,V0l.
V0l.1,1,Edisi
Edisi1,1,Juli
Juli2016
2016hlm.
hlm.37
5

dalam bergaul dan tidak memilah
milih teman semaunya, namun dalam
segi ruang lingkup masyarakat yang
ada, ternyata di desa cikopo terbagi
dua kelompok masyarakat. Yaitu
masarakat yang tinggal di perumahan
dengan
segudang
pemikiran
individualis
dan
masayarakat
kampung yang tinggal dengan
pemahaman
kerjasama
dan
gotongroyong yang dikedepankan
secara nyata dan baik.
Hal
tersebut
banyak
mempengaruhi sebagian besar siswa
dalam
pergaulannya,
meskipun
mereka tidak memilih teman, namun
untuk masyarakat yang siswanya
tinggal
didaerah
perumahan
sangatlag terlihat mereka bergaul
secara homogen, dan lebih dari pada
itu ternyata yang mereka bahas
hanyalah permainan dan game yang
ada di handphone mereka saja.
Masalah tersebut merembent pada
siswa yang notabene tinggal di
daerah
pedalaman
atau
perkampungan di daerah desa
cikopo. Hal ini menjadi awal
permasalahan yang menjalar kepada
setiap
siswa
yang
memiliki
handphone dan dipergunakan hanya
untuk
bermain
game
tanpa
dipergunakan dengan bijka untuk
penggunaannya scara lebih efektif.
Lebih dari pada itu ternyata hal
tersebut membuat aktivitas sosial
siswa menjadi lebih menurun dari
tahun ke tauhn, mereka hanya asyik
bermain game dan tidak mau bergail
secara luas dengan teman-temannya
di
lingkungan
sekitar.
Ini
menunjukan masalah yang sangat
mengkhawatirkan
baik
secara
emosional dan aplikasi. Kemudian
temuan yang berikutnya adalah para
siswa
tersebut
cenderung
meremehkan mata pelajaran yang
berbau teori, layaknya IPS dalam

ruang
lingkup
SD,
mereka
menganggap bahwa IPS hanyalah
mata pelajaran yang cukup diingat
saja menjelang UTS atau UAS tiba,
namun
bila
pelaksanaannya
dilakukan secara mendadak mereka
hanya menjawab alakdarnya dan tdak
menjawab
secara
utuh
dari
pertanyaan yang disajikan oleh
peneliti. Namun tidak semua siswa
yang memiliki sifat tersebut, hanya
sebagian besar siswa saja yang
memiliki
karakteristik
tersebut.
Berdasarkan data yang didapat,
aktivitas
sosial
siswa
saat
pembelajaran
pada
Siklus
I
menunjukan prosentase yang kecil,
berikut adalah hasil dari temuan
tersebut:

Siklus I

aktif dalam
pembelajaran
(2,4)
keinginan
bertanya
(2,36)
berani
berpendapat
(1,92)
motivasi
belajar (2,28)
bertanggung
jawab (1,92)
presentasi
hasil diskusi
(1,92)

Dari diagram diatas didapatkan ratarata dari setiap proses yang dijalani

siswa sesuai dengan karakteristik
model yang diterapkan dalam
pelaksanan pembelajaran IPS di SD.
Dari enam aspek yang ada
rata-rata yang didapat siswa secara
keseluruhan masih menunjukan
angka yang relatif kecil. Untuk
kategori
aktif
dalam
proses
pembelajaran di dapat angka sebesar
2,4. Kemudian untuk keinginan
bertanya memiliki rata-rata sebesar
2,36. Berani berpendapat sebesar
1,92. Memiliki motivasi dalam
pelaksanaan proses pembelajaran
sebesar 2,28. Bertanggung jawab
sebsar 1,92. Dan aktivitas siswa
dalam proses presentasi hasil
penelitian adalah sebssar 1,92.
Sedangkan untuk nilai maksimal
dalam aktivitas siswa memiliki nilai
sebesar 4, karena memiliki enam
aspek yang dibagi sesuai dengan
aspek yang ada. Bila dilihat secara
jelas data yang tersaji, siswa dalam
proses pelaksanaan aktivitas siswa di
siklus I memiliki nilai rata-rata yang
rendah. Dan bila dijumlahkan
totalnya didapat skor keseluruhan
sebsar 2,194. Kesimpulan yang
didapat adalah dalam pelaksanaan
penelitian yang dilaksanan pada
siklus I memiliki rata-rata nilai yang
masih rendah.
Kemudian untuk hasil yang
didapat siswa pada siklus II
menunjukan nilai yang relatif
memiliki peningkatan yang berarti.
Data yang didapat disajikan dalam
diagram lingkaran berikut ini sesuai
dengan enam aspek yang dinilai
yaitu aspek aktif salam proses
pembelajaran, keinginan bertanya,
berani berpendapat, motivasi dalam
belajar, bertanggung jawab, dan
presentasi hasil penelitian.

Berikut adalah penyajian data dalam
bentuk diagram lingkaran:

Siklus II
aktif dalam
pembelajaran
(3,78)
keinginan
bertanya (3,84)
berani
berpendapat
(3,30)
motivasi
belajar (3,84)
bertanggung
jawab (3,48)
presentasi
hasil diskusi (3)

Dari diagram diatas didapat
kesimpulan bahwa setiap fase yang
dialui oleh siswa memiliki niali ratarata yang memiliki peningkatan di
setiap siklusnya. Di siklus II siswa
mendapatkan niali rata-rata yang
memuaskan.
Aktif
dalam
pembelajaran
3,78.
Keinginan
bertanya 3,48. Berani berpendapat
3,30. Motivasi dalam belajar 3,48.
Bertanggung jawab 3,48. Presentasi
hasil diskusi 3.
Kemudian untuk hasil belajar
yang di dapat oleh siswa dalam
proses pembelajaran IPS di SD
mendapatkan skor yang memiliki
peningkatan
yang
memiliki
peningkatan. Dari yang di dapat
siswa pada pertemuan siklus I
didapat daya serap siswa sebesar

Hari Puji Hatmoko, Model Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Jurnal
JurnalSkripsi,
Skripsi,V0l.
V0l.1,1,Edisi
Edisi1,1,Juli
Juli2016
2016hlm.
hlm.3 9

78% dan daya serap klasikalnya
sebesar 73%. Kemudian untuk siklus
II didapat skor daya serap siswa
sebesar 94,23% dan daya serap
klasikal mendapatkan skor 85,19%.
Dari
hasil
tersebut
didapat
keseimpulan bahwa siswa telah
tuntas dlam pemebelajaran penelitian
ini dan penelitian ini dihentikan
karena memiliki skor yang tuntas
yaitu diatas 85% sesuai yang telah
ditentukan oleh kemendikbud.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto

Suharsimi,
(2010).

Penelitian
Kelas.

Tindakan

Jakarta:

dkk.

PT

Bumi

Aksara.
Asmani Ma’mur Jamal. (2016).
Tips

Efektif

Cooperative Learning.

Yogyakarta:

DIVA

Press.
Basrowi, dkk. (2008). Prosedur
Penelitian

Tindakan

Kelas.

Bogor:

Yudhistira.
Hidayah Nur. (2013). Panduan
Praktis

Penyusunan

dan Pelaporan PTK.

Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62