Skrining Fitokimia dan Uji Efektivitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar
di dunia, yang tumbuh dan tersebar di 22 provinsi (Departemen Pertanian, 2005).
Kelapa sawit umumnya hanya digunakan sebagai minyak goreng dan daunnya
sebagai limbah. Penggunaan secara tradisional, daun kelapa sawit diperas dipakai
untuk penyembuhan luka (Irvin, 1985). Ekstrak daun tanaman ini memilki
aktivitas antibakteri dan antioksidan (Sashidaran, dkk., 2009; Manjunatha, dkk.,
2005), antihipertensi (Juliana, 2011), antidiabetes (Varatharajan, 2012), sebagai
hepatoprotektor (Vijayarathna, 2012), serta dapat mengobati toksisitas akut
(Victor, 2013). Menurut Rajoo dan Syahmi, (2010) pada penelitiannya
menyatakan bahwa daun kelapa sawit tidak beracun dan direkomendasikan
sebagai produk alami komersial.
Daun kelapa sawit mengandung senyawa polifenol lebih tinggi dari pada
daun teh (flavonoid, karotenoid, dan katekhin) (Runnie dkk., 2003). Menurut
Sreenivasan (2010) menyebutkan bahwa daun kelapa sawit mengandung alkaloid,
flavonoid, gula reduksi, saponin, steroid, terpenoid, dan tanin. Banyaknya
kandungan senyawa kimia yang dimiliki daun kelapa sawit sangat berpotensi
sebagai obat luka (Sashidaran, dkk., 2009).

Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan (Mansjoer,
2000). Menurut Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA)
(2004), luka merupakan kerusakan pada jaringan yang mengganggu proses selular

Universitas Sumatera Utara

normal. Luka sendiri dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang salah satunya
berdasarkan penyebab, yaitu luka sayat (vulnus scisum) yang dapat disembuhkan
dengan pemberian obat penutup luka (Walton, 1990). Tujuan dari kesembuhan
luka adalah penutupan luka dengan cepat dan secara estetik tidak meningggalkan
bekas luka. Terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu dapat dibagi
menjadi luka akut contohnya luka sayat (luka eksisi) dan luka kronis contohnya
luka bakar. Proses perbaikan jaringan dapat diurutkan ke dalam tiga fase yakni
hemostasis/inflamasi, proliferasi dan remodeling (Yuliani, 2012). Menurut Simon
dan Kerry (2000) senyawa-senyawa yang biasa digunakan sebagai antiinflamasi,
antibakteri, dan adstringensia adalah senyawa steroid, senyawa flavonoid, dan
tanin.
Dipasaran obat luka telah banyak beredar dalam bentuk gel dan krim, dari
jenis sediaan tersebut bentuk gel lebih banyak digunakan karena rasa dingin
dikulit, mudah mengering membentuk lapisan film sehingga mudah dibersihkan

(Suardi dan Murhayati, 2008). Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan
topikal akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap absorbsi obat dan
memiliki efek yang menguntungkan jika dipilih secara tepat (Lachman, dkk.,
1994). Pemilihan hidroksi propil metil selulosa (HPMC) sebagai dasar gel karena
tidak berbau dan berasa, mudah larut dalam air panas dan sebagai penstabil pada
sediaan topikal seperti gel dan salep sedangkan propilenglikol dapat digunakan
sebagai pelarut dan pengawet (Rowe, dkk., 2005).
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Sashidaran, dkk. (2012), yaitu
formulasi salep ekstrak metanol daun kelapa sawit konsentrasi 10% untuk
menyembuhkan luka sayat diperoleh hasilnya selama 25 hari yang diuji terhadap

Universitas Sumatera Utara

mencit. Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap
ekstrak etanol daun kelapa sawit (EEDKS) yang diformulasi sediaan gel berbasis
HPMC untuk selanjutnya diuji efektivitasnya terhadap penyembuhan luka sayat.

1.2 Perumusan Masalah
a. Apakah golongan senyawa kimia yang terdapat pada simplisia dan ekstrak
daun kelapa sawit?

b.

Apakah karakterisasi simplisia dan ekstrak daun kelapa sawit dapat dijadikan
pembanding untuk penelitian selanjutnya?

c.

Berapakah konsentrasi yang paling efektif dalam penyembuhan luka sayat?

1.3 Hipotesis
a. Golongan senyawa kimia yang terdapat pada simplisia dan ekstrak daun
kelapa sawit adalah golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tannin
dan steroid/triterpenoid.
b. Karakterisasi simplisia dan ekstrak daun kelapa sawit dapat dijadikan
pembanding untuk penelitian selanjutnya.
c. Konsentrasi yang paling efektif dalam penyembuhan luka sayat.

1.4 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia dan
ekstrak daun kelapa sawit.

b. Untuk mengetahui karakteristik simplisia dan ekstrak daun kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara

c. Untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif dalam penyembuhan luka
sayat.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi tentang kandungan
senyawa kimia, karakteristik dan efektivitas penyembuhan luka sayat dari daun
kelapa sawit.

1.6 Kerangka Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap kelinci jantan yang di buat luka sayat pada
bagian punggung kelinci. Kerangka penelitian ini menjadi variabel bebas dan
variabel terikat. Terdapat 7 variabel bebas yaitu simplisia dan ekstrak etanol daun
kelapa sawit, sediaan gel tanpa EEDKS, sediaan gel EEDKS konsentrasi 2,5%,
5%, 7,5%, dan Betadine®. Variabel terikat meliputi golongan senyawa metabolit
sekunder simplisia dan ekstrak, karakteristik simplisia dan ekstrak, karakteristik
dan kualitas gel serta penyembuhan luka seperti yang ditunjukkan pada Gambar

1.1.

Universitas Sumatera Utara

Variabel Bebas

Simplisia daun
kelapa sawit
Ekstrak etanol
daun kelapa
sawit

Variabel Terikat

Skrining
fitokima
simplisia dan
ekstrak
Karakteristik
simplisia dan

ekstrak

(Kelompok kontrol)
Basis Gel HPMC
karakteristik
sediaan gel
(Bahan uji)
Sediaan gel EEDKS
konsentrasi 2,5%, 5%,
dan 7,5%
Kelinci

(Kelompok
pembanding)
Betadine®

Parameter

1. Alkaloid
2. Flavonoid

3. Tanin
4.Steroid/Triterpenoid
5. Saponin
1. Kadar air
2. Kadar sari larut
dalam air
3. Kadar sari larut
dalam etanol
4. Kadar abu total
5. Kadar abu tidak
larut asam
1.
2.
3.
4.

Stabilitas fisik
pH
Homogenitas
Viskositas


1. Diameter luka
2. Hari kesembuhan

Penyembuhan
luka

Gambar 1.1 Kerangka penelitian

Universitas Sumatera Utara