PENENTUAN DAN PERAMALAN NILAI TUKAR

PENENTUAN DAN PERAMALAN NILAI
TUKAR
Kelompok 6
Cokorda Krisna Yuda (1607612012)
AA Finty Udayani (1607612011)

Penentuan nilai tukar: Theoritical thread.

 Teori Purchasing Power Parity
 Teori Interest Rate Parity
 Balance of Payments Approach
 Asset Market Approach

A. Teori Purchasing Power Parity
1. Absolute Purchasing Power Parity. Mengenal Hukum satu harga (the law of one price)
yaitu “Barang yang sejenis seharusnya memiliki harga yang sama antar negara”. Absolute
purchasing power parity berarti Keseimbangan nilai tukar antara 2 negara merupakan rasio
dari tingkat harga di kedua negara. Adapun rumusnya:

P
e

P*

2. Relative Purchasing Power Parity berarti Perubahan nilai tukar adalah proporsional
terhadap perubahan harga relatif di kedua negara pada periode tertentu.

P1 P0
e1  * * e0
P1 P0

e&    *
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diprediksi perubahan nilai tukar jika tingkat inflasinya diketahui.

B. Teori Interest Rate Parity
kondisi ekuilibrium dimana selisih suku bunga antara dua valuta diimbangi oleh selisih kurs
forward dengan kurs spot.

Rumus:
1+r = f/e∙(1+r*)

f

1 r

e 1 r *

()


f e
e



  r r*

rasio premium atau discount dari kurs forward adalah sama dengan perbedaan tingkat bunga di kedua
negara.
-

Jika tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri, maka terjadi premium dari
kurs forward.


-

Jika tingkat bunga dalam negeri lebih rendah dari tingkat bunga luar negeri, maka terjadi discount dari
kurs forward.

Ekspektasi perubahan nilai tukar yang akan datang adalah sama dengan perbedaan tingkat bunga di kedua
negara.
-

jika tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dibandingkan di luar negeri, maka pasar akan berekspektasi
terjadi depresiasi mata uang domestik

Kesimpulannya, teori interest rate parity terjadi pada jangka pendek. Teori ini menjelaskan hubungan
antara nilai tukar dan tingkat bunga dari perspektif mobilitas capital.

C. Balance of Payments Approach.

BP terdiri atas neraca berjalan dan neraca modal yang nilainya adalah nol.
BP  CA  KA  0


Neraca berjalan ditentukan oleh ekspor dan impor.
CA  CA(Y , Y *, P, P*, e)

Neraca modal ditentukan oleh tingkat bunga luar negeri r, tingkat bunga luar negeri r* dan ekspektasi nilai tukar.
KA  KA(r , r *, Ee f )

Faktor-faktor yang mempengaruhi BP ditunjukkan ole persamaan berikut:
BP  BP (Y , Y *, P, P*, r , r*, e, Ee f )

Keseimbangan nilai tukar dapat ditunjukkan dengan:
e  f (Y , Y *, P, P*, r , r*, Ee f )

-

Kenaikan Y akan menyebabkan impor bertambah, meningkatkan
permintaan valas dan memperburuk BP, mendorong terdepresiasinya
mata uang domestik.

-


Naiknya P akan menyebabkan terapresiasinya nilai tukar riil, mengurangi daya
saing produk DN, menurunkan ekspor dan penawaran valas, dan memperburuk
BP sehingga menghasilkan terdepresiasinya mata uang domestik.

-

Meningkatnya r akan menarik capital inflow, meningkatkan penawaran valas,
mengurangi keinginan berinvestasi pada aset finansial dan permintaan valas,
dan menyebabkan surplus BP sehingga mendorong terapresiasinya mata uang
domestik.

-

Jika mata uang domestik diperkirakan terdepresiasi, maka masyarakat akan
membeli valas dan menjual mata uang domestik, menyebabkan semakin banyak
permintaan valas dan semakin sedikitnya penawaran valas sehingga mendorong
terdepresiasinya mata uang domestic.

D. Asset Market Approach

a. Monetary Approach
- Flexible-Price Monetary
Approach
ln M d  ln P   ln Y   r
Fungsi permintaan uang

DN
ln M d *  ln P *  ln Y *   r *
Fungsi permintaan uang
LN
M s  M d M s*  Md *
Keseimbangan permintaan dan
penawaran
Sehingga

ln P  ln M s   ln Y   r
ln P*  ln M s *  ln Y *   r *

Purchasing power parity:


e 

P
P*

ln e  ln P  ln P *

Sehingga diperoleh:

ln e  (ln M s  ln M s *)   (ln Y *  ln Y )   ( r  r*)
Penawaran uang, pendapatan nasional dan tingkat bunga DN dan LN mempengaruhi nilai tukar melalui tingkat
harga di amsing-masing negara .
Kesimpulannya, flexible-price monetary approach didasarkan pada purchasing power parity dan harga yang
fleksibel dan ini sangat membantu menganalisis tren nilai tukar dalam jangka panjang

- Sticky-Price Monetary Approach
Absolute purchasing power parity lebih menekankan pada jangka panjang daripada jangka pendek.
Dalam jangka pendek, tingkat harga adalah sticky dan Ms dapat dipengaruhi oleh pendapatan
nasional dan tingkat bunga.


b. Portfolio Approach
Aset dilebarkan menjadi obligasi lokal dan asing serta uang lokal dan asing.
Ketika

investor

memerlukan

premium

risiko

ditambah

dengan

tingkat

pengembalian yang diharapkan untuk menciptakan ketidakyakinan antara
memegang obligasi lokal dan asing, kedua obligasi tersebut adalah subsitusi

tidak sempurna. Dalam konteks ini, yang mempengaruhi kurs valuta asing
adalah dalam aspek ekonomi fundamental seperti persediaan obligasi negara
dan current account

Pendekatan aset pasar untuk peramalan
nilai tukar.
 Monetary Approach:
nilai tukar didefinisikan sebagai harga dimana mata uang asing (foreign currency/ foreign
money) di jual belikan terhadap mata uang domestic (domestic currency/domestic money) dan
harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang.
Kontribusi perubahan nilai tukar terhadap keseimbangan penawaran dan permintaan uang
digunakan hubungan absolute purchasing parity (PPP) yang merupakan keseimbangan antara
harga domestic (P) dan konversi kurs valuta asing ke dalam mata uang domestic (eP*) dengan
rumus:
P = eP* atau e = P/P*

a. Flexible-Price Monetary Approach
b. Sticky-Price Monetary Approach

 Portfolio Approach

Pada pendekatan portopolio (Portfolio Approach), aset dilebarkan menjadi obligasi lokal
dan asing serta uang lokal dan asing. Ketika investor memerlukan premium risiko
ditambah

dengan

tingkat

pengembalian

yang

diharapkan

untuk

menciptakan

ketidakyakinan antara memegang obligasi lokal dan asing, kedua obligasi tersebut
adalah subsitusi tidak sempurna. Dalam konteks ini, yang mempengaruhi kurs valuta

asing adalah dalam aspek ekonomi fundamental seperti persediaan obligasi negara dan
current account.

Ketidakseimbangan: nilai tukar di negara
berkembang.
Nilai tukar mata uang pada suatu negara bersifat fluktuatif .Jika nilai mata uang
menguat maka nilai ekspor produk dari negara tersebut akan menjadi lebih tinggi dan
sebaliknya. Kenaikan nilai tukar uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang
asing, sedangkan depresiasi adalah penurunan nilai tukar uang domestik atas mata
uang asing. 
Ada beberapa faktor yang menyebabkan fluktuasi nilai mata uang. Berikut adalah
beberapa di antaranya:
a. Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat inflasi.
b. Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Suku Bunga
c. Nilai Tukar Mata Uang dan Neraca perdagangan

e. Nilai Tukar Mata Uang dan Ekspor-Impor
f. Nilai Tukar Mata Uang dan Kondisi Ekonomi dan Politik
g. Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat pendapatan
h. Nilai Tukar Mata Uang dan Kontrol Pemerintah
i. Nilai Tukar Mata Uang dan Ekspektasi

Transaction Exposure

Transaction
Exposure

Operating
Exposure

Accounting
Exposure

Tax Exposure

Mengapa lindungi nilai?
Banyak perusahaan mengelola exposure mata uangnya dengan melakukan hedging atau lindung nilai. Hal itu
disebabkan karena Perusahaan multinasional menghasilkan arus kas yang sensitif terhadap perubahan dalam nilai
tukar, suku bunga, dan harga komoditas. Untuk mengelola risiko mata uang tersebut maka mereka melalui hedging
yaitu sebuah lindung nilai perusahaan dengan mengambil posisi, seperti memperoleh arus kas atau aset atau kontrak
(termasuk kontrak forward), yang akan naik (turun) nilainya. Dengan adanya hedging melindungi pemilik aset yang
ada dari kerugian. Namun terkadang hadging tidak selalu menjawab apa sebenarnya keuntungan perusahaan dari
lindung nilai. Hal ini biasanya menjadi perdebatan yang berkelanjutan dalam multinational financial management.
Sehingga timbul beberapa alasan untuk tidak melakukan hedging, yaitu:

Alasan tidak melakukan hadging
1) Pemegang saham lebih mampu untuk melakukan diversifikasi risiko nilai tukar daripada manajemen
perusahaan.
2) Pengelolaan nilai tukar tidak meningkatkan arus kas yang diharapkan.
3) Manajemen perusahaan sering melakukan hedging untuk keuntungan manajemen, sementara itu adalah biaya
yang harus ditanggung oleh pemegang saham.
4) Manajer tidak dapat menebak pasar. Apabila posisi pasar adalah equilibrium, maka sesuai dengan teori parity,
net present value yang diharapkan dari hedging adalah nol.
5) Motivasi manajemen untuk megurangi keadaan yang berubah-ubah kadang-kadang didorong oleh alasan
akuntansi.

Alasan untuk melakukan hedging adalah:
1) Pengurangan risiko dalam atus kas yang akan datang dapat meningkatkan kapabilitas perencanaan perusahaan.
2) Pengurangan risiko dalam arus kas yang akan datang dapat mengurangi kemungkinan arus kas jatuh pada
tingkat yang lebih rendah dari minimal yang diperlukan.
3) Manajemen mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pemegang saham secara individual dalam
mengetahui risiko nilai tukar yang sebenarnya.
4) Pasar biasanya dalam posisi tidak equilibrium karena struktur dan institusi yang tidak sempurna.

Adapun Instrumen dari hedging, meliputi:

 Forward contract
 Money market hedge
 Future contract
 Option contract
 Currency invoicing
 Exposure netting
 Currency Risk Sharing

Pengukuran transaction exposure.

Transaction exposure mengukur keuntungan atau kerugian yang timbul dari
penyelesaian kewajiban keuangan yang ada yang dinyatakan dalam mata uang
asing. Penyebab timbulnya transaction expposure adalah sebagai berikut:
 Pembelian atau penjualan atas barang atau jasa secara kredit yang harganya
dinyatakan dalam mata uang asing
 Meminjam atau memberi pinjaman dana saat pembayaran yang dilakukan
dalam mata uang asing.
 Menjadi pihak yang tidak melakukan forward contract valuta asing, dan
 Jika tidak memperoleh aset atau menimbulkan pos kewajiban jangka panjang
dalam mata uang asing

Contoh yang paling umum dari transaction exposure muncul ketika suatu perusahaan memiliki piutang
atau hutang dalam mata uang asing.

Eksposur transaksi valuta asing dapat dikelola dengan menggunakan kontrak, operasi, dan lindung
nilai keuangan. Kontrak utama lindung nilai menerapkan forward, money, futures, and options markets.
Pada operasi dan lindung nilai keuangan menerapkan penggunaan berbagi perjanjian pembagian risiko,
yang berisi petunjuk serta ketentuan jika terjadi keterlambatan dalam hal pembayaran, pertukaran, dan
strategi lainnya.
Pada lindung nilai alami merujuk pada off-setting dari arus kas operasi, atas hutang yang timbul dari
pelaksanaan bisnis. Sebuah lindung nilai keuangan mengacu baik pada off-setting kewajiban utang
(misalnya pinjaman) atau beberapa jenis derivatif keuangan seperti pertukaran suku bunga. Hal ini perlu
diperhatikan untuk membedakan lindung nilai operasi dari lindung nilai pembiayaan.
 

Praktik manajemen risiko

Perusahaan dengan eksposur risiko valuta asing dapat menggunakan sejumlah strategi lindung nilai valuta
asing untuk mengurangi risiko nilai tukar. Eksposur transaksi dapat dikurangi dengan menggunakan pasar
uang, derivatif valuta asing seperti forward contract, future contract, opsi, dan pertukaran, atau dengan
teknik operasional seperti penagihan mata uang, baik dengan cara memajukan waktu dari penerimaan dan
memundurkan jangka waktu pembayaran, dan jaring eksposur. Eksposur transakasi sebagian besar
tergantung pada standar akuntansi negara asal dan metode penerjemahan yang
dipersyaratkan oleh standar tersebut. Fungsi perbendaharaan pada sebagian besar
perusahaan swasta, yang bertipe kelompok biasanya bertanggung jawab untuk
manajemen eksposur transaksi, biasanya dianggap sebagai cost center. Fungsi
treasury tidak diharapkan untuk menambah keuntungan pada bagian

bawah lini

perusahaan. Manajer risiko mata uang diharapkan untuk berbuat salah di sisi

Program manajemen eksposur transaksi umumnya dibagi dalam "option-line," yaitu orang-orang yang menggunakan
opsi dan mereka yang tidak. Perusahaan yang tidak menggunakan opsi mata uang bergantung hampir secara eksklusif
pada kontrak berjangka dan lindung nilai pasar uang. Banyak MNEs telah menetapkan kebijakan manajemen risiko
eksposur transaksi yang agak kaku yang mewajibkan lindung nilai secara proporsional. Kontrak lindung nilai ini
umumnya memerlukan penggunaan lindung nilai kontrak forward pada persentase dampak transaksi yang ada. Bagian
proporsi yang tersisa ini kemudian menggunakan lindung nilai selektif atas dasar toleransi risiko pandangan
pergerakan nilai tukar, dan tingkat keyakinan perusahaan.