MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 DAN MATA U

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN MATA UANG TUNGGAL
ASEAN
makalah
disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Moneter Internasional
yang diampu oleh bapak M. Al Musadieq, DR.MBA

Kelompok V
Della Andini

(125030300111039)

Nirmaya Candra K.

(125030306111001)

Pregnandia Ladina

(125030300111032)

Yuni Eko S.


(125030307111018)

PROGRAM STUDI BISNIS INTERNASIONAL
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Oktober 2014

BAB I
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setelah krisis ekonomi yang mengguncang Asia tahun 1997-1998 membawa dampak yang
besar terhadap tatanan perekonomian negara – negara di kawasan Asia Tenggara. Setelah
lebih dari sepuluh tahun pasca krisis, beberapa negara sudah berhasil membangun kembali
stabilitas perekonomian. Meski dalam kenyataanya tingkat pertumbuhan perekonomian tiap –
tiap negara berbeda. Oleh sebab itu maka kebutuhan akan integrasi ekonomi di ASEAN saat

ini menjadi sebuah perhatian khusus. Integrasi ekonomi ASEAN disini dapat berupa
penciptaan komunitas perekonomian sesama ASEAN, Yang mana diharapkan dengan
terjadinya komunitas perekonomian sesama anggota ASEAN ini akan meningkatkan
perdagangan setiap negara anggota, efisiensi dalam produksi, pembenahan sIstem finansial,
dan membantu negara-negara yang terlambat pertumbuhannya. Dalam rangka menjaga
stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kasawasan secara
menyeluruh di pasar dunia, mendorong pertumbuhan ekomi dan meningkatkan standar hidup
penduduk negara anggota ASEAN maka seluruh anggota sepakat untuk mewujudkan
integrasi ekonomi yang lebih nyata yaitu ASEAN Economic Community (AEC). AEC
merupakan bentuk integrasi Ekonomi negara – negara ASEAN yang dirancang akan tercapai
pada tahun 2015. Dimana apabila AEC tercapai maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal
dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil
yang bebas. Dengan mempersatukan potensi dari beberapa negara dalam satu kawasan maka
diharapkan semua negara tersebut memperoleh dampak positif dari integrasi regional
tersebut. Hingga pada akhirnya, ketika negara anggota ASEAN mampu mencapai integrasi
ekonomi bukan tidak mungkin kedepanya akan mampu menerapkan mata uang tunggal dan
menjadi basis perekonomian dunia.

1.2 Rumusan Masalah
2


Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Bagaimana latar belakang dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?
Elemen – Elemen apa saja yang nantinya akan terintegrasi secara regional ?
Bagaimana peluang dan tantangan untuk Indonesia dalam menghadapi MEA ?
Bagaimana penetapan mata uang tunggal ASEAN ?

1.3 Manfaat Pembahasan
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui bagaimana latar belakang dibentuknya MEA.
Untuk mengetahui elemen – elemen apa saja yang akan terintegrasi

Untuk mengetahui peluang Indonesia dalam menghadapi MEA
Untuk mengetahui impelementasi mata uang tunggal ASEAN

BAB II
PEMBAHASAN
3

2.1 SEJARAH SINGKAT ASEAN DAN MEA
ASEAN yang merupakan singkatan dari Association of South East Asia Nation berdiri pada
tanggal 8 Agustus 1967. Merupakan perserikatan negara – negara di kawasan asia tenggara
untuk menggalang kerjasama regional untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah tertuang
dalam deklarasi Bangkok yang mana masih ditandatangani oleh lima menteri luar negeri dari
Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Disusul oleh Brunei Darussalam,
Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Tujuan dibentuknya ASEAN itu sendiri antara lain
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, meningkatka perdamaian dan stabilitas regional,
meningkatkan kerjasama yang aktif.
Dan sebagai langkah nyata untuk mencapai tujuan – tujuan terbentuknya ASEAN salah
satunya adalah dengan adanya ASEAN Economic Community atau masyarakat ekonomi
ASEAN (MEA). Krisis keuangan dan ekonomi yang terjadi di Asia pada tahun 1997-1998
memicu kesadaran negara – negara anggota ASEAN tentang pentingnya peningkatan dan

penguatan kerjasama intra-kawasan. Dalam Declaration of ASEAN Concord II di Bali
Oktober 2003. Ini merupakan bagian dari upaya untuk mempererat integrasi, menyesuaikan
cara pandang agar dapat lebih tebuka dalam membahas permasalahan domestik yang
berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan prisip – prinsip utama ASEAN yaitu saling
menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri, konsesnsus, dialog, dan konsultasi.
Pada KTT ke-10 di Vientien Laos tahun 2004 disepakati tentang realisasi ASEAN Economic
Community pada 2020 dengan membentuk komite High Level Tasks Force (HLTF) yang
memiliki kewenangan dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Namun pada KTT
ke-12 di Cebu Filipina tahun 2007 menyepakati percepatan realisasi MEA dari tahun 2020
menjadi 2015. Keputusan untuk mempercepat ini ditetapkan dalam rangka memperkuat daya
saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global. Untuk itulah disusun ASEAN Charter
sebagai payung hukum, panduan terwujudnya MEA serta menjadi basis komitmen dalam
meningkatkan dan mendorong kerjasama negara anggota ASEAN.

2.2 ELEMEN – ELEMEN YANG TERINTEGRASI
4

A. Arus Bebas Barang
Arus barang bebas merupakan salah satu elemen dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi
ASEAN dengan kekuatan pasar tunggal dan diharapkan mekanisme tesebut dapat membentuk

jaringan produksi regional ASEAN. MEA merupakan salah satu langkah komprehensif dari
pedagangan bebas ASEAN. Untuk mewujudkanya anggota ASEAN telah menyepakati
ASEAN Trade in Good Agreement (ATIGA)

pada KTT ASEAN ke-14 tahun 2008 di

Thailand. Yang mana ATIGA merupakan kodifikasi atas keseluruhan kesepakatan ASEAN
dalam liberalisasi dan fasilitas perdagangan. Dimana tujuan dari ATIGA tersebut antara lain
untuk :
-

Mewujudkan kawasan arus barang bebas sebagai salah satu pronsip untuk membentuk

-

pasar tunggal dan basis produksi dari MEA.
Meminimalkan hambatan dan memperkuat kerjasama diantara negara – negara

-


anggota ASEAN.
Menurunkan biaya produksi.
Meningkatkan perdagangan dan investasi dan efisiensi ekonomi.
Menciptakan pasar yang lebih besar dengan kesempatan dan skala ekonomi yang

-

lebih besar.
Menciptakan kawasan investasi yang kompetitif.

Manfaat dan tantangan ATIGA bagi Indonesia :
-

Terciptanya kepastian hukum dalam menjalankan usaha di bidang perdagangan

-

barang.
Terbukanya peluang untuk meningkatkan volume ekspor barang dari Indonesia ke


-

negara – negara anggota ASEAN lainya.
Iklim usaha yang semakin kondusif dengan diterapkanya penyederhanaan perizinan.
Terciptanya lapangan kerja baru dan terbukanya peluang pemanfaatan teknologi antar
negara anggota.

Penghapusan Non Tariff Barriers (Ntbs)
Negara anggota ASEAN sepakat dalam mewujudkan integrasi ekonomi tahun 2015 seluruh
hambatan non tariff akan dihapuskan. Untuk itu masing – masing negara anggota
diwajibkan untuk meningkatkan transparansi dengan mematuhi prosedur dan melakukan
pengapusan hambatan non-tarif yang dilakukan dalam tiga tahap.
Trade Facilitator
5

Fasilitas perdagangan yang memiliki mekanisme perdagangan, kepabeanan, proses, prosedur
dan arus informasi guna menigkatkan daya saing ekspor dan mendorong integrasi ekonomi
ASEAN menuju pasar tunggal. Dengan adanya fasilitas perdagangan ini diharapkan akan
tercipta lingkungan regional yang konsisten, transparan, dan dapat diprediksi.
Custom Integration(Integrasi Kepabeanan)

Terdapat beberapa rencana strategis dalam pengembangan kepabeanan agar terintegrasi yang
mana fokus pada : pengintegrasian struktur, merancang ASEAN e-customs (modernisasi
klasifikasi tariff penilaian penentuan asal barang), penguatan sumberdaya manusia,
peningkatan kerjasama internasional terkait, pengurangan perbedaan sistem kepabeanan
antar negara anggota, dan penerapan teknik pengelolaan resiko serta kontrol berbasis audit.
Asean Single Window
ASEAN single window merupaan sistem elektronik yang akan mengitegrasikan informasi
berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang yang
menjamin keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses antar sistem
internal yang secara otomatis meliputi sitem kepabeanan, perizinan, kepelabuhan dan sistem
– sistem lainya.
B. Arus Bebas Investasi
Untuk meningkatkan daya saing negara anggota ASEAN agar menarik penanam modal asing
adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif. Sebelumnya ASEAN telah menciptakan
kerangka terkait dengan penanaman modal asing dan dengan adanya Masyarakat Ekonomi
ASEAN ini, ASEAN telah memiliki persetujuan di bidang investasi yang lebih konprehensif
dengan 4 pilar antara lain :
-

Perlindungan investasi, bertujuan untuk menyediakan perlindungan kepada investor.

Yang didalamnya sudah mencangkup tentang mekanisme sengketa, aturan transfer
dan repatriasi modal, serta perlakuan kompensasi atas kerugian akibat adanya

-

sengketa.
Fasilitas dan kerjasama bertujuan untuk menyediakan peraturan, ketentuan, kebijakan,
prosedur investasi yang transparan. Yang didalamnya mencangkup tindakan

-

mengharmonisasikan kebijakan investasi.
Promosi dan awareness yang bertujuan untuk mempromosikan ASEAN sebagai
kawasa investasi yang terpadu dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.
6

-

Liberalisasi investasi secara progresif dengan menerapkan perlakuan nondiskriminasi.


C. Arus Modal Yang Lebih Bebas
Arus modal yang lebih bebas adalah untuk mendukung transaksi keuangan yang lebih efisien.
Arus modal antar negara merupaan salah satu indikator adanya transaksi perdagangan asset.
Liberalisas arus modal dalam konteks ASEAN adalah suatu proses menghilangkan peraturan
yang bersifat menghambat arus modal atau mengontrol dalam berbagai bentuk. Upaya untuk
mengembangkan dan meningkatkan integrasi pasar modal ASEAN maka diciptakan program
utama antara lain :
-

Harmonisasi berbagai standar pasar modal ASEAN, khususnya dalam hal ketentuan

-

penawaran harga;
Adanya fleksibilitas dalam ketentuan hukum untuk penerbitan sekuritas;
Memfasilitasi usaha yang bersifat market driven untuk membentuk hubungan antar

-

pasara saham dan pasar obligasi;
Memperkuat struktur mekanisme pemungutan pajak penghasilan, untuk memperkuat
basis investasi bagi penerbitan surat utang.

D. Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil
Dengan adanya MEA maka akan terbuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara
anggota ASEAN. Para warga negara dapat keluar masuk dari satu negara ke negara lainya
guna mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju.Untuk
mendukung upaya tersebut maka dibentuklah Mutual Recognition Arrangement (MRA)
sebagai kesepakatan yang diakui bersama oleh seluruh negera anggota ASEAN untuk
mengakui atau menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian seperti hasil tes maupun
sertifikat. Pembentukan MRA tersebut untuk menciptakan prosedur dan mekanisme
akreditasi untuk mendapatkan kesetaraan.
2.3 . PROSES MENUJU KESEPAKATAN MEA
A. Asean Vision 2020
Pada KTT ke- 2 Asean tanggal 15 Desember 1997 di Kuala Lumpur Malaysia, para
pemiimpin ASEAN mengesahkan visi ASEAN 2020 dengan tujuan :
-

Menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan memiliki daya
saing tinggi yang ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasa, dan investasi yang
7

bebas. Pembangunan ekonomi yang merata serta mengurangi kemiskinan dan
-

kesenjangan sosial ekonomi.
Mempercepat liberalisasi perdagangan dibidang jasa.
Meningkatkan pergerakan tenaga profesional dan jasa lainnya secara bebas di
kawasan ASEAN.

B. Hanoi Plan Of Action
Pada KTT ke-6 ASEAN tanggal 16 Desember 1998 di Hanoi – Vietnam, para pemimpin
ASEAN mengesahkan rencana aksi Hanoi ( Hanoi Plan Of Action / HPA ) yang merupakan
langkah awal untuk merealisasikan tujuan dari Visi 2020 ASEAN. Rencana ini memiliki
batasan waktu 6 tahun yakni 1999-2004. Pada KTT tersebut para pemimpin ASEAN
mengeluarkan Statement on Bold Measures dengan tujuan untuk mengembalikan
kepercayaan pelaku usaha, mempercepat pemulihan ekonomi, dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi dan financial.
C. Roadmap for Intergration of ASEAN (RIA)
Pada KTT ke-7 ASEAN tanggal 5 November 2001 di Bandar Seri Bengawan – Brunei
Darusalam dibentuk roadmap for intergration of ASEAN ( RIA). Di bidang perdagangan jasa
sejumlah aksi telah dipetakan, antaralain :
-

Mengembangkan dan menggunakan pendekatan alternative untuk liberalisasi
Mengupayakan penerapan kerangka regulasi yang sesuai
Menghapuskan semua halangan yang menghambat pergerakan bebas perdagangan

-

jasa di kawasan ASEAN
Menyelesaikan kesepakatan pengakuan timbale balik (MRA) di bidang jasa
professional

D. Bali Corcord II
Krisis keuangan dan ekonomi pada 1997-1998 di Asia Tenggara memicu kesadaran negaranegara ASEAN mengenai pentingnya peningkatan dan penguatan kerjasama intra kawasan.
ASEAN Economic Community merupakan konsep yang mulai digunakan dalam Bali
Concord II bulan Oktober 2003 kemudian ASEAN mengadopsi Bali Concord II pada KTT
ke-9. ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan komunitas ASEAn.
Pembentukan komunikasi ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih
mempererat intergrasi ASEAN. Komunitas ASEAN mengalami kemajuan di KTT ke-10.
ASEAN di Vientianie Laos 2004 dengan disetujuinya Vientianie Action Program (VAP)
2004-2010 yangf merupakan strategi & program kerja untuk mewujudkan ASEAN vision.
8

Pencapaian ASEAN community semakin menguat dengan ditanda tanganinya “Cebu
Declaration on the Acceleration of the Estabilishmen of on ASEAN Comunnity by 2015
oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 di Cebu, Filipina 13 january 2007.
E. ASEAN Charter (piagam ASEAN)
Guna mempercepat langkah kesepakatan intergrasi ekonomi tersebut, ASEAN menyusun
ASEAN Charter sebagai payung hokum yang menjadi basis komitmen dalam meningkatkan
dan mendorong kerjasama diantara Negara-negara ASEAN.
F. ASEAN Economic Community (AEC)
ASEAN Economic Community Blueprint yang merupakan paduan untuk terwujudnya MEA.
Bluprint merupakan pedoman bagi Negara-negara ASEAN untuk mencapai AEC 2015. MEA
Blueprint memuat 4 kerangka utama :
- ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan element aliran
bebas barang, jasa investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas
ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi dengan elemen

-

peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual,
pengembangan infrastruktur , perpajakan dan e-commerce.
ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen

-

pengembangan usaha kecil dan menengah dan prakarsa intergrasi ASEAN untuk
Negara-negara CMLV (cambodja, Myanmar , laos dan Vietnam)
ASEAN sebagai kawasan yang terintregasi secara penuh dengan perekonomian global

-

dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi diluar kawasan
dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.
G. Roadmap For An Asean Community ( 2009-2015)
Sebuah gagasan baru untuk mengimplementasikan secara tepat waktu tiga blueprint ASEAN
community, yaitu :
-

ASEAN political – Security Community Blueprint
ASEAN Economic Community Blueprint
ASEAN sosio Culture Community Blueprint

2.4 STRUKTUR KELEMBAGAAN ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
Sesuai dengan piagam ASEAN dibentuk struktur kelembagaan ASEAN yang

terdiri dari

:

9

a. ASEAN Summit merupakan pertemuan tingkat kepala Negara yang berlangsung 2x
dalam setahun dan di selenggarakan secara bergiilir berdasarkan alphabet dari
Negara-negara yang menjabat sebagai ketua ASEAN
b. ASEAN Coordinating Council
Dewan yang dibentuk untuk mengkoordinasi seluruh pertemuan tingkat menteri
ASEAN
c. ASEAN Economic Community Council (AEC Council)
Merupakan dewan yang mengkoordinasi semua economic sektoral seperti bidanh
perdagangan, keuangan, pertanian dan kehutanan energy perhubungan, pariwisata dan
telekomunikasi. Pertemuan dilaksanakan sekurang-kurangnya 2x setahun
d. ASEAN

Economic

Ministers

(AEM)

merupakan

dewan

menteri

yang

mengkoordinasikan negoisasi dan proses implementasi intergrasi ekonomi
e. ASEAN Free Trade Area Council ( AFTA Council )
Dewan menteri ASEAN yang pada umumnya diwakili oleh menteri ekonomi masingmasing Negara anggota. Bertanggunng jawab atas proses negoisasi dan implementasi
komitmen dari bidang perdagangan barang ASEAN
f. ASEAN investemen Area Council (AIA Council)
Dewan menteri ASEAN yang bertanggung jawab atas proses negoisasi dan
implementasi komitmen di bidang investasi ASEAN.
g. Senior Economic Official Meeting (SEOM)
Merupakan pertemuan ASEAN di tingkat pejabat eselon yang menangani ekonomi.
Pertemuan diadakan di emnpat kali dalam setahun
h. Coordinating Commites
Merupakan pertemuan teknis setingkat pejabat eselon 2 atau pejabat eselon 3 di
instansi terkait masing-masing Negara anggota ASEAN .
2.5 PELUANG DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH INDONESIA DALAM
MENGHADAPI MEA 2015
a. PELUANG
- Manfaat Integrasi Ekonomi
Kesediaan Indonesia bersama-sama dengan 9 Negara ASEAN membentuk ASEAN
Economic Community (AEC) pada tahun 2015 tentu saja didasarkan pada keyakinan
atas manfaatnya yang secara konseptual akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia dan kawasan ASEAN. Integrasi ekonomi dalam mewujudan AEC 2015
10

melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar, dorongan peningkatan
efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di
-

kawasan ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di kawasan.
Pasar Potensial Dunia
Pewujudan AEC di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar
terbesar ke-3 di dunia setelah China dan India. Pada tahun 2008, jumlah penduduk
ASEAN sudah mencapai 584 juta orang (ASEAN Economic Community Chartbook,
2009), dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan usia
mayoritas berada pada usia produktif. Pertumbuhan ekonomi individu Negara
ASEAN juga meningkat dengan stabilitas makroekonomi ASEAN yang cukup terjaga
dengan inflasi sekitar 3,5%. Jumlah penduduk Indonesia yang terbesar di kawasan
(40% dari total penduduk ASEAN) tentu saja merupakan potensi yang sangat besar
bagi Indonesia menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat

-

memimpin pasar ASEAN di masa depan.
Negara Pengekspor
Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara pengekspor
baik produk berbasis sumber daya alam (seperti agro-based product) maupun berbagai
produk elektronik. Dengan mingkatnya harga komoditas internasional, sebagian besar
Neagara ASEAN mencatat surplus pada transaksi berjalan. Prosepek perekonomian
yang cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi
(penanaman modal).
Pada umumnya, konsentrasi perdagangan ASEAN masih dengan dunia meskipun
cenderung menurun dan beralih ke intra-ASEAN. Data perdagangan ASEAN
menunjukkan bahwa share perdagangan ke luar ASEAN semakin menurun, dari
80,8% pada tahun 1993 turun menjadi 73,2% pada tahun 1993 menjadi 26,8% pada
tahun 2008. Hal yang sama juga terjadi dengan Indonesia dalam 5 tahun terakhir,
namun perubahannya tidak signfikan. Nilai ekspor Indonesia ke intra-ASEAN hanya
18-19% sedangan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya, hal ini
berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus
ditingkatkan agar laju peningkatkan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju
peningkatan impor dari intra-ASEAN.
Indonesia sudah mencatat 10 komoditi unggulan ekspornya baik ke dunia maupun ke
intra-ASEAN selama 5 tahun terakhir ini (2004-2008) dan 10 komoditi ekspor yang
potensial untuk semakin ditingkatan. Komoditi unggulan ekspor ke dunia adalah
minyak kelapa sawit, tekstil & produk tekstil, elektronik produk hasil hutan, karet &
produk karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang dan kopi sedangkan omoditi ekspor ke
11

intra-ASEAN adalah minyak petroleum mentah, timah, minyak kelapa sawit, refined
copper, batubara, karet, biji kakao, dan emas. Disamping itu, Indonesia mempunyai
komoditi lainnya yang punya peluang untuk ditingkatkan nilai ekspor ke dunia adalah
perlatan kantor, rempah-rempah, perhiasan, kerajinan, ikan & produk perikanan,
minyak atsiri, makanan olahan, tanaman obat, perlatan medis, sert kulit & produk
kulit. Tentu saja, Indonesia harus cermat mengidentifikasi tujuan pasar sesuai dengan
-

segmen pasar dan spesifikasi dan kualitas produk yang dihasilkan.
Negara Tujuan Investor
Uraian tersebut di atas merupakan fakta yang menunjukkan bahwa ASEAN
merupakan pasar dan memiliki basis produksi. Fakta-fakta tersebut merupakan faktor
yang mendorong meningkatnya investasi di dalam negeri masing-masing anggota dan
intra-ASEAN serta masuknya investasi asing ke kawasan. Sebagai Negara dengan
jumlah penduduk terbesar (40%) diantara Negara Anggota ASEAN, Indonesia
diharapkan akan mampu menarik investor ke dalam negeri dan mendapat peluang
ekonomi yang lebih besar dari Negara Anggota ASEAN lainnya.
Dari segi peningkatan investasi, berbagai negara ASEAN mengalami penurunan rasio
investasi terhadap PDB sejak krisis, antara lain akibat berembangnya regional hubproduction. Tapi bagi Indonesia, salah satu faktor penyebab penting penurunan rasio
investasi ini adalah belum membaiknya iklim investasi dan keterbatasan infrastruktur
(pipa gas, teknologi informasi) maupun dari sisi pembiayaan menjadi agenda.
Kesempatan tersebut membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia
melalui pemanfaatan program kerja sama regional, terutama dalam melancarkan
program perbaikan infrastruktur domestic. Sedangkan, kepentingan untuk harmonisasi
dengan regional menjadi prakondisi untuk menyesuaikan peraturan investasi sesuai

-

standar kawasan
Daya Saing
Liberalisasi perdagangan barang ASEAN aakan menjamin kelancaran arus barang
untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan
tariff non-tarif yang berarti sudah tidak lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di
kawasan sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang yang berualitas secara efisien sehingga
mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Di sisi lain, pasa konsumen
juga mempunyai alternative pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal.
Indonesia sebagai salah satu Negara besar yang juga memiliki tingat integrasi tinggi
12

di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya
alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industry di sektor-sektor tersebut di
-

dalam negeri.
Sektor Jasa yang Terbuka
Di bidang jasa, ASEAN juga memiliki kondisi yang memungkinkan agar
pengembangan sektor jasa dapat dibuka seluas-luasnya. Sektor-sektor jasa prioritas
yang telah ditetapkan yaitu pariwisata, kesehatan, penerbangan dan e-ASEAN dan
kemudian akan disusul dengan logistic. Namun, perkembangan jasa prioritas di
ASEAN belum merata, hanya beberapa negara ASEAN yang mempunyai
perkembangan jasa yang sudah berkembang seperti Singapura, Malaysia dan
Thailand. Kemajuan ketiga negara tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penggerak
dan acuan untuk perembangan liberalisasi jasa di ASEAN. Lebih lanjut, untuk
liberalisasi aliran modal dapat berpengaruh pada peningkatan sumber dana sehingga
memberikan manfaat yang positif baik pada pengembangan system keuangan, alokasi
sumber daya yang efisien serta peningkatan kinerja perekonomian secara keseluruhan.
Dari sisi jumlah tenaga kerja, Indonesia yang mempunyai penduduk yang sangat besar
dapat menyediakan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga menjadi
pusat industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan
pekerjaan guna mengisi investasi yang dilakukan dalam rangka AEC 2015.
Standarisasi yang dilakukan melalui Mutual Recognition Arrangements (MRAs) dapat

-

memfasilitasi pergerakan tenaga kerja tersebut.
Aliran Modal
Dari sisi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai kawasan dikenal sebagai
tujuan penanaman modal global, termasuk CLMV khususnya Vietnam. AEC
membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran modal masuk ke
kawasan yang kemudian ditempatkan di asset berdenominasi rupiah. Aliran modal
tersebut tidak saja berupa porsi dan portofolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran
modal langsung (PMA). Sedangkan dari sisi peningkatan kapasitas dan kualitas
lembaga, peraturan terkait, maupun sumber daya manusia, berbagai program kerja
sama regional yang dilakukan tidak terlepas dari eharusan melakukan harmonisasi,
standarisasi, mauoun mengikuti MRA yang telah disetujui bersama. Artinya aan
terjadi proses perbaikan kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun peraturan
terkait. Sebagai contoh adalah penerapan ASEAN Single Window yang seharusnya
dilakukan pada tahun 2008 (hingga saat ini masih adalah dalam proses) untuk

13

ASEAN-6 mengharuskan penerapan sistem National Single Window (NSW) di
masing-masing negara.
b. TANTANGAN
- Laju Peningkatan Ekspor dan Impor
Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak
hanya yang bersifat internal didalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan
negara sesame ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India.
Kinerja ekspor selama periode 2004-2008 yang berada di urutan ke-4 setelah
Singapura, Malaysia, dan Thailand, dan importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan
Malaysia, merupakan tantangan yang sangat serius ke depan karena telah
mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang deficit terhadap beberapa Negara
ASEAN tersebut.
Ancaman yang diperkirakan lebih serius lagi adalah perdagangan bebas ASEAN
dengan China. Hingga tahun 2007, nilai perdagangan Indonesia dengan China masih
mengalami surplus, akan tetapi pada tahun 2008, Indonesia mengalami deficit ± US$
3600 juta. Kondisi daya saing Indonesia tidak segera diperbaiki, nilai deficit
perdagangan dengan China akan semakin meningat. Akhir-akhir ini para pelaku usaha
khususnya yang bergerak di sektor industry petrokimis hulu, baja, tekstil, alas kaki
serta elektronik, menyampaikan kekhawatirannya dengan masuknya produk-produk
sejenis dari China dengan harga yang relative lebih murah dari produsi dalam negeri
-

(Media Indonesia, 26 Nopember 2009).
Laju Inflasi
Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi bila
dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Stabilitas makro masih
menjadi endala peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat kemakmuran Indonesia
juga masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Populasi Indonesia yang terbesar
di ASEAN membawa konsekuensi tersendiri bagi pemerataan pendapatan, 3 negara
ASEAN yang lebih baik dalam menarik PMA mempunyai pendapatan per kapita yang

-

lebih tinggi dari Indonesia.
Dampak Negatif Arus Modal yang Lebih Bebas
Arus modal yang lebih bebas untuk mendukung transaksi keuangan yang lebih
efisien, merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan,memfasilitasi
perdagangan internasional, mendukung pengembangan sektor keuangan dan akhirnya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun demikian, proses
liberalisasi arus modal dapat menimbulkan ketidakstabilan melalui dampak
langsungnya pada kemungkinan pembalikan arus modal yang tiba-tiba maupun
14

dampak tidak langsungnyapada peningkatan permintaan domestic yang akhirnya
berujung pada tekanan inflasi. Selain itu, aliran modal yang lebih bebas di kawasan
dapat mengakibatkan terjadinya konsentrasi aliran modal ke Negara tertentu yang
dianggap memberikan potensi keuntungan lebih menarik. Hal ini kemudian dapat
menimbulkan resiko tersendiri bagi stabilitas makrekonomi.
-

Kesamaan Produk
Hal lain yang perlu dicermati adalah kesamaan keunggulan komparatif kawasan
ASEAN, khususnya di sektor pertanian, perikanan, produk aret, produk berbasis kayu,
dan eletronik. Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ini merupakan salah satu
penyebab pangsa perdagangan intra-ASEAN yang hanya berkisar 20-25% dari total
perdagangan ASEAN. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah
bagi produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristi tersendiri dengan produk

-

dari Negara-negara ASEAN lainnya.
Daya Saing Sektor Prioritas Integrasi
Tantangan lain yang juga dihadapi oleh Indonesia adalah peningkatan keunggulan
komparatif di setor prioritas integrasi. Saat ini Indonesia memiliki keunggulan di
sektor/komoditi seperti produk berbasis kayu, pertanian, minyak sawit, perikanan,
produk karet dan elektronik, sedangkan untuk tekstil, elektronik, mineral (tembaga,
batu bara, nikel), mesin-mesin, produk kimia, karet dank etas masih dengan tingkat

-

keunggulan yang terbatas.
Daya Saing SDM
Kemampuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara
formal maupun informal. Kemampuan tersebut diharapkan harus minimal memenuhi
ketentuan dalam MRA yang telah disetujui. Pada tahun 2008-2009, mode 3 pendirian
perusahaan (commercial presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga kerja
(Movement of Natural Persons) intra ASEAN akan diberlakukan untuk sektor
prioritas integrasi. Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga
erjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk
mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar. Pekerjaan ini tidaklah mudah
karena memerlukan adanya ceta baru sistem pendidikan secara menyeluruh, dan

-

sertifikasi berbagai proses terkait.
Kepentingan Nasional
Disadari bahwa dalam rangka integrasi ekonomi, kepentingan nasional merupakan
yang utama yang harus diamanan oleh Negara Anggota ASEAN. Kepentingan
kawasan, apabila tidak sejalan dengan kepentingan nasional, merupakan prioritas
15

kedua. Hal ini berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanaan komitmen
liberalisasi AEC Blueprint. Dapat dikatakan, kelemahan visi dan mandat secara politik
serta masalah kepemimpinan di kawasan akan menghambat integrasi kawasan.
Selama ini ASEAN selalu menggunakan pendekatan voluntary approach dalam
berbagai inisiatif kerja sama yang terbentuk di ASEAN sehingga group pressure
diantara sesame Negara Aggota lemah. Tentu saja hal ini berkonsekuensi pada
pewujudan integrasi ekonomi kawasan akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.
c. STRATEGI UMUM MENUJU MEA 2015
Indonesia harus segera menyusun langkah strategis yang dapat diimplementasikan secara
target specific agar peluang pasar yang terbuka dapat dimanfaatkan secara optimal.
Langkah strategis tersebut disusun secara terpadu diantara sektor mulai dari hulu hingga ke
hilir dibawah koordinasi suatu Badan Khusus atau Kementrian Koordinator Bidang
Perekonomian.
Langkah-langkah strategis setiap sektor kemudian dijabarkan kedalam tindakan-tindakan
yang mengarah pada upaya perbaikan dan pengembangan infrastruktur fisik dan non fisik
di setiap sektor dan linie dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mendorong kinerja
ekspor harus dilakukan secara terkoordinasi dengan seluruh sektor Pembina dan pelaku
usaha. Koordinasi antar sektor dan instansi terkait, terutama dalam menyusun kesamaan
persepsi antara pemerintah dan pelaku usaha, dan harmonisasi (reformasi) kebijakan di
tingkat pusat dan daerah harus dilakukan.
Secara garis besar, langkah strategis yang harus dilakukan antara lain adalah melakukan:
- Penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi baik secara kolektif maupun individual
-

(reformasi regulasi)
Peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam birokrasi maupun dunia usaha

-

ataupun profesional
Penguatan posisi usaha skala menengah, kecil, dan usaha pada umumnya
Penguatan kemitraan antara public dan sektor wisata
Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya tinggi (juga
merupapkan tujuan utama pemerintah dalam program reformasi komprehensif di

-

berbagai boding seperti perpajakan, kepabeanan, dan birokrasi)
Pengembangan sektor-sektor prioritas yang berdampak luas dan komoditi unggulan
Peningatan
partisipasi
instituisi
pemerintah
maupun
swasta
untu

-

mengimplementasikan AEC Blueprint
Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan. Pada hakekatnya AEC Blueprint juga
merupakan program reformasi bersama yang dapat dijadikan referensi bagi reformasi
di Negara Anggota ASEAN termasuk Indonesia

16

-

Penyediaan elembagaan dan permodalan yang mudah diakses oleh pelaku usaha dari

-

berbaga skala
Perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan atau perbaikan infrastruktur
seperti

transportasi,

telekomunikasi,

jalan

tol,

pelabuhan,

revitalisasi

dan

restrukturisasi industri dan lain-lain
2.6 PENETAPAN MATA UANG TUNGGAL
A. Mata Uang Tunggal Euro
Sejak tahun 2002 Uni Eropa telah melakukan bentuk integrasi yang dapat dikatakan sebagai
suatu terobosan dalam perekonomian dunia dengan memberlakukan mata uang tunggal
(single currency) yang mana kini telah digunakan oleh

17 negara anggota Uni Eropa.

Pemberlakuan Euro juga mendorong pertumbuhan ekonomi karena biaya transaksi yang lebih
rendah sehingga menarik kegiatan investasi dan kegiatan ekonomi laainnya. Penggunaan
Euro juga memberikan efisiensi karena hilangnya biaya tambahan yang muncul dari
perbedaan nilai tukar mata uang. Dalam konteks perdagangan internasional Euro diharapkan
meningkatkan prospek ekonomi Eropa di pasar global, di samping itu Euro diharapkan dapat
menjadi standar mata uang internasional dalam investasi global.
Penggunaan mata uang Euro sebagai Single Currency Unit (satuan mata uang tunggal) telah
berhasil diterapkan sebagai suatu sistem moneter diantara negara-negara anggota Uni Eropa.
Euro sebagai mata uang tunggal dari negara-negara anggota Uni Eropa telah menjadi simbol
bagi adanya kepercayaan, penerapan ideologi liberal dan kepentingan bersama.
Pembentukan mata uang Euro dan Perjanjian Maastricht terkait dengan adanya suatu
kesepakatan dalam pertemuan negara-negara Eropa di Roma pada taun 1957 yang
merencanakan terbentuknya pasar bersama dan penyatuan militer. Perencanaan ini
diharapkan dapat berfungsi ganda yaitu, meningkatkan perdagangan dan usaha perlindungan
terhadap negara-negara Eropa dari kerugian hasil Dollar dalam sistem moneter internasional.
Euro dari satu negara boleh dipakai di Negara Eropa yang bergabung dalam mata uang
tunggal euro yang lain.Walaupun uang kertas Euro rupanya sama, tetapi ada juga perbedaan
kecil yaitu nomornya, sehingga bisa diketahui asalnya dari negara yang mana. Di Jerman
nomornya mulai dengan X, Irlandia nomornya mulai dengan T, Belanda nomornya mulai
dengan P, Yunani nomornya mulai dengan Y, Perancis nomornya mulai dengan U, Austria
nomornya mulai dengan N, Finlandia nomornya mulai dengan L, Belgia nomornya mulai

17

dengan Z, Italia nomornya mulai dengan S, Portugal nomornya mulai dengan M. dan
Spanyol nomornya mulai dengan V.
Negara-negara pengguna mata uang ini adalah : 1. Jerman 2. Irlandia 3. Belanda 4.
Perancis 5. Luxemburg 6. Austria 7. Finlandia 8. Belgia 9. Italia 10. Portugal 11. Spanyol 12.
Yunani 13. Slovenia 14. Siprus 15. Malta 16. Slowakia. 17 Estonia. Selain itu beberapa
negara kecil juga memakai Euro: 1. Andorra 2. Monako 3. San Marino 4. Vatikan. Beberapa
daerah juga diperbolehkan memakai Euro sebagai mata uang: 1. Montenegro 2. Kosovo.
B. Mata Uang Tunggal Asean
Dewasa ini ASEAN tumbuh sebagai wadah integrasi ekonomi dengan pasar potensial, yang
pengaruhnya berdampak pada peningkatan kerjasama ekonomi yang semakin luas. Sistem
ekonomi, pendapatan per kapita, infrastruktur, tingkat pertumbuhan ekonomi dan institusi
serta kondisi sosial yang berbeda dan heterogen merupakan beberapa alasan yang menjadi
kendala pada realisasi integrasi ekonomi yang salah satunya hendak diwujudkan dengan
penggunaan mata uang tunggal ASEAN.
Pada dasarnya penggunaan mata uang tunggal memiliki beberapa manfaat yang mampu
membawa peningkatan perekonomian negara – negara pengguna mata uang tersebut agar
lebih mapan.

Melalui penetapan mata uang tunggal dapat menciptkan efisiensi dan

efektivitas dalam upaya peningkatan perekonomiannegara yang tercermin melalui :
berkurangnya biaya transaksi perdagangan antar negara anggota melalui hilangnya ongkos
transaksi mata uang dan risiko nilai tukar yang umumnya mengikuti proses pembayaran
dalam transaksi perdagangan antar negara, serta meningkatnya transparansi harga dari sebuah
produk yang dihasilkan oleh Negara-negara berbeda yang ada di kawasan mata uang tunggal
yang bersangkutan. Selain itu akan berkurangnya biaya transaksi perdagangan antar negara
anggota negara anggota serta memberikan kredibilitas dan disiplin pengelolaan kebijakan
ekonomi makro bagi negara-negara anggotanya.
Dengan adanya mata uang tunggal di suatu regional tentunya membuka peluang besar kepada
para investor untuk menanamkan modalnya di kawasan tersebut karena tidak harus cemas
terhadap fluktuasi kurs. Disisi lain untuk negara Negara dengan produktivitas lemah akan
selalu menjadi negara konsumen tanpa pernah bisa menjual barangnya akibat tingkat harga
yang tinggi. Idealnya, penerapan mata uang tunggal hanya akan relevan jika kawasan yang
bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat yang digariskan oleh teori kawasan mata uang
18

tunggal optimum (optimum currency area/OCA) Mundell (1961) yang meliputi kecukupan
prakondisi politik dan standar kriteria ekonomi tertentu.Namun layak tidaknya sebuah sistem
nilai tukar yang akan dipakai tergantung dari kesiapan perekonomian kawasan tersebut untuk
memenuhisyarat-syarat yang tertera pada kriteria utama OCA. Karena itu perlu beberapa
analisis yang memberikan gambaran tentang kelayakan kawasan ASEAN untuk
diterapkannya sistem OCA). Dari teori kawasan mata uang tunggal optimum tersebut
memiliki keuntungan dan kelebihanya antara lain :
-

Hilangnya ketakuatan investor asing terhadap perubahan kurs.

-

Arus distribusi perdagangan yang cepat

-

Sistem nilai tukar yang lebih stabil. Nilai tukar akan lebih stabil dikarenakan negaranegara secarabersama-sama dalam mengatur kebijakan moneternya, sehingga
ketahanannstabilitas moneter terutama nilai tukarnya lebih baik.

-

Pemerataan pertumbuhan ekonomi.

Kerugian diterapkanya Optimum Currency Area :
-

Hilangnya kebebasan moneter ( Bank Sentral )
Bank sentral di masing-masing negara tidak dapat menjalankan kebijakan
moneternya hal ini dikarenakan dalam OCA kebijaksanaan moneter diambil secara
bersama-sama dan dibawahi oleh suatu lembaga yang dipilih.

-

Hilangnya mata uang nasional suatu bangsa.
Dengan penggunaan mata uang tunggal maka negara – negara yang menerapkanya
harus bersedia memakai mata uang tunggal sebagai alat tukar yang sah dan
melepaskan kemungkinan penyesuaian nilai tukar nominal sebagai respon terhadap
gejolak perekonomian makro.

Ketika kita berbicara tentang integrasi ekonomi, diperlukan kepastian nilai tukar yang
menjadi sangat penting di era global saat ini. Sehingga kebutuhan integrasi ekonomi bukan
hanya berupa integrasi perdagangan tetapi juga berkaitan erat dengan integrasi keuangan. Ada
dua syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggotauntuk merealisasikan
mata uang tunggal ASEAN yaitu harus memiliki sistem ekonomi yang sejenis dan juga
tingkat perkembangan yang tidak boleh terlalu jauh. Selain komitmen, transparansi dan
informasi terkait perkembangan perekonomian masing – masing negara. Komitmen dan
transparansi inilah yang menjadi beberapa penyebab keruntuhan perekonomian negara –
negara di kawasan Eropa. Pada tahun 1998, kesepakatan syarat bergabung bukan berdasarkan
19

pada aspek ekonomi melainkan pada aspek politik sehingga terjadi kelonggaran pemenuhan
persyaratan.
Selain menimbang kesiapan secara internal, tentu ASEAN harus belajar banyak dengan Uni
Eropa yang mana Uni Eropa dijadikan sebagai model percontohan penerapan mata uang
tunggal untuk kawasan lain. Dimana otoritas kebijakan moneter Uni Eropa dikelola oleh
Bank Sentral Eropa (Europian Central Bank / ECB) dengan demikian tugas pengelolaan
kebijakan moneter setiap negara hilang. Bank sentral di setiap negara hanya berfungsi
layaknya kantor cabang. Hilangnya kendali negara atas kebijakan moneter bisa dikatakan
sebagai ongkos yang harus dibayar untuk penetapan sistem mata uang tunggal yang
berimplikasi pada berkurangnya instrument untuk melakukan intervensi dalam pengelolaan
ekonomi domestik negaranya. Bahkan penerapan kebijakan moneter tersebut secara kolektif
bisa menimbulkan hambatan pengelolaan kebijakan fiskal tiap negara anggota. Yang mana
kebijakan fiskal negara – negara anggota Uni Eropa tidak diakomodasi oleh Uni Eropa.
Sehingga dalam pengambilan suatu kebijakan fiskal suatu negara harus memperhatikan tidak
mengganggu kestabilan moneter regional.
Jika nantinya ASEAN sudah mampu merealisasikan intergrasi perdagangan dan
perekonomian bukan tidak mungkin penggunaan mata uang tunggal yang mana hal itu
merupakan bentuk kerjasama integrasi regional yang paling tinggi. Utuk dapat
merealisasikanya perlu usaha untuk memperkecil kesenjangan pembangunan, pembangunan
infrastruktur regional. Penyatuan mata uang merupakan sesuatu yang baik, namun
perwujudannya

harus

melalui

tahapan-tahapan

yang

memungkinkan

hal

itu

diwujudkan.Meskipun memiliki berbagai keuntungan, namun perwujudan pembentukan mata
uang tunggal ASEAN masih memiliki berbagai kendala, di antaranya masih amat
beragamnya kondisi perekonomian negara-negara ASEAN. Upaya untuk perwujudan
penyatuan mata uang ini harus didahului oleh maksimalisasi peran dari pembentukan
Masyarakat Ekonomi Asean. Selain itu untuk dapat mewujudkannya, harus terdapat kesatuan
kesatuan tekad antara negara-negara anggota ASEAN sehingga infrastruktur untuk
terbentuknya mata uang tunggal ASEAN dapat terwujud.

20

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
ASEAN sebagai organisasi regional negara – negara Asia Tenggara di era globalisasi ini
mampu bertransformasi menjadi wadah negara anggotanya untuk mempercepat pertumbuhan
perekonomian dan untuk dapat bersaing secara global. Kebutuhan integrasi semakin besar,
terlihat dari betapa antusiasnya negara anggota ASEAN untuk menciptakan suatu regional
yang mampu mengakomodasi kegiatan perdagangan dan perekonomian antar negara. Ini
terlihat dari percepatan realisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dulunya dicanangkan
tahun 2020 menjadi 2015. Seluruh negara anggota tentu harus mempersiapkan diri secara
matang tak terkecuali Indonesia agar nantinya bukan hanya sekedar bertahan tetapi juga
mampu bersaing dengan negara anggota ASEAN. Bukan tidak mungkin jika integrasi
perdagangan terealisasi dengan baik, ASEAN akan mampu mengintegrasikan mata uang
tunggal yang merupakan bentuk integrasi regional tertinggi. Untuk dapat merealisasikanya
diperlukan kerja keras seluruh pihak dan dengan terealisasinya MEA tahun 2015 ini tentunya
diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan kawasan terutama dalam bidang keamanan,
sosial, dan ekonomi.

21

DAFTAR PUSTAKA
Blue Print Asean Economic Community. Departemen Perdagangan Republik Indonesia
http://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/08/30/wacana-penerapan-mata-uang-tunggalasean-sebuah-komentar/diakses pada12 Oktober 2014
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/28/mea-dan-mata-uang-tunggal-asean691249.htmldiakses pada12 Oktober 2014

22