PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF T (7)

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE CIRC TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA
KELAS V DI DESA PENARUKAN
1)
2)
3)
Putu Agus Kuswandana , Nyoman Dantes , I Gede Margunayasa
1, 3)
Jurusan PGSD, 2 ) Jurusan BK, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: aguskuswandana@rocketmail.com 1) ; dantes_nyoman@yahoo.co.id 2 ) ;
pakgun_pgsd@yahoo.com 3)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional pada siswa SD kelas V di Desa Penarukan.

Penelitian ini tergolong eksperimen semu dengan desain post-test only control group design.
Populasi penelitian adalah semua SD yang ada di Desa Penarukan khusunya siswa kelas V
yang berjumlah 109 orang, sedangkan sampel penelitian adalah SD No. 5 Penarukan dan
SD No. 3 Penarukan sebanyak 44 orang yang diambil secara random. Data tentang hasil
belajar siswa dikumpulkan dengan metode tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji-t.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan kelompok siswa yang belajar
dengan menggunakan model konvensional pada mata pelajaran IPS siswa kelas V pada
semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 SD di Desa Penarukan. Hal ini ditunjukkan oleh thitung
11,84 > ttabel 2,021. Skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe CIRC yaitu 17,42 yang berada pada kategori tinggi dan
siswa yang belajar menggunakan model konvensional yaitu 13,91 yang berada pada
kategori sedang. Hal itu berarti model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berpengaruh
terhadap hasil belajar IPS Siswa SD di Desa Penarukan daripada model konvensional.
Kata-kata kunci : model pembelajaran CIRC, hasil belajar
Abstract
This research aims to determine the differences of social studies learning outcomes between
students who were used the cooperative learning CIRC model and students who were used
conventional learning models in grade V elementary school in the Penarukan village. This

research was kind of quasi-experimental study with post test only control group design. This
study used all students in the Penarukan village especially grade V students totaling 109
students , while the sample is SD No. 5 Penarukan and SD No. 3 Penarukan there are 44
students taken at random . Data collected on students learning outcomes with the test
metod. Data were analyzed using descriptive analysis techniques and t-test. The result of
study showed that there was a significant differences students learning outcomes between
students who were used cooperative learning CIRC model and a students who were used
conventional models at grade V semester 1 in lesson 2013/2014 elementary school in the
Penarukan village. It showed that 11.84 t hitung > t tabel 2.021 . The mean score obtained
by the students who were used cooperative learning CIRC model is 17.42 which is at the
high category and students who used conventional models is 13.91 which is at the middle
category . That means cooperative learning CIRC model showed effect on learning
outcomes than conventional models .
Key words: cooperative learning CIRC, learning outcomes

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENDAHULUAN
Pendidikan nasional bertujuan

untuk meningkatkan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia seutuhnya.
Pendidikan
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan,
mutu
kehidupan serta dapat menghasilkan
manusia terdidik. Menurut Santyasa
(dalam
Ari,
2011),
Sidik
(2008)
menyatakan,pendidikan adalah untuk
menyiapkan generasi muda tidak hanya
memperoleh
data,
informasi,

dan
pengetahuan, tetapi yang lebih penting
adalah
mengkonstruksi
pemahaman
(understanding), menumbuhkan wawasan
(insight), dan mengembangkan kearifan
(wisdom). Selain itu juga, pendidikan
merupakan proses memproduksi sistem
nilai dan budaya ke arah yang lebih baik,
antara
lain
dalam
pembentukan
kepribadian,
keterampilan
dan
perkembangan intelektual siswa.
Jadi pendidikan sangatlah penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena
itu, mutu pendidikan yang tinggi
diperlukan untuk menciptakan sumber
daya
manusia
yang
cerdas
dan
profesional dalam era globalisasi ini
sehingga
dapat
meningkatkan
kesejahteraan.
Dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan
tersebut,
pemerintah
melakukan reformasi pendidikan, yaitu
melakukan beberapa inovasi untuk
memperbaiki pendidikan di Indonesia,

salah satunya adalah pembaharuan
kurikulum. Dalam hal ini, upaya yang
dilakukan pemerintah adalah dengan
menyempurnakan
kurikulum.
KTSP
dikembangkan
dan
dirancang
berdasarkan prinsip-prinsip,(1) berpusat
pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya,
(2)
memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, jenjang dan jenis
pendidikan, serta menghargai dan tidak
diskriminatif,
(3)

tanggap
terhadap
perkembangan
ilmu
pengetahuan,
teknologi dan seni yang berkembang
secara dinamis, (4) melibatkan pemangku
kepentingan
(stakeholders)
untuk

menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja, (5)
mencakup
keseluruhan
dimensi
kompetensi
dan

disajikan
secara
berkesinambungan, (6) diarahkan kepada
proses pengembangan, pembudayaan,
dan pemberdayaan peserta didik agar
mampu dan mau belajar sepanjang hayat,
dan
(7)
dikembangkan
dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan
daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa,
dan
bernegara. (Permendiknas No 22, 2006)
Perubahan kurikulum tersebut diharapkan
mampu menjadi acuan bagi guru untuk
mengarahkan
proses

pembelajaran
menjadi lebih bermakna. Selain itu, dari
perubahan kurikulum tersebut, diharapkan
mampu
merangsang
siswa
untuk
mengoptimalkan kemampuannya dalam
proses pembelajaran sehingga apa yang
menjadi tujuan kurikulum dapat tercapai.
Untuk mencapai tujuan pendidikan
tidak hanya didapatkan di sekolah sebagai
lembaga formal tetapi pendidikan bisa
didapatkan pada lembaga informal dan
lembaga non formal. Pendidikan informal
merupakan pendidikan yang diperoleh
seseorang
berdasarkan
pengalaman
dalam hidup sehari-hari dengan sadar

atau tidak sadar, sejak seorang lahir
sampai ke liang kubur di dalam lingkungan
keluarga,
masyarakat
atau
dalam
lingkungan
pekerjaan
sehari-hari.
Pendidikan non formal merupakan
pendidikan yang dilakukan secara teratur,
dengan sadar (sengaja) dilakukan tetapi
tidak terlalu ketat mengikuti peraturanperaturan yang tetap/ tidak terikat oleh
jenjang
pendidikan.
Sedangkan
pendidikan formal merupakan badan
pendidikan yang dilaksanakan di tempat
tertentu
(kelas),

memiliki
jenjang
pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi
dan bersifat sistematis.
Pendidikan
formal
bertujuan
sebagai
tempat
sumber
ilmu
pengetahuan,
tempat
untuk
mencerdaskan bangsa, dan tempat untuk

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
menyadarkan
masyarakat
akan
pentingnya pendidikan sebagai bekal
hidup di masyarakat. Untuk mencapai
tujuan pendidikan formal tidak jarang
ditemukan kendala-kendala dalam proses
pelaksanaannya. Permasalahan seperti,
guru pengajar bidang studi dalam
menyajikan materi pembelajaran masih
didominasi
dengan
metode-metode
konvensional (ceramah) yaitu guru kurang
kreatif
dalam
upaya
menggali,
menemukan atau menciptakan gagasan
baru berupa metode pembelajaran yang
inovatif, kurangnya media pembelajaran
yang digunakan dalam menyajikan materi
serta
guru
kurang
memperhatikan
kemampuan awal yang dimiliki siswa.
Peserta didik pasif dalam mengikuti
proses pembelajaran seperti kurangnya
perhatian pada materi yang diajarkan,
kurangnya kesadaran untuk belajar
sendiri, belajar dijadikan beban atau suatu
kewajiban
semata
bukan
sebagai
kebutuhan, kurangnya usaha untuk
memperoleh pengetahuan tambahan yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan,
kurangnya
keinginan
untuk
lebih
mengetahui
pengetahuan atau materi
yang berkaitan dengan bidang studi
bersangkutan. Hal ini berdampak pada
hasil belajar yang kurang optimal.
Numan Somantri (2001: 101)
menyatakan, Ilmu Pengetahuan Sosial
sebagai mata pelajaran dalam dunia
pendidikan dasar dan menengah di
negara Indonesia, secara historis muncul
bersamaan
dengan
diberlakukannya
Kurikulum SD, SMP, dan SMA tahun
1975.
IPS
memiliki
kekhasan
dibandingkan dengan mata pelajaran lain
sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni
kajian yang bersifat terpadu (integrated),
interdisipliner, multidimensional bahkan
cross-diciplinary. Pusat Kurikulum (2006:
5) menyatakan, Ilmu Pengetahuan Sosial
sebagai integrasi dari berbagai cabang
ilmu-IPS seperti sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum dan
budaya.
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
dirumuskan atas dasar realitas dan
fenomena sosial yang mewujudkan suatu
pendekatan interdisipliner dari aspek dan
cabangcabang ilmu-IPS seperti sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum

dan budaya. Sementara itu, fungsi
pengajaran IPS di SD adalah untuk
mengembangkan pengetahuan, nilai,
sikap, dan keterampilan sosial dan
kewarganegaraan peserta didik agar
dapat direfleksikan dalam kehidupan
masyarakat,
bangsa,
dan
negara
Indonesia.
Sumadi Suryabrata (dalam Margareta,
2011) menyatakan, Dalam melakukan
proses pembelajaran guru dapat memilih
beberapa model pembelajaran. Model
pembelajaran banyak sekali jenisnya.
Masing-masing
model
mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kekurangan
suatu model dapat ditutup dengan model
yang
lain,
sehingga
guru
dapat
menggunakan beberapa model dalam
melakukan
proses
pembelajaran.
Pemilihan
suatu
model
perlu
memperhatikan beberapa hal seperti yang
disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu
yang tersedia, jumlah siswa, mata
pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa
dalam pembelajaran serta hal-hal yang
berkaitan dengan keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPS yang
berlangsung di SD saat ini menggunakan
sistem penyampaian klasikal, yaitu sistem
yang bertumpu pada aktivitas guru. Pada
umumnya guru cenderung menggunakan
metode ceramah dalam mengajar karena
mudah dilakukan dan cepat. Bertumpunya
proses belajar mengajar pada guru
menimbulkan
kurang
tumbuh
berkembangnya sikap kemandirian belajar
pada anak, sebab anak akan cenderung
menganggap dirinya tergantung pada guru
dan sekolah dalam belajar. Tanpa guru
dan sekolah, siswa merasa tidak dapat
belajar dan tidak perlu belajar secara
teratur. Sikap ini bahkan dapat tumbuh
dalam diri orang tuanya, sehingga sekolah
dan guru dianggap sebagai satu-satunya
pihak yang bertanggung jawab atas
keberhasilan
anak
dalam
belajar.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas
membutuhkan suatu model pembelajaran
yang disusun secara sistematis dan dapat
lebih meningkatkan pemahaman konsep
IPS untuk dijadikan pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Dari alasan di atas, maka perlu
diberikan suatu model pembelajaran
alternatif untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar IPS SD di Penarukan. Salah
satunya adalah model pembelajaran CIRC
(Cooperatif Integrated Reading and
Compotition). Model pembelajaran CIRC
termasuk salah satu model pembelajaran
cooperative learning yang pada mulanya
merupakan pengajaran kooperatif terpadu
membaca dan menulis Steven dan Slavin
(dalam inayah, 2007:20). Namun, CIRC
telah berkembang bukan hanya dipakai
pada pelajaran bahasa tetapi juga
pelajaran
eksak
seperti
pelajaran
matematika.
Berdasarkan uraian di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas V di Desa Penarukan”
METODE
Rancangan penelitian ini penulis
menggunakan desain eksperimental yang
sebenarnya/eksperimen sungguhan, yaitu
jenis eksperimen yang dianggap sudah
baik
karena
sudah
memenuhi
persyaratan.
Persyaratan
dalam
eksperimen adalah adanya kelompok lain
yang tidak dikenal eksperimen dan ikut
mendapatkan
pengamatan.
Desain
eksperimen ini menggunakan pola posttest only control grup. Peneliti memberikan
perlakuan secara langsung kepada
sampel penelitian berupa pengajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC pada
kelas
eksperimen
dan
pengajaran
menggunakan model konvensional pada
kelas kontrol.
Populasi penelitian ini adalah
semua SD yang berada di Desa
Penarukan siswa kelas V yang terdiri dari
5 sekolah dasar. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik random sampling.
Pengambilan sampel yang dilakukan
secara acak atau random dari populasi,
yang memungkinkan setiap individu
berpeluang
untuk
menjadi
sampel
penelitian, dengan cara rendomisasi atau
dengan cara melalui undian. Kemudian
ditentukan satu SD sebagai kelompok

eksperimen dan satu SD lagi sebagai
kelas control yang dipilih menggunakan
tehnik random sampling. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode tes. Data tentang hasil belajar
siswa dilakukan dengan menggunakan tes
objektif. Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data serta memantapkan
kualitasnya, yaitu melalui suatu langkah
yang di sebut uji coba. Dari data hasil uji
coba perangkat tes terpilih butir soal yang
memenuhi validitas, reliabilitas. Dalam
penelitian ini memilih siswa kelas V
sebagai sampel penelitian. Penelitian ini
menggunakan tes objektif yang berupa
pilihan ganda dengan menggunakan
pemberian skor 1 untuk jawaban benar
dan skor 0 untuk jawaban salah. Tes
sebagai salah satu teknik dalam
memperoleh data, memegang peranan
penting terkait dengan jenis penelitian
eksperimen ini. Dengan memberikan tes
akan didapatkan data yang diharapkan
sebagai cerminan hasil eksperimen yang
telah dilaksanakan. Tes yang digunakan
merupakan tes hasil belajar. Dengan
demikian materi tes mengacu pada materi
pelajaran sebagai materi eksperimen.
Teknik
analisis
data
yang
digunakan untuk menguji hipotesis dalam
penelitian
ini
yaitu
uji-t
sampel
independen. Hipotesis statistik yang
diajukan dan yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
melawan
Arti hipotesis tersebut adalah sebagai
berikut.
artinya
tidak
terdapat perbedaan hasil belajar IPS
antara
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperatif Integrated Reading and
Compotition)
dengan
siswa
yang
mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional pada siswa kelas V SD di
Desa Penarukan.
artinya terdapat perbedaan
hasil belajar IPS antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperatif Integrated Reading and
Compotition)
dengan
siswa
yang
mengikuti pembelajaran dengan model

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil analisis data statistik
deskriptif post-test kelompok ekperimen
dengan mean 17,42, median 17,56,
modus 17,64, varians 12,60, standar
deviasi 3,55, hubungan antara M, Md dan
Mo menunjukanan bahwa mean lebih kecil
daripada median dan median lebih kecil
daripada modus (M12,79. Dengan demikian
sebaran data hasil belajar IPS kelas
kontrol adalah kurva juling positif. Hal ini
menunjukkan bahwa skor siswa di kelas
kontrol cenderung rendah. Ratarata skor kemampuan hasil belajar IPS
pada kelas kontrol adalah sebesar 13,91.
Jika rata-rata skor dikonversikan pada
tabel PAP skala lima data hasil belajar IPS
siswa, rata-rata skor kelas kontrol berada
pada
kategori
sedang.
Apabila
divisualisasikan ke dalam bentuk kurva,
maka tampak pada Gambar 2.
10
8

Frekuensi

konvensional pada siswa kelas V SD di
Desa Penarukan.
Jika terbukti bahwa kedua sampel
berdistribusi normal dan variansnya
homogen, maka dilakukan analisis uji-t (ttest) menggunakan rumus Separated
Varians dengan taraf signifikasi 5%.

6
4
2
0
7

10

M o = 12,79

13

16

19

M = 13,91
Md = 13,56

Gambar 2. Grafik Polygon Data Hasil
Belajar IPS Kelompok Kontrol
Sebelum melakukan uji hipotesis
maka harus dilakukan beberapa uji
prasyarat. Terhadap sebaran data yang
meliputi uji normalitas terhadap data skor
hasil belajar IPS siswa. Uji normalitas ini
dilakukan untuk membuktikan bahwa
kedua sampel tersebut bedistribusi
normal. Uji normalitas data hasil belajar
IPS dianalisis menggunakan uji ChiSquare (  2 ) dengan kriteria apabila

 2 hitung <  2 tabel maka data hasil belajar

IPS siswa berdistribusi normal. Uji
normalitas dilakukan untuk menguji
apakah suatu distribusi empirik mengikuti
ciri-ciri distribusi normal atau menyelidiki
bahwa f0 (frekuensi yang diperoleh dari
sampel) dari gejala-gejala yang diselidiki
tidak menyimpang secara signifikan dari fh
(frekuensi yang diharapkan) dalam
distribusi normal teoritik. Uji normalitas
data dilakukan terhadap data hasil post-

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
test
hasil
belajar
IPS
kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol.
Berdasarkan dari hasil perhitungan
menggunakan rumus Chi-Square, hasil
post-test kelompok eksperimen diperoleh
X2hitung adalah 1,640 pada taraf signifikasi
5% dan dk = 2 diketahui X2tabel 5,591. Ini
berarti bahwa X2hitung < X2tabel (1,640 <
5,591), maka data hasil post-test
kelompok
eksperimen
berdistribusi
normal.
Sedangkan
hasil
post-test
kelompok kontrol diperoleh X2hitung adalah
2,435 pada taraf signifikasi 5% dan dk = 2
diketahui X2tabel 5,591. Ini berarti bahwa
X2hitung < X2tabel (2,435 < 5,591), maka data
hasil
post-test
kelompok
kontrol
berdistribusi normal.
Setelah melakukan uji prasyarat
yang pertama yaitu uji normalitas,
selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang
ke dua yaitu uji homogenitas varians. Uji
homogenitas varians data hasil belajar
IPS dianalisis menggunakan uji F dengan
kriteria kedua kelompok memiliki varians
homogen jika Fhitung < Ftabel dengan derajat
kebebasan untuk pembilang n1–1 dan
derajat kebebasan untuk penyebut n2–1.
Homogenitas varians data hasil
belajar IPS siswa dianalisis dengan uji
Fisher (F) dengan kriteria kedua kelompok
memiliki varians yang homogen jika F hitung
< F tabel. Berdasarkan hasil perhitungan
yang telah dilakukan diperoleh F hitung =
0,14. Pada tabel nilai distribusi F pada
taraf signifikan 5% dengan dk pembilang =
20 dan dk penyebut = 22 diperoleh F tabel =
2,07. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
data hasil belajar IPS siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
mempunyai
varians
yang
homogen.
Hipotesis penelitian yang diuji
adalah terdapat perbedaan hasil belajar
IPS siswa yang signifikan antara siswa
yang mengikuti model pembelajaran tipe
CIRC (Cooperatif Integrated Reading and
Compotition) dengan hasil belajar siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran Konvensional. pada
Uji hipotesis ini menggunakan uji–t
independent (sampel tak berkorelasi). Dari
hasil uji normalitas yang menunjukkan
bahwa data hasil belajar kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol adalah

normal, dan data hasil uji homogenitas
yang
menunjukkan
bahwa
varians
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol adalah homogen serta jumlah
siswa pada tiap kelas yang berbeda maka
pada uji-t sampel tak berkorelasi ini
digunakan rumus uji-t.
Berdasarkan uji prasyarat analisis
data, yaitu uji normalitas dan homogenitas
varians, diperoleh bahwa sebaran data
hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen berdistribusi
normal dan memiliki varians yang
homogen. Sehingga dapat dilanjutkan
dengan pengujian hipotesis penelitian (H1)
dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis
tersebut dilakukan dengan menggunakan
uji-t
sampel
independent
(tidak
berkorelasi). Karena ukuran sampel
berbeda (n1≠n2) maka dipergunakan
analisis uji t (t-test) dengan rumus polled
varians dengan kriteria H0 ditolak jika thit >
ttab dan H0 diterima jika thit < ttab dengan
taraf signifikansi 5% dan db = n1 + n2 – 2.
Hasil analisis uji-t untuk hasil belajar IPS
siswa diperoleh thitung = 11,84. Sedangkan
ttabel untuk db = 42 (db = n1 + n2 – 2)
dengan taraf signifikan 5% menunjukkan
ttabel = 2,021. Hal ini berarti thitung > ttabel.
Berdasarkan kriteria pengujian, maka H0
ditolak dan H1 diterima artinya terdapat
perbedaan prestasi belajar yang signifikan
antara
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan
model pembelajaran kooeratif tipe CIRC
(Cooperatif Integrated Reading and
Compotition) dan siswa yang mengikuti
pembelajaran
dengan
model
konvensional. Dilihat dari nilai rerata
hitung, ternyata rerata skor hasil belajar
IPS siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperatif Integrated Reading and
Compotition) lebih tinggi dibandingkan
rerata skor hasil belajar IPS siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model
konvensional. Ini berarti pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperatif Integrated Reading and
Compotition) berpengaruh terhadap hasil
belajar IPS siswa

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pembahasan hasil-hasil penelitian
dan pengujian hipotesis menyangkut
pembahasan tentang hasil belajar IPS
pada siswa kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan dalam pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan
kelompok
kontrol
yang
diberikan
perlakuan dalam pembelajaran dengan
menggunakan model konvensional.
Secara deskriptif, hasil belajar IPS
siswa pada kelompok eksperimen lebih
tinggi dibandingkan hasil belajar IPS pada
kelompok eksperimen. Hal ini didasarkan
pada rata-rata skor hasil belajar IPS siswa
dan kecenderungan skor hasil belajar IPS
siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPS
siswa pada kelompok eksperimen adalah
17,42 sehingga berada pada katagori
tinggi. Sedangkan rata-rata skor hasil
belajar IPS siswa pada kelompok kontrol
adalah 13,91 dan berada pada katagori
sedang. Jika skor hasil belajar IPS
kelompok eksperimen siswa digambarkan
dalam grafik polygon tampak bahwa kurve
sebaran data merupakan juling negatif
yang artinya sebagian besar skor
cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol,
jika skor hasil belajar IPS digambarkan
dalam
grafik polygon tampak bahwa
sebaran data merupakan juling positif
yang artinya sebagian besar skor
cenderung rendah.
Sebelum melakukan uji hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
dan homogenitas varians. Hasil uji
normalitas mengatakan bahwa varian
berdistribusi normal dengan hasil post-test
kelompok eksperimen diperoleh X2hitung
adalah 1,640 pada taraf signifikasi 5% dan
dk = 2 diketahui X2tabel 5,591. Ini berarti
bahwa X2hitung < X2tabel (1,640 < 5,591),
maka data hasil post-test kelompok
eksperimen
berdistribusi
normal.
Sedangkan hasil post-test kelompok
kontrol diperoleh X2hitung adalah 2,435 pada
taraf signifikasi 5% dan dk = 2 diketahui
X2tabel 5,591. Ini berarti bahwa X2hitung <
X2tabel (2,435 < 5,591), maka data hasil
post-test kelompok kontrol berdistribusi
normal.
Berdasarkan uji homogenitas data
varians berdistribusi normal. Homogenitas
varians data hasil belajar IPS siswa

dianalisis dengan uji Fisher (F) dengan
kriteria kedua kelompok memiliki varians
yang homogen jika F hitung < F tabel.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
dilakukan diperoleh F hitung = 0,14. Pada
tabel nilai distribusi F pada taraf signifikan
5% dengan dk pembilang = 20 dan dk
penyebut = 22 diperoleh F tabel = 2,07.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
hasil belajar IPS siswa pada kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol
mempunyai varians yang homogen.
Berdasarkan hasil uji hipotesis
menggunakan uji-t dengan menggunakan
rumus polled varians, diperoleh t hitung =,
11,84 dan t tabel = 2,021 untuk db = 44
dengan taraf signifikan 5%. Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal ini berarti, terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar
IPS antara siswa yang mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
dan siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model konvensional. Adanya
perbedaan yang signifikan menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif
tipe
CIRC
berpengaruh
terhadap hasil belajar IPS siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil dari beberapa penelitian tentang
model pembelajaran kooperatif tipe CIRC.
Penelitian yang relevan mengenai model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC telah
dilakukan oleh Nurul Inayah (2007) yang
berjudul “Keefektifan Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
(Cooperatife Integrated Reading and
Composition)
Terhadap
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Pada
Pokok
Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII SMP
Negeri 13 Semarang Tahun Ajaran
2006/2007”.
Menunjukan
terdapat
perbedaan yang signifikan, hasil belajar
antara
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran
menggunakan
model
peembelajaran kooperatif tipe CIRC dan
siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional. Dari hasil uji hipotesis yang
dilakukan dengan uji-t, diperoleh t hitung =
2,0447 dan t tabel = 1,98 untuk α = 5%
dan dk = 86. jadi t hitung > t tabel dengan

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
demikian H0 ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil post-test, ternyata ratarata hasil belajar kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
I Gede Ari Yogantara yang berjudul
“Penerapan
Model
Pembelajaran
kooperatif Tipe CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Compotition)
Untuk
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Matematika Siswa Kelas IV Semester II
SD No 3 Sukadana Kecamatan Kubu
Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran
2010/2011”, mampu meningkatkan hasil
belajar matematika siswa dari siklus I ke
siklus II sebesar 14,39% sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif CIRC dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika.
Berbagai macam temuan yang
didapatkan
dalam
pelaksanaan
pembelajaran dalam kelas eksperimen
diantaranya: 1) siswa lebih senang jika
diajak
berdiskusi
dalam
proses
pembelajaran, 2) siswa lebih aktif dalam
memecahkan persoalan yang dierikan
oleh guru, karena dalam pembahasannya
siswa lebih banyak bertukar pendapat
dengan pasangannya, 3) siswa lebih
menghayati dan mampu memberikan
contoh-contoh nilai yang terdapat dalam
linkungannya, khusunya tentang rasa
kekeluargaan. Sedangkan dalam kelas
kontrol
temuan
yang
didapatkan
diantaranya: 1) siswa masing sangat
bergantung dari informasi daru guru, 2)
beberapa siswa tidak terlalu berpartisifasi
dalam pembelajaran, 3) siswa hanya
membahas materi yang ada pada buku
saja tanpa mengaitkan dengan kehidupan
sehari-hari.
Adanya
temuan-temuan
tersebut dapat memperjelas bahwa model
pembelajaran konvensional kurang efektif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Meningkatnya hasil belajar siswa
dalam model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC disebabkan oleh perlakuan dalam
proses
pembelajaran.
Dalam
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC
terdapat beberapa kelebihan, yaitu (1)
CIRC amat tepat untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam menyelesaikan
soal pemecahan masalah, (2) dominasi
guru dalam pembelajaran berkurang, (3)

siswa termotivasi pada hasil secara teliti,
karena bekerja dalam kelompok, (4) para
siswa dapat memahami makna soal dan
saling mengecek pekerjaannya, (5)
membantu siswa yang lemah (6)
meningkatkan hasil belajar khususnya
dalam
menyelesaikan
soal
yang
berbentuk pemecahan masalah Slavin
(dalam Inayah, 2007). Dalam model
pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan
dalam kelompok-kelompok kecil yang
heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5
siswa. Dalam kelompok ini tidak
dibedakan
atas
jenis
kelamin,
suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan
siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya
ada siswa yang pandai, sedang atau
lemah, dan masing-masing siswa merasa
cocok
satu
sama
lain.
Dengan
pembelajaran kooperatif, diharapkan para
siswa dapat meningkatkan cara berfikir
kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa
sosial yang tinggi berdasarkan pada
delapan komponen diantaranya (1).
Teams, yaitu pembentukan kelompok
heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa;
(2). Placement test, misalnya diperoleh
dari rata-rata nilai ulangan harian
sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor
agar guru mengetahui kelebihan dan
kelemahan siswa pada bidang tertentu;
(3). Student creative, melaksanakan tugas
dalam
suatu
kelompok
dengan
menciptakan situasi dimana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya; (4). Team
study, yaitu tahapan tindakan belajar yang
harus dilaksanakan oleh kelompok dan
guru memberikan bantuan kepada
kelompok yang membutuhkannya; (5).
Team scorer Team scorer, yaitu
pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria
penghargaan terhadap kelompok yang
berhasil secara cemerlang dan kelompok
yang dipandang kurang berhasil dalam
menyelesaikan tugas; (6). Teaching
group, yakni memberikan materi secara
singkat dari guru menjelang pemberian
tugas kelompok; (7). Facts test, yaitu
pelaksanaan
test
atau
ulangan
berdasarkan fakta yang diperoleh siswa;
(8). Whole-class units, yaitu pemberian
rangkuman materi oleh guru di akhir waktu

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajaran dengan strategi pemecahan
masalah.
Karakteristik yang dimiliki oleh
model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
dapat membuat siswa lebih tertarik dalam
mengikuti pembelajaran di kelas karena
siswa tidak hanya terpaku mendengarkan
penjelasan yang diberikan guru, tetapi
siswa dapat berdiskusi dan bersamasama memecahkan persoalan IPS dengan
siswa lain. Selain dapat memecahkan
masalah persoalan IPS dengan teman
diskusi pembelajaran dengan model
kooperatif tipe CIRC dapat membantu
siswa yang lemah dan siswa menjadi lebih
teliti dalam mengerjakan persoalan IPS.
Hasil penelitian ini memberikan
implikasi bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif CIRC pada
pembelajaran IPS dapat memberikan
pengaruh yang besar terhadap hasil
belajar IPS siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar IPS antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperatif Integrated Reading and
Compotition) dan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional
pada siswa kelas V di Desa Penarukan.
Hal ini dilihat dari rata-rata kelompok
eksperimen lebih besar dari rata-rata
).
kelompok kontrol (
Adanya perbedaan yang signifikan
menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif
tipe
CIRC
(Cooperatif
Integrated Reading and Compotition)
berpengaruh terhadap hasil belajar IPS
siswa.
Berdasarkan simpulan di atas
dapat disampaikan saran-saran sebagai
berikut. Kepada siswa, diharapkan dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan
baik agar pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Kepada guru, dalam proses
pembelajaran
dengan
melihat
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh
model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperatif Integrated Reading and
Compotition) guru diharapkan dapat

mengimplementasikannya sebagai salah
satu alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar IPS siswa.
Kepala sekolah
diharapkan mampu memfasilitasi rekanrekan guru lainnya agar mampu
menggunakan pendekatan pembelajaran
yang lebih inovatif untuk mewujudkan
pembelajaran yang lebih efektif. Kepada
peneliti lainnya diharapkan mencoba
kembali untuk melakukan penelitian yang
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe agar teori ini
benar-benar teruji keefektifannya untuk
meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Ari Yogantara, I Gede. 2011. Penerapan
Model Pembelajaran kooperatif
Tipe CIRC (Cooperative Integrated
Reading and Compotition) Untuk
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Matematika Siswa Kelas IV
Semester II SD No 3 Sukadana
Kecamatan
Kubu
Kabupaten
Karangasem Tahun Pelajaran
2010/2011.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP
Undiksha.
Inayah, Nurul. 2007.
Keefektifan
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Circ (Cooperatife
Integrated
Reading
And
Composition)
Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah
Pada Pokok Bahasan Segiempat
Siswa Kelas Vii Smp Negeri 13
Semarang
Tahun
Ajaran
2006/2007.
skipsi
(tidak
diterbitkan). Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Margareta Purnamasari, Ni Putu Evi.
2011.
Pengaruh
Penerapan
Metode Pembelajaran PROBLEM
SOLVING
Dalam
Komunitas
Belajar Terhadap Prestasi Belajar
IPA Pada Siswa SD Negeri 3
Dauhwaru Kelas IV Semester I
Tahun
Ajaran
2011/2012
Kabupaten Jembrana. skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP
Undiksha

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Numan Somantri. 2001. Menggagas
pembaharuan pendidikan IPS.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Permendiknas No 22. 2006. Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta.
Pusat

Kurikulum.
2006.
Model
pengembangan
silabus
mata
pelajaran
dan
rencana
pelaksanaan pembelajaran IPS
terpadu. Jakarta.

Sidik, M H. 2008. Penerapan model
pembelajaran
konstruktivisme
untuk meningkatkan pemahaman
siswa mengenai energi gerak di
kelas
III
SD
Negeri
I
Cilengkranggirang
Kecamatan
Pasaleman Kabupaten Cirebon.
Skripsi. (tidak diterbitkan). Program
S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia