KORELASI ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN SO
KORELASI ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN
SOSIODEMOGRAFI DENGAN PREVALENSI DIARE PADA
BALITA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
ARTIKEL
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung
PRAMADIO BAMBANG NUGROHO
10100109021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2013
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
KORELASI ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN
SOSIODEMOGRAFI DENGAN PREVALENSI DIARE PADA BALITA
DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
CORRELATION BETWEEN ENVIRONMENTAL AND
SOCIODEMOGRAPHIC FACTORS WITH THE PREVALENCE OF
DIARRHEA IN UNDER-FIVE YEARS CHILD IN BANDUNG REGENCY
IN 2012
Pramadio Bambang Nugroho1, Santun Bhekti Rahimah2, Budiman3
1
Mahasiswa Program Sarjana Kedokteran Universitas Islam Bandung1
2
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung
3
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Islam Bandung
Abstrak
Diare merupakan permasalahan kesehatan pada balita yang paling utama. Di
Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, angka kejadian diare pada balita pada tahun 2012
mencapai 33.676 kasus. Diare dipengaruhi oleh beberapa determinan, antara lain faktor
lingkungan seperti kepemilikan jamban keluarga, sarana air bersih, dan SPAL, juga faktor
sosiodemografi seperti kepadatan penduduk dan angka kemiskinan. Tujuan penelitan ini
adalah untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara faktor lingkungan dan
sosiodemografi dengan prevalensi diare pada balita di Kabupaten Bandung tahun 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional analitik
dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini menganalisis data sekunder yaitu hasil
survei tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung pada tahun 2012. Data sekunder yang
diteliti sebanyak 56 dari 62 Puskesmas. Analisis statistik dengan menggunakan PearsonCorrelation Test pada derajat kepercayaan 95%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara
kepemilikan SPAL dengan prevalensi diare dan arah negatif, dengan kekuatan hubungan
lemah (p = 0,045 dan r = -0,269) dan terdapat korelasi yang bermakna antara angka
kemiskinan dengan prevalensi diare dan arah positif, dengan kekuatan hubungan lemah (p =
0,003 dan r = 0,389). Tidak terdapat korelasi antara prevalensi diare dengan kepemilikan
jamban keluarga, kepemilikan sarana air bersih, dan kepadatan penduduk.
Peningkatan kepemilikan SPAL secara tidak langsung meningkatkan penggunaannya
akan menurunkan penularan diare melalui air yang tercemar. Kemiskinan menyebabkan
kurang tersedianya akses terhadap fasilitas sanitasi yang memadai, lingkungan rumah yang
tidak bersih dan kebersihan diri pada anak yang buruk. Kesimpulan yang dapat diambil adalah
terdapat korelasi antara kepemilikan SPAL dan angka kemiskinan dengan prevalensi diare
pada balita di Kabupaten Bandung tahun 2012.
Kata Kunci: balita, diare, lingkungan, sosiodemografi
Alamat: Jalan Hariang Banga No. 2 Bandung
E-mail: [email protected]
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
Abstract
Diarrhea is most clinical problem in under-five years child. In Bandung Regency of
West Java Province, the incidence of diarrhea in under-five in 2012 reached 33.676 cases.
Diarrhea is influenced by several determinants, such as environmental factors as the
household latrines, clean water, and wastewater disposal ownership, also sociodemographic
factors such as population density and poverty. The aim of the research is to determine
whether there are correlation between environmental and sociodemographic factors with the
prevalence of diarrhea in under-five years child in Bandung Regency in 2012.
This research is quantitative research by analytical observational methods with crosssectional approach. This study analyzed secondary datas which are the results of an annual
survey of Bandung District Health Department in 2012. 56 of the 62 health centers as
secondary data had been examined. Statistical analysis using the Pearson-Correlation Test at
95% confidence level.
The results of bivariate analysis showed that there is significant correlation between
the wastewater disposal ownership with diarrhea prevalence and negative direction, with
weak correlation (p = 0.045 and r = -0.269) and there is a significant correlation between the
prevalence of poverty with diarrhea and a positive direction, with weak correlation (p =
0.003 and r = 0.389). There is no correlation between the prevalence of diarrhea with the
household latrines ownership, the clean water ownership, and population density.
The increase of ownership wastewater disposal, it means increase the use of it, will
reduce the trasnsmission of diarrhea through contaminated water. Poverty causes lack of
availability of access to adequate sanitation facilities, clean home environment and poor
personal hygiene in children. The conclusion that there are correlation between the
wastewater disposal ownership and poverty with the prevalence of diarrhea in under-five
years child in Bandung regency in 2012.
Keyword: diarrhea,environment, sociodemographic, under-five years child
Diare merupakan suatu keadaan pada individu dimana frekuensi buang air besar
mencapai lebih dari 3 kali per hari atau lebih sering dari biasanya dengan konsistensi feses
yang lembek atau encer.1 Penyebab diare antara lain karena infeksi Rotavirus, E.coli,
Salmonella, Campylobacter, Shigella, Entamoeba histolytica dan Histoplasma capsulatum,
dan bisa juga karena alergi dan keracunan makanan. 1, 2 3, 4 Diare masih menjadi permasalahan
kesehatan utama pada balita di dunia. Diare menjadi penyebab kematian anak umur dibawah
lima tahun terbesar kedua di dunia pada tahun 2009. Angka kejadian yang disebabkan oleh
diare mencapai 2,5 milyar kasus per tahun, dengan angka kematian mencapai 1,5 juta kasus
per tahun.1 Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menyatakan bahwa
prevalensi klinis diare di Indonesia mencapai angka 9,0%, dengan rentang 4,2%-18,9%
dengan prevalensi diare pada anak umur 1-4 tahun merupakan yang tertinggi (16,7%) diikuti
umur < 1 tahun (16,5%). Proporsi penyebab kematian anak pada umur 1-4 tahun didominasi
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
oleh penyakit diare sebesar 25,2%.5 Angka kejadian diare di Kabupaten Bandung berdasarkan
Profil Kesehatan Kabupaten Bandung pada tahun 2011 mencapai 71.010 kasus, sedangkan
angka kejadian diare pada tahun-tahun sebelumnya seperti pada tahun 2009 mencapai
126.251 kasus dan pada tahun 2010 mencapai 99.412 kasus. Angka kesakitan kelompok umur
1-4 tahun akibat diare di Kabupaten Bandung tahun 2011, yang menjalani rawat jalan di Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mencapai 25.359 kasus. Pada tahun 2012, hasil laporan
bulanan Dinas Kesehatan tahun 2012, angka kejadian diare pada balita mencapai 33.676
orang.6
Pada diare, faktor risiko yang utama adalah faktor lingkungan yang terkontaminasi
dan peningkatan paparan terhadap patogen dalam saluran pencernaan.7 Cara penularannya
melalui fecal-oral, yaitu dengan memakan makanan atau air yang terkontaminasi dengan
patogen dari feses manusia atau hewan.8 Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kejadian diare antara lain kepemilikan fasilitas jamban keluarga dan kepemilikan sarana air
bersih.9-13 Selain itu, sarana pembuangan air limbah (SPAL) dapat meminimalisir paparan
beberapa mikroorganisme patogen dan parasit yang biasanya ditemukan di dalam air limbah
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya diare.14 Selain faktor lingkungan,
faktor sosiodemografi menjadi faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian diare. Faktor
sosiodemografi yang dapat mempengaruhi kejadian diare antara lain status ekonomi dan
kepadatan penduduk.14-16 Kepadatan penduduk dapat menjadi faktor risiko kejadian diare
karena salah satu penyebab diare pada balita paling banyak yaitu Rotavirus dapat menyebar
melalui udara.14
Angka kejadian diare pada balita di Kabupaten Bandung saat ini masih menjadi 10
besar penyakit terbanyak yang terjadi di Kabupaten Bandung. Hal ini menjadi alasan peneliti
untuk melakukan penelitian mengenai korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian diare pada balita, antara lain faktor lingkungan berdasarkan kepemilikan jamban
keluarga, kepemilikan sarana air bersih, dan kepemilikan sarana pembuangan air limbah
(SPAL), dan faktor sosiodemografi berdasarkan angka kemiskinan dan kepadatan penduduk
dengan prevalensi diare pada balita di Kabupaten Bandung pada tahun 2012.
Metode
Pada penelitian ini, populasi terjangkaunya adalah seluruh penduduk yang berada di
wilayah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012. Penelitian ini
menggunakan data sekunder yang diambil dari hasil survei tahunan Dinas Kesehatan
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
Kabupaten Bandung mengenai cakupan kepemilikan sarana air bersih, kepemilikan jamban
keluarga, kepemilikan SPAL, kepadatan penduduk, angka kemiskinan, dan angka kejadian
diare pada balita di wilayah yang dinaungi oleh setiap Puskesmas di wilayah Kabupaten
Bandung pada tahun 2012. Kriteria inklusinya antara lain data sekunder yang diambil pada
tahun 2012 yang mencakup perihal di atas secara lengkap.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional analitik
dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).17 Tidak dilakukan teknik
pengambilan sampel karena menggunakan seluruh populasi.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan yaitu kepemilikan
jamban keluarga, kepemilikan sarana air bersih, dan
kepemilikan SPAL, dan faktor
sosiodemografi yaitu kepadatan penduduk dan angka kemiskinan. Kepemilikan jamban
keluarga dihitung dengan cara jumlah kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas yang
menggunakan jamban keluarga dibagi jumlah kepala keluarga dalam tahun yang sama
dikalikan 100%. Begitu pula dengan kepemilikan sarana air bersih yaitu dihitung dengan cara
jumlah kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas yang menggunakan sarana air bersih
pribadi dibagi jumlah kepala keluarga dalam tahun yang sama dikalikan 100%. Sedangkan
pada kepemilikan SPAL, yang dihitung adalah jumlah pengguna SPAL di wilayah kerja
Puskesmas yang memenuhi syarat dibagi jumlah kepala keluarga pada tahun yang sama
dikalikan 100%. Pada variabel kepadatan penduduk diambil dari hasil penghitungan jumlah
penduduk satu wilayah kerja Puskesmas dibagi dengan luas wilayah kerja Puskesmas tersebut
dalam Hektare. Angka kemiskinan didapat dari jumlah keluarga miskin (Keluarga Pra
Sejahtera + Keluarga Sejahtera 1) dibagi jumlah seluruh penduduk di tahun yang sama
dikalikan 100%. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prevalensi diare pada balita di
Kabupaten Bandung pada tahun 2012 yang didapat dari hasil penghitungan jumlah kasus
dibagi jumlah seluruh penduduk pada tahun yang sama dikali 1000.
Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah dengan aplikasi komputer meliputi
editing, coding, entry dan tabulating. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan
program SPSS 17 yang meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan
untuk mengetahui distribusi frekeuensi dan normalitas data. Analisis bivariat dilakukan
dengan menggunakan Pearson-Correlation Test dengan syarat distribusi data normal dan
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
variabel numerik-numerik yang tujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan
tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95%, dimana Ho gagal ditolak apabila p > α (0,05) dan Ho
ditolak apabila p ≤ α (0,05). Kekuatan korelasi dikatakan lemah jika nilai R antara 0,2 - 0,4.
Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin untuk
pengambilan data sekunder kepada setiap Puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten terkait
dan pengolahan data untuk kepentingan penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik faktor lingkungan, sosiodemografi, dan prevalensi diare pada balita di
Kabupaten Bandung pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Karakteristik Faktor Lingkungan, Sosiodemografi, dan Prevalensi Diare pada
Balita
Variabel
Rerata
Minimum
Maksimum
Persentase Kepemilikan Jamban Keluarga
53,96
27,50
98,70
Persentase Kepemilikan Sarana Air Bersih
55,62
19,34
100,00
Persentase Kepemilikan SPAL
26,87
2,35
77,44
Kepadatan Penduduk (jiwa)
38,39
2,32
178,70
Persentase Kemiskinan
53,26
19,65
86,49
Prevalensi Diare pada Balita (kasus)
22,23
9,21
55,47
Kepemilikan jamban keluarga yang tertinggi mencapai 98,7% dan yang terendah
hanya mencapai 27,5% dengan rerata 53,96%. Begitu pula dengan kepemilikan sarana air
bersih yang tertinggi mencapai 100% dan yang terendah mencapai 19,34% dengan rerata
kepemilikan 55,62%. Rerata kepemilikan SPAL masih sangat minim yaitu 26,87%, dengan
jumlah tertinggi dan terendah adalah 77,44% dan 2,35%. Kepadatan penduduk tertinggi
adalah 178 jiwa per Ha dan terendah 2 jiwa per Ha. Persentase kemiskinan melampaui
separuh dari penduduk dengan rata-rata 53,26%. Prevalensi diare pada balita mencapai 22,23,
dengan rincian prevalensi tertinggi mencapai 55,47 dan terendah 9,21.
Tabel 2 Korelasi antara Faktor Lingkungan dan Sosiodemografi dengan Prevalensi
Diare pada Balita di Kabupaten Bandung Tahun 2012
Variabel
Persentase Kepemilikan Jamban Keluarga
R
p-value
-0,157
0,249
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
Persentase Kepemilikan Sarana Air Bersih
-0,095
0,484
Persentase Kepemilikan SPAL
-0,269
0,045
Kepadatan Penduduk
-0,173
0,203
Persentase Kemiskinan
0,389
0,003
Dari tabel 2 diketahui bahwa kepemilikan jamban keluarga tidak menunjukkan
korelasi yang bermakna terhadap prevalensi diare pada balita. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena tidak diketahui apakah jamban yang digunakan oleh keluarga sudah
memenuhi syarat atau tidak. Kepemilikan jenis jamban cemplung akan lebih berpeluang
untuk terjadinya kontaminasi air dengan mikroorganisme penyebab diare dibandingkan
dengan jamban leher angsa yang memiliki tempat penampungan tinja dan saluran sekat air
pada leher angsa sehingga lalat atau vektor tidak dapat mencapai tempat penampungan tinja
dan tidak berbau. Jamban yang memenuhi syarat tidak akan mencemari sarana air bersih di
sekitarnya sehingga akan memutus rantai penularan diare.
Kepemilikan sarana air bersih pun tidak menunjukkan korelasi yang bermakna
terhadap prevalensi diare pada balita di Kabupaten Bandung. Pada penelitian ini, variabel
yang diamati adalah kepemilikan sarana air bersih yang dimiliki oleh keluarga atau pribadi,
tanpa melihat apakah sarana air bersih tersebut terlindungi atau tidak terlindungi. Sarana air
bersih yang tidak terlindungi akan mempermudah kontaminasi mikroorganisme sehingga
terjadi pencemaran air yang disebabkan oleh tercampurnya air bersih dengan air limbah. Jarak
antara sarana air bersih dengan jamban keluarga dan sarana pembuangan air limbah pun tidak
dilakukan penelitian. Apabila jaraknya kurang dari 10 meter, peluang terjadinya pencemaran
air akan meningkat. Selain itu, bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Bandung pada tahun
2012 dapat menyebabkan pencemaran sarana air bersih yang tidak terlindungi, misalnya
sumur yang terbuka.
Terdapat korelasi yang bermakna antara kepemilikan sarana pembuangan air limbah
dengan prevalensi diare pada balita (p = 0,045) dan arah negatif dengan kekuatan hubungan
lemah (r = -0,269), artinya semakin tinggi tingkat kepemilikan SPAL, maka akan semakin
rendah prevalensi diare. Apabila mikroorganisme penyebab diare mencemari air yang biasa
digunakan sebagai sumber air minum oleh masyarakat Kabupaten Bandung, maka akan
terjadi penularan penyakit diare melalui fecal-oral. Hal tesebut dapat diminimalisir dengan
kepemilikan sarana pembuangan air limbah sehingga air yang sudah terkontaminasi tidak
tercampur dengan air yang akan digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari. Dengan
meningkatnya pemakaian sarana pembuangan air limbah di Kabupaten Bandung, diketahui
akan menurunkan penularan diare melalui air yang tercemar
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
Hasil uji statistik Pearson-Correlation Test menunjukkan bahwa p = 0,203 (p > 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kepadatan
penduduk dengan prevalensi diare pada balita di Kabupaten Bandung tahun 2012. Kepadatan
penduduk Kabupaten Bandung yang rendah dan tidak merata kemungkinan menjadi penyebab
kepadatan penduduk tidak menjadi faktor yang memiliki korelasi terhadap prevalensi diare
pada balita.
Angka kemiskinan memiliki korelasi yang bermakna terhadap prevalensi diare pada
balita dengan p = 0,003 (p ≤ 0,05) dan arah positif dengan kekuatan hubungan lemah (r =
0,389). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilunda pada tahun 2009
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan
kejadian diare pada anak-anak. Anak-anak yang hidup dari keluarga yang miskin memiliki
risiko yang lebih tinggi terhadap diare disebabkan karena tidak tersedianya akses terhadap
fasilitas sanitasi yang memadai, lingkungan rumah yang tidak bersih dan kebersihan diri pada
anak yang buruk.15
Pada penelitian ini tidak meneliti mengenai korelasi PHBS terhadap kejadian diare.
Jamban keluarga yang menjadi variabel hanya diteliti mengenai kepemilikannya saja, tetapi
jenis dan kondisi jamban tidak diteliti. Sarana air bersih pun hanya diteliti dari segi
kepemilikannya saja, tetapi kualitas air, akses terhadap air bersih, dan sumber air minum tidak
dilakukan penelitian. Pada penelitian ini juga, faktor sosiodemografi seperti pengetahuan ibu
terhadap diare, pemberian ASI pada bayi, status gizi, status imunisasi, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu dan penyakit pengikut tidak dilakukan penelitian mengingat keterbatasan dalam
penelitian.
Simpulan
Terdapat korelasi yang bermakna antara prevalensi diare pada balita dengan
kepemilikan SPAL dan angka kemiskinan di Kabupaten Bandung pada tahun 2012. Semakin
banyak kepemilikan SPAL pada suatu daerah akan menurunkan prevalensi diare pada balita.
Akan tetapi, semakin tinggi angka kemiskinan suatu daerah, maka semakin tinggi pula
prevalensi diare pada balita di daerah tersebut.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dekan dan para pembimbing penelitian
yang selalu memberi arahan dan saran terhadap penelitian ini, serta kepada keluarga dan
sahabat dekat yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil.
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
Daftar Pustaka
1.
WHO. Diarrhea: why children are still dying and what can be done [monograph on the
internet]
2009
[cited
2013
January
20th].
Available
from:
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241598415_eng.pdf.
2.
Bravo EA et al. Dimorphic fungal coinfection as a cause of chronic diarrhea and
pancolitis. Case Reports in Medicine. 2011;2011:4.
3.
Passariello A et al. Diarrhea in neonatal intensive care unit. World J Gastroenterol.
2010;16(21):2664-8.
4.
Cangemi JR. Food poisoning and diarrhea: small intestine effects. Curr Gastroenterol
Rep. 2011;13:442-8.
5.
Badan Penelitian dan Pengembangan Dinas Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar 2007.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.
6.
Laporan bulanan tahun 2012 penderita diare. In: Kesehatan D, editor. Kabupaten
Bandung: Dinas Kesehatan; 2012.
7.
Kliegman RM et al. Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders; 2007.
8.
Fauci AS et al. Harrison's principles of internal medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill;
2008.
9.
Woldemicael G. Diarrhoeal morbidity among young children in Eritrea: environmental
and socioeconomic determinants. J Health Popul Nutr. 2001 June;19(2):83-90.
10. Mbonye AK. Risk factor for diarrhoea and upper respiratory tract infections among
children in a rural area of Uganda. J Health Popul Nutr. 2004 March;22(1):52-8.
11. Semba RD et al. Relationship of the presence of a household improved latrine with
diarrhea and under-five child mortality in Indonesia. Am J Trop Med Hyg.
2011;84(3):443-50.
12. Godana W, Mengiste B. Environmental factors associated with acute diarrhea among
children under five years of age in Derashe District, Southern Ethiopia. Science Journal
of public Healh. 2013;1(3):119-24.
13. Anwar A, Musadad A. Pengaruh akses penyediaan air bersih terhadap kejadian diare
pada balita. Jurnal Ekologi Kesehatan 2009 June;8(2):953-63.
14. Said NI, Marsidi R. Mikroorganisme patogen dan parasit di dalam air limbah domestik
serta alternatif teknologi pengolahan. JAI. 2005;1(1):65-81.
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
15. Wilunda C, Panza A. Factors associated with diarrhea among children less than 5 years
old in Thailand: a secondary analysis of Thailand multiple indicator cluster survey 2006.
J Health Res. 2009;23 (Suppl):17-22.
16. Mubasyiroh R. Faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di beberapa
regional Indonesia tahun 2007. Bul Penelit Kesehat. 2010;38:24-31.
17. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
LAMPIRAN 1
SURAT PERMOHONAN PEMUATAN ARTIKEL
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Pramadio Bambang Nugroho
NPM
: 10100109021
Program Studi
: Pendidikan Sarjana Kedokteran
Alamat Korespondensi
: Jalan Hariang Banga No. 2 Bandung
Email
: [email protected]
Judul naskah artikel
:
“ Korelasi Antara Faktor Lingkungan dan Sosiodemografi dengan Prevalensi
Diare pada Balita di Kabupaten Bandung Tahun 2012”
mengajukan permohonan pemuatan artikel dengan judul seperti tersebut di atas
dan bersedia memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh dewan
editor Publikasi Berkala Penelitian Program Pendidikan Sarjana Kedokteran
Universitas Islam Bandung.
Bandung, Agustus 2013
Pemohon,
(Pramadio Bambang N.)
LAMPIRAN 2
SURAT PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Pembimbing:
Tanda Tangan
1. Santun Bhekti Rahimah, dr., M.Kes
..............................................
2. Budiman, dr., M.KM
..............................................
Judul naskah artikel:
KORELASI ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN
SOSIODEMOGRAFI DENGAN PREVALENSI DIARE PADA BALITA DI
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
menyatakan bahwa naskah artikel dengan judul seperti tersebut di atas telah
diperiksa, dikoreksi, dan disetujui oleh komisi pembimbing untuk dimuat dalam
jurnal.
SOSIODEMOGRAFI DENGAN PREVALENSI DIARE PADA
BALITA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
ARTIKEL
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung
PRAMADIO BAMBANG NUGROHO
10100109021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2013
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
KORELASI ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN
SOSIODEMOGRAFI DENGAN PREVALENSI DIARE PADA BALITA
DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
CORRELATION BETWEEN ENVIRONMENTAL AND
SOCIODEMOGRAPHIC FACTORS WITH THE PREVALENCE OF
DIARRHEA IN UNDER-FIVE YEARS CHILD IN BANDUNG REGENCY
IN 2012
Pramadio Bambang Nugroho1, Santun Bhekti Rahimah2, Budiman3
1
Mahasiswa Program Sarjana Kedokteran Universitas Islam Bandung1
2
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung
3
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Islam Bandung
Abstrak
Diare merupakan permasalahan kesehatan pada balita yang paling utama. Di
Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, angka kejadian diare pada balita pada tahun 2012
mencapai 33.676 kasus. Diare dipengaruhi oleh beberapa determinan, antara lain faktor
lingkungan seperti kepemilikan jamban keluarga, sarana air bersih, dan SPAL, juga faktor
sosiodemografi seperti kepadatan penduduk dan angka kemiskinan. Tujuan penelitan ini
adalah untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara faktor lingkungan dan
sosiodemografi dengan prevalensi diare pada balita di Kabupaten Bandung tahun 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional analitik
dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini menganalisis data sekunder yaitu hasil
survei tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung pada tahun 2012. Data sekunder yang
diteliti sebanyak 56 dari 62 Puskesmas. Analisis statistik dengan menggunakan PearsonCorrelation Test pada derajat kepercayaan 95%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara
kepemilikan SPAL dengan prevalensi diare dan arah negatif, dengan kekuatan hubungan
lemah (p = 0,045 dan r = -0,269) dan terdapat korelasi yang bermakna antara angka
kemiskinan dengan prevalensi diare dan arah positif, dengan kekuatan hubungan lemah (p =
0,003 dan r = 0,389). Tidak terdapat korelasi antara prevalensi diare dengan kepemilikan
jamban keluarga, kepemilikan sarana air bersih, dan kepadatan penduduk.
Peningkatan kepemilikan SPAL secara tidak langsung meningkatkan penggunaannya
akan menurunkan penularan diare melalui air yang tercemar. Kemiskinan menyebabkan
kurang tersedianya akses terhadap fasilitas sanitasi yang memadai, lingkungan rumah yang
tidak bersih dan kebersihan diri pada anak yang buruk. Kesimpulan yang dapat diambil adalah
terdapat korelasi antara kepemilikan SPAL dan angka kemiskinan dengan prevalensi diare
pada balita di Kabupaten Bandung tahun 2012.
Kata Kunci: balita, diare, lingkungan, sosiodemografi
Alamat: Jalan Hariang Banga No. 2 Bandung
E-mail: [email protected]
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
Abstract
Diarrhea is most clinical problem in under-five years child. In Bandung Regency of
West Java Province, the incidence of diarrhea in under-five in 2012 reached 33.676 cases.
Diarrhea is influenced by several determinants, such as environmental factors as the
household latrines, clean water, and wastewater disposal ownership, also sociodemographic
factors such as population density and poverty. The aim of the research is to determine
whether there are correlation between environmental and sociodemographic factors with the
prevalence of diarrhea in under-five years child in Bandung Regency in 2012.
This research is quantitative research by analytical observational methods with crosssectional approach. This study analyzed secondary datas which are the results of an annual
survey of Bandung District Health Department in 2012. 56 of the 62 health centers as
secondary data had been examined. Statistical analysis using the Pearson-Correlation Test at
95% confidence level.
The results of bivariate analysis showed that there is significant correlation between
the wastewater disposal ownership with diarrhea prevalence and negative direction, with
weak correlation (p = 0.045 and r = -0.269) and there is a significant correlation between the
prevalence of poverty with diarrhea and a positive direction, with weak correlation (p =
0.003 and r = 0.389). There is no correlation between the prevalence of diarrhea with the
household latrines ownership, the clean water ownership, and population density.
The increase of ownership wastewater disposal, it means increase the use of it, will
reduce the trasnsmission of diarrhea through contaminated water. Poverty causes lack of
availability of access to adequate sanitation facilities, clean home environment and poor
personal hygiene in children. The conclusion that there are correlation between the
wastewater disposal ownership and poverty with the prevalence of diarrhea in under-five
years child in Bandung regency in 2012.
Keyword: diarrhea,environment, sociodemographic, under-five years child
Diare merupakan suatu keadaan pada individu dimana frekuensi buang air besar
mencapai lebih dari 3 kali per hari atau lebih sering dari biasanya dengan konsistensi feses
yang lembek atau encer.1 Penyebab diare antara lain karena infeksi Rotavirus, E.coli,
Salmonella, Campylobacter, Shigella, Entamoeba histolytica dan Histoplasma capsulatum,
dan bisa juga karena alergi dan keracunan makanan. 1, 2 3, 4 Diare masih menjadi permasalahan
kesehatan utama pada balita di dunia. Diare menjadi penyebab kematian anak umur dibawah
lima tahun terbesar kedua di dunia pada tahun 2009. Angka kejadian yang disebabkan oleh
diare mencapai 2,5 milyar kasus per tahun, dengan angka kematian mencapai 1,5 juta kasus
per tahun.1 Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menyatakan bahwa
prevalensi klinis diare di Indonesia mencapai angka 9,0%, dengan rentang 4,2%-18,9%
dengan prevalensi diare pada anak umur 1-4 tahun merupakan yang tertinggi (16,7%) diikuti
umur < 1 tahun (16,5%). Proporsi penyebab kematian anak pada umur 1-4 tahun didominasi
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
oleh penyakit diare sebesar 25,2%.5 Angka kejadian diare di Kabupaten Bandung berdasarkan
Profil Kesehatan Kabupaten Bandung pada tahun 2011 mencapai 71.010 kasus, sedangkan
angka kejadian diare pada tahun-tahun sebelumnya seperti pada tahun 2009 mencapai
126.251 kasus dan pada tahun 2010 mencapai 99.412 kasus. Angka kesakitan kelompok umur
1-4 tahun akibat diare di Kabupaten Bandung tahun 2011, yang menjalani rawat jalan di Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mencapai 25.359 kasus. Pada tahun 2012, hasil laporan
bulanan Dinas Kesehatan tahun 2012, angka kejadian diare pada balita mencapai 33.676
orang.6
Pada diare, faktor risiko yang utama adalah faktor lingkungan yang terkontaminasi
dan peningkatan paparan terhadap patogen dalam saluran pencernaan.7 Cara penularannya
melalui fecal-oral, yaitu dengan memakan makanan atau air yang terkontaminasi dengan
patogen dari feses manusia atau hewan.8 Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kejadian diare antara lain kepemilikan fasilitas jamban keluarga dan kepemilikan sarana air
bersih.9-13 Selain itu, sarana pembuangan air limbah (SPAL) dapat meminimalisir paparan
beberapa mikroorganisme patogen dan parasit yang biasanya ditemukan di dalam air limbah
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya diare.14 Selain faktor lingkungan,
faktor sosiodemografi menjadi faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian diare. Faktor
sosiodemografi yang dapat mempengaruhi kejadian diare antara lain status ekonomi dan
kepadatan penduduk.14-16 Kepadatan penduduk dapat menjadi faktor risiko kejadian diare
karena salah satu penyebab diare pada balita paling banyak yaitu Rotavirus dapat menyebar
melalui udara.14
Angka kejadian diare pada balita di Kabupaten Bandung saat ini masih menjadi 10
besar penyakit terbanyak yang terjadi di Kabupaten Bandung. Hal ini menjadi alasan peneliti
untuk melakukan penelitian mengenai korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian diare pada balita, antara lain faktor lingkungan berdasarkan kepemilikan jamban
keluarga, kepemilikan sarana air bersih, dan kepemilikan sarana pembuangan air limbah
(SPAL), dan faktor sosiodemografi berdasarkan angka kemiskinan dan kepadatan penduduk
dengan prevalensi diare pada balita di Kabupaten Bandung pada tahun 2012.
Metode
Pada penelitian ini, populasi terjangkaunya adalah seluruh penduduk yang berada di
wilayah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012. Penelitian ini
menggunakan data sekunder yang diambil dari hasil survei tahunan Dinas Kesehatan
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
Kabupaten Bandung mengenai cakupan kepemilikan sarana air bersih, kepemilikan jamban
keluarga, kepemilikan SPAL, kepadatan penduduk, angka kemiskinan, dan angka kejadian
diare pada balita di wilayah yang dinaungi oleh setiap Puskesmas di wilayah Kabupaten
Bandung pada tahun 2012. Kriteria inklusinya antara lain data sekunder yang diambil pada
tahun 2012 yang mencakup perihal di atas secara lengkap.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional analitik
dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).17 Tidak dilakukan teknik
pengambilan sampel karena menggunakan seluruh populasi.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan yaitu kepemilikan
jamban keluarga, kepemilikan sarana air bersih, dan
kepemilikan SPAL, dan faktor
sosiodemografi yaitu kepadatan penduduk dan angka kemiskinan. Kepemilikan jamban
keluarga dihitung dengan cara jumlah kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas yang
menggunakan jamban keluarga dibagi jumlah kepala keluarga dalam tahun yang sama
dikalikan 100%. Begitu pula dengan kepemilikan sarana air bersih yaitu dihitung dengan cara
jumlah kepala keluarga di wilayah kerja Puskesmas yang menggunakan sarana air bersih
pribadi dibagi jumlah kepala keluarga dalam tahun yang sama dikalikan 100%. Sedangkan
pada kepemilikan SPAL, yang dihitung adalah jumlah pengguna SPAL di wilayah kerja
Puskesmas yang memenuhi syarat dibagi jumlah kepala keluarga pada tahun yang sama
dikalikan 100%. Pada variabel kepadatan penduduk diambil dari hasil penghitungan jumlah
penduduk satu wilayah kerja Puskesmas dibagi dengan luas wilayah kerja Puskesmas tersebut
dalam Hektare. Angka kemiskinan didapat dari jumlah keluarga miskin (Keluarga Pra
Sejahtera + Keluarga Sejahtera 1) dibagi jumlah seluruh penduduk di tahun yang sama
dikalikan 100%. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prevalensi diare pada balita di
Kabupaten Bandung pada tahun 2012 yang didapat dari hasil penghitungan jumlah kasus
dibagi jumlah seluruh penduduk pada tahun yang sama dikali 1000.
Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah dengan aplikasi komputer meliputi
editing, coding, entry dan tabulating. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan
program SPSS 17 yang meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan
untuk mengetahui distribusi frekeuensi dan normalitas data. Analisis bivariat dilakukan
dengan menggunakan Pearson-Correlation Test dengan syarat distribusi data normal dan
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
variabel numerik-numerik yang tujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan
tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95%, dimana Ho gagal ditolak apabila p > α (0,05) dan Ho
ditolak apabila p ≤ α (0,05). Kekuatan korelasi dikatakan lemah jika nilai R antara 0,2 - 0,4.
Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin untuk
pengambilan data sekunder kepada setiap Puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten terkait
dan pengolahan data untuk kepentingan penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik faktor lingkungan, sosiodemografi, dan prevalensi diare pada balita di
Kabupaten Bandung pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Karakteristik Faktor Lingkungan, Sosiodemografi, dan Prevalensi Diare pada
Balita
Variabel
Rerata
Minimum
Maksimum
Persentase Kepemilikan Jamban Keluarga
53,96
27,50
98,70
Persentase Kepemilikan Sarana Air Bersih
55,62
19,34
100,00
Persentase Kepemilikan SPAL
26,87
2,35
77,44
Kepadatan Penduduk (jiwa)
38,39
2,32
178,70
Persentase Kemiskinan
53,26
19,65
86,49
Prevalensi Diare pada Balita (kasus)
22,23
9,21
55,47
Kepemilikan jamban keluarga yang tertinggi mencapai 98,7% dan yang terendah
hanya mencapai 27,5% dengan rerata 53,96%. Begitu pula dengan kepemilikan sarana air
bersih yang tertinggi mencapai 100% dan yang terendah mencapai 19,34% dengan rerata
kepemilikan 55,62%. Rerata kepemilikan SPAL masih sangat minim yaitu 26,87%, dengan
jumlah tertinggi dan terendah adalah 77,44% dan 2,35%. Kepadatan penduduk tertinggi
adalah 178 jiwa per Ha dan terendah 2 jiwa per Ha. Persentase kemiskinan melampaui
separuh dari penduduk dengan rata-rata 53,26%. Prevalensi diare pada balita mencapai 22,23,
dengan rincian prevalensi tertinggi mencapai 55,47 dan terendah 9,21.
Tabel 2 Korelasi antara Faktor Lingkungan dan Sosiodemografi dengan Prevalensi
Diare pada Balita di Kabupaten Bandung Tahun 2012
Variabel
Persentase Kepemilikan Jamban Keluarga
R
p-value
-0,157
0,249
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
Persentase Kepemilikan Sarana Air Bersih
-0,095
0,484
Persentase Kepemilikan SPAL
-0,269
0,045
Kepadatan Penduduk
-0,173
0,203
Persentase Kemiskinan
0,389
0,003
Dari tabel 2 diketahui bahwa kepemilikan jamban keluarga tidak menunjukkan
korelasi yang bermakna terhadap prevalensi diare pada balita. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena tidak diketahui apakah jamban yang digunakan oleh keluarga sudah
memenuhi syarat atau tidak. Kepemilikan jenis jamban cemplung akan lebih berpeluang
untuk terjadinya kontaminasi air dengan mikroorganisme penyebab diare dibandingkan
dengan jamban leher angsa yang memiliki tempat penampungan tinja dan saluran sekat air
pada leher angsa sehingga lalat atau vektor tidak dapat mencapai tempat penampungan tinja
dan tidak berbau. Jamban yang memenuhi syarat tidak akan mencemari sarana air bersih di
sekitarnya sehingga akan memutus rantai penularan diare.
Kepemilikan sarana air bersih pun tidak menunjukkan korelasi yang bermakna
terhadap prevalensi diare pada balita di Kabupaten Bandung. Pada penelitian ini, variabel
yang diamati adalah kepemilikan sarana air bersih yang dimiliki oleh keluarga atau pribadi,
tanpa melihat apakah sarana air bersih tersebut terlindungi atau tidak terlindungi. Sarana air
bersih yang tidak terlindungi akan mempermudah kontaminasi mikroorganisme sehingga
terjadi pencemaran air yang disebabkan oleh tercampurnya air bersih dengan air limbah. Jarak
antara sarana air bersih dengan jamban keluarga dan sarana pembuangan air limbah pun tidak
dilakukan penelitian. Apabila jaraknya kurang dari 10 meter, peluang terjadinya pencemaran
air akan meningkat. Selain itu, bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Bandung pada tahun
2012 dapat menyebabkan pencemaran sarana air bersih yang tidak terlindungi, misalnya
sumur yang terbuka.
Terdapat korelasi yang bermakna antara kepemilikan sarana pembuangan air limbah
dengan prevalensi diare pada balita (p = 0,045) dan arah negatif dengan kekuatan hubungan
lemah (r = -0,269), artinya semakin tinggi tingkat kepemilikan SPAL, maka akan semakin
rendah prevalensi diare. Apabila mikroorganisme penyebab diare mencemari air yang biasa
digunakan sebagai sumber air minum oleh masyarakat Kabupaten Bandung, maka akan
terjadi penularan penyakit diare melalui fecal-oral. Hal tesebut dapat diminimalisir dengan
kepemilikan sarana pembuangan air limbah sehingga air yang sudah terkontaminasi tidak
tercampur dengan air yang akan digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari. Dengan
meningkatnya pemakaian sarana pembuangan air limbah di Kabupaten Bandung, diketahui
akan menurunkan penularan diare melalui air yang tercemar
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
Hasil uji statistik Pearson-Correlation Test menunjukkan bahwa p = 0,203 (p > 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kepadatan
penduduk dengan prevalensi diare pada balita di Kabupaten Bandung tahun 2012. Kepadatan
penduduk Kabupaten Bandung yang rendah dan tidak merata kemungkinan menjadi penyebab
kepadatan penduduk tidak menjadi faktor yang memiliki korelasi terhadap prevalensi diare
pada balita.
Angka kemiskinan memiliki korelasi yang bermakna terhadap prevalensi diare pada
balita dengan p = 0,003 (p ≤ 0,05) dan arah positif dengan kekuatan hubungan lemah (r =
0,389). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilunda pada tahun 2009
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan
kejadian diare pada anak-anak. Anak-anak yang hidup dari keluarga yang miskin memiliki
risiko yang lebih tinggi terhadap diare disebabkan karena tidak tersedianya akses terhadap
fasilitas sanitasi yang memadai, lingkungan rumah yang tidak bersih dan kebersihan diri pada
anak yang buruk.15
Pada penelitian ini tidak meneliti mengenai korelasi PHBS terhadap kejadian diare.
Jamban keluarga yang menjadi variabel hanya diteliti mengenai kepemilikannya saja, tetapi
jenis dan kondisi jamban tidak diteliti. Sarana air bersih pun hanya diteliti dari segi
kepemilikannya saja, tetapi kualitas air, akses terhadap air bersih, dan sumber air minum tidak
dilakukan penelitian. Pada penelitian ini juga, faktor sosiodemografi seperti pengetahuan ibu
terhadap diare, pemberian ASI pada bayi, status gizi, status imunisasi, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu dan penyakit pengikut tidak dilakukan penelitian mengingat keterbatasan dalam
penelitian.
Simpulan
Terdapat korelasi yang bermakna antara prevalensi diare pada balita dengan
kepemilikan SPAL dan angka kemiskinan di Kabupaten Bandung pada tahun 2012. Semakin
banyak kepemilikan SPAL pada suatu daerah akan menurunkan prevalensi diare pada balita.
Akan tetapi, semakin tinggi angka kemiskinan suatu daerah, maka semakin tinggi pula
prevalensi diare pada balita di daerah tersebut.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dekan dan para pembimbing penelitian
yang selalu memberi arahan dan saran terhadap penelitian ini, serta kepada keluarga dan
sahabat dekat yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil.
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
Daftar Pustaka
1.
WHO. Diarrhea: why children are still dying and what can be done [monograph on the
internet]
2009
[cited
2013
January
20th].
Available
from:
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241598415_eng.pdf.
2.
Bravo EA et al. Dimorphic fungal coinfection as a cause of chronic diarrhea and
pancolitis. Case Reports in Medicine. 2011;2011:4.
3.
Passariello A et al. Diarrhea in neonatal intensive care unit. World J Gastroenterol.
2010;16(21):2664-8.
4.
Cangemi JR. Food poisoning and diarrhea: small intestine effects. Curr Gastroenterol
Rep. 2011;13:442-8.
5.
Badan Penelitian dan Pengembangan Dinas Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar 2007.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.
6.
Laporan bulanan tahun 2012 penderita diare. In: Kesehatan D, editor. Kabupaten
Bandung: Dinas Kesehatan; 2012.
7.
Kliegman RM et al. Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders; 2007.
8.
Fauci AS et al. Harrison's principles of internal medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill;
2008.
9.
Woldemicael G. Diarrhoeal morbidity among young children in Eritrea: environmental
and socioeconomic determinants. J Health Popul Nutr. 2001 June;19(2):83-90.
10. Mbonye AK. Risk factor for diarrhoea and upper respiratory tract infections among
children in a rural area of Uganda. J Health Popul Nutr. 2004 March;22(1):52-8.
11. Semba RD et al. Relationship of the presence of a household improved latrine with
diarrhea and under-five child mortality in Indonesia. Am J Trop Med Hyg.
2011;84(3):443-50.
12. Godana W, Mengiste B. Environmental factors associated with acute diarrhea among
children under five years of age in Derashe District, Southern Ethiopia. Science Journal
of public Healh. 2013;1(3):119-24.
13. Anwar A, Musadad A. Pengaruh akses penyediaan air bersih terhadap kejadian diare
pada balita. Jurnal Ekologi Kesehatan 2009 June;8(2):953-63.
14. Said NI, Marsidi R. Mikroorganisme patogen dan parasit di dalam air limbah domestik
serta alternatif teknologi pengolahan. JAI. 2005;1(1):65-81.
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
15. Wilunda C, Panza A. Factors associated with diarrhea among children less than 5 years
old in Thailand: a secondary analysis of Thailand multiple indicator cluster survey 2006.
J Health Res. 2009;23 (Suppl):17-22.
16. Mubasyiroh R. Faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di beberapa
regional Indonesia tahun 2007. Bul Penelit Kesehat. 2010;38:24-31.
17. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
Korelasi Faktor Risiko dengan Diare Balita..................................................................Pramadio
LAMPIRAN 1
SURAT PERMOHONAN PEMUATAN ARTIKEL
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Pramadio Bambang Nugroho
NPM
: 10100109021
Program Studi
: Pendidikan Sarjana Kedokteran
Alamat Korespondensi
: Jalan Hariang Banga No. 2 Bandung
: [email protected]
Judul naskah artikel
:
“ Korelasi Antara Faktor Lingkungan dan Sosiodemografi dengan Prevalensi
Diare pada Balita di Kabupaten Bandung Tahun 2012”
mengajukan permohonan pemuatan artikel dengan judul seperti tersebut di atas
dan bersedia memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh dewan
editor Publikasi Berkala Penelitian Program Pendidikan Sarjana Kedokteran
Universitas Islam Bandung.
Bandung, Agustus 2013
Pemohon,
(Pramadio Bambang N.)
LAMPIRAN 2
SURAT PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Pembimbing:
Tanda Tangan
1. Santun Bhekti Rahimah, dr., M.Kes
..............................................
2. Budiman, dr., M.KM
..............................................
Judul naskah artikel:
KORELASI ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN
SOSIODEMOGRAFI DENGAN PREVALENSI DIARE PADA BALITA DI
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
menyatakan bahwa naskah artikel dengan judul seperti tersebut di atas telah
diperiksa, dikoreksi, dan disetujui oleh komisi pembimbing untuk dimuat dalam
jurnal.