Penentuan Kadar Minyak Pada Palm Pernel (PK)dan Palm Kernel Meal(PKM) dengan Metode Ekstraksi Sokletasi di PKCrushing Plan PTMultimas Nabati Asahan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit Dan Minyak Sawit
2.1.1. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis jack) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit
dihutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa
sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand
dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang
lebih tinggi. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh
pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1848 (Fauzi, 2008).
2.1.2. Minyak Sawit
Seperti minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur-unsur C, H
dan O. Minyak ini terdiri dari fraksi pada saat fraksi cair dengan perbandingan
yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain
asam miristat (1%), asam palmitat (45%), dan asam stearat. Sedangkan fraksi cair
tersusun dari asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam
linoleat (11%). Komposisi tersebut ternyata agak berbeda jika dibandingkan
dengan minyak inti sawit dan minyak kelapa.Perbedaan jenis asam lemak
penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak yang membantu trigliserida dalam

minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut
mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam suhu kamar

Universitas Sumatera Utara

bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit berbentuk
cair ( Tim Penulis, 2000).

2.1.3 Inti Sawit Dan Minyak Inti Sawit
Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah
menjadi cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel
uap, arang, pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali
menjadi minyak inti sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit
menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses
pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna
cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak,protein, serat dan air. Pada
pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya disebut minyak inti sawit dan
ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan sebagai bahan makanan
ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 – 53% (Mangoensoekardjo,
2003).

Tabel 2.1. Komposisi Inti Sawit (Ketaren, 1986)
Komponen

Jumlah

Minyak

47-52

Air

6-8

Protein

7,5 – 9,0

Selulosa

5


Abu

2

Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa
gugus asam lemak yang terikat dalam trigliserida – trigliserida yang dikandung
lemak ini jenisnya lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C6 (asam
kaproat) sampai C18 jenuh (asam stearat) dan C18 tak jenuh (asam oleat dan asam
linoleat) (Winarno, 1991).Selain minyak sawit mentah, minyak kelapa sawit dapat

Universitas Sumatera Utara

dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (Palm
Kernel Oil/PKO) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (Palm
Kernel Meal/PKM).
Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak mentahnya
mudah sekali menjadi tengik bila dibandingkan dengan minyak yang telah
dimurnikan. Titik lebur dari minyak inti sawit adalah berkisar antara 25°C – 30°C
(Sitinjak, 1983). Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit

dan bungkil inti kelapa sawit adalah pabrik Ekstraksi minyak kelapa sawit di
Belawan – Deli (Ketaren, 1986).
2.1.4. Bungkil Inti Kelapa Sawit
Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami
proses ekstraksi dan pengeringan. Bungkil inti kelapa sawit dapat digunakan
sebagai makanan ternak. Minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit
tersebut hampir seluruhnya di ekspor (Ketaren,1986).
Bungkil inti kelapa sawit (PKM) adalah ampas yang berasal dari sisa
produksi kernel. PKM dapat digunakan sebagai pakan ternak. Selain itu, PKM
juga diekspor ke pasar Asia, Australia maupun Eropa. Biasanya permintaan pasar
Asia memilki kriteria suhu diatas 50 – 60 °C, tetapi untuk permintaan pasar Eropa
suhu diatur ≤50 °C. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka
inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80℃. Setelah kering, inti sawit
dapat dipak atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga menghasilkan
minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO). hasil samping pengolahan minyak inti
sawit adalah bungkil inti sawit (Kernel Oil Cake, KOC) yang dimanfaatkan untuk

Universitas Sumatera Utara

pakan ternak. Sedangkan tempurung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar,

sebagai pengeras jalan, atau dibuat arang dalam industri pabrik bakar aktif.
Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu dari PKO adalah air , Free Fatty
Acid, warna, bilangan iodide. Semua faktor - faktor ini perlu di analisis untuk
mengetahui mutu dari minyak inti kelapa sawit tersebut. Minyak sawit yang baik
yaitu yang berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang
serta muda dipucatkan (Tim Penulis, 2000).
2.2. Standar Mutu Kelapa Sawit
Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak
yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu minyak inti
sawit adalah air dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan daya
pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining
lose, plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan
bilangan penyabunan. Semua faktor-faktor ini perlu di analisis untuk mengetahui
mutu minyak inti kelapa sawit. Minyak sawit yang baik, berkadar asam lemak
bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta muda dipucatkan. Bungkil
inti sawit diinginkan berwarna relative terang dan nilai gizi serta kandungan asam
aminonya tidak berubah. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air
kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan
asam lemak bebasnya serendah mungkin (lebih kurang 2 persen atau kurang),
bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna

pucat) tidak berwarna hijau jernih,dan kandungan logam berat serendah mungkin atau
bebas dari ion logam (Ketaren, 1986).
Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan
dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak menggunakannya

Universitas Sumatera Utara

sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu dan
kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai komoditas
ini. Di dalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan
menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti benar-benar
murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti
yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik
lebur, angka penyabunan, dan bilangan yodium. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu
minyak sawit dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat
mutunya diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu Internasional, yang meliputi
kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan
ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang
kedua lebih penting (Tim Penulis,1996).


Tabel 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit Dan Inti Sawit
(Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 1989 (Fauzi, 2008)
Karakteristik
Asam Lemak
bebas
Kadar Kotoran
KadarZat
Menguap
Bilangan Peroksida
Bilangan Iodine
Kadar Logam
Cu)
Lovibond
Kadar Minyak
Kontaminasi
Kadar Pecah

Minyak
Sawit
5%


Inti
Sawit
3,5 %

Minyak
Sawit
3,5 %

0,5 %
0,5 %

0,02 %
7,5 %

0,02 %
0,2 %

-


2,2 meq
10,5 –
mg/gr
-

47 %
6%
15 %

-

6 meq
44-58
mg/gr
(Fe 10 ppm
3–4R
-

Inti Keterangan
Maksimal

Maksimal
Maksimal
Maksimal
18,5 Maksimal
Maksimal
Maksimal

Universitas Sumatera Utara

2.3. Manfaat Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang
hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kacang kedelai, kacang tanah, kelapa,
bunga matahari, dan lain-lain.
Kegunaan dari kelapa sawit tersebut adalah :
- Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk kebutuhan pangan (minyak
goreng, margarin, vanaspati, lemak, dan lain-lain) tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM, dan lain-lain).
- Inti sawit yang menghasilkan minyak inti sawit digunakan sebagai bahan sabun,
minyak goreng, kosmetik, dan sebagainya.

- Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar/sumber
energi.
- Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk
kalium.
- Ampas lumatan daging buah untuk bahan bakar ketel uap (Hadi, 2004).

2.4. Pengolahan Inti Sawit Menjadi Minyak Inti Sawit (CPKO)
Adapun tahap – tahap proses pengolahan minyak inti sawit yaitu :
1. Sampling Tower
Sebelum truck yang berisi PK masuk ke tower, terlebih dahulu ditimbang di
jembatan penimbang untuk mengetahui berat PK yang dibawa oleh truck tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Kemudian truck yang berisi PK masuk ke tower untuk dilakukan pengambilan
sampel atas. Setelah itu, sampel di bawa ke laboratorium QA untuk dianalisa.
2. Quality Assurance (Analisa di Laboratorium)
Dalam menganalisa PK ditinjau berdasarkan kadar kotoran, kadar air
(Moisture) dan kadar minyak (oil content). Apabila PK untuk sampel atas inspect
sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, maka bagian QA membuat tiket
bongkar dan diserahkan ke petugas Ware House kemudian truck akan menuju
loading ramp untuk dilakukan pembongkaran dan dicek sampel curahnya. Untuk
pengambilan sampel curah ada tiga bagian yaitu: belakang, tengah dan depan
kemudian sampel diantar ke laboratorium QA untuk dianalisa dengan perlakuan
yang sama pada pengambilan sampel atas.
3.Loading Ramp (Penerimaan Biji)
Untuk truck muatan PK yang telah mendapatkan tiket bongkar maka
pembongkaran terus berlanjut. PK yang telah di bongkar akan masuk ke loading
ramp dan jatuh ke conveyor dan dibawa menuju elevator melalui elevator tersebut
PK diangkat menuju conveyor menuju silo untuk disimpan sementara waktu.
4. Silo (Penyimpanan Sementara)
Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan PK sementara. Setiap silo
dilengkapi dengan blower yang berfungsi untuk menghisap uap air yang terdapat
didalam silo. Selain itu, blower juga berfungsi menjaga suhu di dalam silo agar
stabil.

Universitas Sumatera Utara

5. Gudang PKM
Gudang PKM adalah suatu tempat penampungan ampas PKM sisa
pengolahan inti sawit. Jumlah gudang di palm kernel crushing plant ada empat
unit yang masing masing berbeda.
6. Hopper(Tempat Penampungan PK)
Hopper merupakan tempat penampungan PK (Palm Kernel) sementara
sebelum diproses kedalam mesin pengepressan. Kapasitas Hopper di plant I
sebesar 400 Ton sedangkan di plant II sebesar 600 Ton.
7. Mesin First Press
PK yang berada dalam silo akan di transfer ke hopper dengan
menggunakan conveyor dan elevator. Setelah itu akan masuk kedalam mesin
press I untuk memisahkan minyak dengan ampas yang keluar secara terpisah.
Minyak yang keluar dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju Bak
Oil Pit kemudian akan menuju ke vibrating screen ( penyaring getar ) kemudian di
alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk
disaring. Setelah itu akan dialirkan ke Buffer Tank lalu ke Daily Tank. Sedangkan
ampas dari mesin dibawa conveyor menuju hopper untuk masuk dalam tahap
proses kedua.
8. Mesin Second Press
Ampas yang berasal dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju
mesin press II agar dihasilkan minyak yang masih terkandung didalamnya.
Minyak yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor menuju Bak
Oil Pit kemudian akan menuju ke vibrating screen ( penyaring getar ) kemudian di

Universitas Sumatera Utara

alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk
disaring. Setelah itu akan dialirkan ke Buffer Tank lalu ke Daily Tank.
Sedangkan Ampas yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor
melewati bar magnet kemudian dibawa oleh elevator menuju hummer mill untuk
dihaluskan. Setelah itu, ampas akan dibawa oleh conveyor dan diiringi dengan
penambahan air agar suhu ampas menurun dengan kadar airnya max 10% pada
saat menuju gudang, hal ini disebut dengan AAW (After Adding Water). Setelah
itu PKM masuk ke dalam gudang penyimpanan dengan temperature 50º C max.
9. Niagara filter
Niagara Filter berfungsi sebagai tempat proses penyaringan. Tekanan yang
digunakan harus pada 4 Bar max. Minyak yang sudah jernih akan masuk ke
Buffer tank sedangkan ampas minyak (cake) tersebut akan tertinggal didalam
filter press. Cake pada niagara filter juga di analisa dengan oil content 25% max.
Konsentrasi oil content dari cake niagara filter diharapkan semakin kecil dari
standart yang ditentukan dengan demikian PKM hasil produksi di gudang tidak
terkontaminasi.
10. Daily tank
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan minyak CPKO sebelum dikirim ke
Pabrik lainnya untuk diolah atau dieksport ke luar negeri. Selain itu, di daily tank
dilakukan pengukuran (Sounding), sounding tangki dilakukan setiap pagi guna
mengetahui berapa hasil produksi.(Multimas Nabati Asahan, 1999).

Universitas Sumatera Utara

FLOW PROSES
Sampling
tower
Loading remp
Silo
Hopper

Mesin press I

PKO

PKM

Bak Oil Pit

Mesin Press II

PKO

PKM

Vibrating
screen
Niagara Filter

Buffer Tank

Filter bag
Gudang PKM

Daily Tank

Gambar 2.3. Flow Proses Pengolahan Inti Sawit

Universitas Sumatera Utara

2.5. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam – macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering),
mechanical expression dan solvent extraction.
2.5.1. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua
cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan
untuk mengumpulkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan
dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang
terkandung di dalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara
yaitu: wet rendering dan dry rendering.
2.5.2. Rendering dengan penambahan air (Wet rendering)
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40 -60 psi). Penggunaan temperatur rendah
dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan flavour netral dari minyak
atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi
dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut
dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 50℃ sambil diaduk. Minyak yang
terekstraksi akan naik keatas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering

Universitas Sumatera Utara

dengan temperatur rendah kurang begitu populer, sedangkan proses wet rendering
dengan mempergunakan temperatur yang tinggi disertai tekanan uap air,
dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar.
Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang
akan diekstraksi dimasukkan kedalam digester dengan tekanan uap air sebesar 40
sampai 60 pound selama 4-6 jam.
2.5.3. Rendering tanpa penambahan air (Dry rendering)
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung lemak atau minyak dimasukkan kedalm ketel tanpa penambahan air.
Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu
220℉ sampai 230℉ (105℃ − 110℃). Ampas bahan yang telah diambil

minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan
dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan
dari bagian atas ketel.

2.5.4. Pengepressan mekanis (Mechanical expression)
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasaldari biji – bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30 - 70%). Pada
pengepressan mekanis ini dperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.

Universitas Sumatera Utara

Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis yaitu pengepresan hidraulik
(hidraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing).
2.5.5. Pengepresan hidraulik (Hydraulic pressing)
Pada cara Hydraulic Pressing, bahan di press dengan tekanan sekitar 2000
pounds/inch2 (140,6 kg/cm= 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
dieekstraksi tergantung dari lamanya pengepressan, tekanan yang dipergunakan,
serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang
tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya
bungkil ditekan dibawah tekanan hidraulik.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan cara
pengepresan mekanis dapat dilihat pada gambar.

Bahan yang
mengandung minyak

Perajangan

Penggilingan

Minyak kasar

Pengepresan

Pemasakan/
pemanasan

Ampas/bungkil

Gambar 2.4. Skema Cara Memperoleh Minyak Dengan Pengepressan

Universitas Sumatera Utara

2.5.6. Pengepresan berulir (Expeller Pressing)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri
dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada
temperatur 240℉ (115,5℃)dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air
minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen. Sedangkan
bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen.
2.5.7. Extraksi dengan pelarut (Solvent Extraction)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dangan kadar minyak
yang rendah atau sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara Expeller pressing. Karena
sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak
yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi engan pelarut menguap adalah
petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzene dan nheksan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh
lebih dari 5 persen. Bila lebih, seluruh sistem solvent extraction perlu diteliti lagi
(Ketaren, 1986).
2.6. Analisa kadar lemak dengan metode ekstraksi sokletasi
Prinsipnya ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat
maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstraksi substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Penentuan kadar lemak dengan pelarut menghasilkan lemak kasar (crude fat).
Umumnya, analisa lemak kasar ada dua macam, yaitu cara kering dan cara basah.

Universitas Sumatera Utara

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari
padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik, karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi kedalam semula
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang dapat larut dalam solvent pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan
diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun, sering juga
digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.
Pada cara kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble,
kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan harus
dilakukan secepatnya dan hindari suhu yang terlalu tinggi.

Oleh karena itu

dianjurkan menggunakan vakum oven (suhu 105 ℃). Penentuan kadar lemak

dengan cara ektraksi kering dapat digunakan alat yang bernama sokhlet. Ekstraksi
dengan sokhlet ini dilakukan secara terus menerus. Pada ekstraktor sokhlet,
pelarut dipanaskan dalam labuh didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut
kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fase cair.
Kemudian, pelarut masuk kedalam selongsong berisi padatan.

Pelarut akan

membasahi sampel dan tertahan didalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam
pipa sifon sama dengan tinggi pelarut diselongsong. Kemudian, pelarut
seluruhnya akan mengalir masuk kembali kedalam labu didih dan begitu
seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon.
Metode yang digunakan dimana cara kerja ini adalah pertama-tam
sejumlah sempel ditimbang dengan teliti, lalu dimasukkan kedalam thimbel yang
dapat terbuat dari kertas saring atau alundum (Al2O3). Ukuran thimbel dipilih
sesuai dengan ukuran sokhlet yang digunakan. Sampel yang belum kering harus

Universitas Sumatera Utara

dikeringkan terlebih dahulu, bila perlu dicampur dengan pasir murni bebas lemak
untuk memperbesar luas permukaan kontak dengan pelarut. Sampel dalam
thimble ditutup dengan kapas bebas lemak supaya partikel sampel tidak ikut
terbawa aliran pelarut. Selanjutnya, labu godok dipasang beserta kondensornya.
Pelarut yang digunakan sebanyak 1,5-2 kali isi tabung ekstraksi. Unit sokhlet
dipasang yang dilengkapi dengan pendingin balik, dan pemanasan dilakukan pada
suhu titik didih pelarut, kemudian dibiarkan terjadi sirkulasi sampai pelarut
menjadi jernih. Larutan yang diperoleh dirotarievaporatorasi dengan tekanan dan
suhu sesuai pelarut sampai diperoleh ekstrak kering.
Pemanasan sebaiknya menggunkan penangas air untuk menghindari
bahaya kebakaran, atau bila terpaksa menggunakan kompor listrik harus
dilengkapi dengan pembungkus labu dari asbes. Pada akhir ekstraksi yanitu 4-6
jam, labu gondok diambil dan ekstrak dituang kedalam botol yimbang atau cawan
poerselen, lalu pelarut diuapkan diatas penangas air sampai pekat.
Ekstrak kemudian dikeringkan didalam oven sampai diperoleh berat
konstan pada suhu 105 ℃. berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai
berat lipid. Agar diperoleh lipid bebas air denagn cepat, maka pengeringan dapat
menggunakan oven vakum. Selain cara diatas penentuan banyaknya lipid dapat
pula diketahui dengan menimbang sampel padat yang ada dalam thimble setelah
ektraksi dan sesudah dikeringkan dalam oven, sehingga diperoleh berat konstan.
Selisih berat sebelum dan sesudah ektraksi merupakan berat lipid yang ada dalam
sampel (Bintang, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Air Inti Sawit dengan Menggunakan Alat Moisture Balance dan Kadar Minyak Inti Sawit dengan Ekstraksi Sokletasi di PTPN IV Medan

5 100 47

Analisa Kehilangan Minyak ( Oil Losses ) Pada Fiber Dari Hasil Pengepresan Screw Press Dengan Menggunakan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. Multimas Nabati Asahan

73 305 50

Pengaruh Penambahan Cake Terhadap Oil Content PKM (Palm Kernel Meal) Di Pk Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan

5 51 50

Penentuan Kadar Minyak Pada PK (Palm Kernel), PKM (Palm Kernel Meal), dan PKC (Palm Kernel Cake) Di PT.Industri Kelapa Sawit Nusantara IV Kebun Pabatu

7 96 43

Penentuan Kadar Minyak Pada Palm Pernel (PK)dan Palm Kernel Meal(PKM) dengan Metode Ekstraksi Sokletasi di PKCrushing Plan PTMultimas Nabati Asahan

3 11 42

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA SUHU PENYIMPANAN PKM (PALM KERNEL MEAL) TERHADAP KUALITAS MUTU PKM PADA PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN.

0 2 32

Penentuan Kadar Minyak Pada Palm Pernel (PK)dan Palm Kernel Meal(PKM) dengan Metode Ekstraksi Sokletasi di PKCrushing Plan PTMultimas Nabati Asahan

0 0 12

Penentuan Kadar Minyak Pada Palm Pernel (PK)dan Palm Kernel Meal(PKM) dengan Metode Ekstraksi Sokletasi di PKCrushing Plan PTMultimas Nabati Asahan

0 0 2

Penentuan Kadar Minyak Pada Palm Pernel (PK)dan Palm Kernel Meal(PKM) dengan Metode Ekstraksi Sokletasi di PKCrushing Plan PTMultimas Nabati Asahan

0 0 3

Penentuan Kadar Minyak Pada Palm Pernel (PK)dan Palm Kernel Meal(PKM) dengan Metode Ekstraksi Sokletasi di PKCrushing Plan PTMultimas Nabati Asahan

0 0 1