Pengaruh komunikasi giji dengan media komik terhadap peningkatan perilaku tentang sarapan sehat pada siswa sekolah dasar negeri di kecamatan medan suggal kota medan tahun 2016

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Sekolah
Yang dimaksud dengan anak sekolah dasar (SD) menurut defenisi dari
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) yaitu golongan yang
berusia antara 7 – 15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak berusia antara
7 – 12 tahun.
Anak usia sekolah mempunyai lingkungan sosial yang lebih luas selain
lingkungan keluarganya, yaitu lingkungan sekolah tempat anak belajar
mengembangkan kemampuan kognitif, interaksi sosial, nilai moral dan budaya
dari lingkungan kelompok teman sekolah dan guru. Bahkan bermain dengan
teman sekolah dirasakan anak sebagai sesuatu yang lebih menyenangkan daripada
bermain di lingkungan rumah (Supartini, 2004).

2.2 Sarapan
2.2.1 Pengertian
Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan
aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat
sehat lima sempurna sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk
menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2010).

Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam
pesan ke delapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan

Universitas Sumatera Utara

12

memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan
meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan
memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan
(Soekirman, 2000).
Anak-anak yang melewatkan waktu sarapan akan mengalami gangguan
fisik terutama kekurangan energi untuk beraktivitas. Dampak lain juga akan
dirasakan pada proses belajar mengajar yaitu anak menjadi kurang konsentrasi,
mudah lelah, mudah mengantuk dan gangguan fisik lainnya. Anak-anak yang
sarapan memiliki performa yang lebih baik dalam perkembangan kognitif di
sekolah dibandingkan mereka yang tidak sarapan (Ahmad dkk, 2011).
Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi terdapat
ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas.
Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang

cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam
hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk
menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009).
2.2.2 Manfaat Sarapan
Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,
sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan
tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah,
sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan
penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).

Universitas Sumatera Utara

13

Berikut ini adalah beberapa manfaat sarapan pagi:
1. Memberi energi untuk otak
Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk
meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal,
maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif
untuk meningkatkan produktifitas.

2. Meningkatkan asupan vitamin
Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan
beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan
mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis
dalam tubuh (Khomsan, 2010).
Jus buah segar adalah minuman yang dianjurkan untuk sarapan karena
mengandung vitamin dan mineral yang menyehatkan. Sari buah alami dapat
meningkatkan kadar gula darah setelah semalaman tidak makan. Setelah itu bisa
dilanjutkan dengan makanan seperti sereal, nasi atau roti. Menu pilihan lain
berupa roti dan telur, bubur, susu, mie, pasta dan lain-lain.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stres
Dari sebuah survei, anak-anak dan remaja yang sarapan memiliki performa
lebih, mampu mencurahkan perhatian pada pelajaran, berperilaku positif, ceria,
koperatif, mudah berteman dan mudah menyelesaikan masalah dengan baik.
Sedangkan anak yang tidak sarapan tidak dapat berfikir dengan baik dan selalu
kelihatan malas.

Universitas Sumatera Utara

14


Manfaat lain dari sarapan adalah mengurangi kemungkinan jajan di
sekolah dan mengurangi risiko dari bahan tambahan makanan berbahaya seperti
zat pewarna, pengawet, pemanis, penyedap dan sebagainya. Sarapan bergizi
seimbang dan cukup mengandung karbohidrat kompleks dari serealia juga akan
mengurangi kemungkinan makan siang dan malam lebih banyak (Martianto,
2006).
2.2.3 Dampak tidak Sarapan
Seseorang tidak sarapan pagi berarti perutnya dalam keadaan kosong sejak
makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Dalam keadaan seperti
ini, tubuh tidak berada dalam kondisi yang baik untuk melakukan pekerjaan
dengan baik. Bila anak sekolah yang tidak sarapan pagi maka kadar gulanya akan
menurun. Jika kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar
gula darah dengan mengambil cadangan glikogen. Jika cadangan glikogen habis,
maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji, 2009).
Selain itu, bila tidak sarapan pagi dapat menyebabkan konsentrasi belajar
berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam sehingga kemampuan memecahkan
suatu masalah juga menjadi sangat menurun yang akan menyebabkan prestasi
belajar juga ikut menurun. Hal ini akan menghambat proses belajar di sekolah.
Bila anak usia sekolah tidak terbiasa sarapan pagi secara terus menerus akan

mengakibatkan penurunan berat badan dan daya tahan tubuh, kurang gizi dan
anemia gizi besi (Ahmad dkk, 2011).

Universitas Sumatera Utara

15

2.2.4 Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah
Kebiasaan sarapan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia
dalam memenuhi kebutuhannya akan sarapan yang meliputi sikap, kepercayaan
dan pemilihan makanan.
Bagi

sebagian

orang

sarapan

merupakan


kegiatan

yang

tidak

menggairahkan karena nafsu makan belum ada. Selain itu, keterbatasan menu
yang tersaji di meja makan dan waktu yang terbatas menyebabkan orang sering
meninggalkan sarapan (Khomsan, 2010). Takut menjadi gemuk juga sering
dijadikan alasan untuk meninggalkan sarapan.
Kebiasaan tidak sarapan pagi yang terus menerus akan mengakibatkan
pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan
anak menjadi terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan
pagi dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan
intelektualnya, prestasi di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi
terganggu (Khomsan, 2010).
Pada sebagian kasus, terdapat beberapa anak yang tidak sarapan tetapi
masih tetap sehat dan produktif. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing
individu dapat membentuk bioritme sendiri-sendiri. Bila seseorang tidak biasa

sarapan, maka saluran cerna dan enzim-enzim di dalam tubuhnya juga tidak akan
siap menerima makanan. Bila hal itu dipaksakan justru akan menimbulkan rasa
tidak enak (Khomsan, 2010). Sarapan menjadi perilaku yang baik apabila
dilakukan secara rutin atau menjadi kebiasaan. Kebiasaan sarapan terutama pada

Universitas Sumatera Utara

16

anak sangat dipengaruhi oleh perilaku orang tua dalam membiasakan anaknya
sarapan di pagi hari (Ahmad dkk, 2011). Membiasakan anak-anak yang belum
biasa sarapan pagi perlu memakai cara yang bertahap. Mula-mula sarapan pagi
diberikan dalam takaran (porsi) sedikit kemudian secara bertahap ditambah sesuai
dengan anjuran dan kebutuhan.
2.2.5 Faktor – faktor yang Memengaruhi Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan
pada anak sekolah :
1. Uang saku
Pemberian uang saku pada anak merupakan bagian dari pengalokasian
pendapatan keluarga kepada anak untuk keperluan harian, mingguan atau bulanan

baik untuk keperluan jajan atau keperluan lainnya seperti alat tulis, menabung,
dan sebagainya. Namun, anak usia sekolah biasanya diberi uang saku untuk
keperluan jajan di sekolah. Hal ini terjadi pada anak dari keluarga berpendapatan
tinggi maupun keluarga berpendapatan rendah. Pemberian uang saku ini
berpengaruh kepada anak untuk belajar mengelola dan bertanggungjawab atas
uang saku yang dimilikinya. Salah satu alasan seorang anak mengonsumsi
makanan yang beragam adalah uang saku (Rohayati, 2001).
2. Pekerjaan ibu
Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan dengan maksud memperoleh atau
membantu penghasilan. Seorang ibu rumah tangga yang memiliki peran ganda,
jenis kegiatannya akan bertambah sehingga biasanya ibu rumah tangga yang

Universitas Sumatera Utara

17

bekerja mengurangi alokasi waktunya untuk pekerjaan rumah tangga dan kegiatan
sosial lainnya. Sedangkan menurut Suhardjo yang dikutip oleh Rohayati (2001),
ibu yang bekerja tidak lagi memiliki waktu untuk mempersiapkan makanan untuk
keluarga. Khomsan (2010) menambahkan bahwa peranan ibu dalam pembentukan

kebiasaan sarapan pada anak sangat menentukan karena ibu terlibat langsung
dalam penyediaan makanan rumah tangga. Faktor kesibukan ibu, khususnya yang
bekerja seringkali mengakibatkan ibu tidak sempat untuk membuat sarapan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohayati (2001) pada anak
sekolah di provinsi NTT, diketahui bahwa pekerjaan ibu mempengaruhi frekuensi
sarapan anak. Hal ini disebabkan karena ibu terlibat langsung dalam kegiatan
rumah tangga, khususnya penyelenggaraan makan keluarga, termasuk dalam
pemilihan jenis pangan dan penyusunan menu untuk keluarga.
3. Jenis kelamin
Banyak penelitian dilakukan yang menunjukkan adanya kecenderungan
perbedaan konsumsi pangan antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian yang
dilakukan yang dikutip oleh Kusumaningsih (2007), menunjukkan bahwa remaja
laki-laki cenderung menyukai makanan yang ringan atau tidak mengenyangkan.
Selain itu diketahui pula bahwa sumbangan makanan selingan terhadap total
konsumsi ternyata cukup besar terutama terhadap anak perempuan.
4. Besar anggota keluarga
Besar keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, anak
serta anggota keluarga lainnya yang hidup dari pengeluaran sumberdaya yang

Universitas Sumatera Utara


18

sama. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Menurut
Harper et al yang dikutip oleh Rohayati (2001), terdapat hubungan antara besar
keluarga, pendapatan dan konsumsi serta dapat diketahui bahwa keluarga miskin
dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan
pangan bila dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Jumlah anak yang
menderita kelaparan pada keluarga besar empat kali lebih besar dibandingkan
dengan keluarga kecil.
Berdasarkan hasil penelitian Yulfida (2001) pada anak sekolah dasar di
Sumatera Barat, diketahui bahwa besar keluarga mempengaruhi konsumsi energi
dan protein sarapan anak. Hal ini disebabkan karena besar anggota keluarga
berkaitan dengan pendistribusian makanan dalam keluarga yaitu pemenuhan
kebutuhan individu. Semakin besar kelurga makan semakin kecil peluang
terpenuhinya kebutuhan individu terkait dengan kemampuan keluarga.

2.3 Perilaku Gizi Anak Sekolah
Menurut Notoadmojo (2010), perilaku kesehatan adalah respons seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan

faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan,
makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku
kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati
(observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan
dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini

Universitas Sumatera Utara

19

mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan
lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau
terkena masalah kesehatan.
Bloom dalam Notoatmodjo (2010) membaginya menjadi ranah kognitif
(cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor
(psychomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga domain ini
diukur dari:
1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledge).
2. Sikap peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).
3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan
dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).
Jadi, yang dimaksud dengan perilaku gizi anak sekolah adalah cara anak
sekolah berpikir, berpengetahuan, dan berpandangan tentang makanan yang
dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan (Haryanto,
2002).
2.3.1 Pengetahuan Gizi Anak Sekolah
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Universitas Sumatera Utara

20

Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang
akan dikonsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan
sedini mungkin. Anak yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan
memperhatikan keadaan gizi setiap makanan yang dikonsumsinya. Rendahnya
pengetahuan gizi anak sekolah menyebabkan keterbatasan dalam menangani
masalah gizi dan kesehatan sekalipun di daerah tempat tinggalnya banyak tersedia
bahan makanan dan pelayanan kesehatan

yang memadai

yang dapat

menyampaikan informasi tentang bagaimana mengonsumsi makanan yang sehat
dan bergizi.
2.3.2 Sikap Gizi Anak Sekolah
Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak,
berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap
bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan,
situasi atau kelompok. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap
bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro
dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan

Universitas Sumatera Utara

21

diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus
dihindari.
Sikap gizi anak sekolah adalah penilaian atau pendapat anak sekolah
terhadap cara-cara memelihara dan berperilaku hidup sehat. Dengan kata lain,
pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olah raga, relaksasi
(istirahat), dan sebagainya bagi kesehatan. Sikap anak sekolah terhadap makanan
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat
(Haryanto, 2002).
2.3.3 Tindakan Gizi Anak Sekolah
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu
terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain,
yaitu antara lain adanya fasilitas atau saran dan pra sarana (Notoatmodjo, 2012).
Tindakan anak sekolah terhadap makanan tercermin dari kebiasaan
makannya. Menurut Suhardjo (2003), kebiasaan makan adalah cara individu
memilih dan mengonsumsi pangan sebagai reaksi terhadap fisiologik, psikologik,
sosial, dan budaya. Faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia
ada 2 (dua) yaitu:
1. Faktor ekstrinsik, yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri
manusia yang terdiri dari lingkungan alam, lingkungan ekonomi,
lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan agama.

Universitas Sumatera Utara

22

2. Faktor intrinsik, merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang
terdiri dari asosiasi emosional, keadaan jasmani, kejiwaan yang sakit,
penilaian terhadap mutu makanan, dan pengetahuan gizi.
Kebiasaan makan anak sekolah sangat khas dan berbeda sehingga perlu
perhatian khusus, terutama bila kebiasaan makan tersebut kurang baik sebab dapat
mengakibatkan penurunan status gizi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kebiasaan makan yang kurang baik adalah adanya tahyul atau mistik,
kepercayaan, dan adat istiadat yang berhubungan dengan makanan. Kebiasaan
makan yang tidak baik pada anak sekolah antara lain:
1. Tidak makan (missing meals), terutama makan pagi atau sarapan.
2. Gemar makanan cepat saji, baik yang langsung dibeli ataupun yang

dibawa dari rumah. Makanan ini mengandung zat gizi yang tinggi energi,
lemak, dan protein, tetapi kurang serat.
3. Gemar makan snack. Snack cenderung tinggi lemak dan gula.
4. Gemar mengonsumsi minuman ringan (soft drink). Minuman ringan

rendah nilai gizinya, apalagi kalau digunakan sebagai pengganti minuman
susu yang merupakan sumber kalsium yang sangat dibutuhkan pada usia
sekolah.
5. Preferensi (adanya makanan yang disukai atau tidak disukai).
6. Keinginan untuk langsing. Diet ketat umumnya karena ingin langsing

padahal sedang dalam periode tumbuh cepat.

Universitas Sumatera Utara

23

Anak yang mempunyai kebiasaan makan yang baik dilingkungan
keluarganya akan memilih makanan dengan pertimbangan kualitas dan kuantitas,
baik ketika berada di kantin sekolah ataupun di tempat-tempat penyedia makanan
lainnya. Perhatian khusus perlu diberikan pada anak sekolah karena umumnya
anak sekolah disibukkan dengan kegiatan di luar rumah sehingga cenderung
melupakan waktu untuk makan (Judarwanto 2008).

2.4 Teori Perubahan Perilaku
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2012), seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi
melalui proses: Stimulus-Organisme-Respons, sehingga teori Skinner ini disebut
teori
”S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Selanjutnya, teori Skinner menjelaskan
adanya dua jenis respons, yaitu :
1. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut elicting stimuli.
Karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya :
makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan, cahaya terang akan
menimbulkan reaksi mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons
juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah

Universitas Sumatera Utara

24

akan menimbulkan rasa sedih, mendengar berita suka atau gembira akan
menimbulkan rasa suka cita.
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.
Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer ,
karena berfungsi untuk memperkuat respon, apabila seorang petugas
kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah sebagai respons terhadap
gaji yang cukup kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus
untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai
reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan.

Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.

Perilaku tertutup (Cover behaviour )
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat dinikmati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk ”unobservable behaviour ” atau
”cover behaviour ” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh:
Ibu hamil tahu pentingnya periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya
sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya
dimana tempat periksa hamil yang dekat (sikap).

2.

Perilaku terbuka (Overt behaviour )

Universitas Sumatera Utara

25

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa
tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau ”observable
behaviour ”.

2.5. Komunikasi
Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem
simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata - kata) dan non verbal. Sistem
ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap muka atau melalui media lain baik
tulisan, oral dan visual (Karlfried dalam Liliweri, 2009).
Menurut Mundakir (2006), komunikasi adalah segala aktivitas interaksi
manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah
fakta.

Sedangkan

menurut

Laswell

komunikasi

adalah

proses

yang

menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek
apa.
Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan
perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan
maupun tertulis dengan kata - kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh,
gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu disekeliling kita sehingga
sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels et.al, 1992 dalam Liliweri, 2009).
2.5.1 Komponen Komunikasi
Menurut Muhammad (1995) komponen komunikasi adalah:

Universitas Sumatera Utara

26

1.

Komunikator : pengirim (sender ) yang mengirim pesan pada komunikan
dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam
komunikasi karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi.

2.

Komunikan : penerima (receiver ) yang menerima pesan dari komunikator,
kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.

3.

Media : saluran (chanel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai
sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya
berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain
sebagainya.

4.

Pesan : isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh
komunikator pada komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan
sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.

5.

Tanggapan : merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas
penerimaan pesan dan iimplementasikan dalam bentuk umpan balik (feed
back) atau tindakan sesuai pesan yang diterima.

2.5.2 Proses Komunikasi
Hewitt (2001) dalam Liliweri (2009), menjabarkan proses komunikasi
secara spesifik yaitu:
1. Pengirim pesan (sender ) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan

Universitas Sumatera Utara

27

disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal
(dilakukan secaralangsung melalui tanya jawab, wawancara, sharing) atau non
verbal (melalui media poster, gambar, leaflet dan lainnya) dan pesan akan lebih
efektif (dapat lebih mudah diserap oleh penerima pesan) bila diorganisir secara
baik dan jelas melalui tekhnik dan metode yang dapat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi audiens (lingkungan tempat sipenerima pesan berada).
Materi pesan dapat berupa: informasi, ajakan, rencana kerja, dan pertanyaan.
2. Simbol/isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya pengirim pesan menyampaikan pesan
dalam bentuk kata - kata, gerakan anggota badan (tangan, kepala, mata, dan
bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak,
membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3. Media/penghubung
Adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti televisi, radio, surat kabar,
papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat
dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, dan
situasi.
4. Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka
sipenerima pesan harus dapat mengartikan simbol/kode dari pesan tersebut,
sehingga dapat dimengerti/dipahaminya.

Universitas Sumatera Utara

28

5. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari pengirim
meskipun dalam bentuk kode/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang
dimaksud oleh pengirim.
6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa balikan seorang pengirim
pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap penerima pesan. Hal ini
penting bagi pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima
dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh
penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang
disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung
yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus evaluasi
apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Balikan yang diberikan oleh
orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun
ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima
pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk
memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan
membantu menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan.
Selain itu balikan dapat memperjelas persepsi.
7. Gangguan

Universitas Sumatera Utara

29

Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi
mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi
hampir selalu ada hal yang mengganggu. Gangguan adalah hal yang merintangi
atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan
yang diterimanya.
2.5.3 Media Komunikasi
Media berarti wadah atau sarana. Media komunikasi sangat berperan
dalam memengaruhi perubahan masyarakat, termasuk televisi dan radio adalah
contoh media yang paling sukses menjadi pendorong perubahan. Media Audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran
(penonton). Produk audio-visual dapat menjadi media dokumentasi dimana tujuan
yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa dan dapat juga
menjadi media komunikasi yang melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih
membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Karena
melibatkanbanyak elemen media maka produk audio-visual yang diperuntukkan
sebagai media komunikasi sering disebut sebagai multimedia. Pada masyarakat
yang masih terbelakang (belum berbudaya baca - tulis) elemen - elemen
multimedia tidak seluruhnya secara optimal menunjang komunikasi.
Pada masyarakat modern seluruh elemen multimedia menjadi sangat vital
dalam membangun satu kesatuan dan memperkaya informasi. Suara, teks, gambar
statis, animasi dan video harus diperhitungkan penampilannya, sehingga dapat
menyajikan informasi yang sesuai dengan ciri khas masyarakat modern yaitu

Universitas Sumatera Utara

30

efektif dan efisien. Untuk kepentingan efektifitas dan efisiensi muncul istilah
multimedia yang bersifat infotaintment dan multilayer .
Menurut Notoatmodjo (2005), berdasarkan fungsinya sebagai penyalur
pesan - pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3, yaitu media cetak, seperti
booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik/tulisan - tulisan poster dan foto. Media

elektronik seperti televisi, radio, video compact disc, slide, film strip, serta media
papan (bill board), yang mencakup pesan - pesan yang ditulis pada lembaran seng
yang ditempel pada kendaraan umum.
2.5.4 Jenis dan Karakteristik Media
Karakteristik media merupakan dasar pemilihan media sesuai dengan
situasi belajar tertentu. Jadi klasifikasi media, karakteristik media dan pemilihan
media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi
pembelajaran.
Media Grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan yang berupa simbolsimbol komunikasi visual yang perlu dipahami, untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin
akan cepat dilupakan bila tidak digrafiskan. Termasuk media yang sederhana dan
mudah pembuatannya serta relatif murah.
Gambar/foto,

gambar

yang

dimaksud

di

sini

termasuk

foto,

lukisan/gambar, dan sketsa (gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai
jenis gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan
kepada siswa. Gambar Jadi, materi pembelajaran yang memerlukan visualisasi

Universitas Sumatera Utara

31

dalam bentuk ilustrasi yang dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambargambar dari majalah, booklet, brosur, selebaran dan lain-lain mungkin dapat
memenuhi kebutuhan kita.

2.6. Komik
Kata komik berasal dari bahasa Perancis yaitu “comique”, yang sebagai
kata sifat artinya lucu atau menggelikan dan sebagai kata benda artinya pelawak
atau badut. Comique sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu komikos. Dalam
bahasa Inggris, komik sekali muat atau bersambung dalam penerbitan pers disebut
comic strip atau strip cartoon (Fatra, 2008).

Seperti diketahui, komik memiliki banyak arti dan debutan, yang
disesuaikan dengan tempat masing-masing komik itu berada. Secara umum,
komik sering diartikan sebagai cerita bergambar. Scout McCloud memberikan
pendapat bahwa komik dapat memiliki arti gambar gambar serta lambang lain
yang ter-jukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu, utuk
menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.
Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan
menghibur (Maharsi, 2011). Dalam jurnal lain disebutkan komik adalah suatu
bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya komik dicetak
diatas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik memanfaatkan ruang dalam
media gambar untuk meletakkan gambar demi gambar sehingga membentuk suatu

Universitas Sumatera Utara

32

alur cerita yang utuh. Komik adalah suatu kartun yang mengungkapkan suatu
karakter yang memerankan cerita dalam urutan yang erat dan merupakan bentuk
berita bergambar, terdiri dari berbagai situasi dan kadangkala bersifat humor (Eny
dan Hilma, 2010).
Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai
kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti.
Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan,
yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi lebih mudah
diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti, dan alur membuatnya lebih mudah
untuk diikuti dan diingat (Waluyanto, 2005).
2.6.2 Komik Sebagai Media Pembelajaran
Sebagai media komunikasi visual, komik dapat digunakan sebagai media
(alat bantu) pembelajaran yang mampu menyampaikan informasi secara efektif
dan efisien. Komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi
untuk menyampaikan pesan pembelajaran tersebut, dalam hal ini pembelajaran
merujuk pada sebuah proses komunikasi antara siswa dan sumber belajar (dalam
hal ini komik pembelajaran atau penulis komik tersebut). Komunikasi belajar akan
berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas,
runtut, dan menarik (Waluyanto, 2005).
Berikut

beberapa

kelebihan

penggunaan

media

komik

dalam

pembelajaran, yaitu:
a) Komik memiliki sifat yang sederhana dalam penyajiannya

Universitas Sumatera Utara

33

b) Memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi disajikan
secara ringkas dan mudah dicerna
c) Dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis
d) Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan non verbal, dapat
mempercepat pembaca memahami isi pesan yang dibacanya, karena
pembaca terbantu untuk tetap fokus dan tetap pada jalurnya.
e) Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional,
mengakibatkan pembaca ingin terus membacanya hingga selesai
f) Selain sebagai media pembelajaran, komik juga dapat berfungsi sebagai
media sumber belajar (Zulkifli, 2008).
2.7 Landasan Teori
Menurut Fitriani (2011) bahwa prinsip dasar dari pendidikan kesehatan
adalah proses belajar, dalam proses belajar terdapat 3 persoalan pokok yaitu
persoalan masukan, proses dan persoalan keluaran.

Input

Proses

Output

Gambar 2.1. Proses Pendidikan Kesehatan
Persoalan pokok dalam proses belajar (Fitriani, 2011) yaitu
a. Persoalan masukan (input) yang terdiri dari kelompok sasaran dengan latar
belakang umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
berbeda.

Universitas Sumatera Utara

34

b. Persoalan proses yaitu mekanisme dan interaksi yang terjadi perubahan
kemampuan (perilaku) pada individu. Pada proses ini terjadi pengaruh timbal
balik berbagai faktor antara lain individu, pengajar, media dan metode
pembelajaran.
c. Persoalan keluaran (output) yaitu hasil belajar itu sendiri baik berupa
kemampuan atau perubahan perilaku dari individu yang telah mendapatkan
pengajaran.
Menurut Ali (2011) bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan akan
memberikan proses perubahan sehingga terciptanya suatu perilaku yang baru.
Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2012), merumuskan bahwa proses
perubahan perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses:
Stimulus–Organisme-Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori ”S-O-R”
(Stimulus-Organisme-Respons). Selanjutnya, teori Skinner menjelaskan adanya
dua jenis respons, yaitu :
1) Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu karena menimbulkan responsrespons yang relatif tetap.
2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.
Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer ,
karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Universitas Sumatera Utara

35

Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua , yaitu :
1) Perilaku tertutup (Cover behaviour )
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat dinikmati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk ”unobservable behaviour ” atau
”cover behaviour ” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
2) Perilaku terbuka (Overt behaviour )
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa
tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau ”observable
behaviour ”, tindakan ini dapat juga berupa keterampilan seseorang dalam

melakukan sesuatu.
Teori SOR ( Skinner)
Respons Tertutup
Pengetahuan
Sikap
Stimulus

Organisme
Respons Terbuka
Praktik
Tindakan

Gambar 2.2. Teori Perubahan Perilaku SOR (Skinner)

Universitas Sumatera Utara

36

2.8 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan
pada bagan berikut ini:

Komunikasi Gizi
dengan menggunakan
Media Komik

Peningkatan Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan Siswa tentang
Sarapan Sehat

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Konsep utama penelitian adalah untuk melihat pengaruh komunikasi gizi
dengan menggunakan media komik terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan
tindakan tentang sarapan sehat pada siswa sekolah dasar.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh komunikasi giji dengan media komik terhadap peningkatan perilaku tentang sarapan sehat pada siswa sekolah dasar negeri di kecamatan medan suggal kota medan tahun 2016

1 2 18

Pengaruh komunikasi giji dengan media komik terhadap peningkatan perilaku tentang sarapan sehat pada siswa sekolah dasar negeri di kecamatan medan suggal kota medan tahun 2016

0 2 2

Pengaruh komunikasi giji dengan media komik terhadap peningkatan perilaku tentang sarapan sehat pada siswa sekolah dasar negeri di kecamatan medan suggal kota medan tahun 2016

0 2 10

Pengaruh komunikasi giji dengan media komik terhadap peningkatan perilaku tentang sarapan sehat pada siswa sekolah dasar negeri di kecamatan medan suggal kota medan tahun 2016

4 15 4

Pengaruh komunikasi giji dengan media komik terhadap peningkatan perilaku tentang sarapan sehat pada siswa sekolah dasar negeri di kecamatan medan suggal kota medan tahun 2016

1 1 19

Pengaruh Metode Role Play Terhadap Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2016

0 0 18

Pengaruh Metode Role Play Terhadap Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Metode Role Play Terhadap Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2016

0 0 9

Pengaruh Metode Role Play Terhadap Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2016

0 0 22

Pengaruh Metode Role Play Terhadap Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2016

1 3 4