Hubungan menurut perspektif Self Determination Theory (SDT) dan prestasi akademik - USD Repository
HUBUNGAN MOTIVASI MENURUT PERSPEKTIF SELF
AKADEMIK
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh:
Adventia Emilia Krysna Sipi Seda 099114004
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
Bersyukur dan Berani Bertindak untuk Mengejar
Impian
Maka Segalanya akan Terjadi Baik Adanya
KARYA INI DI DIPERSEMBAHKAN
UNTUK, TUHAN YESUS YANG SELALU
MEMBANTU DI SETIAP LANGKAHNYA,
MAMA PAPA TERCINTA, DAN CHIPUTERA
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Juli 2013 Penulis
Adventia Emilia Krysna S.S
HUBUNGAN MOTIVASI MENURUT PERSPEKTIF SELF
Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma
Adventia Emilia Krysna Sipi Seda
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui hubungan antara motivasi intrinsik danprestasi akademik dan 2) Mengetahui hubungan antara keempat tipe motivasi ekstrinsik yaitu
external regulation, introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation dengan
prestasi akademik. Penelitian ini melibatkan 222 subjek yaitu mahasiswa yang berada di semester
akhir. Hipotesis dalam penelitian ialah 1) hubungan yang positif antara motivasi intrinsik dan
prestasi akademik mahasiswa, 2) hubungan yang negatif antara external regulation dan prestasi
akademik mahasiswa, 3) hubungan yang negatif antara introjected regulation dan prestasi
akademik, 4) hubungan yang positif antara identified regulation dan prestasi akademik mahasiswa,
dan 5) hubungan yang positif antara integrated regulation dan prestasi akademik mahasiswa. Alat
pengumpulan data yang digunakan ialah skala motivasi dan nilai IPK yang diperoleh. Skala
motivasi terdiri dari 61 item yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) motivasi intrinsik
dan prestasi akademik memiliki hubungan yang positif (r=0.178, p= 0.008; p<0.01), 2) external
regulation dan prestasi akademik tidak memiliki hubungan satu sama lain(r= 0.124, p=0.064;
p<0.05), 3) intojected regulationdan prestasi akademik memiliki hubungan yang positif (r=0.162,
p= 0.016; p<0.05), 4) identified regulation tidak memiliki hubungan dengan prestasi akademik (r=
0.083, p=0.218; p<0.05), 5) integrated regulationmemiliki hubungan yang positif dengan prestasi
akademik(r=0.271, p=0.000; p<0.01).Kata kunci: prestasi akademik, motivasi, motivasi intrinsik, external regulation, introjected
regulation, identified regulation, dan integrated regulation.
RELATION OF MOTIVATION ACCORDING TO SELF
DETERMINATION THEORY (SDT) PERSPECTIVE AND ACADEMIC
ACHIEVEMENT
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Adventia Emilia Krysna Sipi Seda
ABSTRACT
This research aimed for 1) knowing the relation between intrinsic motivation and
academic achievement and 2) Knowing the relation between four types of extrinsic motivation,
consist of external regulation, introjected regulation, identified regulation, and integrated
regulation with academic ahievement. This research involved222 subjects, they were students in
7th semester at collage. The hypotheses of this research were : 1) there was a positive relation
between inrinsic motivation and academic achievement, 2) there was a negative relation between
external regulation and academic achievement, 3) there was a negative relation between
introjected regulation and academic achievement, 4) there was a positive relation between
identified regulation and academic achievement, and 5) there was a positive relation between
integrated regulation and academic achievement. The used instruments were motivation scale and
achieved GPA. The motivation scale consist of 61 good items. Result of this research showed that
1) intrinsic motivation had a positif relation with academic achievement, (r=0.178, p= 0.008;
p<0.01), 2) external regulation and academic achievement had no relation one to another (r=
0.124, p=0.064; p<0.05), 3)intojected regulation had a positive relation with academic
achievement (r=0.162, p= 0.016; p<0.05), 4) identified regulation had no relation with academic
achievement (r= 0.083, p=0.218; p<0.05), 5) integrated regulation had a positive relation with
academic achievement (r=0.271, p=0.000; p<0.01).
Keyword: academicachievement, intrinsic motivation , external regulation, introjected regulation,
identified regulation, dan integrated regulation.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Adventia Emilia Krysna Sipi Seda Nomor Mahasiswa : 099114004
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN MOTIVASI MENURUT PERSPEKTIF SELF
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 23 Juli 2013 Yang menyatakan, (Adventia Emilia Krysna S.S.)
KATA PENGANTAR
Saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu membantu saya dan mendampingi saya dalam setiap langkah pembuatan skripsi ini, serta memberikan berkat yang melimpah untuk saya.
Terimakasih saya ucapkan kepada Dekan Universitas Sanata Dharma dan seluruh dosen Universitas Sanata Dharma yang membantu saya selama ini dalam mempelajari pengetahuan baru yang berguna untuk masa depan saya. Secara khusus saya berterimakasih kepada dosen pembimbing akademik, yang selama ini membantu yaitu Ibu Tjipto Susana.
Terimakasih pula saya ucapkan kepada dosen pembimbing skripsi saya pak Agung yang selalu mendampingi saya dalam pembuatan skripsi ini. Skripsi ini terbentuk karena bantuan dan pertanyaan kritis yang membangun sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
Saya ucapkan terimakasih kepada orang tua saya MAMA dan PAPA tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa walaupun kami berjauhan.
Mereka adalah orang tua yang selalu membuat saya bersemangat dan bangun dari kemalasan untuk mengejar masa depan saya. Terimakasih karena telah menjadi orang tua yang sabar untuk membantu Vivin.
Ucapan terimakasih juga saya berikan kepada Chiputera yang selalu cerewet menanyakan kemajuan skripsi saya, dan selalu siap sedia membantu saya.
Terimakasih pula untuk cinta dan pembelajaran hidup yang banyak dibagikan yang sangat beruntung dalam hidup ini. Terimakasih selama ini selalu menjadi My Super Hero.
Terimakasih untuk teman sekaligus sahabat saya Fheni, yang selalu menyemangati dalam setiap proses perkuliahan yang saya jalani. Terimakasih karena sudah mendorong saya untuk tetap mengerjakan skripsi ini hingga selesai dan selalu menjadi tempat untuk berbagi baik senang maupun susah. I will miss
all moment with u. Dan terimakasih pula kepada teman-teman terbaik yang saya
miliki Dian, Yuyun, Via, Okvi, Brigit, Manik, dan Jeanet yang selalu mendukung dan membantu saya selama ini.
Saya ucapkan terimakasih pula untuk seluruh teman-teman angkatan 2009 terutama anak kelas a dan teman-teman P2TKP yang selalu membantu saya. Saya juga mengucapkan termakasih atas bantuannya dalam pembuatan skripsi ini kepada Okvi, Manik, Jeanet, Novi, Dian, Erti, Yoga, Nawang, Pingkan, Osri, dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Kepada Novi terimakasih karena merelakan laptopnya untuk saya gunakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Selain itu terimakasih untuk mimi yang selalu mengantar kemanapun saya pergi dan menjaga saya. Kepada seluruh pihak yang telah saya sebutkan maupun yang belum saya sebutkan, yang mendukung saya dan membantu saya, saya ucapkan terimakasih atas segalanya.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ........................... Error! Bookmark not defined.iii HALAMA
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIA
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. RUMUS IPK...................................................................................................12
2. KUALIFIKASI IPK ...................................................................................... 13
3. TABEL BLUE PRINT SKALA MOTIVASI ............................................... 45
4. TABEL SPESIFIKASI SKALA MOTIVASI ............................................... 46
5. TABEL BLUE PRINT SKALA MOTIVASI SELEKSI ITEM......... ...........49
6. TABEL RELIABILITAS SKALA MOTIVASI ........................................... 50
7. TABEL INTEPRETASI r ............................................................................. 51
8. TABEL DESKRIPSI JUMLAH SUBJEK.................................................. 56
9. TABEL DESKRIPSI ASAL SUBJEK.....................................................56
10. TABEL UJI NORMALITAS .................................................................57
11. TABEL HASIL UJI HIPOTESIS ............................................................63
DAFTAR GAMBAR
1. NORMAL P-P PLOT DARI INTRINSIC MOTIVATION .............................59
2. NORMAL P-P PLOT DARI IDENTIFIED REGULATION .........................59
3. UJI LINEARITAS MOTIVASI DAN PRESTASI AKADEMIK .................60
4. UJI LINEARITAS MOTIVASI INTRINSIK DAN PRESTASI AKADEMIK..................................................................................................60
5. UJI LINEARITAS EXTERNAL REGULATION DAN PRESTASI AKADEMIK ..................................................................................................61
6. UJI LINEARITAS INTROJECTED REGULATION DAN PRESTASI AKADEMIK ..................................................................................................61
7. UJI LINEARITAS IDENTIFIED REGULATION DAN PRESTASI AKADEMIK ..................................................................................................61
8. UJI LINEARITAS INTEGRATED REGULATION DAN PRESTASI AKADEMIK ..................................................................................................62
DAFTAR LAMPIRAN
1. LAMPIRAN 1 : BLUE PRINT SKALA MOTIVASI...................75
2. LAMPIRAN 2 : SKALA UJI COBA ...........................................82
3. LAMPIRAN 3 : RELIABILITAS SKALA ..................................93
4. LAMPIRAN 4 : SKALA PENELITIAN ...................................100
5. LAMPIRAN 5 : UJI ASUMSI ...................................................109
6. LAMPIRAN 6 : UJI HIPOTESIS ..............................................116
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prestasi pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah dan
memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Pada bidang Matematika di tahun 1999 Indonesia hanya menempati peringkat 34 dari 38 negara, di tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 35 dari 46 negara, sedangkan tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat 36 dari 49 negara yang mengikuti. Selain itu peringkat prestasi Indonesia di bidang Sains juga tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia berturut-turut hanya menempati peringkat 32, 37, dan peringkat 35 pada setiap periodenya (TIMSS:1999, 2003, 2007 dalam litbang, 2012). Rendahnya prestasi akademik di Indonesia juga terlihat pada kemampuan membaca anak usia sekolah. Pada tahun 2006 Indonesia hanya menempati peringkat 41 dari 45 negara (PIRlS dalam litbang, 2012). Skor rata-rata kemampuan membaca, matematika, dan sains di negara Indonesia berada pada posisi di bawah rata-rata internasional (PISA dalam litbang, 2012). Oleh sebab itu rendahnya prestasi akademik di Indonesia masih memerlukan perhatian khusus agar dapat terus ditingkatkan dan mampu bersaing dengan negara lain.
Rendahnya pencapaian prestasi akademik di Indonesia dapat
2
maupun dari luar. Beberapa faktor yang dapat menentukan prestasi belajar siswa diantaranya faktor fisiologis (Dalyono, 2010; Syah, 2003), faktor psikologis (Dalyono, 2010; Santrock, 2009; Slavin, 2009), faktor sosial (Weiner & Craighead, 2010), faktor lingkungan keluarga (McClelland, 1976; Wiwiek, 2007), faktor lingkungan sekolah (Juwarsih, 2007; Weiner & Craighead, 2010).
Beberapa studi memperlihatkan bahwa banyak murid yang memiliki dukungan otonom diri sendiri dalam bentuk motivasi, memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan yang tidak memiliki motivasi (Guay, Rattele & Chanal, 2008; Kristini & Mere, 2010). Hal ini dikarenakan mereka dapat belajar lebih baik, dan mereka lebih dipuaskan dengan pengalaman yang positif di sekolah. Vallerand dan Bissonnette (1992) menemukan bahwa banyak siswa yang drop out dari sekolahnya dan mengalami kegagalan disebabkan kurangnya motivasi dalam diri siswa sehingga mereka kurang mampu mengatasi kesulitan akademik dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan motivasi juga memiliki peranan penting dalam proses pencapaian prestasi akademik.
Di Indonesia terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh motivasi terhadap pencapaian prestasi siswa (Fatchiah, 2008; Kristini & Mere, 2010; Setiawan, 2010). Adanya peran motivasi baik ekstrinsik maupun intrinsik sangat mempengaruhi semangat siswa dalam belajar (Setiawan, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Suciati
3 Bahkan dalam studi yang dilakukan oleh Mc. Clelland menunjukkan
kontribusi motivasi terhadap prestasi belajar mencapai hingga 64% dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi (dalam Wahyudi, 2010).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia secara teoretik membagi motivasi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Fatchiah, 2008; Setiawan, 2010; Kristini & Mere, 2010; Wiwiek, 2007). Namun dalam proses pengukurannya penelitian-penelitian tersebut tidak membedakan antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, melainkan mengukur keduanya sebagai satu variabel yang sama. Penelitian- penelitian tersebut banyak membahas mengenai bagaimana tinggi rendahnya seseorang termotivasi (kuantitas) dalam mempengaruhi hasil perilaku, tanpa melihat kualitas dari motivasi tersebut (Fatchiah, 2008; Setiawan, 2010; Kristini & Mere, 2010; Wiwiek, 2007).
Kualitas motivasi banyak dijabarkan dalam kerangka teoretik mengenai motivasi yang disebut Self Determination Theory (SDT) (Deci, Vallerand, Pelletier, & Ryan, 1991; Vansteekenkiste, Soenens, Sierens, Luyckx, & Lens, 2009). SDT membagi peran motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam memberikan kontribusi yang berbeda, juga menambahkan amotivasi dalam kerangka teoretiknya (Ryan & Deci, 2000a).
Dalam hal ini motivasi ekstrinsik terbagi dalam beberapa tipe pengaturan karena adanya proses internalisasi dari dalam individu tersebut.
Beberapa tipe pengaturan motivasi ekstrinsik ialah external regulation,
4
& Deci, 2000a). External regulation didefinisikan sebagai perilaku yang terbentuk karena adanya konsekuensi dari luar individu, baik dalam bentuk
reward maupun punishment (Ryan & Deci, 2000a). Introjected regulation
merupakan bentuk perilaku yang dipengaruhi adanya perasaan yang menekan di dalam diri baik untuk menghindari perasaan negatif maupun untuk mendapatkan perasaan positif. Perilaku yang didasari oleh identified
regulation terjadi karena adanya tujuan tertentu yang hendak dicapai oleh
individu tersebut. Sedangkan integrated regulation merupakan dorongan seseorang dalam melakukan sesuatu uang sesuai dengan self concept yang dimiliki individu (Deci, & dkk, 1991).
SDT melihat motivasi sebagai bagian dalam proses pengaturan perilaku. Proses pengaturan perilaku yang berasal dari dalam diri disebut pilihan, sedangkan proses pengaturan perilaku yang terjadi karena adanya kontrol disebut kepatuhan. Seseorang yang memiliki self determinant / penentuan perilaku yang berasal dari dalam diri yang tinggi akan membuat seseorang menjadi lebih adaptif dibandingkan yang tidak (Liu, Wang, Tan, Koh, & Ee, 2009). Hal ini berbeda dengan kerangka teoretik motivasi yang selama ini digunakan, khususnya dalam penelitian di Indonesia. Motivasi hanya dimaknai sebagai pendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuannya (Deci, Vallerand, Pelletier, & Ryan, 1991).
Banyak penelitian yang sudah dilakukan dengan kerangka kerja SDT untuk mengetahui pengaruh motivasi (motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik,
5 dan amotivasi) dalam proses belajar, dan pencapaian prestasi akademik.
Namun penelitian-penelitian tersebut memberikan hasil yang berbeda-beda.
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pretasi belajar (Vallerand, Pelletier, Blais, Briere, Senecal, & Vallieres, 1992; Vallerand, Pelletier, Blais, Briere, Senecal, & Vallieres 1993; Areepattamannil, Freeman, & Klinger, 2011; Vansteenkiste, & dkk, 2009; Guay, Rettelle, & Chanal, 2008). Namun, terdapat perbedaan kontribusi motivasi intrinsik terhadap prestasi akademik pada subjek yang tinggal di negara yang berbeda (Areepattamannil, Freeman & Klinger, 2010). Sedangkan penelitian lain menunjukkan hasil sebaliknya bahwa prestasi akademik tidak memiliki hubungan korelasi dengan motivasi intrinsik (Cookley, Bernard, Cunningham, & Motoike, 2001).
Beberapa penelitian lain mengenai motivasi ekstrinsik dan amotivasi menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik dan amotivasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar (Vallerand & dkk, 1992; Vallerand & dkk, 1993), dan secara signifikan tidak dapat dijadikan prediktor prestasi akademik siswa (Areepattamannil, Freeman, & Klinger, 2010).
Beberapa perbedaan hasil penelitian tersebut di atas diduga diakibatkan adanya pengaruh budaya (Areepattamannil, Freeman, & Klinger, 2010). Hal ini dapat mempengaruhi besarnya kontribusi motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan amotivasi pada seseorang dalam pencapaian prestasi
6
pengasuhan dan lingkungan sangat mempengaruhi munculnya peran motivasi dalam pencapaian prestasi akademik seseorang. Beberapa perbedaan tersebut memperlihatkan bahwa kontribusi motivasi dalam diri seseorang menjadi tidak jelas dan beragam.
Berdasarkan paparan di atas, perlu adanya penelitian lain mengenai kaitan antara motivasi dan prestasi belajar di Indonesia. Penelitian ini diperlukan untuk memberikan informasi mengenai hubungan antara tiap jenis motivasi terhadap prestasi belajar di dalam budaya Indonesia berdasarkan kerangka kerja SDT. Dengan demikian penelitian ini ditujukan untuk melihat apakah ada hubungan motivasi intrinsik terhadap tingginya prestasi akademik. Selain itu, penelitian ini ditujukan untuk melihat bagaimana hubungan motivasi ekstrinsik yaitu external regulation, introjected
regulation, identified regulation dan integrated regulation dengan prestasi
akademik pada tingkat mahasiswa yang dilihat berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tiap jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dengan prestasi akademik?
7 C.
Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan dari penelitian ini, ialah:
1. Mengetahui hubungan antara motivasi intrinsik terhadap prestasi akademik.
2. Mengetahui hubungan keempat tipe motivasi ekstrinsik yaitu external
regulation, introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation dengan prestasi akademik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kontribusi motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan amotivasi pada prestasi akademik di Indonesia, untuk menguatkan temuan-temuan sebelumnya terkait perbedaan hasil antar budaya.
b. Hasil dari penelitian ini, dapat memberikan sumbangan pengetahuan baru mengenai kontribusi motivasi terhadap prestasi akademik ditinjau dari proses penentuan perilakunya (SDT) yang ada di budaya Indonesia.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkenalkan kerangka teoretik baru dalam penelitian mengenai motivasi di Indonesia, yaitu dengan menggunakan kerangka kerja SDT.
8
2. Manfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukkan kepada pendidik dalam rangka meningkatkan prestasi pendidikan Indonesia dengan informasi mengenai pentingnya meningkatkan kualitas motivasi seseorang sehingga perilaku yang dihasilkan lebih efektif dalam pengoptimalkan proses pengajaran. Adanya hubungan antara tiap tipe motivasi SDT terhadap prestasi akademik, diharapkan dapat memberikan gagasan kepada orang tua maupun para pendidik untuk meningkatkan motivasi melalui tipe motivasi yang dapat memberikan hasil yang paling optimal.
b. Hasil penelitian ini juga dapat memperlihatkan motivasi subjek baik secara umum maupun untuk setiap tipe motivasi yang ada. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru kepada para peserta didik, untuk meningkatkan motivasi secara selektif, dilihat dari tipe motivasi yang dapat memberikan hasil optimal pada perilaku untuk meningkatkan prestasi akademiknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Akademik
1. Definisi Prestasi Akademik
Prestasi akademik atau prestasi belajar (Syah, 1997) merupakan salah satu bentuk hasil evaluasi dari proses pembelajaran yang sudah berlangsung (Suryabrata, 2004). Oleh sebab itu prestasi belajar sering kali dijadikan acuan dalam melihat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran, yang ditunjukkan melalui tingkatan hasil yang diperoleh (Dagun, 1997). Tingkatan hasil kinerja tersebut dapat dijadikan landasan evaluasi dan perbandingan baik dengan diri sendiri maupun peserta didik lain dalam penentuan penguasaan hasil belajar melalui sistem norma tertentu (Syah, 1997). Hal ini didukung oleh Spence dan Helmreich yang menyatakan bahwa prestasi akademik merupakan perilaku seseorang yang berorientasi pada tugas berdasarkan kinerjanya, sehingga memungkinkan individu tersebut untuk dievaluasi dan dibandingkan baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain dalam ranah pendidikan (dalam Weiner & Craighead, 2010).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik atau prestasi belajar merupakan acuan untuk melihat keberhasilan seseorang dalam proses penguasaan pembelajaran yang
10
biasanya dinyatakan dalam bentuk tingkatan hasil, berdasarkan evaluasi dan perbandingan kinerja baik dengan diri sendiri maupun orang lain.
2. Pengukuran Prestasi Akademik
Pencapaian prestasi akademik seseorang perlu di lihat baik oleh diri sendiri maupun orang lain untuk mengetahui keberhasilan proses belajar yang telah dilakukan. Hal ini dikarenakan prestasi akademik, dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan yang telah dicapai, kedudukan kemampuan seseorang dalam kelompoknya, mengetahui tingkat usaha yang telah dilakukan dan sebagainya (Syah, 1997).
Kunci pokok dalam melakukan pengukuran prestasi belajar adalah adanya garis-garis besar indikator atau petunjuk adanya prestasi tertentu yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang akan diukur. Terdapat dua pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi belajar yaitu pendekatan penilaian dengan acuan norma (Norm-Referenced Assessment) dan pendekatan penilaian dengan acuan kriteria (Criterion-Referenced
Assessment ) (Syah, 2003; Woolfolk, 1990). Dalam penilaian acuan norma,
prestasi belajar diukur dengan cara membandingkan prestasi belajar seseorang dengan teman sekelompoknya (Tardif dalam Syah, 2003; Woolfolk, 1990) sehingga, skor yang diperoleh merupakan hasil perbandingan antara skor yang diperoleh teman-teman sekolompoknya dan diri sendiri (Nasoetion dalam Syah, 2003). Disamping itu penilaian acuan
11
yang dihasilkan seseorang dengan jawaban benar yang dihasilkan teman sekelompoknya. Sedangkan dalam pendekatan acuan kriteria prestasi belajar dilihat dengan cara membandingkan pencapaian keberhasilan seseorang atas berbagai ranah materi pembelajaran sesuai dengan tujuan ranah materi yang sebelumnya telah ditetapkan, sehingga nilai keberhasilan dilihat berdasarkan penguasan materi hingga batas yang sesuai dengan tujuan (Tardif dalam Syah, 2003; Woolfolk, 1990).
Prestasi akademik atau prestasi belajar dapat dilihat melalui ragam evaluasi di antaranya ialah pre-test dan post-test, evaluasi prasyarat, evaluasi sumatif, kuis, ujian akhir (Syah, 2003), karangan, maupun tugas sehingga menghasilkan nilai untuk melihat tingkat keberhasilannya (Ercikan dalam Weiner & Craighead, 2010; Azwar, 1987). Dalam hal ini
pre-test dan post-test masuk dalam salah satu bentuk evaluasi proses
pembelajaran karena digunakan untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Begitu pula dengan evaluasi prasyarat, yang dilakukan untuk mengidentifikasi pengusaan siswa terhadap materi lama yang mendasarkan materi baru yang akan diberikan.
(Syah, 1997). Beberapa hal di atas digunakan oleh para pendidik dalam melakukan evaluasi pembelajaran, dan menghasilkan pencapaian prestasi belajar peserta didiknya.
Setelah mendapatkan pencapaian hasil belajar pada peserta didik, para pengajar juga perlu untuk menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
12
kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai. Pengungkapan pencapaian hasil belajar dapat dilihat menggunakan norma, baik berupa norma angka maupun norma yang menggunakan simbol huruf (A, B, C, D, dan E). Setiap norma yang digunanakan haruslah sejalan dengan aturan institusional kependidikan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang (Syah, 2007).
Dalam ranah perguruan tinggi, evaluasi prestasi atau keberhasilan mahasiswa dalam proses belajar dilihat berdasarkan Indeks Prestasi (IP), baik Indeks Prestasi Semester (IPS) maupun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks prestasi (IP) dihitung berdasarkan jumlah hasil kali antara besar kredit (K) pada setiap mata kuliah yang telah diambil dan bobot nilai (N) yang diperoleh, kemudian dibagi dengan jumlah kredit yang direncanakan.
IP = ………………….(1)
Keterangan: K = Kredit N = Nilai
IP = Indeks Prestasi Standart pencapaian prestasi yang diperoleh di lihat berdasarkan norma IP yang dicapai berdasarkan pada norma acuan kriteria. Setiap
13
nilai pengusaan tertentu, sesuai dengan batas tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan. Hasil standar nilai IP dapat di kualifikasikan sebagai berikut: Tabel 2.
Kualifikasi IPK (Universitas Sanata Dharma, 2009, halaman 18)
IPK Predikat
3.51 Dengan Pujian
- – 4.00 2.76 - 3.50 Sangat Memuaskan 2.25 - 2.75 Memuaskan 3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Pencapaian prestasi akademik atau prestasi belajar yang maksimal sangat diharapkan oleh peserta didik ataupun para pendidik (Wiwiek, 2007; Syah, 2003). Dengan demikian terdapat beberapa penelitian yang dilakukan demi mendapatkan pencapain prestasi belajar yang optimal bagi para peserta didik (Benware & Deci, 1984; Eppler & Harju, 1997; Guay, Rettelle, & Chanal, 2008; Kertamuda, 2008; Silalahi, 2008; Setiawan, 2010, dll). Dalam mencapai prestasi belajar ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, diantaranya: a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi pencapaian prestasinya (Dalyono,
14 Kesehatan fisik masuk dalam faktor internal yang berpengaruh
pada proses pembelajaran dalam pencapaian prestasi akademik. Jika keadaan fisik seseorang terganggu seperti demam, sakit kepala, batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan konsentrasi dan gairah seseorang menjadi berkurang dalam proses belajar, sehingga mempengaruhi pencapaian prestasinya (Dalyono, 2010; Syah, 2003). Disamping itu kesehatan jiwa (rohani) yang kurang baik juga dapat mengganggu kualitas seseorang dalam melaksanakan kegiatan belajar (Dalyono, 2010). Salah satu contoh seseorang yang mengalami masalah atau mengalami gangguan pikiran dapat menjadi kurang bersemangat dalam melakukan proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang kurang optimal akan berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar yang dihasilkan.
Inteligensi merupakan salah satu faktor penentu dari dalam diri seseorang berkaitan dengan pencapaian prestasi akademik (Wiwiek, 2007; Syah, 2003; Dalyono, 2010). Inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber dalam Syah, 2003). Ormrod (2008) mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya guna menghadapi tugas-tugas baru. Dengan demikian seorang siswa yang memiliki inteligensi yang baik, mampu untuk menerapkan pengetahuan yang telah diberikan, sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas yang
15
inteligensi seseorang, maka semakin besar pula kemampuan untuk mendapatkan keberhasilan dan peluang untuk mencapai kesuksesan (Syah, 2003). Maka, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan inteligensi yang tinggi akan lebih mudah dalam menyerap proses pembelajaran yang dilakukan sehingga keberhasilan penguasaan pembelajaran akan semakin besar yang ditunjukkan melalui prestasi belajar yang memuaskan.
Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai tujuan yang diminati tersebut (Dalyono, 2010). Seseorang yang memiliki minat dalam belajar yang tinggi cenderung menghasilkan pencapaian prestasi belajar yang tinggi (Santrock, 2009; Dalyono, 2010).
Bakat yang merupakan kemampuan potensial seseorang dalam mencapai keberhasilan (Chaplin & Reber dalam Syah, 2008) juga mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi seseorang. Bakat dan minat seseorang dapat meningkatkan motivasi dalam belajar karena melakukan proses pembelajaran sesuai dengan kemampuannya.
Motivasi merupakan faktor lain yang banyak dibahas sebagai salah satu faktor yang berperan dalam pencapaian pretasi siswa dalam proses belajar (Guay, Rattele & Chanal, 2008; Kristini & Mere, 1991; Setiawan, 2010; Vallerand, & dkk 1992; Deci, & dkk, 1991). Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan, penggerak, pengendalian tingkah laku seseorang dalam mencapai tujuan (Santrock, 2009; Mustaqim, 2008;
16 Seseorang yang memiliki motivasi dalam memahami lingkungannya akan dapat memproses informasi secara efisien (White dalam Santrock 2009).
Oleh sebab itu motivasi berperan penting dalam menentukan seberapa banyak siswa mempelajari kegiatan atau menerima informasi yang diberikan untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan (Slavin, 2009).
Motivasi dapat terbentuk secara eksternal maupun internal (Santrock, 2009; Makmun, 2007; Ryan & Deci, 2000a). Siswa yang memiliki motivasi secara intrinsik meyakini bahwa mereka melakukan sesuatu atas pilihan dan keinginan sendiri, bukan karena keinginan untuk mendapatkan penghargaan eksternal (Santrock, 2009). Motivasi intrinsik biasanya berkorelasi positif dengan pencapaian prestasi belajar yang baik, sedangkan motivasi ekstrinsik memiliki korelasi negatif dengan pencapaian prestasi belajar seseorang (Santrock, 2009; Deci & dkk 1991; Ryan & Deci, 2000a).
b. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang mempengaruhi pencapaian prestasinya (Dalyono, 2010;
Syah, 2003; Guay, Rettelle, & Chanal, 2008).
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar ialah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga dan peran orang tua memiliki pengaruh yang positif dalam pencapaian prestasi belajar
17
2008). Hal ini dikarenakan orang tua berkontribusi langsung untuk memberikan kesempatan anak dalam mendapatkan pengetahuan melalui fasilitas yang diberikan sehingga anak mendapatkan kepuasan dalam belajar. Jika kesempatan yang diberikan kecil maka anak akan merasa kurang tertarik untuk mengejar prestasinya (McClelland, 1976). Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi status ekonomi keluarga, anak yang berada pada status ekonomi yang tercukupi akan mendapatkan fasilitas pembelajaran yang lebih memadahi dari pada yang tidak (Weiner & Craighead, 2010). Disamping itu orang tua juga berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan motivasi anak dalam berprestasi di sekolah (Wiwiek, 2007).
Faktor lingkungan sosial pada mahasiswa khususnya teman sebaya dapat mempengaruhi pencapaian prestasi (Weiner & Craighead, 2010).
Seseorang yang berada di sekolah yang memiliki teman-teman dengan keinginan berkompetisi yang tinggi akan cenderung memiliki prestasi yang tinggi, demikian pula sebaliknya (Steinberg, Brown, Dornbuch dalam Weiner & Craighead, 2010). Masyarakat di lingkungan sekitar juga akan mempengaruhi aktivitas belajar, sebagai contoh anak yang berada di lingkungan kumuh akan kesulitan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dan kesulitan ketika memerlukan teman belajar (Syah, 2008).
Disamping itu seorang anak yang memiliki keterikatan dengan teman sebayanya di sekolah, dapat mendukung prestasi belajarnya. Hal ini
18
meningkatkan kepercayaan diri serta mempengaruhi motivasi seseorang (Ryan, Stiller, & Linch, 1994).
Lingkungan sekolah juga berperan dalam pencapaian prestasi melalui metode pembelajaran yang diterapkan (Juwarsih, 2007; Weiner & Craighead, 2010). Hal ini di dukung hasil penelitian yang menemukan bahwa penetapan metode pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi akademik siswa, karena siswa tidak mempelajari materi secara terpisah tetapi mendapatkan pengetahuan yang berhubungan sehingga membantu dalam proses berpikir dan memusatkan perhatian (Juwarsih, 2007). Selain itu iklim kelas juga mampu mempengaruhi prestasi melalui situasi pembelajaran yang mendukung sehingga meningkatkan keinginan berprestasi, mengurangi stress dalam proses pembelajaran (Weiner & Craighead, 2010), dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar (Silalahi, 2008). Kemampuan para pendidik dalam proses pembelajaran juga dapat mempengaruhi siswa dalam pencapaian prestasi belajar (Setiawan, 2010; Weiner & Craighead, 2010; Guay, Rettelle, & Chanal, 2008).
19 B.
Motivasi
1. Definisi Motivasi
Pada awalnya motivasi didefinisikan sebagai dasar penggerak seseorang dalam menentukan perilaku, ketekunan, semangat (Beck, 1978; Passer & Smith, 2007), serta perasaan dalam mencapai tujuan tertentu (Winkel, 1983). Disamping itu motivasi juga diartikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan munculnya tingkah laku kearah pencapaian tujuan (Morgan dalam Wahyudi, 2010; Sobur, 2003).
Beberapa definisi lama lebih menekankan pada dorongan, pencapaian tujuan, penguatan yang dilakukan, dan mengesampingkan mengapa orang tersebut dapat termotivasi untuk mendapatkan tujuan tertentu (Weiner, 1980; Wigfield dalam Weigner & Craighead, 2010).
Ryan dan Deci (2000a) yang merupakan tokoh dikenal dalam SDT memberikan gagasan bahwa kita juga perlu melihat kebutuhan sebagai dasar seseorang dalam menginginkan atau memperoleh sesuatu. SDT melihat motivasi sebagai bentuk penentuan diri seseorang terlibat dengan kehendak seutuhnya dan didukung oleh kesadaran diri dalam memenuhi kebutuhan.
Ini berbeda dengan teori motivasi sebelumnya yang banyak membahas mengenai bagaimana tinggi rendahnya seseorang (kuantitas) termotivasi dalam mempengaruhi hasil perilaku, tanpa melihat kualitas dari motivasi tersebut (Deci & dkk, 1991; Vansteekenkiste & dkk,
20
motivasi yang dimiliki seseorang (apakah motivasi tersebut lebih di kontrol atau bergerak secara otonom) dalam mengoptimalkan perilaku yang dihasilkan.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan penggerak atau pendorong tingkah laku seseorang dalam bentuk penentuan diri terlibat seutuhnya untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan seseorang dengan mengoptimalkan perilaku yang dihasilkan.
2. Motivasi dalam Perspektif Self Determination Theory (SDT) a. Definisi Motivasi menurut Self Determination Theory (SDT)
Teori penentuan diri atau Self Determination Theory (SDT) menggunakan cara kerja teori humanistik dalam melihat motivasi.
SDT juga melihat bagaimana motivasi berperan dalam mendorong orang berperilaku mencapai tujuan yang diakibatkan adanya kebutuhan yang hendak terpenuhi. Oleh sebab itu, SDT berfokus pada peran kebutuhan psikologis seseorang yaitu kompetensi (competence), keterikatan (relatedness), dan otonomi (autonomy) dalam terbentuknya motivasi. Ketiga kebutuhan tersebut dianggap sebagai kebutuhan yang mendasar pada diri seseorang. Hal ini dikarenakan seseorang akan merasa lebih sejahtera dan bahagia dalam hidupnya apabila telah memenuhi ketiga kebutuhan tersebut
21 Kebutuhan berkompetensi dalam SDT dimaknai dengan cara
seseorang memahami bagaimana mencapai suatu hasil dengan cara yang efektif dan melakukannya sesuai yang diperlukan (Deci & dkk, 1991). Salah satu contoh SDT memandang pencapaian prestasi sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan kompetensi dalam mendapatkan hasil yang memuaskan (Passer & Smith, 2007). Kebutuhan untuk kompetensi (competence) hampir serupa dengan kebutuhan untuk menguasai lingkungan (White dalam Schunk, Pintrinch & Meece, 2008), dan hampir sama pula dengan kebutuhan untuk menguasai atau memahami yang diasumsikan dalam teori atribusi (Weiner dalam Schunk, Pintrinch & Meece, 2008), yaitu individu membutuhkan penguasaan dalam melakukan aktivitas, tugas, berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.
Otonomi (Autonomy) dimaknai sebagai keinginan untuk bebas dan mengatur diri sendiri serta kebutuhan untuk merasakan memegang kendali dalam interaksi dan perilakunya (Schunk, Pintrinch, dan Meece, 2008; Deci & dkk, 1991). Dalam hal ini otonomi dapat terlihat, melalui individu yang memutuskan pilihannya sendiri untuk melakukan sesuatu baik karena kesenangannya ataupun karena pengaruh dari luar.
Sedangkan keterikatan (Relatedness) berkaitan dengan mengembangkan rasa aman dan kebahagiaan dalam menjalin
22
(Deci & dkk 1991; Schunk, Pintrinch, dan Meece, 2008). Sebagai contoh individu yang menjalin relasi dengan orang lain, baik teman, keluarga, ataupun pasangan.
SDT melihat motivasi berdasarkan penentuan dari diri (self- determined) ataupun penentuan karena adanya kontrol dari luar.
Apabila perilaku tersebut ditentukan dari dalam diri, perilaku tersebut dianggap sebagai pilihan individu, tetapi jika perilaku tersebut di kontrol dari luar, maka perilaku tersebut dianggap sebagai bentuk kepatuhan. Hal inilah yang akan mempengaruhi kualitas motivasi seseorang (Deci & dkk, 1991; Ryan & Deci, 2000a). Seseorang dapat dikatakan memiliki kualitas motivasi yang baik apabila orang tersebut memiliki penentuan diri yang tinggi dan kontrol yang rendah (highself-determined dan low control). Sedangkan yang dimaksud kualitas motivasi yang buruk yaitu motivasi yang lebih banyak ditentukan oleh faktor luar dari pada penentuan diri sendiri (low self-determined dan high control) (Ryan&Deci, 2000a).
- – Murid yang memiliki tingkat penentuan diri (self
determined ) yang tinggi akan lebih adaptif dan mendapatkan
kepuasan di sekolah. Sedangkan murid yang memiliki kontrol yang tinggi cenderung kurang dapat beradaptasi dengan baik dan memperlihatkan hasil pencapaian prestasi yang kurang optimal (Liu,
23