Hubungan orientasi kewirausahaan perangkat desa dan kesejahteraan masyarakat : studi kasus di Dusun Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta - USD Repository
HUBUNGAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN PERANGKAT
DESA DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Studi Kasus di Dusun Nyamplung Desa Margokaton
Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Universitas Sanata Dharma
Oleh :
Irma Tarita
NIM : 052214173
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
MOTTO “Orang yang sukses adalah orang yang mengambil hikmah dari kesalahannya, kemudian di lain waktu ia tidak mengulangi kesalahan itu.”
(Oliver Wendell Holmes) “Kau dapat berkata pada dirimu sendiri, ‘Aku telah tabah menghadapi kengerian ini, aku pasti mampu menghadapi hal berikutnya.”
(Eleanor Roosevelt) Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan Kepada:Tuhan, penuntun jalanku Bapak dan Ibu tercinta Keluargaku tersayang
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Irma TaritaNomor Mahasiswa : 052214173
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :HUBUNGAN
ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN PERANGKAT DESA DAN
. Studi Kasus di Dusun KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta .
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 Agustus 2012 Yang menyatakan, Irma TaritaABSTRAK HUBUNGAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN PERANGKAT
Studi Kasus di Dusun Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta Irma Tarita Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2012Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan orientasi
kewirausahaan sosial perangkat desa dalam perspektif anggota masyarakat. 2)
Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dalam perspektif masyarakat. 3)
Menjelaskan hubungan antara orientasi kewirausahaan sosial perangkat desa dan
kesejahteraan masyarakat. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan jumlah
responden 93 orang responden.Penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data yaitu :
kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis
persentase yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik konsumen dan analisis
data Korelasi Product Moment untuk mengetahui ada tidaknya ada hubungan
antara orientasi kewirausahaan perangkat desa dengan kesejahteraan masyarakat.Orientasi sosial dan non sosial serta orientasi profit dan non profit tidak ada hubungan secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.
Kata kunci : orientasi kewirausahaan, sosial, non sosial, profit, non profit,
kesejahteraan masyarakat.
ABSTRACT
THE RELATIONSHP BETWEEN
ENTERPRENEURSHIP ORIENTATION OF CHIEF OF HAMLET AND
WELFARE
OF HAMLET COMMUNITY
Case Studies in Hamlet Nyamplung Village Margokaton
Sub Seyegan Sleman Yogyakarta
Irma Tarita
Faculty of Economics
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2012
The purpose of the research were to:1) describe the social entrepreneurshiporientation of the administrative staff of the village in the perspective of the
hamlet community; 2) measure the level of the community prosperity based on the
community perspective; and 3) describe the relationship between the social
entrepreneurship of the hamlet administrative staff and the welfare of the hamlet
community. The study was a case study with respondents consisting of 93 hamlet.
In collecting the data the researcher used questionnaire and interview. The
percentage analyzing technique was used to analyze the data in the aim of
analyzing the characteristics of the consumers. The Product Moment Correlation
was used to identify whether or not there was any relationship between the social
entrepreneurship of the chief of handler and the welfare of the hamlet
community.Either social and non – social orientation or profit and non – rofit orientation had no significant relation to the welfare of the community.
Key words : entrepreneurship orientation, social, non-social, profit, non-profit,
community welfare.KATA PENGANTAR
Segala hormat, puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala berkat, kasih serta anugerah-Nya yang senantiasa penulis
rasakan dari awal sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan
Orientasi Kewirausahaan Perangkat Desa dan Kesejahteraan Masyarakat.
Studi Kasus di Dusun Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan
Sleman Yogyakarta” . Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Penulis menyadari bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab
itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Romo Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Dr. Ir. P. Wiryono
Priyotamtama, S.J.
2. Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Dr. Lukas Purwoto, S.E., M.Si, selaku Kaprodi Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Dosen Pembimbing I yang
banyak memberikan bimbingan, koreksi, saran dalam penulisan skripsi ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
......................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
...................................... vii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
................................................................................... x KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
....................................................................................... xvii DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xviii
........................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6 ............................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Memahami Wirausaha dan Kewirausahaan ............................... 7
1. Pengertian Tentang Wirausaha dan Kewirausahaan ............ 7
2. Perbedaan Antara Kewirausahaan Bisnis dan Kewirausahaan Sosial .......................................................... 8
3. Mengubah Bangsa Dengan Kewirausahaan Sosial .............. 9
4. Karakteristik, Komponen dan Kompetensi Kewirausahaan Sosial ......................................................... 11 B. Kuadran Kewirausahaan Sosial ................................................ 15
1. Kuadran 1 ............................................................................ 16
2. Kuadran 2 ............................................................................ 16
3. Kuadran 3 ............................................................................ 17
4. Kuadran 4 ............................................................................ 17
C. Kesejahteraan Masyarakat ....................................................... 18
1. Peran Kewirausahaan Sosial Terhadap Kesejahteraan Masyarakat .......................................................................... 20 D. Sekilas Tentang Perangkat Desa ............................................... 22
1. Pemilihan Kepala Desa Menurut UU No. 32/2004 ............ 23
2. Struktur Perangkat Desa ..................................................... 27
E. Kerangka Konseptual Penelitian ............................................... 34
F. Hipotesis ................................................................................... 35 ............................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .......................................................................... 36 B. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................... 36 C. Waktu Dan Lokasi Penelitian .................................................. 36
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................... 37
1. Analisis Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Parsial .................................................................................. 42
B. Padukuhan Nyamplung ............................................................. 52
4. Monografi Wilayah ............................................................. 50
3. Demografi Wilayah ............................................................. 48
2. Topografi Wilayah .............................................................. 47
1. Geografis Wilayah .............................................................. 46
BAB IV GAMBARAN UMUM .................................................................. 46
A. Gambaran Umum Desa Margokaton ........................................ 462. Uji t ..................................................................................... 44
2. Uji Reliabilitas .................................................................... 42 K. Teknik Analisis Data ................................................................. 42
1. Orientasi Kewirausahaan Sosial ......................................... 37
1. Uji Validitas ....................................................................... 41
I. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 41 J. Teknik Pengujian Instrumen ..................................................... 41
H. Sumber Data .............................................................................. 40
G. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 40
F. Populasi dan Sampel ................................................................. 40
E. Pengukuran Variabel ................................................................. 39
2. Kesejahteraan Masyarakat .................................................. 37
1. Geografi Wilayah ................................................................ 52
2. Topografi Wilayah .............................................................. 52
3. Demografi Wilayah ............................................................. 53
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................. 55
A. Teknik Pengujian Instrumen ..................................................... 551. Uji Validitas ........................................................................ 56
2. Uji Reliabilitas .................................................................... 57
B. Analisis Deskriptif .................................................................... 58
1. Responden Berdasarkan Usia.............................................. 59
2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............................. 60
3. Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ..................... 61
4. Responden Berdasarkan Pekerjaan ..................................... 62
C. Orientasi Wirausaha Perangkat Desa ........................................ 63
1. Kuadran 1 ............................................................................ 63
2. Kuadran 2 ............................................................................ 64
3. Kuadran 3 ............................................................................ 64
4. Kuadran 4 ............................................................................ 65
D. Kesejahteraan Masyarakat dilihat dari Orientasi Profit
Non Profit dan Orientasi Sosial Non Sosial .............................. 66 E. Pengujian Hipotesis .................................................................. 711. Orientasi Profit dan Non Profit ........................................... 72
2. Orientasi Sosial dan Non Sosial .......................................... 74
F. Pembahasan ............................................................................... 76
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ................................................................................ 78 A. Kesimpulan ............................................................................... 78 B. Saran ......................................................................................... 79
1. Bagi Perangkat Desa ........................................................... 79
2. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................... 80
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 81
LAMPIRANDAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Tingkat Pendidikan Di Desa Margokaton ................................. 50
Tabel IV.2 Prasarana Kesehatan ................................................................. 51
Tabel IV.3 Mata Pencaharian Menurut Sektor ............................................ 51
Tabel IV.4 Pembagian RT dan RW ............................................................ 53
Tabel V.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian .................................. 57
Tabel V.2 Uji Reliabilitas Instrumen ......................................................... 58
Tabel V.3 Analisis Deskriptif .................................................................... 59
Tabel V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .............................. 60
Tabel V.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 60
Tabel V.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .... 61
Tabel V.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ..................... 62
Tabel V.8 Kuadran Kewirausahaan Perangkat Desa ................................. 66
Tabel V.9 Kategori Skor Nilai ................................................................... 68
Tabel V.10 Kronstabulasi Orientasi Profit dan Non Profit TerhadapKesejahteraan masyarakat ......................................................... 69 Tabel V.11 Kronstabulasi Orientasi Sosial dan Non Sosial Terhadap Kesejahteraan masyarakat ......................................................... 70
Tabel V.12 Correlations ............................................................................... 72
Tabel V.13 Correlations ............................................................................... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kuadran Kewirausahaan Sosial ............................................. 15
Gambar II.2 Stuktur Perangkat Desa .......................................................... 27
Gambar II.3 Kerangka Konseptual ............................................................. 34
Gambar IV.1 Peta Geografis Desa Margokaton .......................................... 46
Gambar IV.2 Peta Wilayah Administratif Desa Margokaton ...................... 48
Gambar IV.3 Populasi Penduduk Dalam Chart Populasi Penduduk ........... 49
Gambar IV.4 Prosentase Penduduk Usia Produktif ..................................... 49
Gambar IV.5 Mata Pencaharian Dalam Chart ............................................. 52
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini penduduk usia muda pengangguran jumlahnya besar. British Council mengungkapkan dari 105 juta penduduk Indonesia berumur 14-34
tahun, sebanyak 60 juta orang diserap dunia kerja, 9 juta orang masih menyelesaikan pendidikan, dan 20 juta orang tidak memiliki pekerjaan (Wartawan Bisnis Indonesia, Kamis, 19/03/2009). Pemerintahlah yang bertanggung jawab untuk menggerakkan semua sumber daya di dalam negeri ini, untuk menciptakan kemakmuran sosial yang berkeadilan, seperti yang dirumuskan di dalam Pembukaan UUD 1945. Tidaklah mengherankan bila isu jumlah orang miskin di Indonesia pun menjadi komoditas politik di dalam pemilihan umum tahun 2009 yang lalu.
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”. (alinea 4 Pembukaan UUD 1945).
Pemerintah Indonesia secara terstruktur dari pusat hingga daerah menerima mandat untuk memajukan kesejahteraan umum. Presiden harus
menjadikan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia menjadi sasaran. Gubernur
harus memikirkan kesejahteraan masyarakat di tingkat propinsi. Camat harus
mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat di tingkat kecamatan, Kepala
Desa/Lurah mengemban amanat untuk memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat dalam lingkup yang paling kecil dalam struktur pemerintahan melalui
kerjasama dengan kepala dusun.Peran-peran yang harus dimainkan oleh pemerintah sebagai
pengemban tugas memajukan kesejahteraan masyarakat lebih spesifik diatur
dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 33 ayat 3: “Bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dandipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Pasal 34: “Fakir
miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara.” Negara, dalam
hal ini pemerintah, bertanggung jawab untuk memelihara mereka fakir miskin
dan anak terlantar. Jaring Pengaman Sosial, Jaminan Kesehatan Masyarakat,
PNPM Mandiri, Raskin dan lain sebagainya merupakan beberapa contoh inisiatif pemerintah dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Bahkandalam sumpah pelantikan Kepala desa dinyatakan bahwa Kepala Desa berjanji
akan berusaha sekuat tenaga membantu memajukan kesejahteraan masyarakat
pada umumnya dan masyarakat Desa pada khususnya, akan setia kepada Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (UU No 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa). Dengan demikian, inisiatif peningkatan kesejahteraan sebuah komunitas /desa terletak di tangan aparat desa.Tidaklah salah apabila kita menyatakan kesanggupan memajukan
kesejahteraan umum merupakan syarat mutlak untuk dapat menjabat sebagai
Kepala desa / Perangkat desa. Pidato-pidato pada saat kampanye pemilihan
harus dibuktikan di lapangan. Benarkah kesejahteraan itu sudah dimajukan,
Indikatorlah yang menunjukkan pemerintah tidak dapat memenuhi mandat
yang ditetapkan. Misalnya jumlah Gelandangan dan Pengemis yang semakin
meningkat, tingkat pengangguran yang semakin bertambah, tingkat kriminalitas tinggi sehingga meresahkan masyarakat sendiri.Beberapa publikasi seperti yang dibuat oleh Boorstein, di dalam
bukunya, How to Change the World, (How to Change the World: Social
Entrepreneurs and the Power of New Ideas , David Bornstein, 2nd edition,
Oxford University Press, 2007.) menunjukkan bahwa wirausaha sosial itu
muncul karena kegagalan pemerintah untuk melaksanakan kewajibannya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wirausaha sosial adalah individu
dengan solusi inovatif kepada masyarakat dengan lebih menekankan pada
kepentingan sosial. Mereka memiliki ambisi dan ketekunan untuk menangani
masalah sosial utama dan menawarkan ide-ide baru untuk perubahan dalam
sekala besar (lihat Bill Drayton, Gregory Dees). Pemerintah harus memiliki
jiwa sosial yang bisa menawarkan ide-ide baru kepada masyarakat, karena
pemerintah memiliki sumber daya yang bisa dipergunakan oleh masyarakat
sebesar-besarnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu,
aparat pemerintah dapat digolongkan sebagai wirausaha sosial.Boorstein lebih jauh mengidentifikasi 6 karakteristik wirausaha sosial :
1. Mereka bersedia untuk mengoreksi diri (They are willing to self-correct).
Terbuka pada pendekatan-pendekatan lain yang mungkin dapat digunakan untuk mencapai tujuan.
2. Mereka bersedia untuk saling percaya (They are willing to share credit).
Rasa saling percaya akan menjadi ikatan bagi anggota komunitas.
3. Mereka bersedia meninggalkan struktur yang sudah ada sehingga
mendorong mereka untuk berinovasi menemukan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.
4. Mereka bersedia melewati batas-batas keilmuan. Mereka berfungsi sebagai
“social alchemists”, mengumpulkan gagasan, pengalaman dan sumber daya dari berbagai sumber.
5. Mereka bersedia bekerja diam-diam (work quietly). Mereka berkomitmen
untuk mencapai tujuan atau misi tertentu daripada mencari ketenaran atau popularitas.
6. Mereka memiliki motivasi etis yang kuat. Mereka memperhatikan aspek
etika di dalam menentukan cara atau metode untuk mencapai tujuan.
Jika kehadiran para wirausaha sosial adalah akibat kegagalan aparat pemerintah menjalankan fungsinya, maka dapat dinyatakan bahwa
karakteristik wirausaha sosial pastilah juga dimiliki oleh para pemerintah.
Menarik untuk melihat lebih jauh apakah para aparat pemerintah memiliki
orientasi wirausahanya. Bila mereka memiliki orientasi wirausaha sosial,
maka dapat dipastikan bahwa aktivitas mereka akan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya (ekonomi, sosial dan lingkungan).
Dari permasalahan di atas, peneliti akan meneliti tentang hubungan orientasi kewirausahaan perangkat desa dan kesejahteraan masyarakat di
Dusun Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman
Yogyakarta. Alasan peneliti memilih dusun Nyamplung sebagai lokasi penelitian dikarenakan peneliti tertarik dengan potensi dusun Nyamplung yang dijadikan sebagai dusun percontohan pengembangan pemukiman,maupun kegiatan kemasyarakatan bagi universitas – universitas di Yogyakarta
yang berkaitan langsung dengan kinerja dan kesejahteraan masyarakat, alasan
lainnya adalah struktur dusun Nyamplung masih terjaga dengan baik, terbukti
masih adanya kepala dukuh.B. Rumusan Masalah
Guna mendalami keterkaitan antara orientasi kewirausahaan perangkat desa dengan kesejahteraan masyarakat, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Orientasi wirausaha apa yang dimiliki oleh para aparat desa dalam perspektif masyarakat?
2. Bagaimanakah persepsi masyarakat atas kesejahteraan mereka?
3. Apakah ada keterkaitan antara orientasi wirausaha dengan kesejahteraan masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan orientasi kewirausahaan sosial perangkat desa dalam perspektif anggota masyarakat.
2. Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dalam perspektif masyarakat.
3. Menjelaskan hubungan antara orientasi kewirausahaan sosial perangkat desa dan kesejahteraan masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Membantu perangkat desa untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
2. Membantu masyarakat mengenali kontribusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan.
3. Memberikan indikator calon perangkat desa yang peduli akan tingkat kesejahteraan masyarakat.
4. Diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukkan bagi perangkat desa dalam menetapkan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Dapat menjadi bahan evaluasi bagi para perangkat desa dalam menjalankan program kerja.
BAB II KAJIAN TEORI A. Memahami Wirausaha dan Kewirausahaan
1. Pengertian Tentang Wirausaha dan Kewirausahaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya.
Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahaan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa:
a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.
b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dalam pengertiannya, “fungsi dari wirausahawan adalah untuk mereformasi atau merevolusi pola dari produksi.” Wirausahawan menurut Schumpeter adalah “agent of change” dalam ilmu ekonomi. Dengan menyajikan pasar yang baru atau menciptakan cara-cara baru dalam melakukan banyak hal, mereka memajukan perekonomian.
Wirausahawan sosial adalah orang yang mengetahui atau memahami adanya masalah sosial di masyarakat untuk selanjutnya orang tersebut menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan mengorganisasi, mengkreasi dan mengelola entitas untuk membuat perubahan sosial.
(Paulus Wirotomo).
2. Perbedaan Antara Kewirausahaan Bisnis dan Kewirausahaan Sosial
Kewirausahaan sosial diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitasnya maupun manfaatnya. Kewirausahaan sosial lebih menitikberatkan kepada lahirnya bangunan tata nilai sosial yang dicapai melalui perubahan sosial disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan sosial. Sedangkan kewirausahaan bisnis adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu terwujudnya pemerataan ekonomi. (Mair and Marty, 2006).
Perbedaan kewirausahaan bisnis dan sosial adalah terletak pada mekanismenya. Mekanisme kewirausahaan bisnis adalah mengantisipasi dan mengorganisasikan pasar agar berfungsi menghasilkan produk dan jasa sekaligus profit bagi entrepreneur. sedangkan Mekanisme sosial adalah memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung menjadi lebih berkesempatan untuk mencapai kesejahteraan.
Paulus Wirotomo memberikan definisi yang membedakan antara wirausaha dengan wirausaha sosial. Paulus Wirotomo mendefiniskan wirausaha sebagai innovator berjiwa bisnis yang akan mematenkan hasil penemuan mereka untuk kepentingan mereka sendiri. Definisi ini memperlihatkan bahwa kepentingan bisnis yang memfokuskan pada pencarian keuntungan dengan sangat menonjol. Kesejahteraan atau kegunaan bagi masyarakat luas bukanlah tujuan utama dari wirausahawan ini. Wirausaha sosial yang didefinisikan oleh Paulus Wirotomo sebagai innovator sosial yaitu orang-orang yang melakukan terobosan, serta melakukan hal-hal yang bersifat baru yang kemudian ditujukan untuk kesejahteraan bagi orang banyak. Jika wirausahawan bisnis mengukur kinerja dengan keuntungan dan pendapatan dengan kata lain pengembalian modal, maka wirausahawan sosial diukur keberhasilannya dari dampak aktivitasnya terhadap masyarakat.
3. Mengubah Bangsa Dengan Kewirausahaan Sosial
Wirausahawan pada masa lalu selalu dipahami dalam konteks wirausahawan bisnis semata. Kewirausahaan diartikan sebagai usaha atau kegiatan dalam rangka meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke
tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitasnya maupun manfaatnya.
Wirausahawan bisnis telah mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat menjadi lebih baik. Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan pemerintah melalui ragam usaha. Berbagai program penanggulangan kemiskinan telah dikemas dan dijalankan di seluruh Indonesia. Sebagian dari upaya itu telah membawa hasil, sementara sebagian lainnya belum berdampak apa-apa. Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih berada pada angka yang cukup tinggi. Perlu ada langkah-langkah baru yang harus dikembangkan untuk memperbaiki kondisi masyarakat Indonesia.
Memahami kenyataan ini, maka sudah saatnya apabila kini bangsa Indonesia menoleh dan mendalami kewirausahaan sosial sebagai salah satu alternatif mengatasi kemiskinan. Masyarakat Indonesia harus mulai memperbaiki kesejahteraan masyarakat dengan menumbuhkan dan mengembangkan kewirausahaan sosial. Kewirausahaan sosial bukan hanya sebagai instrumen perubahan angka-angka ekonomi, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu sebagai instrumen perubahan nilai, pandangan dan jalan baru dalam kehidupan.
Sekitar 30 tahun yang lalu, gagasan kewirausahaan sosial mulai dikembangkan. Bill Drayton, pendiri dan CEO Ashoka, memprakarsai konsep kewirausahaan sosial. Prinsip Kewirausahaan sosial menurut Drayton tidak berbeda dengan kewirausahaan bisnis, bedanya kewirausahaan sosial digunakan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Bagi Drayton ada dua hal kunci dalam kewirausahaan sosial, yang Pertama adalah adanya inovasi sosial yang mampu mengubah sistem yang ada di masyarakat. Kedua, hadirnya individu bervisi, kreatif, berjiwa pengusaha (entrepreneurial), dan beretika di belakang gagasan inovatif tersebut. Jadi wirausaha sosial adalah individu yang bervisi, kreatif, berjiwa pengusaha, dan beretika, yang mampu menciptakan inovasi sosial dan mampu mengubah sistem yang ada di masyarakat. Wirausahawan sosial adalah orang yang mengetahui atau memahami adanya masalah sosial di masyarakat untuk selanjutnya orang tersebut dengan menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan mengorganisasi, mengkreasi dan mengelola sebuah entitas untuk membuat perubahan sosial.
Jika wirausahawan bisnis mengukur kinerja dengan keuntungan dan pendapatan (pengembalian modal), maka wirausahawan sosial diukur keberhasilannya dari dampak aktivitasnya terhadap masyarakat. Fondasi dasar kewirausahaan sosial adalah: a. Tujuan dari entitas adalah melakukan perbaikan masyarakat atau
berkontribusi dalam mengatasi masalah yang ada di masyarakat.
b. Kepemilikan entitas adalah milik masyarakat atau komunitas, bukan dimiliki oleh seorang individu pemodal.
c. Di dalam aktivitasnya terkandung muatan aktivitas bisnis yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
4. Karakteristik, Komponen dan Kompetensi Kewirausahaan Sosial
a. Karakteristik seorang wirausahawan sosial yaitu: 1) Mengenali adanya kemacetan atau kemunduran dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan keluar dari kemacetan atau kemunduran itu. Ia menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah dengan mengubah sistemnya, menyebarluaskan pemecahannya, meyakinkan seluruh masyarakat untuk berani melakukan perubahan dan merealisasikan semua sistem tersebut.
2) Wirausaha sosial tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan cara “memancing ikan”. Tetapi juga tidak akan diam hingga “industri perikanan” itu berubah.
b. Kewirausahaan sosial memuat tiga komponen: 1) Mengidentifikasi sistem/keseimbangan yang menyebabkan kerugian atau berkurangnya kesejahteraan. 2) Mengidentifikasi peluang perbaikan keseimbangan, dengan mengembangkan tata nilai sosial baru untuk mempengaruhi tata nilai yang ada.
3) Menyusun keseimbangan baru, untuk mencegah kerugian dan menjamin kesejahteraan masyarakat luas.
c. Kompetensi kewirausahaan sosial Kompetensi kewirausahaan sosial tidak hanya di butuhkan oleh kalangan ahli, mahasiswa, dosen, perguruan tinggi dan masyarakat namun lebih penting lagi bagi perangkat desa yang bersentuhan langsung dengan kesejahteraan masyarakat dari kalang yang paling bawah atau yang menjadi dasar perubahan dan bertanggung jawab langsung terhadap kesejahteraan masyarakat dari pihak pemerintah. Beberapa ketrampilan dan kompetensi juga harus di miliki oleh seorang perangkat desa. Ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang perangkat desa dalam mengembangkan kompetensi kewirausahaan sosial diantaranya: 1) Managerial skill
Managerial skill atau keterampilan manajerial merupakan bekal yang harus dimiliki wirausaha sosial. Seorang wirausahawan sosial harus mampu menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan agar usaha yang dijalankannya dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Kemampuan menganalisis dan mengembangkan masyarakat, kemampuan mengelola sumber daya manusia, material, fasilitas dan seluruh sumber daya lingkungan merupakan syarat mutlak untuk menjadi wirausaha sosial.
2) Conceptual skill Conceptual skill merupakan kemampuan untuk merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi utama menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat. Tidak mudah memang mendapatkan kemampuan ini. Kita harus akstra keras belajar dari berbagai sumber dan terus belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain dalam berwirausaha sosial. 3) Human skill
Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi). Supel, mudah bergaul, simpati dan empati kepada orang lain adalah modal keterampilan yang sangat mendukung kita menuju keberhasilan usaha. Dengan keterampilan seperti ini, kita akan memiliki banyak peluang dalam merintis dan mengembangkan usaha. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ini misalnya dengan melatih diri diberbagai organisasi, bergabung dengan komunitas sosial dan melatih kepribadian kita agar bertingkah laku menenangkan bagi orang lain.
4) Decision making skill
Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan). Sebagai seorang wirausaha, kita seringkali dihadapkan pada kondisi ketidakpastian. Berbagai permasalahan biasanya bermunculan pada situasi seperti ini. Wirausaha sosial dituntut untuk mampu menganalisis situasi dan merumuskan berbagai masalah untuk dicarikan berbagai alternatif pemecahannya. Tidak mudah memang memilih alternatif terbaik dari berbagai alternatif yang ada. Agar tidak salah menentukan alternatif, sebelum mengambil keputusan, wirausaha sosial harus mampu mengelola informasi sebagai bahan dasar pengambilan keputusan. Keterampilan memutuskan dapat kita pelajari dan kita bangun melalui berbagai cara. Selain pendidikan formal, pendidikan informal melalui pelatihan, simulasi dan berbagi pengalaman dapat kita peroleh.
5) Time managerial skill (keterampilan mengatur dan Time managerial skill menggunakan waktu). Para pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab atau sumber stress adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu dan pekerjaan. Ketidakmampuan mengelola waktu membuat pekerjaan menjadi menumpuk atau tak kunjung selesai sehingga membuat jiwanya gundah dan tidak tenang. Seorang wirausaha sosial harus terus belajar mengelola waktu. Keterampilan mengelola waktu dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan dan rencana-rencana yang telah digariskan.
Sumber : (Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat
dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat).
B. Kuadran Kewirausahaan Sosial
Kuadran kewirausahaan sosial menjelaskan orientasi/cara pandang dari seorang wirausahawan sosial. Setiap kuadran menawarkan pendekatan bisnis yang berbeda.
Gambar II.1
Kuadran Kewirausahaan Sosial
Socially DrivenI II Social Profit
No Profit Required
Required Entrepeneur
III
IV Market Driven Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kuadaran :
1. Kuadran 1 Kuadran tradisional tanpa keuntungan. Kuadran ini mewakili organisasi-organisasi yang didasari oleh misi sosial dan tidak menghasilkan keuntungan. Organisasi-organisasi tersebut tidak dibatasi oleh pajak, dan masih harus mengumpulkan cukup dana untuk mengimbangi pengeluaran. Beberapa contoh ialah Yayasan, Lembaga, Perkumpulan, Institusi Keagamaan.
Organisasi ini bergantung pada pemberian, donasi, dan sumbangan uang untuk menyokong kegiatan sosial mereka. Hal ini juga turut disadari sebagai titik lahir dari perusahaan sosial modern, karena organisasi dalam kuadran tersebut mendapatkan sasaran sosialnya melalui rancangan organisasinya. Wirausahawan sosial menempati kuadran ini, kadangkala mereka merancang organisasi mereka untuk menyediakan barang dan jasa dimana mereka dapat memasang tarif, dalam rangka mengumpulkan dana untuk operasi mereka.
2. Kuadran 2 (kuadran awal perubahan) (kuadran
Tipping Point Quadrant berefek besar). Kuadran ini mewakili organisasi-organisasi yang tidak hanya didasari oleh misi sosial tapi juga berorientasi pada keuntungan.
Organisasi-organisasi dan wirausahawan sosial yang berada pada kuadran ini memegang janji untuk memberikan perubahan ekonomi. Berdasarkan pada apapun pendekatan bisnis “multi garis-bawah” telah mencapai masa yang kritis terhadap pasar, mereka dapat menetapkan tingkat agar bagaimana performa /jalannya bisnis dapat diukur.
3. Kuadran 3 Transient Organization Quadrant (kuadran organisasi sementara).
Kuadran ini mewakili perusahaan, yang dikendalikan oleh pasar, tapi tidak berorientasi pada keuntungan. Untuk beberapa saat, perusahaan tersebut dapat beroperasi dalam jangka waktu yang singkat. Menurut penuturan Dorado, motivasi dari seorang wirausahawan sosial bukanlah pendirian suatu perusahaan, tetapi penciptaan sebuah langkah yang jelas sehingga para partisipannya dapat menyelesaikan masalah sosial yang beragam; meskipun tidak relevan dengan inisiatif untuk mendapat keuntungan. Organisasi-organisasi dalam kuadran ini memiliki dukungan dari perusahaan publik dan swasta, sumbangan atau dukungan dari pemerintah.
Organisasi-organisasi ini mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari pasar; dan kemudian menggunakan hasil yang didapatkan dari pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut untuk mendukung kegiatan sosial.
4. Kuadran 4 (kuadran bisnis tradisional).
Traditional Business Quadrant Kuadran ini mewakili sebagian besar bentuk klasik dari bisnis, yang berorientasi keuntungan dan didorong oleh pasar. Mereka menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan pasar dan menggunakan keuntungan yang dihasilkan untuk membayar investor dan pajak sama halnya untuk pengembangan dan pertumbuhan perusahaan. Jika mereka gagal mendapatkan keuntungan, mereka tidak akan berfungsi atau akan dibeli oleh kompetitornya atau ditutup. Strategi pertumbuhan mereka adalah dengan mengikuti pasar dan berubah sesuai permintaan.
Jika atau ketika pasar memutuskan bahwa masalah-masalah sosial patut diperhatikan, di kuadran ini wirausahawan sosial ditujukan untuk menyokong/mendukung kegiatan-kegiatan yang berguna dalam meningkatkan penjualan karena mereka sadar untuk bertanggung jawab secara sosial. Biasanya perusahaan di kuadran ini, mendonasikan sebagian dari keuntungan mereka, mendirikan fasilitas-fasilitas “hijau”, menawarkan layanan gratis atau layanan berbiaya rendah kepada organisasi-organisasi sosial.