Pemahaman guru fisika tentang materi pembelajaran dan hubungannya dengan proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar - USD Repository
ABSTRAK
PEMAHAMAN GURU FISIKA TENTANG MATERI PEMBELAJARAN DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN
HASIL BELAJAR
(Studi Mengenai Seorang Guru Fisika pada Kelas XII IPA)
HELENA TRI WAHYUNI
Universitas Sanata Dharma 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemahaman guru tentang materi pembelajaran yang diajarkan. Selain itu juga, penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan dari pemahaman guru tersebut terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dan penilaian yang dilakukan.
Penelitian ini dilakukan di SMA Y, Kalimantan Barat. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang guru fisika kelas XII dan siswa-siswa kelas XII IPA SMA Y sejumlah 30 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan Juli dan awal bulan Agustus 2012.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi langsung. Dalam hal ini, data penelitian didukung dengan adanya dokumentasi data yang berupa nilai pretest, posttest dan ulangan kompetensi dasar. Penelitian ini dilakukan dengan melalui 3 tahapan, yaitu (1) wawancara dengan guru, (2) observasi langsung, dan (3) wawancara dengan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa didalam pembelajaran tidak ada penjelasan formal, guru mengetahui materi yang lebih spesifik tetapi tidak mengaktualisasikannya, materi yang dianggap sebagai topik pokok adalah pengertian gelombang, metode yang sering digunakan ceramah, dan tidak terlihat guru menggunakan analogi dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran yang kaku dan siswa lebih mengandalkan membaca buku daripada penjelasan guru untuk memahami materi. Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti tidak mengukur tingkat pemahaman siswa mengenai materi gelombang.
Kata kunci : Pemahaman Guru
ABSTRACT
PHYSICS TEACHER UNDERSTANDING ABOUT THE LEARNINGMATERIALS AND THE REATION WITH THE LEARNING PROCESS AND
RESULT OF LEARNING
( The Study A Physics Teacher Of XII SAINS Class) TRI WAHYUNI, HELENASanata Dharma University 2013
This study aimed to reveal the teacher understanding about the learning materials. In addition, this research is used to see the relationship of teacher’s understanding to the learning process and scoring in the class.
This research was coonductes in SMA Y, West Borneo. The subject in this research was a teacher class XII and 30 students of clas XII IPA SMA Y. This research was conducted in the end of July and the beginning of August 2012.
The instruments in this research were interview and direct observation. In this case the data is supported by documentation data in the form of pretest, posttest and basic competence test. This research was conducted through 3 stages:(1) interview with the teacher, (2) direct observation, and (3) interview with the students.
The results showed that in learning there is no formal explanation, the teacher knows the material but does not actualize more specific, material which is considered as the main topic is the understanding of the wave, which is often used lecture method, and was not seen that the teacher uses the analogy of learning. It resulted a rigid learning process and rely more students read the book rather than the teacher’s explanation to understand the material. Limitations of this study is the researcher does not measure the level of the student’s understanding of wave materials.
Keywords : Teacher Understanding
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang “Pemahaman Guru Fisika Terhadap Materi Pembelajaran Dan Hubungannya Dengan Proses Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa proses yang panjang dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis secara khusus mengucapkan banyak terima kasih, kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim. M.Ed.Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, mengoreksi, saran dan kritik selama proses penulisan skripsi ini, dan nasehat selama masa perkuliahan.
2. Bapak Drs. Blasius Apin selaku kepala sekolah SMA Negeri di Kalimantan Barat yang telah memberikan waktu dan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian.
3. Guru pengampu mata pelajaran fisika yang telah memberi waktu, ruang dan kesempatan kepada saya sehingga siswa-siswa kelas XII IPA dapat saya jadikan sebagai subyek penelitian.
4. Seluruh dosen JPMIPA dan staf-staf sekretariat JPMIPA yang telah membantu penulis dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama masa perkuliahan.
5. Bapak, Mamak, Mas Heri, Adikku Ponco, Kak Trisil dan Bg Arie yang ada di
Kalimantan Barat atas segala doa, dukungan, jerih payah, pengorbanannya dan semua yang telah diberikan.
6. Buat sahabat-sahabatku Novi, Sinta, Ari, Linda, Eka, Kristin, Resty dan Mozez serta seluruh teman-teman seperjuangan pfis’08 yang selalu memberikan dukungan buatku.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, doa, saran, kritik, dan dukungan selama kuliah sampai penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini, masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih bila ada kritik dan saran yang dapat membangun penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca.
Yogyakarta, 24 Juli 2013 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. iiHALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................ vLEMBAR PUBLIKASI SKRIPSI........................................................................ vi
ABSTRAK.............................................................................................................. vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………………………………………………. 1 B. Pembatasan Masalah …………………………………………………… 2 C. Rumusan Masalah .…………………………………………………….. 4 D. Tujuan Penulisan …………………………………………………….... 4 E. Manfaat ……………………………………………………………….... 5 F. Hipotesis ................................................................................................... 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar.................................................................................... 8 B. Tugas Guru.............................................................……….....................
10
C. Pemahaman Guru Tentang Materi Pembelajaran atau Pengetahuan Isi (Content Knowledge) ............................................................................. 12
27 3. Dokumentasi Data ............................................................................
3. Data a. Kualitatif ....................................................................................
35
1. Deskripsi Penelitian......................................................................... 33 2. Latar belakang pendidikan guru......................................................
A. Data
31 BAB IV DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
30 G. Desain Penelitian ..................................................................................
28 2. Secara Kuantitatif ............................................................................
28 1. Secara Kualitatif ...............................................................................
28 F. Teknik Analisis Data ............................................................................
27 2. Wawancara .......................................................................................
1. Penjelasan Formal............................................................................... 17
27 1. Observasi ..........................................................................................
26 E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................
26 D. Instrumen Pengumpulan Data...............................................................
25 C. Subyek Penelitian .................................................................................
25 B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................
22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian......................................................................................
4. Bentuk Pembelajaran Yang Paling Bermanfaat................................. 21 5. Analogi Yang Kuat............................................................................
3. Topik Yang Paling Sering Diajarkan (Topik Pokok)......................... 19
2. Pemahaman Mengenai Materi Pembelajaran Lebih Spesifik............. 18
36 1) Video................................................................................... 36
2) Wawancara ......................................................................... 36 a) Peneliti dan Guru..............................................................
36 b) Peneliti dan Siswa............................................................
36 b. Kuantitatif ................................................................................
37 B. Analisis....................................................................................................
37
1. Secara Kualitatif .............................................................................. ... 37
a. Penjelasan formal ............................................................................ 37
b. Pemahaman mengenai materi pembelajaran yang lebih spesifik..... 44
c. Topik yang sering diajarkan (topik pokok)...................................... 50
d. Bentuk pembelajaran yang paling bermanfaat................................ 52 e. Analogi yang kuat...........................................................................
56 2. Secara Kuantitatif ...............................................................................
59 BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………... 65
B. Saran-saran……………………………………………………………… 66
1. Bagi guru............................................................................................ 66
2. Bagi Peneliti Berikutnya.................................................................... 67
3. Bagi Calon Guru................................................................................ 67 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
68 LAMPIRAN..........................................................................................................
70
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Pelaksanaan Penelitian........................................................34Tabel 4.2 Daftar Materi dan Metode Penyajian .............................................45Tabel 4.3 Daftar Metode yang Digunakan .....................................................53Tabel 4.4 Perhitungan Data Dengan SPSS.....................................................60Tabel 4.5 Analisis Soal Ulangan KD dan Jumlah Siswa yang benar.............63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian.................................................................................. 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Permohonan Penelitian...................................................71 Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian.........................72 Lampiran 3 Data Video Hari I ..........................................................................73 Lampiran 4 Data Video Hari II..........................................................................78 Lampiran 5 Data Video Hari III ........................................................................80 Lampiran 6 Data Wawancara Peneliti dan Guru ...............................................81 Lampiran 7 Data Wawancara Peneliti dan Siswa I ...........................................84 Lampiran 8 Data Wawancara Peneliti dan Siswa II ..........................................87 Lampiran 9 Soal Pretest.....................................................................................89 Lampiran 10 Soal Posttes....................................................................................90 Lampiran 11 Soal Ulangan Kompetensi Dasar ...................................................91 Lampiran 12 Nilai Pretes dan Posttest Siswa ......................................................92 Lampiran 13 Nilai Ulangan Kompetensi Dasar Siswa ........................................93 Lampiran 14 Dokumentasi Pembelajaran di Kelas .............................................94 Lampiran 15 Dokumentasi Pekerjaan Pretest Siswa ...........................................95 Lampiran 16 Dokumentasi Pekerjaan Posttest Siswa..........................................97 Lampiran 17 Dokumentasi Pekerjaan Ulangan KD Siswa..................................99
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh hampir
seluruh manusia. Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh setiap orang. Banyak ahli pendidikan yang berusaha untuk membahas dan mencoba menghasilkan berbagai teori mengenai belajar itu sendiri. Kebenaran suatu teori tidaklah dipertentangkan lagi, akan tetapi yang menjadi hal penting dari hal tersebut adalah bagaimana teori tersebut diterapkan dengan tepat saji dalam praktiknya. Dalam proses belajar tidak disangkal lagi bahwa banyak faktor yang mempengaruhi, sehingga bagi pelaku belajar itu sendiri menjadi penting untuk mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sehingga akan menghasilkan proses belajar yang optimal.
Pendidikan yang diselenggarakan untuk menghasilkan siswa yang berkompeten dapat terjadi apabila pendukung pelaksanaan pendidikan tersebut memiliki kompetensi yang baik pula. Pendukung tersebut tidak lain adalah guru yang memiliki kompetensi yang baik. Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan (Echols dan Shadily, 2002: 132).
Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan
2 belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar (Jejen Musfah, 2011: 27)
Menurut Littrell (1984:310 dalam Jejen Musfah, 2011:29) penilaian kompetensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung yang berkaitan dengan satu aspek maupun banyak aspek tergantung pada tujuan penilaiannya. Hakikat kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik.
Berdasarkan uraian di atas, maka guru perlu memiliki pemahaman materi dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, bervariatif, dan dapat terus-menerus mengaktifkan siswa dalam membangun atau mengkonstruksi konsep-konsep dan pengetahuannya sehingga menjadikan siswa tersebut menjadi siswa yang berkompeten dan memahami materi dengan utuh. Hal ini yang mendorong penulis untuk dunia pendidikan terutama dunia belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru yang lebih dalam berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan yang dituangkan dalam tulisan yang berjudul:
“ Pemahaman Guru Fisika Tentang Materi Pembelajaran dan
Hubungannya Dengan Proses Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar”.
B. Pembatasan Masalah
Hampir seluruh manusia melakukan kegiatan yang dinamakan dengan belajar. Di mana kegiatan belajar tersebut pada kebanyakannya
3 dilakukan di sekolah. Proses belajar dipengaruhi oleh pelaku yang berkaitan dengan proses pembelajaran itu sendiri. Pelaku pembelajaran ada dua yaitu guru dan siswa. Guru adalah orang yang memberikan pengajaran pada proses pembelajaran dimana guru juga dianggap sebagai pelaku utama dari berhasilnya suatu proses pembelajaran yang dilakukan.
Siswa adalah orang yang menerima pengajaran dari guru pada proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam proses pembelajaran terkadang muncul permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat keberhasilan dari pembelajaran itu. Kebanyakan permasalahan-permasalahan tersebut muncul dari pelaku utama (guru) yang berkaitan langsung dengan pembelajaran.
Contoh permasalahan yang muncul dari sisi guru pada proses pembelajaran ialah guru belum memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai materi pembelajaran yang cukup sehingga pada proses pembelajaran guru kurang memberikan penjelasan untuk memperjelas materi yang disampaikan. Permasalahan lain yang muncul misalnya cara pengajaran guru yang monoton sehingga mengakibatkan siswa menjadi bosan ketika belajar. Hal ini akan mengakibatkan siswa menjadi malas untuk mengikuti pelajaran. Masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran.
Permasalahan-permasalahan tersebut yang akhirnya mengajak penulis untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang lebih mendalam, terutama mengenai pembelajaran
4 yang berlangsung di kelas. Dalam hal ini, penulis akan melakukan pengamatan pada pembelajaran Fisika yang dilakukan oleh guru Fisika. Pengamatan ini lebih menekankan pada pemahaman guru mengenai materi pembelajaran yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran dan pengaruhnya. Agar tidak terjadi pemikiran yang semakin berkembang, maka penulis melakukan pembatasan masalah.
Dalam hal ini, penulis hanya akan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman guru mengenai materi pembelajaran dan proses pembelajaran yang berlangsung. Hal-hal tersebut meliputi: (1) Pengertian Belajar; (2) Tugas utama guru; dan (3) Pemahaman Guru tentang Materi Pembelajaran atau Pengetahuan Isi (Content Knowledge).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan permasalahan: Bagaimanakah pemahaman guru fisika tentang materi pembelajaran dan hubungannya dengan proses pembelajaran dan penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar?.
D. Tujuan Penulisan
Ada 3 tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam hal ini, antara lain adalah:
1. Mengetahui pemahaman guru terhadap materi pembelajaran.
5
2. Mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung dengan pemahaman yang dimiliki oleh guru.
3. Mengetahui hubungan antara pemahaman guru terhadap penilaian yang dilakukan oleh guru tersebut.
E. Manfaat
Manfaat yang dihasilkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Dilihat secara teoritis Secara teoritis, penulisan ini memiliki manfaat untuk penulis melihat bahwa pemahaman guru tentang materi pembelajaran memiliki hubungan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dan penilaian yang dilakukan oleh guru.
2. Dilihat secara praktis Jika dilihat secara praktis, penulisan ini dapat menambah pengetahuan peneliti bahwa sebelum melakukan proses pembelajaran diperlukan sebuah persiapan yang matang. Persiapan pembelajaran yang baik lebih mengutamakan dari sisi penguasaan materi apabila dilihat dari sisi guru pada khususnya. Jika guru telah memiliki pemahaman materi dengan baik maka akan memberikan dampak baik dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Begitu juga sebaliknya, apabila dalam pembelajaran guru tidak memahami materi dengan baik maka akan menghasilkan pembelajaran yang kurang maksimal.
6 F. Hipotesis Hasil dari penulisan ini dapat dinyatakan dalam hipotesis sebagai berikut: “ Pemahaman Guru Fisika Tentang Materi Pembelajaran Akan
Mempengaruhi Proses Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar.”
BAB II LANDASAN TEORI Dalam pembelajaran yang dianggap sebagai hal terpokok adalah guru dan
siswa. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (guru dalam http://id.m.wikipedia.org/wiki/guru). Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (siswa dalam http://id.m.wikipedia.org/wiki/siswa). Akan tetapi, kenyataan yang terjadi saat ini, guru bukanlah satu-satunya sumber pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh perkembangan teknologi saat ini yang sudah banyak menyediakan sumber-sumber pengetahuan bagi siswa.
Guru dituntut bukan hanya menjadi seorang pendidik saja, tetapi lebih menjadi pendidik yang profesional. Untuk menjadikan pendidik yang profesional maka guru harus mampu mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi serta hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan keprofesionalitasan guru tersebut. Keprofesionalan guru dapat dilihat dari salah satu faktor yang menonjol yaitu pemahaman materi atau pengetahuan isi yang tercakup dalam content
knowledge .
Dalam pembelajaran, ada dua faktor penting yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tersebut. Kedua faktor itu adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berada pada diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar diri individu yang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh), faktor Psikologi (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) dan faktor kelelahan. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, metode belajar dan tugas rumah) dan faktor masyarakat atau lingkungan.
A. Pengertian Belajar
Kegiatan pokok dari proses pendidikan adalah belajar. Oleh karena itu muncul bermacam-macam pengertian yang diungkapkan oleh para ahli pendidikan mengenai pengertian belajar itu sendiri. Selain muncul beraneka ragam pengertian belajar, muncul juga bermacam-macam jenis-jenis belajar, teori belajar dan prinsip-prinsip belajar yang diutarakan oleh para ahli tersebut.
Secara Psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Perubahan itu akan menyatu dalam seluruh aspek tingkah laku. Oleh karena itu, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010 : 2).
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar diatas diantaranya adalah perubahan yang dilakukan secara sadar, kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, permanen, bertujuan dan terarah, serta harus mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan tingkah laku yang dimiliki oleh pelaku belajar tersebut. Selain itu, belajar juga terdiri dari berbagai jenis yang antara lain adalah belajar bagian, belajar dengan wawasan, dan belajar secara global. Jenis-jenis belajar tersebut tidak terlepas dari prinsip belajar yang mendasarinya.
Menurut Wikipedia, belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya (belajar dalam http://id.m.wikipedia.org/wiki/belajar).
Belajar adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadi interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman (Wulansih, 2009: 14).
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri (Muhibbin Syah, 1995:88 dalam Wulansih, 2009:14).
Jadi dari uraian di atas, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses menuju suatu perubahan yang dipengaruhi oleh perubahan tingkah laku yang seharusnya dilakukan secara sadar oleh pelaku belajar itu sendiri. Selain itu juga, belajar yang baik adalah belajar yang didasari oleh prinsip- prinsip belajar untuk menjadikan belajar itu menjadi maksimal. Proses belajar yang akan dilakukan juga harus bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada disekitarnya.
B. Tugas Guru
Tugas guru pada saat ini bukan hanya menjadi pendidik pada proses pembelajaran. Akan tetapi, guru juga harus mampu menjadi multifungsi pada saat proses pembelajaran. Menurut Asmani (2009: 39-55) Guru memiliki beberapa fungsi dan tugas yang secara umum antara lain :
1. Sebagai pendidik
Tugas utama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran yang akan diberikan. Dalam hal ini, ilmu adalah hal terpenting atau syarat utama. Sehingga guru memerlukan kepandaian yang khusus dalam mendidik siswa didiknya menjadi lebih baik dan mampu berkembang dengan baik.
2. Sebagai leader atau pemimpin
Guru juga seorang pemimpin kelas. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai kelas, mengendalikan kelas dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Tidak hanya hal diatas yang harus dimiliki guru, guru juga harus memiliki sikap terbuka, demokratis, dan menghindari cara-cara kekerasan dalam memimpin kelas.
3. Fasilitator
Dalam hal ini, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Guru harus siap menjadi fasilitator yang demokratis profesional, karena dalam perkembangan informasi, teknologi dan globalisasi yang begitu cepat.
Hal tersebut menuntut guru untuk terus belajar meningkatkan kemampuan, siap dan mampu menjadi pengajar sepanjang hayat, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk belajar dari peserta didiknya.
4. Motivator
Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didiknya baik dilihat dari segi latar belakang keluarganya dan sebagainya. Guru adalah psikologi yang diharapkan mampu menyelami psikologi anak didiknya
5. Administrator
Tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya mulai dari saat melamar pekerjaan menjadi guru hingga menjadi guru. Tujuan dalam hal ini supaya guru mempunyai catatan terhadap anak didiknya.
6. Evaluator
Guru bukan hanya mengajar yang dalam artian menyampaikan materi kepada siswa dari guru. Akan tetapi guru juga harus menjadi evaluator yang baik dalam melihat perkembangan anak didiknya. Jadi dari penjelasan di atas, selain menjadi seorang pendidik dan penyampai pengetahuan/materi , guru juga memiliki tugas sebagai leader atau pemimpin, fasilitator, motivator, administrasi dan evaluator. Oleh karena itu, guru dituntut mampu untuk memenuhi dan menguasai hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan diemban oleh guru.
C. Pemahaman Guru Tentang Materi Pembelajaran atau Pengetahuan Isi
( Content Knowledge)Kata pemahaman berasal dari kata “ paham ” yang secara umum dapat diartikan sebagai mengerti benar atau tanggap secara benar atas sesuatu hal yang dapat berkaitan dengan pengetahuan, pendapat, pandangan dan hal-hal lain yang ingin diketahui. Akan tetapi jika kata paham tersebut kita tambahkan imbuhan pe- an sehingga menjadi kata pemahaman akan dapat diartikan sebagai proses atau perbuatan atau cara untuk mempelajari suatu hal dengan sebaik-baiknya. Dari penjelasan itu, pengertian pemahaman secara umum adalah suatu proses, cara untuk memperoleh pengetahuan dan mempelajari atau mengerti banyak hal supaya terjadi proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu secara benar.
Pemahaman bukan kegiatan berfikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam diri ke suatu situasi di dunia orang lain, sehingga dalam hal ini pemahaman merupakan suatu kegiatan pemikiran yang dilakukan secara diam-diam. Pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan yang mencerminkan sesuatu pemahaman yang termuat dalam satu komunikasi (Poesprodjo, 1987: 52-53 dalam Windiastuti, 2010: 15).
Kata pemahaman (Comprehension) atau kemampuan untuk memahami ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu, baik guru maupun siswa dituntut mampu memahami atau mengerti dengan apa yang akan diajarkan dan yang akan diajarkan, serta mengetahui apa saja yang sedang dikomunikasikan dan dapat dimanfaatkan.
Menurut Sudjana (1992: 24) pemahaman dapat dikategorikan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1. Pemahaman terjemahan.
Pemahaman terjemahan adalah pemahaman yang memiliki tingkatan paling rendah. Dimana pemahaman ini mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan konsep-konsep. Apabila hal tersebut telah dapat dilakukan oleh seseorang, maka orang tersebut telah memiliki pemahaman akan sesuatu hal namun belum baik.
2. Pemahaman penafsiran.
Pemahaman penafsiran merupakan tingkat pemahaman yang kedua. Pemahaman penafsiran yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian. Selain itu juga, pemahaman penafsiran menuntut seseorang untuk mampu membedakan hal yang pokok dan tidak pokok untuk dipahami. Dalam hal ini seseorang harus mampu mengetahui tingkat kedalaman hal yang ingin dipahaminya.
3. Pemaknaan ektrapolasi.
Tingkatan pemahaman yang terakhir adalah tingkat kemampuan untuk pemaknaan ektrapolasi. Dimana dalam hal ini, pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.
Sesuai dengan kategori yang telah dijelaskan di atas maka, diawal pembelajaran guru harus mampu menerjemahkan materi yang akan disampaikan ke dalam arti yang sebenarnya baik secara pengertian maupun penerapan prinsip-prinsip. Pada tingkatan kedua, guru harus mampu membedakan materi yang paling pokok untuk disampaikan dengan materi yang kurang pokok, walaupun pada dasarnya semua materi pembelajaran harus disampaikan. Bagian ini, digunakan untuk membantu guru dalam membagi waktu ketika menyampaikan materi tersebut di kelas. Pada tingkatan yang terakhir, guru harus mampu menyimpulkan materi yang disampaikan atau yang dipelajarinya menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pengetahuan materi (content knowledge) lebih mengacu pada jumlah dan kesatuan pengetahuan yang pada hakikatnya berada dalam pikiran seorang guru. Hal-hal yang ada dalam pengetahuan materi adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, konsep-konsep dan struktur intaktis dan substantif dari pengetahuan (Sarkim, 2005 dalam Windiastuti 2010: 18).
Menurut Schwab, (dalam Suwido, 2010: 20) kesimpulan untuk pengetahuan isi diperoleh dari struktur substantif dan struktur sintaktis.
Struktur substantif adalah variasi cara yang mana merupakan konsep dasar dan prinsip-prinsip yang pada faktanya merupakan penggabungan mata pelajaran. Struktur sintaktis dari mata pelajaran adalah dengan penentuan cara oleh guru dimana dengan melihat kebenaran atau kesalahan, berlaku atau tidak berlakunya mata pelajaran atau materi yang akan disampaikan oleh guru.
Pemahaman materi yang dimiliki oleh guru akan mempengaruhi proses pembelajaran yang akan berlangsung. Materi yang akan disampaikan perlu di identifikasi terlebih dahulu oleh guru. Pengidentifikasian tersebut meliputi pembelajaran, literatur dan latar belakang pendidikan guru. Guru tidak hanya harus mampu mengidentifikasikan bagi siswa kebenaran yang bisa diterima dalam sebuah lingkup tertentu. Mereka juga harus mampu menjelaskan mengapa proporsisi/ teori tertentu yang dianggap diperlukan, perlu untuk diketahui, dan bagaimana hal ini berkaitan dengan teori lain, baik dalam hal disiplin ilmu maupun tidak, baik dalam teori maupun praktik.
Sebagai sebuah konsep dari pengetahuan isi pedagogis (PCK) pada awalnya diperkenalkan oleh Lee Shulman dalam 1986 di dalam artikelnya yang berjudul: “Those Who understand: Growth of Knowledge in
Teaching” (Mereka Yang Memahami: Pertumbuhan Pengetahuan dalam
Pengajaran) (Shulman, 1986). Di dalam artikel tersebut, ia menulis:
Ada tiga bentuk pengetahuan guru, yaitu pengetahuan proposisional, pengetahuan kasus dan pengetahuan strategis. Ketiga pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang didasarkan pada sebuah analisis konseptual pengetahuan bagi guru yang juga didasarkan pada kerangka kerja untuk mengklasifikasikan lingkup dan kategori pengetahuan guru tersebut. Pengetahuan isi untuk mengajar adalah pengetahuan yang berwujud aspek dari isi paling berhubungan erat kepada sifat fleksibelnya untuk digunakan dalam mengajar. Aspek- aspek yang termasuk didalam pengetahuan isi untuk mengajar tersebut adalah topik yang sering diajarkan (topik pokok), bentuk yang paling bermanfaat, pembelajaran dengan menggunakan penganalogian (pemisalan) yang kuat, dan penjelasan formal serta pemahaman mengenai materi pembelajaran yang lebih spesifik.
Aspek-aspek yang diungkapkan oleh Shulman inilah yang dijadikan acuan oleh peneliti dalam mengidentifikasi pemahaman materi yang dimiliki oleh guru. Hal ini dikarenakan aspek-aspek tersebut lebih mencakup bagian-bagian pemahaman materi yang dimiliki oleh guru dan yang ingin diketahui oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti menggunakan urutan aspek-aspek tersebut menjadi penjelasan formal, pemahaman mengenai materi yang lebih spesifik, topik yang paling sering diajarkan (topik pokok), bentuk pembelajaran yang paling bermanfaat dan pembelajaran dengan menggunakan penganalogian (pemisalan) yang kuat.
Pengurutan ini digunakan supaya pemahaman materi yang dimiliki oleh
Aspek-aspek yang diungkapkan oleh Shulman akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Penjelasan formal
Penjelasan formal adalah penjelasan yang dilakukan oleh guru ketika menjelaskan materi dengan menggunakan kata-kata resmi dan mudah dipahami oleh siswa. Banyak kejadian dimana guru yang mengajar di daerah akan lebih sering menggunakan bahasa daerah setempat, mungkin untuk beberapa hal akan sangat membantu guru untuk menjelaskan materi menjadi lebih mudah untuk dimengerti, tetapi disisi lain, hal tersebut akan menghambat penyampaian materi dengan baik.
Dalam buku panduan atau buku pegangan guru telah dirumuskan materi-materi dengan menggunakan bahasa dan kata-kata yang formal.
Oleh karena itu, guru juga harus mampu menyampaikan hal tersebut dengan menggunakan penjelasan yang bersifat formal. Hal ini digunakan untuk membantu menyamakan persepsi dan pemahaman yang akan diterima oleh siswa sehingga tidak terjadi miskonsepsi pada diri siswa mengenai materi yang diajarkan oleh guru.
Selain itu, maksud dari penjelasan formal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam memahami konsep materi itu sendiri. Semakin baik pemahaman konsep yang dimiliki oleh seorang guru maka akan semakin baik juga penjelasan yang akan diberikan guru dan tentunya penjelasan tersebut akan semakin jelas dan mudah dipahami oleh siswa. Namun sebaliknya, apabila seorang guru belum memahami benar konsep yang terkandung dalam suatu materi maka penjelasan yang akan diberikan pun akan semakin sedikit dan berbelit- belit. Hal tersebut akan mempersulit siswa dalam memahami materi tersebut.
2. Pemahaman mengenai materi pembelajaran menjadi lebih spesifik.
Pemahaman guru mengenai materi pembelajaran juga dapat dilihat dari cara guru membagi topik pembelajaran menjadi lebih spesifik lagi.
Materi pembelajaran dibagi menjadi 3 jenis yaitu materi pembelajaran yang memiliki tingkat kesulitan rendah, materi dengan tingkat kesulitan sedang dan materi dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Guru perlu mengetahui jenis tingkatan materi yang disampaikannya. Ketiga tingkatan pada materi tersebut akan mempengaruhi proses pembelajaran yang akan berlangsung apabila guru kurang mengetahui tingkatan yang dimiliki oleh materi/topik yang akan disampaikannya.
Dalam penentuan tingkatan topik pembelajaran menjadi lebih spesifik dilihat dari beberapa hal yang berkaitan dengan situasi dan kondisi siswa yang akan menerima pembelajaran tersebut. Menurut Terisi Cyber, materi pembelajaran dapat di klasifikasikan ke dalam empat jenis (klasifikasi materi pembelajaran dalam http://terisicyber75.blogspot.com/2012/03/klasifikasi-materi- pembelajaran-menjadi.html) yaitu fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
Pada umumnya, materi dibagi menjadi dua hal yaitu materi yang berisikan konsep dan materi yang berisikan hitungan (persamaan- persamaan maupun rumus). Banyak pendapat yang mengatakan bahwa materi yang berisi hitungan akan sulit untuk dipahami oleh siswa dan guru akan lebih sulit dalam menyampaikan materi tersebut pada siswa. Akan tetapi, tidak seluruhnya pendapat tersebut tepat, ada pula yang mengatakan akan lebih sulit menghafal dibandingkan dengan menghitung.
Pembuatan topik pembelajaran menjadi lebih spesifik akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi pada siswa. Dalam proses penyampaian materi, guru juga perlu memperhatikan metode yang akan digunakan. Metode adalah alat/cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi/topik pembelajaran. Penentuan metode pembelajaran juga berkaitan dengan tingkatan dan spesifikasi topik/materi yang baik oleh guru agar isi pembelajaran tersampaikan dengan baik dan benar. Oleh karena itu, guru harus memahami lebih dalam lagi untuk menspesifikasikan topik/materi pembelajaran yang akan disampaikan agar isi materi tersampaikan dengan benar.
3. Topik yang paling sering diajarkan (topik pokok).
Materi pembelajaran adalah hal terpenting yang harus disampaikan oleh guru dengan baik. Dimana baik disini diartikan bahwa materi tersebut dapat tersampaikan dengan benar sesuai dengan konsep dan hal yang seharusnya tersampaikan pada siswa. Oleh karena itu, guru harus mengerti benar akan materi yang harus disampaikannya. Secara umum, materi pembelajaran telah dibagi menjadi per bab. Dimana setiap babnya telah dibagi lagi menjadi sub-bab. Akan tetapi, materi yang telah dibagi menjadi dalam bab-bab tersebut tidak seluruhnya adalah materi yang pokok dan wajib diajarkan secara mendalam. Apabila guru telah mengerti dan memahami akan materi yang diajarkannya, maka guru tersebut akan mengetahui bagian-bagian materi yang pokok untuk diajarkan dan harus tersampaikan pada siswa dengan penekanan yang khusus dan mendalam.
Topik pokok disini adalah topik /materi yang harus diajarkan oleh guru dikarenakan topik/materi tersebut adalah topik atau materi yang dianggap sebagai dasar dari keseluruhan topik/materi. Topik pokok ini akan tampak dari tingkat seringnya topik/materi tersebut diajarkan oleh guru. Pemilihan topik pokok tidak hanya dipilih begitu saja, melainkan guru harus mengetahui juga mengapa topik tersebut menjadi pokok dan mengapa perlu diketahui lebih mendalam. Pemilihan topik yang akan diajarkan dengan lebih mendalam dan sering diajarkan dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya topik tersebut selalu muncul pada ujian nasional untuk siswa kelas XII atau topik tersebut memiliki kaitan dengan topik lainnya mungkin pada pelajaran yang sama maupun pelajaran lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, topik pokok adalah topik/ materi yang sering dan penting untuk diajarkan. Guru yang memiliki pemahaman materi yang baik akan mengetahui pokok-pokok yang terpenting pada suatu materi. Hal tersebut akan membantu guru dalam menyampaikan materi pada siswa ketika mengajar di kelas. Hal yang tampak dari kategori ini adalah seringnya guru melakukan pengulangan ketika menyampaikan materi. Selain itu, hal lain yang menunjukan bahwa materi tersebut adalah topik pokok yaitu ketika guru menjelaskan, guru memberikan penekanan khusus pada topik atau materi tersebut.
4. Bentuk pembelajaran yang bermanfaat.
Bentuk pembelajaran adalah desain pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi. Dalam proses penyiapan pembelajaran, hal yang harus diperhatikan tidak hanya supaya materi dapat tersampaikan pada siswa dari awal sampai akhir dan seluruh materi tersampaikan, tetapi dalam penyiapan proses pembelajaran diperlukan bentuk pembelajaran yang dapat bermanfaat bagi guru maupun siswa. Maksud dari bentuk pembelajaran yang bermanfaat adalah bentuk pembelajaran yang dapat menghasilkan suatu pencapaian yang maksimal dan materi yang disampaikan akan berguna dan tepat sasaran.
Bentuk pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran secara umum berkaitan dengan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi. Apabila metode yang digunakan adalah metode yang tepat, maka materi yang dipelajari pun akan menjadi tepat saji dan tersampaikan dengan baik, dan begitu juga sebaliknya. Pemilihan metode juga harus memperhatikan situasi yang akan dihadapi oleh guru ketika menyampaikan materi dengan menggunakan metode tersebut.
Guru perlu mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan penggunaan metode yang digunakannya.