NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SALAT TAHAJUD (Kajian Surat al-Israa’ Ayat 79 dan al-Muzzammil Ayat 1-4) - Test Repository

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

SALAT TAHAJUD

(Kajian Surat al- Israa’ Ayat 79 dan al-Muzzammil Ayat

  

1-4)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

  (S. Pd. I) Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

MUHAMMAD MUKHIB

  

NIM 11111091

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

SALAT TAHAJUD

(Kajian Surat al- Israa’ Ayat 79 dan al-Muzzammil Ayat

  

1-4)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

  

Oleh

MUHAMMAD MUKHIB

NIM 11111091

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

  

MOTTO

ّّنإ ّ ِّف ّ ِّليللا ّ

  ةَعاَسل ّ َّلّ اَهقِفاَوُ ي

  ّ ٌّلُجَر ّ ٌّمِلْسُم

  ّ ُّلأْسَي ّ ُّللا

  ّ اًرْ يَخ ّ ّْنِم

  ّ ِّرْمأ ّ اَيْ نّدلا

  ّ ِّةَرِخَلاَو ّ

  لإ ّ ُّهاطْعأ ّ ُّهاّيإ

  

ّ

َّكِلذَو ّ ّّلك

  ّ ٍّةلْيَل

  “Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan

  

do‟a pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu

tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku

setiap malamnya.” (HR. Muslim no. 757)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan mimpiku:

  1. Bapak dan Ibu yang telah memberikan mahkota kasih sayangnya kepadaku dari aku kecil yang tak mengerti apa-apa hingga kini aku mengerti makna hidup.

  2. Bapak KH. Drs. Nasafi, M.Pd.I yang telah memberikan motifasi, dorongan serta ilmu-ilmu yang berguna bagi saya hingga dapat menentukan langkah kebenaran.

  3. Sahabat kampusku Taufiq, Ibad, dan Saeful yang telah setia menemani dan menjalin persahabatan yang utuh.

  4. Teman-teman PAI C angkatan 2011 seperjuangan yang telah memberikan banyak kenangan.

  5. Teman-teman Pondok Pesantren Nurul Asna seperjuangan yang telah memberikan banyak kenangan.

  6. Mazida Wardati yang selalu memeberikan semangat dan mendorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr.Wb.

  Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga .

  Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI.

  4. Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik.

  5. Bapak Wahidin, S.Pd.I., M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis skripsi ini.

  6. Bapak ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Bapak dan ibu serta saudara-saudara di rumah yang telah mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dan penyusunan skripsi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

  Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun. Hanya untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka serta membalas semua amal baik yang telah diberikan kepada penulis.

  Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

  Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

  Salatiga, 27 Januari 2016 Penulis Muhammad Mukhib NIM 11111091

  

ABSTRAK

Mukhib, Muhammad. 2016. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Salat

Tahajud (Kajian Al- Qur’an Surat al-Israa’ Ayat 79 Surat al- Muzzammil Ayat 1-4 )”. Program Studi S1 PAI Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing Wahidin, S.Pd.I., M.Pd.

  Kata Kunci: Nilai, Pendidikan, Akhlak, Salat Tahajud Salat tahajud mempunyai kedudukan yang sangat penting setelah salat fardlu, ibadah salat tahajud dapat memberikan suatu keberuntungan bagi jiwa manusia, karena salat adalah sebagai penenang jiwa orang-orang yang gelisah, apalagi waktu pelaksanaanya pada waktu yang tenang. Disisi lain, salat merupakan ibadah yang dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar, salat juga dapat membentuk pribadi muslim yang berakhlak mulia. Pokok permasalahan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam salat tahajud yang terkandung dalam surat al-

  Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4 dan implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam salat tahajud dalam ayat tersebut dikaitkan dengan konteks kekinian.

  Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam salat tahajud surat al- Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4) 2) mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam salat tahajud surat al- Israa‟ ayat 79 dan surat al-Muzzammil ayat 1-4 dengan konteks kekinian.

  Penelitian ini menggunakan metode library research, yaitu penelitian tersebut dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan objek penelitian, dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik yang primer maupun yang sekunder, dicari dari sumber-sumber kepustakaan. Dalam penarikan kesimpulan penulis menggunakan metode

  maudhu‟i. Metode maudhu‟i adalah

  membahas ayat-ayat al- Qur‟an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam salat tahajud terdapat nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu beribadah kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, melaksanakan ajaran Rasulullah Saw dan Berakhlak baik kepada dirinya sendiri. Adapun implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam salat tahajud surat al-

  Israa‟ ayat 79 dan surat al- Muzzammil ayat 1-4 dengan konteks kekinian, yaitu diangkat derajat nya ke tempat terpuji, memperoleh cinta Allah SWT, menenangkan jiwa, menyehatkan raga, merawat ketampanan dan kecantikan dan meningkatkan sumber daya manusia agar saling berkompetisi dan berlomba-lomba dalam kebaikan.

  DAFTAR ISI

  Sampul ..............…………………………………………………..……. i Halaman Berlogo …………………………………………………..…. ii Halaman Judul …………………………………………………..…….. iii Halaman Persetujuan Pembimbing

  ……………………………..……… iv Halaman Pengesahan Kelulusan

  ………………………………………. v Halaman Pernyataan Keaslian Tulisan

  ………………………………… vi Halaman Motto..... ..........................…………………………………….. vii

  Halaman Persembahan....................…………………………………….. viii Kata Pengantar

  …………………………………………………………. ix Abstrak

  …………………………………………………………………. xi Daftar Isi ……………………………………………………………….. xii Daftar Lampiran ......................................................................................... xv

  BAB 1 PENDAHULUAN ……… ……………………………………… 1 A.

  Latar Belakang Masalah ….……………………………………… 1 B. Rumusan Masalah ……….……………………………………..... 4 C. Tujuan Penelitian....….…………………………………………… 4 D.

  Penegasan Istilah ......……………………………………………. 5

  E.

  Manfaat Penelitian ......................................................................... 9 F. Metode Penelitian .......................................................................... 10 G.

  Sistematika Penulisan .................................................................... 13

  BAB II LANDASAN TEORI

  15 A. Pengertian Nilai............................................................................... 15 B. Pendidikan Akhlak.......................................................................... 17 C. Salat Tahajud................................................................................... 23 D. Kompilasi Ayat Salat Tahajud........................................................ 28

  BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH ……………........... 35 A.

  Asbabun Nuzul …………………..………………….................... 35 1.

  Surat al-Muzzammil ayat 1-4................................................... 37 B. Munasabah ……………………………………............................. 38 1.

  Munasabah Surat al-Israa‟ ayat 79 dengan Surat al-Muzzammil ayat 1-4.................................................... 39

  BAB IV PEMBAHASAN …………........................................................... 41 A.

  Pandangan Beberapa Ahli Tafsir Terhadap Ayat 79 (al-Israa‟) dan Ayat 1-4 (al-Muzzammil).......................................................... 41

  1. Tafsir Surat al-Israa‟ Ayat 79.................................................... 41 2.

  Tafsir Surat al-Muzzammil Ayat 1-4......................................... 46 B. Nilai Pendidikan Akhlak Yang Diajarkan Dalam al-Qur‟an

  Surat al- Israa‟ ayat 79...................................................................... 54 1.

  Akhlak Beribadah Kepada Allah.............................................. 54

  2. Akhlak Menjalankan Ajaran Rasulullah Saw........................... 55 C. Nilai Pendidikan Akhlak Yang Diajarkan Dalam al-Qur‟an

  Surat al-Muzzammil ayat 1-4.......................................................... 56 1.

  Akhlak Terhadap Diri Sendiri................................................... 57 2. Akhlak Terhadap Sesama Muslim.............................................. 58 D. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al-Qur‟an

  Surat al- Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4 Dikaitkan

  Dengan Konteks Kekinian................................................................ 59

  BAB V PENUTUP …………….....……………………………………..... 65 A.

  Kesimpulan ……..…………………………………………….......... 65 1.

  Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Yang Diajarkan Dalam al-Qur‟an Surat al-

  Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil 1-4 .............................. 65 2. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Salat

  Tahajud Kajian al- Qur‟an Surat al-Israa‟ ayat 79 dan Surat al-Muzzammil ayat 1-4 Dikaitkan Dengan Konteks Kekinian....... 66

  B.

  Saran-saran ........................................................................................ 67 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS NOTA PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR KONSULTASI SKK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang sempurna. Seluruh ajarannya bersumber

  dari wahyu Ilahi yang tidak akan berubah sampai kapanpun. Allah SWT telah memberikan aturan-aturan dengan rinci. Dengan aturan-aturan itu, seluruh problem makhluk-Nya dalam situasi dan kondisi apapun dapat terselesaikan dengan tuntas tanpa ada yang dirugikan. Aturan-aturan Islam senantiasa memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia, sebab Islam lahir dari Dzat yang menciptakan manusia. Dia Maha tahu atas hakikat mahluk yang diciptakan-Nya.

  Di zaman globalisasi ini kecanggihan dunia modern dengan teknologi dan informasinya, ternyata tidak diikuti kemajuan dibidang akhlak. Dunia semakin maju tetapi disisi lain manusia kian terbelakang. Manusia berhasil mencapai cita-citanya di dunia, tapi ia gagal memikirkan nasib dirinya di akhirat kelak. Fakta dari fenomena yang ada merupakan wujud kesuksesan Yahudi dan Nasrani untuk menghancurkan akhlak generasi Islam dan menjauhkan mereka dari kaidah hukum Islam yang sebenarnya. Sangat disesalkan kenyataan yang kita dapatkan disekitar kita. Banyaknya umat islam yang lalai dalam membina pendidikan akhlak membuatnya mengabaikan perintah Allah SWT. Dan malah mendekati laranan-larangan-Nya sehingga membuat akhlak seseorang melebihi batasnya di dalam hawa nafsu, maka supaya dilemahkan keinginan ini dengan tidak mementingkan kepada keduniaan.

  Islam telah memerintahkan salat dan rasul pembawa rahmat Saw telah menjelaskannya, kemudian diikuti oleh para sahabat, tabi‟in dan para imam agama Islam (Mahmud ash-shawwaf, 2007:38). Salat mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Islam, dan merupakan fondasi yang kukuh bagi tegaknya agama Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

  ( ٕ٘ٗٔ ّ:ةرنمّ، ٔ٩٩١ ّ.ىذمرت(ُّداَهِْلْاِّوِماَنَسُّةَوْرِذَوُّة َلََّصلاُّهُدوُمَعَوُّم َلَْسِْلْاِّرْمَْلْاُّسْأَر

  Artinya : Pokok dari perkara agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad.

  Tujuan salat adalah pengakuan hati bahwa Allah SWT sebagai pencipta adalah Mahaagung, dan pernyataan patuh terhadap-Nya serta tunduk atas kebesaran dan kemuliaan-Nya, Tuhan Yang Mahakekal dan Mahaabadi. Bagi orang yang melaksanakan salat dengan khusyuk dan ikhlas, hubungan dengan Allah SWT akan kukuh, kuat, dan mampu beristiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT, dan menjalankan ketentuan yang digariskan-Nya (Sholeh, 2006:109). Dengan melaksanakan ibadah salat wajib kita sebagai umat Islam jangan merasa puas dengan pahala yang sudah didapatkan melainkan juga harus melaksanakan ibadah salat sunah sebagai ibadah tambahan kebaikan bagi umat Islam yang senantiasa melaksanakan.

  Sejarah mencatat bahwa ibadah mahdah yang pertama diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw sebelum diperintahkan ibadah yang lain adalah salat tahajud (Sholeh, 2006:110). Sebagaimana sabda Rasulullah saw :

  ُّوَنو ُّعْدَتّيِذَّلاِّوَّللاُّرْهَشَّناَضَمَرَّدْعَ بِّماَيِّصلاُّلَضْفَأَوِّلْيَّللاُّة َلََصِّةَضوُرْفَمْلاَّدْعَ بٍّة َلََصُّلَضْفَأ ( ٔٓٗ٩ٗ ّ:ةرنمّ، ٔ٩٩١

  ّ.دحما(َّمَّرَحُمْلا

  Artinya: Shalat yang paling utama setelah shalat fardlu adalah shalat malam, dan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadlan adalah bulan Allah yang kalian sebut dengan Muharram.

  Jadi salat tahajud mempunyai kedudukan yang sangat penting setelah salat fardlu, yaitu jelas dasar hukumnya untuk diamalkan oleh setiap umat Islam yang pengamalannya dilakukan pada malam hari (tengah malam).

  Dengan demikian, betapa pentingnya amalan tersebut untuk dikerjakan pada malam hari akan menimbulkan ketenangan dan kekhusyukan bagi orang yang melaksanakannya. Hal ini disebabkan karena waktu malam hari merupakan saat yang tenang dan panjang untuk bermunajat dan bertaqarrub kepada Allah SWT. Ibadah salat tahajud juga memberikan suatu keberuntungan bagi jiwa manusia, karena salat adalah sebagai penenang jiwa orang-orang yang gelisah, apalagi waktu pelaksanaanya pada waktu yang tenang. Disisi lain, salat merupakan ibadah yang dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar, salat juga dapat membentuk pribadi muslim yang berakhlak mulia.

  Salat tahajud diyakini dapat meningkatkan produktifitas kerja yang berbasis spiritualitas. Salah satu progam untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang andal secara intelektual, emosional, dan spiritual adalah membiasakan salat tahajud pada setiap malamnya untuk berkompetisi dan berlomba-lomba dalam kebaikan agar selalu memperoleh berbagai kemuliaan (Fadhil, 2011:137).

  Berangkat dari fenomena di atas, mendorong penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

  Dalam Salat Tahajud (Kajian atas surah Surat al-Isra a’ ayat 79 dan al-Muzzammil 1- 4)” B. Rumusan Masalah

  Mengacau dari uraian di atas, maka selanjutnya penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut. Hal tersebut antara lain:

  1. Bagaimana nilai pendidikan akhlak yang diajarkan dalam surat al- Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4?

  2. Bagaimana Implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat al- Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4 dikaitkan dengan konteks kekinian?

C. Tujuan penelitian

  Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat di tetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

  1. Untuk memperoleh deskripsi tentang nilai pendidikan akhlak dalam salat tahajud yang terkandung dalam al- Qur‟an surat al-

  Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4.

  2. Untuk memperoleh deskripsi implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam salat tahajud dalam al- Qur‟an surat al-Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4 dikaitkan dengan konteks kekinian khususnya pendidikan akhlak kepada Allah SWT dan manusia.

D. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain:

  1. Nilai Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga preferensinya tercermin dalam prilaku, sikap, dan perbuatan- perbuatannya (Maslikhah, 2009:106). Sehingga, nilai dapat diartikan sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006:801).

  2. Pendidikan akhlak Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:263)

  Pendidikan dalam bahasa Inggris “education”, berakar dari bahasa Latin “educare” yang dapat diartikan pembimbingan berkelanjutan (to lead forth). Sedangkan dalam arti luas pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan, yang kemudian mendorong segala potensi yang ada di dalam diri individu (Suhartono, 2006:79).

  Sedangkan akhlak secara etimologis, kata akhlak adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab al-Akhlâq. Ia merupakan bentuk jamak dari kata al-Khuluq yang berarti budi pekerti, tabiat atau watak. Selanjutnya arti ini sering di sepadankan (disinonimkan) dengan kata: etika, moral, kesusilaan, tata karma atau sopan santun (Abdul Halim, 2000:8).

  Dengan demikian, makna kata akhlak merupakan sebuah kata yang digunakan untuk mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian diukur dengan baik atau buruk. Dan dalam Islam, ukuran yang digunakan untuk menilai baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran Islam itu sendiri (al-

  Qur‟an dan al-Hadits) (Abdul Halim, 2000:9).

  , akhlak ialah perbuatan-perbuatan

  Secara terminologis

  seseorang yang telah mempribadi, dilakukan secara berulang-ulang atas kesadaran jiwanya tanpa memerlukan berbagai pertimbangan dan tanpa adanya unsur pemaksaan dari pihak lain (Abdul Halim, 2000:12).

  Ada dua jalur akhlak yang dihadapi manusia dalam hidupnya, yaitu:

1. Jalur akhlak yang bersifat vertikal, yaitu jalur akhlak manusia dengan Tuhan.

  2. Jalur akhlak yang bersifat horizontal, yaitu jalur akhlak manusia sesama manusia dan manusia dengan alam sekitar (Tatapangarsa, 1980:18)

  Dari uraian di atas menunjukkan jalur akhlak yang harus dihadapi manusia. Akan tetapi penulis akan membahas jalur akhlak manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesama manusia.

  Yang dimaksud pendidikan akhlak disini adalah suatu proses perbaikan, perawatan, dan pengurusan terhadap pihak yang dididik dengan menggabungkan unsur-unsur pendidikan khususnya pendidikan akhlak sehingga ia menjadi matang dan mencapai tingkat sempurna yang sesuai dengan kemampuan.

3. Salat tahajud

  Salat rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah SWT, yang wajib diakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:983). Salat secara bahasa berarti doa. Ibadah salat dinamai doa karena dalam salat itu mengandung doa (Sholeh, 2006:108).

  Tahajud berasal dari kata al-Hujud, yang mengandung arti bangun dari tidur (Hanif al-fajar, 2009:83). Salat tahajud artinya salat sunah yang dikerjakan pada waktu malam hari dan dilaksanakan setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar (Sholeh, 2006:109). Salat tahajud hukumnya adalah sunah muakad. Orang yang melaksanakan salat tahajud disebut mutahajjid. Salat tahajud adalah salat sunah yang dikerjakan di sepertiga malam yang terakhir, di mana orang yang terbiasa dengannya mendapat predikat sebagai orang shalih, sedangkan tujuan dari salat tahajud adalah untuk melengkapi, berdoa, dan bermunajat kepada Allah SWT terhadap berbagai kebutuhan dan keperluan kita sebagai seorang manusia (Muhyidin, 2009:57).

4. Al-Qur‟an surat al-Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4

  Surat al- Israa‟ (perjalanan malam) adalah surat ke tujuh belas setelah surat an-Nahl dalam susunan al-

  Qur‟an, yang terdiri dari 111 ayat, termasuk dalam golongan surat makkiyah. Adapun ayat 79 menjelaskan tentang seruan untuk melaksanakan salat tahajud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu agar tidak selalu puas terhadap amalan ibadah wajib dan membuat umat muslim untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

  Sedangkan surat al-Muzzammil (orang yang berselimut) merupakan surat ke tujuh puluh tiga setelah surat al-Jin yang terdiri dari 20 ayat, termasuk dalam golongan surat makkiyah. Adapun ayat 1-4 menjelaskan tentang perintah untuk melaksanakan sembahyang di malam hari. Jadi, maksud dari pengertian diatas adalah bahwasannya penulis ingin mengungkap nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat al-

  Israa‟ ayat 79 dikaitkan dengan surat al-Muzzammil ayat 1-4 karena dalam surat tersebut menjelaskan tentang perintah melaksanakan salat tahajud di waktu sepertiga malam yang terakhir. Dengan ayat-ayat di atas Allah SWT memuji orang-orang yang bangun di waktu malam lalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan berzikir, berdoa, beristighfar dan beribadah kepada-Nya di tengah malam. Sehingga, dengan demikian seseorang benar-benar bisa menjadi pribadi yang berakhlak mulia dihadapan Allah SWT maupun sesama umat Islam.

E. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat teoritis a.

  Memberikan sumbangsih pemikiran ilmu pada umumnya dan pendidikan akhlak pada khususnya, terutama mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak dalam salat tahajud kajian al-

  Qur‟an surat al- Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4.

  b.

  Penelitian ini ada implementasinya dengan Ilmu Agama Islam khususnya Program Studi Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna menambah literature atau bacaan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam salat tahajud kajian al- Qur‟an surat al-Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4.

  c.

  Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat umumnya kepada penulis khususnya untuk mengetahui dan mendalami serta mengamalkan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam salat tahajud yang terkandung dalam al- Qur‟an surat al-Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4 khususnya pendidikan akhlak terhadap Allah SWT dan manusia.

2. Manfaat praktis

  Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat dipergunakan sebagai berikut: a.

  Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi guru maupun pendidik dalam mensosialisasikan pendidikan akhlak dalam salat tahajud sesuai dengan aturan ajaran Islam.

  b.

  Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan khususnya bagi para siswa agar dapat mengaplikasikan pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

F. Metode penelitian

  Dalam penulisan skripsi ini, digunakan beberapa teknik untuk sampai pada tujuan penelitian, teknik tersebut meliputi:

  1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti tergolong penelitian pustaka (library research), penelitian tersebut dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan objek penelitian, dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik yang primer maupun yang sekunder, dicari dari sumber-sumber kepustakaan (seperti buku, majalah, artikel, jurnal) (Kuswaya, 2009:11).

  2. Pendekatan penelitian.

  Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode tematik, tafsir tematik atau disebut dengan tafsir

  maudhu‟i yaitu

  membahas ayat-ayat al- Qur‟an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan.

  Menurut Baidan, (2000:152), dijelaskan bahwa dalam penerapan metode tematik atau

  Maudhu‟i, ada beberapa langkah yang harus di

  tempuh oleh mufasir. Antara lain sebagai berikut: a.

  Menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan judul tersebut sesuai dengan kronologi urutan turunnya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya ayat yang mansukhah, dan sebagainya.

  b.

  Menelusuri latar belakang turun (asbab nuzul) ayat-ayat yang telah dihimpun (kalau ada).

  c.

  Meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang dipakai dalam ayat tersebut, terutama kosa kata yang menjadi pokok permasalahan di dalam ayat itu. Kemudian mengkajinya dari semua aspek yang berkaitan dengannya, seperti bahasa, budaya, sejarah, munasabat, pemakaian kata ganti (dhamir), dan sebagainya.

  d.

  Mengkaji pemahaman ayat-ayat itu dari pemahaman dari aliran dan pendapat para mufasir, baik yang klasik maupun yang kontemporer. e.

  Semua itu dikaji secara tuntas dan saksama dengan menggunakan penalaran yang objektif melalui kaidah-kaidah tafsir yang

  mu‟abar, serta didukung oleh fakta (kalau ada), dan argumen-

  argumen dari al- Qur‟an, hadits, atau fakta-fakta sejarah yang dapat ditemukan.

  Walaupun di atas dijelaskan menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan judul sesuai dengan kronologi urutan turunnya.

  Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas surat al- Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4. Yaitu karena adanya hubungan persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang sebelum dan sesudahnya.

3. Teknik pengumpulan data.

  Metode yang digunakan peneliti adalah metode yang bersifat

  library research dalam pengumpulan data yang akan digunakan untuk

  penelitian, maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian: a.

  Sumber data primer, yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan penelitian yaitu al- Qur‟an surat al-Israa‟ ayat 79 dan al-

  Muzzammil ayat 1-4 beserta tafsirnya baik berupa hadits-hadits maupun penjelasan dan Tafsir para Ulama‟ diantaranya adalah Tafsir al-Misbah karya Prof. Dr. Quraish Shihab, Tafsir Ibnu Katsir karya karya Muhammad Nasib Ar-

  Rifa‟i, Tafsir Muyassar karya Dr. „Aidh al-Qarni dan Al-Qur‟an dan Tafsirnya karya Departemen Agama RI. b.

  Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data sekunder berupa buku-buku pendidikan orang tua pada anak, internet, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini.

4. Metode analisis Analisis non-statis sesuai untuk data deskriptif atau data textual.

  Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu analisis macam ini juga disebut analisis isi (content analysis) (Suryabrata, 1995:85). Disini peneliti menggunakan metode content

  analysis dalam menguraikan makna yang terkandung dalam redaksi al-

  Qur‟an, setelah itu dari hasil interpretasi tersebut dilakukan analisa secara mendalam dan saksama guna menjawab permasalahan yang ada dari rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh peneliti.

G. Sistematika Penulisan Skripsi.

  Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut:

  Bab I pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II Landasan Teori: Kajian Pustaka dan Kompilasi ayat-ayat. Pada bab ini menjelaskan tentang pengertian nilai, pengertian pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak, ruang lingkup pendidikan akhlak, pengertian salat tahajud, waktu pelaksanaan salat tahajud, bilangan rekaat salat tahajud, variasi bobot bacaan ayat dalam salat tahajud, etika salat tahajud dan kompilasi ayat-ayat surat tahajud.

  Bab III Asbabun nuzul dan munasabah. Pada bab ini dijabarkan tentang asbabun nuzul (sejarah turunnya ayat-ayat suci al- Qur‟an) dan munasabah (keterkaitan dan keterpaduan hubungan antara bagian-bagian ayat, ayat-ayat, dan surah-surah dalam al-

  Qur‟an) dari ayat-ayat al-Qur‟an surat al- Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil 1-4.

  Bab IV Pembahasan. Pada bab ini memaparkan tentang tafsir al- Qur‟an surat al-Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4. Pada bab ini akan dibahas tentang tafsir al- Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4 secara umum, tafsir al-

  Qur‟an surat al-Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil ayat 1-4 dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir karya Muhammad Nasib Ar- Rifa‟i, tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab dan tafsir Muyassar karya Dr. „Aidh al-Qarni. Pada bab ini pula akan dibahas nilai-nilai pendidikan akhlak dan implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dikaitkan dengan konteks kekinian yang diajarkan dalam al-

  Qur‟an surat al- Israa‟ ayat 79 dan al-Muzzammil 1-4.

  Bab V Penutup, Simpulan Dan Saran. Bab penutup yang memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting dan daftar pustaka.

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Nilai A. Secara garis besar nilai dibagi menjadi dua kelompok yaitu nilai-

  nilai nurani (values of being) dan nila-nilai memberi (values of giving) (Elmubarok, 2009:7). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain, yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesusaian. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipratikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan, yang termasuk pada kelompok nilai-nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil, dan murah hati (Elmubarok, 2009:7).

  Adapun pengertian nilai menurut beberpa ahli (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1998:110) adalah sebagai berikut: 1.

  Menurut Young, nilai diartikan sebagai asumsi-asumsi yang abstrak dan sering didasari hal-hal penting.

  2. Green, memandang nilai sebagai kesadaran yang secara koletif berlangsung dengan didasari emosi terhadap objek, ide dan perseoragan.

3. Woods, mengatakan bahwa nilai merupakan petunjuk-petnjuk umum

  yang telah berlangung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasaan dalam kehidupan sehari sehari-hari.

  4. Dalam pengertian lain, nilai adalah konsepsi-konepsi abstrak dalam diri manusia atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap baik dan benar serta hal-hal yang dianggap buruk dan salah.

  Lubis (2009:16-18) menulis penggertian nilai yang dikemukakan dari beberapa tokoh seperti, Milton Roceach dan James Bank dalam Kartawisatra (1980:1) mengatakan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercaya. Sementara itu menurut Frankel nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan dan dipertahankan.

  Adapun Sidi Gazalba (Lubis, 2009:17-18) mengartikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai bukan konkrit, bukan fakta, tidak hanya sekedar soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, yang disenangi dan yang tidak disenangi. Nilai itu terletak antara hubungan subjek dan objek. Seperti garam, emas Tuhan itu tidak bernilai bila tidak ada subjek yang meniai. Garam menjadi berarti setelah ada orang yang membutuhkan, emas menjadi berharga setelah ada orang yang mencari perhiasan, dan Tuhan akan menjadi berarti setelah ada makhluk yang membutuhannya. Tetapi nilai juga terletak pada barang

  (objek), nilai ketuhanan karena dalam dzat Tuhan terdapat sesuatu yang sangat berharga bagi manusia, dan dalam logam emas terdapat zat yang tidak lapuk, antikarat dan jenis keindahaan lainnya yang sangat berharga bagi manusia.

  Nilai juga diartikan sebagai suatu sasaran sosial atau tujuan sosial yang dianggap pantas dan berharga untuk dicapai (Sagala, 2006:237).

  Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa nilai merupakan sifat yang melekat pada suatu (sistem kepercayaan) yang berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini). Sifat tersebut ada sebelum dibutuhkan manusia, sifat akan meningkat sesuai dengan peningkatan daya tangkap dan pemaknaan manusia sendiri.

B. Pendidikan Akhlak 1.

  Pengertian pendidikan akhlak Pendidikan akhlak terbentuk atas dua kata yaitu “pendidikan” dan

  “akhlak”. Untuk memudahkan dalam memahami pengertian pendidikan akhlak harus dipahami kedua kata tersebut.

  Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata

  educate (mendidik) artinya memberikan peningkatan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan

  berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (Muhibbin, 1997:10).

  Menurut Dr.M. Fadhil al-Jamaly bahwa pendidikan adalah upaya pengembangan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan (Jalaludin, 2001:73).

  Selanjutnya menurut Prof. Dr. Omar Muhammad al-Toumy al- Syaibany mendefinisikan pendidikan sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara berbagi profesi asasi dalam masyarakat. Al-Syaibani melihat pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu maupun masyarakat. Dengan demikian pendidikan bukanlah aktivitas dengan proses sekali jadi (instan) (Jalaludin, 2001:74).

  Secara etimologis “akhlak” berasal dari bahas arab, jamak dari khuluqun ( yang artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak,

  ٌّقُلُخ)

  moral, atau budi pekerti (Mahmud Yunus, 2007:120). Akhlak secara bahasa khalaqa ( dari segi pengertian kebahasaan memiliki

  َّقَلَخ)

  sekian banyak arti antara lain “menciptakan” (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu) (M. Quraish, 1997:86). Kata

  

Khalaqa ( memberi tekanan tentang kehebatan dan kebesaran

َّقَلَخ)

  Allah dalam ciptaan-Nya. Allah pantas menerima pengabdian mahluknya, maka akhlak tidak bisa dipisahkan dengan al-khâlik

  ( ا ُّقِلاَْلْ)

  dan al-makhluk (

  قْوُلْخَمْلا)

  akhlak berarti sebuah perilaku yang menghubungkan antara hamba dengan Allah (Zubaedi, 2011:65).

  Dari pengertian etimologi seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun (Ilyas, 2006:1).

  Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlak. Penulis memaparkan tiga pendapat diantara: a.

  Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memikirkan pemikiran dan pertimbangan (Ilyas, 2006:2).

  b.

  Ahmad bin Mushthofa.

  Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan. Dan keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan, yaitu: kekuatan berfikir, kekuatan marah, dan kekuatan syahwat (Mahmud, 2004:33).

  c.

  Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani.

  Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal dan syari‟at, dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika darinya terlahir perbuatan- perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan sifat yang buruk (Mahmud, 2004:32).

  Dari ketiga definisi yang dikutip diatas penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang terlahir dengan perbuatan-perbuatan, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa melakukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Jika perbuatan itu baik sesuai dengan akal dan syar i‟at maka disebut akhlak yang baik, dan jika perbuatan tersebut buruk maka disebut dengan akhlak yang buruk.

2. Tujuan Pendidikan Akhlak

  Tujuan utama pendidikan akhlak adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlak. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam al- Qur‟an (Mahmud, 2004:159). al-

  Qur‟an dan al-Sunah merupakan sumber yang menjelaskan akhlak Islam dengan tepat dan detail. Telah dijelaskan dalam al- Qur‟an surat al-Ahzab : 21

  

َّّوَّللاَّرَكَذَوَّرِخ ْلْاَّمْوَ يْلاَوَّوَّللاّوُجْرَ يَّناَكّنَمِّلٌّة َّنَسَحٌّةَوْسُأِّوَّللاّ ِلوُسَرّ ِفِّْمُكَلَّناَكّْدَقَل

ًّايرِثَك

  Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al- Ahzab: 21).

  Tujuan dari diutusnya Nabi Muhammad Saw sang penutup para nabi tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia. Adapun pengutusan Nabi Muhammad Saw itu sendiri setelah umat manusia menempuh rentang waktu yang sangat panjang dan telah diutus kepada mereka sekian banyak nabi dan rasul.

  Sesungguhnya akhlak mulia merupakan warisan turun-temurun dari setiap generasi umat manusia. Sehingga setiap generasi mengambil bagian dari akhlak mulia tersebut. Adapun tugas para nabi dan rasul adalah memotivasi manusia agar mengamalkan nilai-nilai akhlak mulia tersebut seoptimal mungkin. Pengutusan para nabi kepada umat manusia terus berjalan, hingga tiba saatnya kehendak Allah mengakhirinya dengan mengutus seorang rasul sebagai pemungkas para nabi dan tidak ada lagi rasul setelah

  Khatamul Anbiyâ