ANALISIS AKAD WADIAH PADA TABUNGAN iB HASANAH DI BANK NEGARA INDONESIA SYARIAH KCP UNISSULA SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
ANALISIS AKAD WADIAH PADA TABUNGAN iB HASANAH
DI BANK NEGARA INDONESIA SYARIAH
KCP UNISSULA SEMARANG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH:
SOFIANA IIN AYUNI
NIM: 20112026
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
MOTTO
“Keluargamu adalah alasan bagi kerja kerasmu, maka
janganlah sampai engkau menelantarkan mereka karena
kerja kerasmu”“Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara
kemauan yang kita sisipkan pada setiap celah dalam
kerja keras kita, untuk mencegah masuknya kemalasan
dan penundaan”HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada: 1.
Allah SWT yang melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya.
2. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu setia menjaga dan mendampingi atas semua doa pengorbanan dan dukungannya.
3. Keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan untuk menyelsaikan pendidikan saya.
4. Sahabat-sahabatku serta teman-temanku yang senantiasa bersama dalam suka dan duka.
5. Terima kasih kepada bapak Qi Mangku dan Bapak Mifdol yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan baik perkuliahan maupun TugasAkhir.
6. Seluruh karyawan BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Unissula.
7. Terima kasih untuk Bapak, Ibu dosen yang setia membimbing dan memberikan semangat untuk menyelsaikan pendidikan.
8. Teman-teman D3 PerbankanSyariah.
9. Almamaterku.
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, atas puji syukur dan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayahnya, sehingga pada kesempatan ini saya dapat menyelesaikan penyusuanan Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS AKAD WADIAH PADA TABUNGAN iB HASANAH DI BNI SYARIAH KCP UNISSULA SEMARANG ”. pendidikan Jurusan D III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penyusunan tugas akhir ini dapat selesai bukan dari penulis sendiri melainkan berkat izin dari Allah SWT dan bantuan, bimbingan, dorongan dan perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.Si. selaku Ketua Jurusan D3 Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
4. Bapak Qi Mangku Bahjatullah, Lc., M.Si. selaku pembimbing penyusunan tugas akhir yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan serta kritikan penulis dapat menyelsaikan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh dosen pengajar Jurusan D3 Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
6. Dan teman-teman satu angkatan yang sudah melakukan pendidikan bersama- sama.
Teriring doa semoga Allah membalas budi baik bapak ibu dan semuannya. Amin
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusuanan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan namun penulis berharap semoga Tugas Akhir perekonomian syariah pada umumnya.
Salatiga, 08 Agustus2015 Penulis Sofiana Iin Ayuni
ABSTRAK
Ayuni, Sofiana Iin. 2015. Analisis Akad Wadi’ah pada Tabungan iB Hasanah di Bank Negara Indonesia Syariah Kantor Cabang Pembantu UnissulaSemarang. TugasAkhir. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Jurusan Diploma III Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan akad
wadi‟ah pada
Tabungan iB Hasanah dan bagaimana tinjauan syariah dalam akad
wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah.
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi langsung di BNI Syariah KCP Unissula dan Metode Wawancara dengan Mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan pihak manager dan karyawan BNI Syariah Semarang KCP Unissula dan Dokumentasi BNI Syariah yang berupa sejarah berdirinya BNI Syariah, visi dan misi, struktur organisasi, serta produk dan jasa yang ditawarkan BNI Syariah.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan akad
wadi‟ah pada BNI
Syariah mempunyai dua skim yaitu:
Wadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah dan
mempunyai perbandingan biaya yang mana akad
wadi‟ah lebih murah
dibandingkan dengan akad mudharabah mutlaqah. Adapun akad
wadi‟ah itu
mempunyai dua prinsip yaitu akad
wadi‟ah yad amanah dan akad wadi‟ah yad dhamanah maka dalam operasionalnya BNI Syariah menggunakan akad wadi‟ah
yad dhamanah yang mana pihak Nasabah datang ke bank BNI Syariah untuk
menitipkan barang atau menyetorkan uangnya ke bank. Kemudian pihak yang dititipi bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut tanpa ada imbalan apapun. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus. Tinjauan syariah akad
wadi‟ah dapat disimpulkan bahwa Bank BNI Syariah mengunakan akad Wadi‟ah
sudah sesuai prinsip syariah, yang diperjelas dengan adanya rukun dan syarat, serta didasari dengan adanya FATWA DEWAN SYARI‟AH NASIONAL
NO:02/DSN-MUI/IV/2000 yang memutuskan tentang Tabungan, Ketentuan umum tabungan berdasarkan Mudharabah, dan Ketentuan umun tabungan berdasarkan Wadi‟ah.
Kata kunci : Bank Negara Indonesia Syariah, AkadWadi‟ah , Tabungan
iBHasanah.DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii PENGESAHAN ............................................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................. vii ABSTRAK .................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv DAFTAR SKEMA ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5 C. Tujuan dan Kegunaan .................................................................... 5 D. Metode Penelitian........................................................................... 6
F.
Sistematika penulisan ..................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 11 A. Kajian Pustaka ................................................................................ 11 B. Kerangka Teori............................................................................... 14 1. Akad ......................................................................................... 14 2. Wadi‟ah .................................................................................... 25 3. Tabungan .................................................................................. 32 BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN ................................................ 37 A. Identitas Perusahaan ....................................................................... 37 B. Sejarah BNI Syariah ....................................................................... 37 C. Visi, Misidan Tata Nilai BNI Syariah ............................................ 40 D. Keunggulan BNI Syariah ............................................................... 41 E. Struktur organisasi BNI Syariah .................................................... 42 F. Deskripsi Jabatan ........................................................................... 43 G. Produk-produk BNI Syariah .......................................................... 45 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS ..................................................... 53 A. Penerapan akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah ................... 53 B. Tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah ..................................................................................... 63 BAB V PENUTUP ........................................................................................ 66
A.
Kesimpulan .................................................................................... 66 B. Saran ............................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah ................................................ 2Tabel 4.1 Perbandingan biayawadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah ............ 53
Tabel 4.1 Tinjauan syariah dalam akadwadi‟ah .......................................... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengelompokan macam-macam akad ....................................... 15Gambar 3.1 Struktur Organisasi .................................................................... 42DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 kerja al-
wadi‟ah yad amanah ...................................................... 30
Skema 2.2 Kerja al-
wadi‟ah yad dhamanah ................................................. 31
Skema 4.1 Penerapan akad
wadi‟ah di BNI Syariah .................................... 54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank syariah berkembang secara pesat didunia sejak didirikannya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975. Sejak saat itu diperkirakan
telah berkembang ratusan bank syariah diseluruh dunia, baik di negara Islam dananya seperti bank-bank konvensional umumnya. Bank syariah sudah jadi penghimpun dan penyaluran dana umat Islam baik untuk kepentingan yang berkaitan dengan ibadah seperti: dana dari zakat, infak, dan sadaqah maupun
muamalah seperti: simpanan al-wadiah dan mudharabah (Martono, 2002: 94).
Di Indonesia pembentukan bank syariah dalam sistem perbankan nasional memiliki dasar yang kuat yaitu deregulasi sektor perbankan sejak tahun 1983. Dalam deregulasi sektor perbankan tersebut, lembaga keuangan bank diberikan kebebasan, termasuk dalam hal pembentukan tingkat suku bunga hingga nol persen. Deregulasi dibidang perbankan dapat dimanfaatkan setelah dikeluarkannya paket Oktober 1988. Dalam pakto tersebut diperkenankan untuk mendirikan bank-bank baru. Pada tanggal 1 November 1991 didirikanlah Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Perbankan syariah merupakan salah satu inovasi yang baru dalam dunia perbankan di Indonesia. Kedudukan bank tanpa perhitungan bunga ini menjadi lebih kuat setelah dikeluarkannya Undang-undang nomor 7 Tahun
2
1992 tentang perbankan yang kemudian diperbarui dengan UU No 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 merupakan landasan hukum untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan bank syariah di Indonesia dipandang penting untuk; pertama, memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang belum terserap sistem perbankan yang ada; ketiga, meningkatkan ketahanan sistem perbankan nasional; dan keempat, menyediakan sarana bagi investor internasional untuk melaksanakan pembiayaan dan transaksi keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah (Martono, 2002: 95).
Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Bank Syariah Indonesia Indikasi 1998 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS BUS
1
2
3
3
3
3
5
6
- UUS
8
15
19
20
25
27
25 BPRS
76
84
88 92 105 114 131 139 Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009
Perkembangan perbankan syariah secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 hanya ada satu Bank Umum Syariah dan 76 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2009
3 Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6
Bank Umum Syariah dan 25 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 139 unit pada periode yang sama (laporan tahunan BI Desember 2009).
Bank bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di negara maju. Masyarakat di negara maju sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dilakukan masyarakat di negara maju antara lain aktivitas penyimpanan dana, investasi, pengiriman uang dari suatu tempat ke tempat lain dari suatu daerah ke daerah lain dengan cepat dan aman, serta aktivitas keuangan lainnya. Bank juga salah satu lembaga yang mempunyai peran sangat penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara, bahkan pertumbuhan bank dipakai sebagai ukuran pertumbuhan perekonomian negara tersebut (Ismail, 2010: 1).
Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2001: 11). Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga, maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah, maupun yang dibayarkan kepada nasabah tersebut didasarkan pada hukum syariah baik perjanjian yang dilakukan bank dengan nasabah
4
terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad tersebut (Ismail, 2010: 20).
Penghimpunan dana yang dilakukan bank syariah tidak berbeda jauh dengan bank konvensional. Perbedaannya adalah penghimpunan dana dalam bank syariah tidak didasarkan atas nama produk melainkan berdasarkan prinsip yang digunakan. Prinsip dalam penghimpun dana dalam bank syariah
‟ah dan akad Mudharabah. Di
Indonesia hampir semua bank syariah menerapkan prinsip Wadi
‟ah untuk
menghimpun dana. Akad
wadi‟ah adalah titipan yang dapat diambil sewaktu-
waktu, maka produk-produk perbankan syariah yang dapat diterapkan untuk prinsip ini adalah giro dan tabungan dan dilaporkan dalam kewajiban. Dalam perkembangannya akad
wadi‟ah terasa kurang populer dikalangan
masyarakat. Hanya sebagian masyarakat mengetahui tentang apa yang dimaksud
wadi‟ah, bagaimana prosedur untuk menikmati akad wadi‟ah
dilingkungan perbankan syariah. Sehingga perlu dilakukan pengenalan lebih lanjut kepada masyarakat akan produk-produk perbankan syariah dalam perbaikan ekonomi dan kemaslahatan umat (Kasmir, 2001: 85).
BNI Syariah Semarang merupakan salah satu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasrkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatannya lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Dalam menjalankan usahanya BNI Syariah Semarang
5
operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan maupun dalam produk lainnya. Produk-produk BNI Syariah Semarang mempunyai kemiripan tetapi tidak sama dengan produk bank konvensional karena adanya pelarangan riba,
gharar , dan maysir. Oleh karena itu, produk-produk pendanaan dan
pembiayaan pada BNI Syariah Semarang harus menghindari unsur-unsur dilarang tersebut. penulis mengambil judul “Analisis Akad Wadi‟ah Pada Tabungan iB Hasanah di BNI Syariah KCP Unissula Semarang
”. Penulis ingin mengetahui lebih
jauh tentang Analisis Akad Wadi ‟ah pada Tabungan iB Hasanah.
B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana penerapan akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah? 2. Bagaimana tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada Tabungan iB
Hasanah? C.
Tujuan dan Kegunaan 1.
Tujuan : a.
Untuk mengetahui penerapan akad wadi‟ah pada tabungan iB Hasanah.
b.
Untuk mengetahui tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah.
6 2.
Kegunaan: a.
Bagi penulis Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan informasi dari dunia praktis yang sangat berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan teori yang dapat di bangku kuliah.
b.
Bagi Civitas Akademik IAIN Salatiga Memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya Jurusan Perbankan Syariah.
2) Sebagai tambahan referensi bacaan serta informasi khususnya bagi mahasiswa IAIN Salatiga jurusan Perbankan Syariah.
c.
Bagi BNI Syariah Sebagai masukan dan pedoman yang dapat dijadikan pengetahuan untuk mengetahui alasan personality nasabah menjadi nasabah.
D. Metode Penelitian 1.
Jenis penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati (Moleong, 2008: 3).
2. Jenis data yang dibutuhkan
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan skunder.
7 a.
Data primer Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau organisasi langsung melalui objeknya (Supranto, 2002: 20).
b.
Data skunder Data yang diperoleh dari dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik data yang akan diteliti dengan metode yang berkaitan dengan judul, mengambil karya atau tugas akhir yang sudah ada sebelumnya dan memiliki tema yang berkaitan, penelitian- penelitian yang berkaitan dengan Tugas Akhir yang peneliti lakukan, serta dokumen-dokumen yang relevan.
3. Teknik Pengumpulan Data a.
Observasi Langsung Data yang diperoleh dengan pengamatan langsung di BNI Syariah Semarang KCP Unissula.
b.
Metode Wawancara Mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan pihak manager dan karyawan BNI Syariah Semarang KCP Unissula, atau pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini yang dilakukan pada hari Selasa 17 Maret 2015 pada jam 15:30 s/d 17:00.
8 c.
Metode Dokumentasi Penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan melihat atau melengkapi data yang telah ada dengan menggunakan catatan data arsip BNI Syariah Semarang KCP Unissula.
4. Metode Analisis Data
Dalam analisis data kualitatif, metode yang digunakan untuk membahas Pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyususnan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu (Surakhmad, 1990: 139).
E. Penegasan Istilah
Agar tidak timbul salah pengertian dan penafsiran, maka penulis perlu menjelaskan arti kata-kata dan memberikan penegasan istilah yang terdapat dalam penelitian ini ialah: 1.
Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, pembuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya (Poerwadarminta, 2006: 37).
2. Akad adalah mengikat atau mengumpulkan dalam dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan jalan lain sehingga tersambung, kemudian keduanya menjadi bagian dari sepotong benda (Nawawi, 2012: 19).
3. Wadi‟ah dapat di artikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
9
dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya (Muhammad, 2000: 7).
4. Tabungan menurut Undang-undang tentang perbankan Nomor 7 Tahun 1992 menjelaskan bahwa Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, Bilyet giro, dan alat lainnya yang dipersamakan
5. iB Hasanah adalah produk tabungan yang dimunculkan oleh PT. Bank BNI Syariah sejak awal kantor berdiri.
F. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini terdapat 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub bab yang dapat diuraikan kembali. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI. Di dalam bab ini menyajikan tentang penelitian terdahulu dan akad serta
wadi‟ah dan tabungan.
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN. Pada bab ini terdiri dari gambaran umum BNI Syariah Semarang KCP Unissula dan data-data deskriptif.
10 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Dalam bab ini akan
menguraikan hasil penelitian yang telah dirumuskan berdasarkan landasan teori dan informasi-informasi objek penelitian Tugas Akhir.
BAB V PENUTUP. Bab ini berisi tentang informasi hasil penelitian yang mencakup kesimpulan dan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi lembaga keuangan pada umumnya dan BNI Syariah Semarang KCP Unissula
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Peneliti telah berupaya melakukan penelusuran pustaka yang memiliki
relevansi dengan pokok permasalahan yang hampir memiliki kesamaan pada peneliti ini. Hal tersebut dimaksudkan agar fokus penelitian tidak dan bukan sebelumnya, melainkan untuk mencari sisi lain yang signifikan untuk diteliti lebih mendalam dan efektif. Selain itu penelusuran pustaka juga bermanfaat untuk membangun kerangka teoritik yang mendasari kerangka penelitian ini.
Illailazatus Zakkiya (2012), dalam tugas akhirnya yang berjudul,
”Strategi Pengelolaan Simpanan Wadi‟ah Yad Dhamanah Pada Produk SAHARA di KJKS Bahtera”. Sahara merupakan tabungan yang menggunakan akad wadi‟ah yad dhamanah yaitu pihak penitip memberikan izin kepada pihak
yang diberi titipan untuk mempergunakan barang yang dititipi baik berupa uang ataupun barang untuk diambil manfaatnya. Tentu pihak BMT mendapatkan hasil dari penggunaan dana. BMT dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus (Athaya) akan tetapi tidak diperjanjikan sejak awal.
Syafaatul Jannah (2012), dalam tugas akhirnya yang berjudul
“Mekanisme Tabungan Wadi‟ah Salamah di BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi”.Hasil
penelitiannya tabungan
wadi‟ah salamah merupakan tabungan dalam bentuk
12
disetor dan dapat diambil kapan saja dan dengan mendapatkan hasil usaha BPRSBen Salamah Abadi. Adapun mekanisme tabungan
wadi‟ah salamah,
meliputi: pembukaan rekening wadi
‟ah salamah, penyetoran rekening,
penarikan atau pengambilan dan penutupan tabungan wadi‟ah salamah. Berdasarkan akad
wadi‟ah, sebagai imbalan pemilik dana disamping jaminan
keamanan uangnya juga memperoleh bonus sebesar 4% berdasarkan
wadi‟ah merupakan besarnya tarif
yang ditentukan bank sesuai ketentuan. BPRS Ben Salamah Abadi mempunyai asumsi bahwa BPRS Ben Salamah Abadi dapat meningkatkan dan menurunkan prosentase bonus tabungan
wadi‟ah salamah tergantung pendapatan dan keuntungan yang didapatkan dari penyaluran dana.
Driya Primasthi (2015), dalam skripsinya yang berjudul “Studi Komparasi
Kualitas Tabungan Akad Wadi‟ah Yad Dhamanah dan Mudharabah Mutlaqah
di BRI Syariah dan BNI Syariah” Penentuan bonus tabungan Wadi‟ah Yad
Dhamanah BRI Syariah dan BNI Syariah sama-sama menerapkan kriteria
bonus berdasarkan minimal rata-rata saldo nasabah dan jangka waktu tertentu.BNI Syariah menawarkan nisbah dan ER yang lebih besar untuk tabungan mudharabah mutlaqah. Biaya tabungan
Wadi‟ah Yad Dhamanah dan
mudharabah mutlaqah di BRI Syariah lebih rendah daripada BNI Syariah. BRI Syariah dan BNI Syariah secara umum mempunyai implikasi resiko yang sama. Promosi di BRI Syariah lebih menekankan strategi above the line dan
below the line serta strategi cross selling (penjualan silang) untuk tabungan
13
melalui strategi dirrectselling dan personal selling serta strategi jemput. BNI Syariah menawarkan layanan yang lebih luas karena nasabah bisa memanfaatkan office chanelling, selain itu rekening tabungan juga dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan.
Perbedaan mendasar penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya adalah peneliti melakukan penelitian dibidang yang dilakukan oleh penulis bisa dilihat disisi variabel yang diambil dalam penelitian dan lokasi penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Illailazatus Zakkiya, penulis lebih fokus terhadap aplikasi akad
wadi‟ah yad dhamanah
pada produk tabungan wisata. Adapun penelitian yang dilakukan Syafaatul Jannah mengacu pada mekanisme tabungan salamah yang meliputi pembukaan rekening, penyetoran, penarikan dan penutupan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Driya Primasthi mengacu pada dalam penentuan bonus tabungan wadi
‟ah yad dhamanah BRI Syariah dan BNI Syariah sama-
sama menerapkan kriteria bonus berdasarkan minimal rata-rata saldo nasabah dan minimal jangka waktu. BNI Syariah menawarkan nisbah dan ER yang lebih besar untuk tabungan mudharabah mutlaqah Biaya operasional tabungan
wadi ‟ah yad dhamanah dan mudharabah mutlaqah di BRI Syariah lebih
rendah daripada BNI Syariah. BRI Syariah dan BNI Syariah secara umum mempunyai implikasi risiko yang sama.
14 B.
Kerangka Teori 1.
Akad a.
Teori Akad Perjanjian atau akad mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui akad seorang lelaki disatukan dengan seorang wanita dalam suatu kehidupan bersama, dan melalui akad juga
Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa bantuan dan jasa orang lain. Karenanya dapat dibenarkan bila dikatakan bahwa akad merupakan sarana sosial yang ditemukan oleh peradaban umat manusia untuk mendukung kehidupannya sebagai mahluk sosial. Demikian halnya dengan agama islam, yang memberikan sejumlah prinsip dan dasar-dasar mengenai pengaturan perjanjian sebagaimana tentang dalam Al-
Qur‟an dan sunah Nabi Muhammad SAW (Anwar, 2010: 13).
Dalam kitab Fiqh terdapat banyak bentuk akad yang kemudian dapat dikelompokkan dalam berbagai variasi jenis-jenis akad. Secara garis besar adapun pengelompokan macam-macam akad, antara lain:
15 Akad
Dari segi unsur Menurut tujuannya
Akad mengikat dan tempo dalam akad a. tidak mengikat
Akad Tabarru a.
Akad Bertempo b. a. Akad Tijari
Akad Mengikat b. Akad Tidak b.
Akad Tidak Bertempo mengikat
Menurut namanya Dari segi Akad dapat di Formalitasnya a. laksanakan/tidak
Akad Bernama a.
b. dilaksanakan
Akad Konsensual Akad tidak b. bernama a.
Akad Formalitas Akad Nafis c.
b. Akad Riil
Akad Mauquf Dari segi dilarang Akad menurut
Menurut /tidak dilarangnya tanggungan kedudukanya a. oleh syara‟
„aqd adh- a. Akad pokok
a. dhaman Akad Masyru‟ b.
Akad Asesoir b.
b. Akad Terlarang „aqd al-„amanah Gambar 2.1 Pengelompokkan macam-macam Akad.
Berdasarkan Gambar diatas maka dapat dijelaskan tentang pengelompkkan macam-macam akad yang antara lain: (Anwar, 2012: 72).
1. Akad menurut tujuannya a.
Akad Tabarru Akad Tabarru merupakan jenis akad yang berkaitan dengan transakasi non-profit atau transaksi yang tidak bertujuan
16
berorientasi pada kegiatan Ta‟awun atau tolong-menolong. Dalam akad ini pihak yang berbuat baik tidak boleh diharapkan hanya pahala dari Allah SWT, namun menutupi biaya yang timbul akibat kontrak tersebut kepada mitranya.
Contoh dari akad Tabarru adalah qardh, rahn, hiwalah,
wakalah, kafalah, wa di‟ah, hibah, hadiah, wakaf, shadaqoh.
Akad Tijari Berbeda dengan Tabarru, akad tijari bertujuan untuk mendapatkan imbalan keuntungan tertentu. Akad ini menyangkut transaksi bisnis dengan motif laba. Contoh akad ini meliputi Jual beli, sewa menyewa, mudharabah, Musyarakah dan lain-lain.
2. Akad menurut namanya a.
Akad Bernama (al-„uqud al-musamma) Akad Bernama (al-
„uqud al-musamma) merupakan akad yang
sudah ditentukan namanya oleh pembuat hukum dan ditentukan pula ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku terhadapnya dan tidak berlaku terhadap akad lain. Contohnya meliputi Al-Ijarah, Al-Qard, Al-Bai, Al-Syirkh, Al-
Kafalah, Al-Hibah, Al-Hawalah, Al-Wadi ‟ah, Al-Wakalah, Al- Rahn, Al-Shulh, Al- Ju‟alah.
17 b.
Akad tidak bernama (al-„uqud qair al-musamma) Akad tidak bernama (al-
„uqud qair al-musamma) merupakan
akad yang tidak diatur secara khusus dalam kitab-kitab fiqh dibawah satu nama tertentu.
Contohnya meliputi perjanjian penerbitan, periklanan dan 3.
Akad menurut kedudukannya: a.
Akad pokok (al-aqd al-ashli) Akad pokok (al-aqd al-ashli) merupakan akad yang berdiri sendiri yang keberadaannya tidak tergantung kepada suatu hal.
Contohnya meliputi akad jual beli, sewa-menyewa, penitipan, pinjam pakai, dan seterusnya.
b.
Akad asesoir (al-aqd at-tabi) Akad asesoir (al-aqd at-tabi) merupakan akad yang keberadaanya tidak berdiri sendiri, melainkan tergantung kepada suatu hak yang menjadi dasar ada dan tidaknya atau sah dan tidak sahnya akad.
Contohnya meliputi penanggungan (al-kafalah), dan akad gadai (ar-rahn).
4. Akad dari segi unsur tempo didalam akad: a.
Akad bertempo (al-aqd az-zamani)
18 Akad bertempo (al-aqd az-zamani) merupakan akad yang
didalamnya unsur waktu merupakan unsur asasi, dalam unsur waktu merupakan bagian dari unsur perjanjian.
Contohnya meliputi sewa-menyewa, penitipan, pinjam pakai, pemberian kuasa, berlangganan majalah dan sebagainya.
b.
Akad tidak bertempo (al-aqd al-fauri) unsur waktu tidak merupakan bagian dari isi perjanjian.
Contonya seperti akad jual beli.
5. Akad dari segi formalitasnya: a.
Akad konsensual (al-aqd ar-radha‟i) Akad konsensual (al-aqd ar-
radha‟) merupakan jenis akad
yang untuk terciptanya cukup berdasarkan kesepakatan para pihak tanpa diperlukan formalitas-formalitas tertentu.
Contonya meliputi jual beli, sewa-menyewa, utang piutang dan sebagainya.
b.
Akad formalitas (al-aqd asy-syakli) Akad formalitas (al-aqd asy-syakli) merupakan akad yang tunduk pada syarat-syarat formalitas yang ditentukan oleh pembuat hukum, dimana apabila syarat-syarat itu tidak terpenuhi akad tidak sah.
Contohnya meliputi kehadiran dan kesaksian dua orang saksi.
19 c.
Akad riil (al-aqd al-aini) Akad riil (al-aqd al-aini) merupakan akad yang untuk terjadinya diharuskan adanya penyerahan tunai objek akad, dimana akad tersebut belum terjadi dan belum menimbulkan akibat hukum apabila belum dilaksanakan.
Contohnya meliputi hibah, pinjam pakai, penitipan, kredit 6.
Di lihat dari segi dilarang atau tidak dilarangnya oleh syara‟: a.
Akad masyru‟ Akad
masyru‟ merupakan akad yang dibenarkan oleh syara‟ untuk dibuat dan tidak ada larangan untuk menutupnya.
Contohnya meliputi jual beli, sewa menyewa dan mudharabah dan sebagainya.
b.
Akad terlarang Akad terlarang merupakan akad yang dilarang oleh syara‟ untuk dibuat seperti jual beli janin, akad donasi harta anak dibawah umur, akad yang bertentangan dengan akad islam (kesusilaan) dan ketertiban umum seperti sewa menyewa untuk melakukan kejahatan, akad nikah mut‟ah. Termasuk juga akad yang dilarang dalam beberapa mazhab adalah akad jual beli kembali asal (
bai‟ al-„inah).
20 7.
Akad menurut dari mengikat dan tidak mengikatnya: a.
Akad mengikat (al-aqd al-lazim) Akad mengikat (al-aqd al-lazim) merupakan akad dimana apabila seluruh rukun dan syaratnya telah terpenuhi, maka akad itu mengikat secara penuh dan masing-masing pihak tidak dapat membatalkannya tanpa persetujuan pihak lain. Akad
pertama, akad mengikat kedua belah pihak seperti akad jual
beli, sewa menyewa, perdamaian dan sebagainya. Kedua, akad mengikat satu pihak, yaitu akad dimana salah satu pihak tidak dapat membatalkan satu perjanjian tanpa persetujuan pihak lain, akan tetapi pihak lain dapat membatalkannya tanpa persetujuan pihak pertama, seperti akad kafalah (penanggungan) dan gadai (ar-rahn).
b.
Akad tidak mengikat Akad tidak mengikat merupakan akad pada masing-masing pihak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak lain. Akad tidak mengikat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: pertama, akad yang memang sifat aslinya tidak mengikat, seperti akad wakalah (pemberian kuasa), syirkah (persekutuan), akad hibah, akad
wadi‟ah (penitipan), dan akad „ariah (pinajm pakai). Kedua, akad yang tidak mengikat karena
21 8.
Akad menurut dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan: a.
Akad nafis Akad nafis merupakan akad yang bebas dari setiap faktor yang menyebabkan tidak dapatnya akad tersebut dilaksanakan.
b.
Akad mauquf Akad mauquf merupakan akad yang tidak dapat secara sah, melainkan masih tergantung (maukuf) kepada adanya ratifikasi (ijazah) dari pihak berkepentingan.
9. Akad menurut tanggungan: a.
Akad tanggungan („Aqd adh-dhaman)
Akad tanggungan (
„Aqd adh-dhaman) merupakan akad yang
mengalihkan tanggungan risiko atas kerusakan barang kepada pihak penerima pengalihan sebagai konsekuensi dari pelaksana akad tersebut sehingga kerusakan barang yang telah diterimanya melalui akad tersebut berada dalam tanggungannya sekalipun sebagai akibat keadaan memaksa.
b.
Akad kepercayaan („Aqd al-„amanah)
Akad kepercayaan (
„Aqd al-„amanah) merupakan akad dimana
barang yang dialihkan melalui akad tersebut merupakan amanah ditangan penerima barang tersebut, sehingga ia tidak berkewajiban menanggung risiko atas barang tersebut, kecuali
22 Contohnya meliputi akad penitipan, peminjaman, perwakilan (pemberian kuasa).
b.
Pengertian Akad Islam merupakan ajaran Allah yang bersifat universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Manusia sebagai mahluk sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara material yang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain inilah antara yang satu dan yang lain sering terjadi interaksi.
Istilah perjanjian dalam hukum Indonesia disebut akad dalam hukum islam. Kata akad berasal dari bahasa arab, yaitu ar-rabtu yang berarti menghubungkan atau mengaitkan, atau mengikat antara beberapa ujung sesuatu (Anwar, 2010: 68).
Ada beberapa definisi akad (perjanjian) yang dikemukakan oleh para ulama. Pertama Menurut pasal 262 Mursyid al-Harian, akad merupakan pertemuan ijab yang diajukan oleh salah satu pihak dengan qabul dari pihak lain yang menimbulkan akibat hukum pada objek akad. Kedua Menurut Anwar akad adalah pertemuan ijab dan qabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya (Anwar, 2010: 68).
Kedua definisi diatas memperlihatkan bahwa, pertama, akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan qabul yang berakibat
23
salah satu pihak, dan qabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama.
Akad tidak terjadi apabila pernyataan kehendak masing-masing pihak tidak terkait satu sama lain karna akad adalah keterkaitan kehendak kedua belah pihak yang tercermin dalam ijab qabul. Kedua, akad merupakan tindakan hukum dua pihak karna akad adalah pertemuan menyatakan kehendak pihak lain.
c.
Landasan Akad Adapun yang menjadi dasar dalam akad ini pertama adalah firman
Allah dalam al- Qur‟an Surat al-Maidah, 5: 1 yang berbunyi:
ابِوُنُ نُ وْنيبِ ا ُنُ وَْأَ ا ُنُىأَآ اأَهذرلَّن ايأٍَيُّذأَ ايذ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Adapun yang dim aksud dengan “penuhilah aqad-aqad itu” adalah bahwa setiap mu‟min berkewajiban menunaikan apa yang telah dia janjikan dan akadkan baik berupa perkataan maupun perbuatan, selagi tidak bersifat menghalalkan barang haram atau mengharamkan barang halal.
Dan kalimat ini merupakan asas „Uqud (Al-Maraghi, 1993: 81). Sedangkan dasar akad dalam kaidah fiqh berbunyi sebagai berikut:
الَّجن ابِدنُقايأَ يبِ انُييأَآأَزأَخنبِإايأَآانًُنُخأَجوْيأَخأَوأََابِهوْذاأَدبِقيأَ أَخنُمن ايأَضبِزابِدوْ أَ ن ايبِ انُموْصأَلأ
Hukum asal dalam transaksi adalah keridhaan kedua belah pihak
yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan
(Djazuli, 2006:130).
24 Maksud dari kaidah diatas bahwa keridhaan dalam transaksi
ekonomi dan bisnis merupakan prinsip yang utama. Oleh karena itu, transaksi dikatakan sah apabila didasarkan kepada keridhaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi.
d.
Pembentukan Akad 1.
Rukun Akad sesuatu itu terwujud karena adanaya unsur-unsur tersebut yang membentuknya. Dalam konsepsi hukum islam, unsur-unsur yang membentuk sesuatu itu disebut rukun. Akad juga termasuk karena adanya unsur-unsur atau rukun-rukun yang membentuknya. Menurut ahli-ahli hukum kontemporer, rukun yang membentuk akad itu ada empat, yaitu: (Anwar, 2010: 70).
a.
Para pihak yang membuat akad (al-„aqidan) b. Pernyataan kehendak para pihak (shigatul-„aqd) c. Objek akad (mahallul-„aqd) d. Tujuan akad (maudhu‟al-„aqd).
2. Syarat Akad
Syarat yang ada dalam akad dapat dikategorikan menjadi syarat sah (shahih), rusak (fasid), dan syarat yang batal (bathil) dengan penjelasan berikut ini: (Zuhaily, 1989: 305).
a.
Syarat sahih adalah syarat yang sesuai dengan subtansi akad,
25 oleh syara‟, sesuai dengan kebiasaan masyarakat („urf).
Misalnya harga barang yang diajukan oleh penjual dalam jual beli adanya hak pilih (khiyar) dan syarat sesuai dengan
„urf dan adanya garansi.
b.
Syarat fasid adalah syarat yang tidak sesuai dengan salah satu kriteria yang ada dalam syarat sahih. Misalnya, memberi mobil c.
Syarat batil adalah syarat yang tidak mempunyai kriteria syarat
sahih dan tidak memberi nilai manfaat bagi salah satu pihak atau lainnya, akan tetapi malah menimbulkan dampak negatif.
Misalnya, penjual mobil mensyaratkan pembeli tidak boleh mengendarai mobil yang telah dibelinya .
2. Wadi’ah a.
Pengertian Wadi‟ah
Wadi‟ah berasal dari bahasa arab yang berakar dari kata wad‟u
berarti meninggalkan dan wadi‟ah menurut bahasa adalah sesuatu yang ditinggalkan pada orang yang bukan pemiliknya untuk dijaga (Wiroso, 2005: 196).
Wadi‟ah menurut bahasa adalah wadi‟aasyai yang berarti
meninggalkannya. Dinamai
wadi‟aasyai karena sesuatu yang
ditinggalkan seseorang pada orang lain untuk dijaga dengan sebutan
qadi‟ah lantaran ia meninggalkannya pada orang yang menerima titipan (Sabiq, 1997: 74).
26 Barang yang dititipkan disebut ida‟, orang yang menitipkan barang
disebut mudi‟ dan orang yang menerima titipan barang disebut wadi‟. Dengan demikian maka
wadi‟ah menurut istilah adalah akad antara
pemilik barang (
mudi‟) dengan penerima barang titipan (wadi‟) untuk
menjaga harta atau modal (
ida‟) dari kerusakan atau kerugian dan
untuk keamanan harta (Arifin, 2003: 27). Dalam tradisi fiqh Islam
wadi‟ah. Al- Wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak