PERCERAIAN PASANGAN PERNIKAHAN DINI (Studi Kasus di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

PERCERAIAN PASANGAN PERNIKAHAN DINI

  

(Studi Kasus di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2017)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Halimatul Sabrina

  

NIM : 21113046

FAKULTAS SYARI’AH

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

PERCERAIAN PASANGAN PERNIKAHAN DINI

  

(Studi Kasus di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang

Tahun 2016-2017)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Halimatul Sabrina

  

NIM : 21113046

FAKULTAS SYARI’AH

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

MOTTO

”Bahagia di Dunia dan Bahagia di Akherat”

  

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini:

Untuk kedua orang tuaku Bapak Mustofa dan Ibu Tasriyah yang selalu

melimpahkan doa dan kasih sayang untuk anak-anaknya,

Untuk Kakaku Arini Purwanti S. Pdi., dan Adiku Tri Antini yang selalu

memberikan support dan kekompakan dalam keluarga,

Untuk keponakan-keponakanku yang lucu Ika Khoerunnisa, Muhammad

hanan Al Ghofur dan dedek bayi yang baru lahir yang akan menjadi kebanggaan

dalam keluarga besar,

Rahan Andres Ozawerdana seseorang yang sangat spesial dalam hidup saya dan

selalu mendukung saya,

  

Lia wardah Nadhifah best friend yang berjuang bersama selama skripsi,

Futmasepta fanya U, Iva Farida R, Novita Purnita S dan seluruh

Mahasiswa AS/HKI angkatan 2013 semoga silaturahim akan selalu ada

dan Semoga kesuksesan menjadi milik kita semua,

  

Ibu dosen pembimbing Skripsi dan seluruh Dosen IAIN Salatiga terimakasih

ilmu dan jasanya,

Dan tak lupa teman- teman lain yang selalu menanyakan “sampai bab berapa?”

terimakasih motivasinya untuku.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robbil‟alamin, segala puji syukur yang pantas terucap atas

  segala ni‟mat dan karunia-Nya yang tak terhitung dan tak terhingga, sehingga karya skripsi yang berjudul Perceraian Pasangan Pernikahan Dini Studi Kasus di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2017) ini bisa terselesaikan. Syalawat dan salam semoga selalu terhaturkan kepada junjungan umat, Nabi Muhammad S.A.W, keluarga, para sahabat, serta orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman.

  Skripsi ini berawal dari keprihatinan peneliti terhadap insan akademik mengenai fenomena pernikahan dini yang ada di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang yang dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan yang signifikan. Peneliti dengan sepenuh hati menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, walaupun dalam menyelesaikannya peneliti sudah bersusah payah dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada. Untuk itu peneliti berharap akan adanya masukan, baik berupa kritik atau saran yang sifatnya membangun untuk dilakukan perbaikan.

  Atas segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah.

  3. Bapak Sukron Ma‟mun, M.Si. selaku Jurusan Hukum Keluarga Islam.

  4. Ibu Heni Satar Nurhaida M. Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan kepada peneliti dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  5. Para dosen Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

  6. Seluruh staf tata usaha dan karyawan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang membantu melancarkan penelitian.

  7. Mba Milla Khususnya dan seluruh staf kepegawaian di Pengadilan Agama Salatiga yang telah memberikan informasi dan telah membantu dalam mecari data-data valid dalam penyelesaian skripsi ini.

  8. Bapak Drs. Salim M.H, Bapak Imam Talmisani S. Ag., dan Bapak Muhammad Sukri S. Ag., selaku mediator yang telah memberikan wawasan keilmuan tentang hukum, terutama dalam perkara pernikahan, perceraian dan dispensasi yang berkaitan dengan skripsi.

  9. Seluruh informan yang turut berperan dalam kelancaran dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti.

  Demikian ucapan hormat peneliti, semoga jasa dan budi baik mereka menjadi amal dan diterima oleh allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda. Akhirnya hanya kepada Allah SWT peneliti memohon ampunan dan petunjuk dari segala kesalahan. Selebihnya harapan dan do‟a agar karya ini bermanfaat adanya, terutama kepada peneliti dan pembaca. Amin.

  Salatiga, 05 Maret 2018 Halimatul Sabrina

  

ABSTRAK

  Sabrina, Halimatul. 2018. Perceraian Pasangan Pernikahan Dini (Studi Kasus di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2017). Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Heni Satar Nurhaida M. Si., Kata Kunci: Perceraian, Pernikahan Dini.

  Pernikahan dini adalah sebuah fenomena yang tidak asing lagi bagi masyarakat diwilayah Indonesia karena sebenarnya sudah terjadi sejak lama, bahkan setelah diberlakukanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) fenomena tersebut masih juga terjadi dan berlangsung hingga saat ini. Dari waktu kewaktu fenomena pernikahan dini selalu menarik untuk dibahas dan diteliti. Dari hasil yang ada, peneliti tertarik untuk meneliti perceraian pasangan pernikahan dini yang ada di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Dipilihnya Pengadilan Agama Salatiga untuk mencari data karena Tempat dimana pernah dilaksanakan PLL oleh peneliti dan peneliti pernah terjun langsung dalam menyaksikan dispensasi dan perceraian yang dilakukan oleh masyarakat kota salatiga dan beberapa kecamatan yang ada di kabupaten semarang.

  Dalam penelitian, peneliti mencari jawaban dari pokok permasalahan yang telah dirumuskan yaitu: pertama, mengapa pasangan pernikahan dini lebih cenderung melakukan perceraian, dan kedua, bagaimana tinjauan Fiqh Islam terhadap praktek pernikahan dini di kota salatiga dan kabupaten semarang.

  Jenis penelitian ini adalah lapangan dengan pendekatan sosiologis hukum. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder. Untuk mengumpulkan data yang diteliti menggunakan wawancara dan dokumentasi. Dan dalam penelitian ini, menggunakan analisa kualitatif.

  Pada akhirnya, penelitian ini menghasilkan kesimpulan, pertama, kecenderungan perceraian pada pasangan pernikahan dini melakukan percerain dikarenakan dua faktor yaitu faktor internal yang meliputi ekonomi, pedidikan rendah, kekerasan dan faktor eksternal yang meliputi keluarga, sosial budaya, masyarakat. Kedua, dari praktek-praktek pernikahan dini yang ada sebenarnya tidak dihukumi secara mutlak, apakah wajib, sunnah, mubah, makruh ataupun haram. Hukum dari pernikahan dini bergantung kepada tujuan dari pernikahan tersebut. Namun, perkawinan anak usia dini harus dihindari karena lebih mendekati kemadharatan yaitu rentan terhadap perceraian dan sebagaimana hadits bahwa perceraian sangat dibenci oleh Allah SWT. Melihat pernikahan dini yang sangat rentan terhadap perceraian maka sudah selayaknya praktek-praktek pernikahan dini lebih di persempit aturannya atau bahkan dilarang. Para Hakim, Kepala KUA, dan Pemerintah dapat segera mengurangi pernikahan dini guna masa depan anak yang lebih baik.

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i NOTA PEMBIMBING ................................................................................. ii PENGESAHAN ............................................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................... iv MOTTO.......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................. vii ABSTRAK .................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

  BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3 D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 3 E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 4 F. Penegasan Istilah ........................................................................ 9 G. Metode Penelitian ...................................................................... 10 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan .......................................... 10 2. Lokasi Penelitian ................................................................ 10 3. Sumber Data ........................................................................ 10 4. Metode Pengumpulan Data ................................................. 11 5. Analisis Data ........................................................................ 13 H. Sistematika Penulisan ................................................................. 13 BAB II : TINJAUAN UMUM ...................................................................... 15 A. Pernikahan .................................................................................. 15

  1. Pengertian Pernikahan ......................................................... 15 2.

  Hukum Pernikahan dalam Islam .......................................... 17 3. Rukun dan Syarat Pernikahan .............................................. 18 4. Tujuan dan Hikmah Pernikahan .......................................... 23 5. Hak dan Kewajiban dalam Pernikahan ................................ 25 B. Pernikahan Dini .......................................................................... 42 1.

  Pengertian Pernikahan Dini ................................................. 42 2. Hukum Pernikahan Dini ...................................................... 48 3. Sebab Pernikahan Dini ........................................................ 51 4. Dampak Pernikahan Dini ..................................................... 52 C. Perceraian ................................................................................... 55 1.

  Pengertian Perceraian .......................................................... 55 2. Dasar Hukum Perceraian .................................................... 58 3. Rukun dan Syarat Perceraian ............................................... 60 4. Macam dan Bentuk Perceraian ........................................... 61 5. Alasan Perceraian ................................................................ 64

  BAB III : HASIL PENELITIAN .................................................................. 66 A. Gambaran Umum Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang ...... 66 1. Kota Salatiga ....................................................................... 66 2. Kabupaten Semarang ........................................................... 67 B. Profil Pelaku Perceraian Pasangan Nikah Dini di Wilayah Hukum Pengadilan Agama Salatiga ........................................... 68 1. APL bin MR ........................................................................ 69 2. FNA binti SN ....................................................................... 72 3. SH binti SYM ...................................................................... 76 4. DAL binti AA ...................................................................... 79 C. Pernikahan Dini menurut HAKIM dan Kepala KUA ................ 83 BAB IV: ANALISIS A. Perceraian Pasangan Pernikah Dini .................................................. 98 B. Tinjauan Fiqh Islam Mengenai Pernikahan Dini terhadap praktek pernikahan dini di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang ............. 106

  BAB V : PENUTUP .................................................................................... 113 A. Kesimpulan................................................................................. 113 B. Saran .......................................................................................... 115 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 118 LAMPIRAN ................................................................................................... 122

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Dispensasi Nikah Di Pengadilan Agama Salatiga ........ 85Tabel 3.2 Jumlah Penikahan Dini Di KUA Tingkir ................................... 89Tabel 3.1 Jumlah Penikahan Dini Di KUA Argomulyo ............................ 94

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I Daftar Riwayat Hidup Lampiran II Daftar Nilai SKK Lampiran III Penunjukan Pembimbing Skripsi Lampiran IV Permohonan Ijin Penelitian Lampiran V Lembar Kosultasi Skripsi Lampiran VI Daftar Pertanyaan Wawancara Lampiran VII Akta Cerai Narasumber Lampiran VIII Kartu Keluarga Narasumber Lampiran IX Foto Wawancara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan atau perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara

  seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan bukan hanya erat kaitanya dengan lahir atau jasmani tetapi juga memiliki kaitan yang erat dengan agama dan kerohanian (Soedarsono: 2005: 9).

  Setiap agama juga mengakui bahwa pernikahan sebagai suatu perbuatan yang suci, oleh karena itu setiap agama mengatur dan menjunjung tinggi hukum perkawinan. Hidup berpasang-pasangan merupakan pembawaan naluriah manusia dan makhluk hidup lainnya, bahkan segala sesuatu di dunia ini diciptakan oleh allah berpasang-pasangan. Sebagaimana firmanNya dalam Qs. Adzariyaat ayat 49:

         

  Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.

  ”

  Indonesia juga mengatur hukum perkawinan dalam No.1 tahun 1974 yang diantaranya meliputi syarat perkawinan. Dijelaskan pada pasal 7 ayat 1 bahwa “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun”. Meskipun ketika ada hal lain pengadilan akan memberikan dispensasi nikah bagi mereka yang belum cukup umur sebagaimana dijelaskan dalam pasal 7 ayat 2.

  Hal tersebut berbeda dengan hukum Islam. Dimana hukum Islam tidak menjelaskan batas usia kesiapan untuk nikah, dalam islam hanya menjelaskan bahwa pernikahan boleh dilakukan oleh seseorang ketika seorang laki-laki dan seorang perempuan tersebut telah baligh dan telah siap lahir maupun bathin untuk menikah agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.

  Walaupun hukum islam memberikan batas usia pernikahan dengan

  

baligh dan berakal, akan tetapi hal tersebut tidak menentukan kematangan

  atau kedewasaan seseorang. Tetapi, bagaimana pun suatu pernikahan yang sukses tidak dapat diharapkan dari mereka yang mentah baik fisik maupun mental emosional, pernikahan perlu adanya kedewasaan dan tanggung jawab dalam pelaksanaanya. Oleh karena itu, pernikahan yang dilakukan pada pasangan dibawah umur rentan pada penceraian serta hubungan kekeluargaan yang kurang sehat.

  Faktanya saat ini banyak terjadi pernikahan dini dan berakhir pada perceraian. Hal ini terbukti, dari beberapa kasus perceraian yang diajukan oleh pasangan pernikah dini yang perkaranya di Putus di Pengadilan Agama Salatiga.

  Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul PERCERAIAN PASANGAN

  PERNIKAH DINI (Studi Kasus di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Tahun 2016-2017).

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Mengapa pasangan pernikahan dini lebih cenderung melakukan perceraian?

  2. Bagaimana tinjauan Fiqh Islam terhadap praktek pernikahan dini di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian disini adalah: 1. Untuk mengetahui mengapa pasangan pernikahan dini lebih cenderung melakukan perceraian.

  2. Untuk mengetahui tinjauan Fiqh Islam terhadap praktek pernikahan dini di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.

D. Keguanaan Penelitian

  Adapun Kegunaan dari penelitian yaitu: 1. Manfaat Teoritis

  Hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memperdalam dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya sebagai tambahan wacana dibidang ilmu hukum perdata dan sebagai literatur dalam hukum perkawinan islam.

2. Manfaat Praktis

  Dalam penelitian ini, adapun manfaat praktis yang di harapkan adalah: a.

  Menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola berfikir serta pemenuhan pra-syarat dalam menyelesaikan pembelajaran ilmu hukum islam dalam bidang hukum keluarga islam.

  b.

  Berguna sebagai pedoman untuk menyelesaikan masalah dan menghindarkan masalah yang timbul, agar tidak menjadi lebih parah dalam kehidupan masyarakat.

  c.

  Memberikan masukan bagi para pihak yang berkompeten terhadap masalah-masalah Perceraian. Serta dapat dijadikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan dan penegakan hukum di Indonesia yang memiliki nilai keadilan dan kepastian.

E. Tinjauan Pustaka

  Setelah diadakan penelusuran, ternyata banyak penelitian dan karya ilmiah yang membahas mengenai masalah Perceraian yang ada disekitar masyarakat diantaranya: 1.

  Skripsi berjudul “Faktor Faktor Penyebab Perceraian (Studi Terhadap Perceraian Di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang).” yang ditulis oleh Nurul Fadhlilah Tahun 2013.

  Pernikahan adalah tiang keluarga yang teguh dan kokoh. Namun, suatu perkawinan yang seharusnya merupakan tempat kebahagiaan dan kedamaian pasangan hidup pada kenyataannya tidak dapat menjamin kelanggengan rumah tangga. Karena dalam keadaan tertentu terdapat factor-faktor yang menghendaki putusnya perkawinan. Jika suami istri dalam rumah tangga tersebut tidak mampu untuk menyikapi atau mengendalikan diri masing-masing tidak menutup kemungkinan akan terjadi percecokan dan keretakan dalam rumah tangga yang apabila tidak mungkin didamaikan, maka jalan terakhir adalah perceraian. Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah mengetahui faktor-faktor penyebab perceraian dan dari faktor-faktor tersebut faktor dominan apa yang menyebaban perceraian di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode penelitian dimana peneliti menjelaskan kenyataan yang didapatkan dari kasus-kasus di lapangan sekaligus berusaha untuk mengungkapkan hal-hal yang tidak nampak dari luar agar khalayak dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Hasil penelitian yang dieroleh adalah pertama, faktor-faktor penyebab perceraian di Desa Batur yaitu faktor ekonomi, perselisihan, meninggalkan, gangguan pihak lain atau perselingkuhan, dan perjodohan.

  

Kedua, dari faktor-faktor tersebut yang menjadi faktor dominan penyebab

  perceraian di Desa Batur adalah ekonomi dan perselisihan. Kedaan ekonomi yang tergolong dalam menengah kebawah dapat disebabkan karenya rendahnya tingkat pendidikan yang menjadikan mereka hanya berprofesi sebagai petani dan buruh. Responden yang bercerai rata-rata hanya berpendidikan tingkat SD. Sehingga sekilas dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan terkait dengan tingkat perceraian. Ekonomi yang kurang menyebabkan perselisihan yang terus menerus terjadi dan tidak lagi dapat terhindarkan. Dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah maka keluarga tersebut mengalami goncangan atau kesulitan ekonomi.

2. Skripsi berjudul “Perceraian Karena Salah Satu Pihak Murtad (Studi

  Putusan di Pengadilan Agama Salatiga ).” yang ditulis oleh Nastangin Tahun 2012.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui alasan perceraian di Pengdilan Agama Salatiga. Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah (1) apa pertimbangan dan dasar huku hakim dalam memutus perkara perceraian karena salah satu pihak murtad? (2) apa akibat hukum perceraian karena salah satu pihak murtad?. Penulis dalam penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan memakai pendekatan normatif. Penelitian pendeatan normatif adalah suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan huku dan fenomena atau kejadian yang terjadi di lapangan. Dalam penelitian ini yang akan di cari perihal tentang perkara perceraian karena salah satu pihak murtad. Jenis penelitian ini secara spesifik lebih bersifat yurisprudensi, metode ini di maksudkan untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data seteliti mungkin tentang objek yang diteliti dalam hal ini untuk menggambarkan proses penyelesaian perceraian karena salah satu pihak murtad. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa pertimbangan hakim dalam memutus perkara perceraian karena salah satu pihak murtad yaitu kelurga penggugat dan tergugat tidak harmonis karena tergugat keluar dari agama Islam dan sebelumnya mediasi telah dilakukan akan tetapi hasilnya gagal kemudian dasar hukum hakim dalam memutus perkara cerai gugat karena salah satu pihak murtad ialah Pasal 116 KHI pada huruf h dan mengambil pendapat ahli yang dijadikan pendapat sendiri yang termuat dalam kitab At-Thalaq hal 39 bahwa akibat hukum perceraian secara umum, yakni menjadikannya putus tali perkawinan, masih berlaku masa iddah dipenuhi setelah terjadinya perceraian diantaranya: masih menanggung hadhanah, memberi nafkah kepada anak sampai usia dewasa (usia 21 tahun).

  3. Skripsi berjudul “Pertengkaran Sebagai Alasan Perceraian (Studi Putusan di Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2010- 2012).” yang ditulis oleh Husnul Robiah Tahun 2001.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui alasan perceraian di Pengadilan Agama Salatiga. Pernyataan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) factor apa yang mendorong terjadinya pertengkaran? (2) bagaimana hasil putusan hakim terhadap perkara pertengkaran sebagai alasan perceraian? (3) apakah dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara pertengkaran sebagai alasan perceraian?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan terjun langsung di lapangan yakni di Pengadilan Agama Salatiga. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa menurut hukum Islam perceraian merupakan perbuatan yang halal, akan tetapi merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Menurut para fuqoha perceraian itu ada kalanya wajib, sunah, dan haram yang didasarkan dengan alasan-alasan yang tepat, sehingga perceraian tidak dipandang sebagai sesuatu hal yang mudah. Faktor penyebab terjadinya perceraian secara umum antara lain disebabkan karena terus berselisih atau pertengkaran dengan alasan antara lain karena cacat biologis, poligami tidak sehat, cemburu, kawin paksa, ekonomi, kawin dibawah umur, politis, tidak ada keharmonisan, gangguan pihak ke-3. Dan dari beberapa faktor tersebut, diantara faktor yang menyebabkan pertengkaran atau perselisihan dari hasil penelitian yakni karena ekonomi dan kawin paksa. Untuk hasil putusan dari perkara pertengkaran sebagaialasan perceraian semuanya dikabulkan oleh Majlis Hakim setelah mendengar keterangan-keterangan dari saksi maupun keterangan lainnya yang berupa alasan-alasan yang digunakan dalam permohonan atau gugatan perceraian, bukti surat dan alat bukti lain yang digunakan sebagai dasar Majlis Hakim memberikan putusan. Dasar petimbangan hakim dalam memutus perkara perteng karan dari hasil penelitian sudah cukup jelas, yakni mulai dari tahap persidangan, pemanggilan serta perdamaian. Hakim melihat alasan-alasan atau dalil-dalil yang diajukan permohonan,

alat bukti, keterangan dari beberapa saksi serta fakta hukum yang ditemukan di dalam persidangan, bahwa dalam perkara cerai thalak dasar pertimbangannya yakin: istri telah pergi dari rumah tanpa ijin dan tidak diketahui keberadaanya hingga sekarang, maka suami mempunyai kekuasaan untuk menceraikannya. Dan untuk perkara cerai gugat, bahwa ada pelanggaran taklik thalak oleh suami isteri. Hal tersebut yang menjadikan dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan pekara tersebut.

  Berdasarkan penelitian-penelitian diatas yang telah dilakukan, belum ada penelitian yang membahas secara terperinci dan mendetail tentang Perceraian Pasangan Pernikah Dini yang ada di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang F.

   Penegasan Istilah

  Untuk memahami judul sebuah skripsi perlu adanya pendefinisi judul secara terperinci, dengan maksud dapat diketahui secara jelas. Maka penulis perlu memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah dalam judul ini yaitu sebagai berikut:

1. Perceraian adalah berpisah (poerwadarminto, 2006: 231). Thalaq adalah putusanya ikatan perkawinan (Rasjid, 1954: 379).

  2. Pernikahan Dini atau perkawinan dibawah umur adalah perkawinan yang dilaksanakan oleh seorang anak yang belum mencapai usia nikah yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yaitu 19 (sembilan belas) tahun untuk pria dan 16 (enam belas) tahun untuk wanita.

G. Metode Penelitian

  Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara yang teratur dan berfikir secara kritis untuk mecapai suatu tujuan yang dimaksud. Metode ini di perlukan guna mencapai tujuan yang sesuai dan memperoleh hasil yang optimal.

  1. Jenis penelitian dan Pendekatan

  Jenis penelitian ini adalah lapangan dengan pendekatan sosiologis hukum yaitu pendekatan yang melihat suatu kenyataan hukum di dalam masyarakat. Pendekatan sosiologis hukum merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarakat. Pendekatan berfungsi sebagai penunjang untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi temuan bahan non hukum bagi keperluan penelitian hukum (Ali, 2009:175).

  2. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang dimana banyak data kasus Perceraian Pasangan Pernikahan Dini.

  3. Sumber Data

  Berdasarkan sumbernya, jenis data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder (Suratman, 2014: 106). a.

  Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari penelitian di lapangan. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara pada pasangan yang melakukan perceraian pasangan nikah dini yang ada di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan penulis dari penelitian kepustakaan. Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi pustaka, arsip data di Pengadilan Agama Kota Salatiga, UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan arsip-arsip lain yang berhubungan dengan pokok masalah.

4. Metode Pengumpulan Data

  Ada tiga jenis metode pengumpulan data yaitu: a. Observasi

  Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh seorang peneliti (Sugiyono, 2010:204).

  Observasi atau pengamatan adalah perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya dan menemukan kaidah- kaidah yang mengaturnya. Observasi dibedakan menjadi dua yaitu Observasi Partisipan dan Observasi Non-Partisipan. Observasi Partisipan adalah observasi yang dilakukan di mana sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan kejadiannya. Sedangkan Observasi Non-Partisipan adalah observasi yang dilakukan dimana peneliti tidak terlibat secara langsung dengan sumber data, akan tetapi hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono. 2010:204).

  b.

  Wawancara (interview) Wawancara adalah pengumpulan informasi secara lisan dengan tujuan menghimpun data berupa tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi, dan keinginan seseorang yang dilakukan terhadap objek orang, sumber atau instansi yang bersangkutan (Nawawi, 1994:50).

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi yaitu dengan melakukan pencatatan atau mengcopy terhadap data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan buku- buku referensi lain (Nawawi, 1994:73). Dokumentasi artinya barang- batang tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010:201).

  Dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan Wawancara yaitu untuk mengetahui perceraian pada pasangan pernikah dini dan juga menggunakan metode Dokumentasi guna mengumpulkan data yang akan digunakan sebagai modal dalam melakukan penelitian.

5. Analisis Data

  Analisis data adalah suatu cara yang dipakai untuk menganalisa

  (data analysis) dan mengolah data yang sudah terkumpul, sehingga dapat

  diambil suatu kesimpulan yang konkret tentang permasalahan yang diteliti dan dibahas (Arokunto. 2010:278). Dalam penelitian ini, digunakan analisa kualitatif yaitu analisis untuk meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk uraian (Moleong, 2010:288).

  Setelah data terkumpul, kemudian data tersebut akan dianalisis seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan kejelasan kepada para pambaca dalam menyusun Skripsi ini. Maka, penulis menyusun sistematika penulisan penelitian yang terdiri atas 5 bab yaitu:

  BABI Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II Kajian Pustaka yang mengulas beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu pernikahan yang membahas tentang pengertian pernikahan, hukum pernikahan dalam islam, rukun dan syarat pernikahan, tujuan dan hikmah pernikahan, hak dan kewajiban dalam pernikahan, membahas tentang pengertian pernikahan dini, hukum pernikahan dini, sebab pernikahan dini, dampak pernikahan dini. Selanjutnya adalah perceraian yang menguraikan tentang pengertian perceraian, dasar hukum perceraian, rukun dan syarat perceraian, macam dan bentuk perceraian, alasan perceraian.

  BAB III Hasil Penelitian yang membahas tentang gambaran umum Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang, hasil wawancara terdahap pelaku perceraian pasangan nikah dini dan hasil wawancara terhadap Hakim dan Kelapa KUA mengenai perceraian dan penikahan dini.

  BAB IV Analisi Data yang membahas tentang perceraian pasangan nikah dini yg meliputi kecenderungan terjadinya perceraian pada pasangan nikah dini, tinjauan Fiqh Islam terhadap praktek pernikahan dini di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.

  BAB V Bab ini merupakan bab penutup. Dalam bab ini penulis akan mengemukakan semua kesimpulan dari seluruh hasil penelitian dan saran.

BAB II TINJAUAN UMUM PERCERAIAN PASANGAN PERNIKAHAN DINI A. Pernikahan 1. Pengertian Pernikahan Pernikahan dalam Al- Qur‟an dan Hadis disebut dengan dua kata,

  yaitu nikah dan zawaj . Kedua kata ini yang terpakai dalam )

  حاكن(

  

) جاوز (

  kehidupan sehari-hari oleh orang Arab. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam Al- Qur‟an dengan arti kawin (summa, 2005:42). seperti dalam surat an-

  Nisa‟ ayat 3:

                                

  Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim, maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi, dua, tiga atau empat orang, dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil, cukup satu orang.

  Demikian pula banyak terdapat kata za-wa-ja dalam Al- Qur‟an dalam arti kawin, seperti pada surat al-Ahzab ayat 37:

                           

  

            

           

  Artinya: dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu Menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan diasupaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak- anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.

  Tetapi dalam Al- Qur‟an terdapat pula kata nikah dengan arti Akad, seperti tersebut dalam firman Allah surat an-

  Nisa‟ ayat 22:

  

            

     

  Artinya: dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

  Dari beberapa pengertian pernikahan dalam Al- Qur‟an tersebut menimbulkan beberapa perbedaan pendapat di kalangan Ulama‟. Ulama‟

  Syafi‟iyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad dengan menggunakan lafal nikah atau zauj yang menyimpan arti memiliki wati.

  Artinya dengan pernikahan seseorang dapat memiliki atau mendapatkan kesenangan dari pasangannya (Abidin, 1999:10).

  Pernikahan adalah akad yang berfaedah kepada kepemilikan untuk bersenang-senang dengan sengaja. Jadi, Imam Hanafi menganggap bahwa pernikahan itu mengandung makna hakiki untuk melakukan hubungan suami isteri. Sedangkan menurut Imam Maliki, nikah adalah akad yang semata-mata untuk kenikmatan dan kesenangan seksual belaka. Berbeda dengan itu, menurut Imam Hambali pernikahan adalah akad yang dimaksudkan untuk mendapatkan kesenangan seksual dengan menggunkan lafad inkah atau tazwij (Maskur, 2014:46).

  Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa “Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

  Dari beberapa pengertian pernikahan diatas dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan sunnatullah yang berupa kebutuhan naluri manusia sebagai sarana untuk membentuk suatu tatanan masyarakat dari populasi terkecil yaitu keluarga, untuk membentuk rumah tangga yang

  sakinah, mawaddah dan warohmah dengan cara yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan juga dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

2. Hukum Pernikahan dalam Islam

  Hukum Perkawinan dibagi menjadi lima hukum taklifi yaitu sebagai berikut (Depag, 1984:59-62): a.

  Wajib bagi orang yang sudah mampu menikah, sedangkan nafsunya telah mendesak untuk melakukan persetubuhan yang dikhawatirkan akan terjerumus dalam praktek perzinahan.

  b.

  Haram bagi orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nafkah lahir dan batin kepada calon isterinya, sedangkan nafsunya belum mendesak.

  c.

  Sunnah bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mempunyai kemampuan untuk nikah, tetapi ia masih dapat menahan diri dari berbuat haram.

  d.

  Makruh bagi orang yang lemah syahwatnya dan tidak mampu memberi belanja calon isterinya.

  e.

  Mubah bagi orang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera nikah atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk nikah.

3. Rukun dan Syarat Pernikahan

  Pernikahan dalam pelaksanaanya harus sesuai dengan ketentuan hukum dan memenuhi beberapa unsur yang menurut istilah hukumnya disebut rukun nikah.

  Adapun rukun nikah dalam islam terdiri dari (Depag, 1984:49-55): a. Dua orang yang saling melakukan akad perkawinan, yakni mempelai laki-laki dan mempelai perempuan.

  b.

  Adanya wali. c.

  Adanya dua orang saksi.

  d.

  Dilakukan dengan tertentu.

  Undang-undang Perkawinan hanya menjelaskan syarat-syarat perkawinan tanpa menjelaskan rukunnya, syarat-syarat tersebut bisa dibilang syarat formal untuk melakukan perkawinan atau pernikahan di Indonesia. Sedangkan rukun dan syarat perkawinan dijelaskan lebih rinci di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 14 yang menyebutkan Untuk melaksanakan perkawinan harus ada: a.

  Calon suami; b.

  Calon isteri; c. Wali nikah; d.

  Dua orang saksi dan; e. Ijab dan Kabul.

  Kemudian Kompilasi Hukum Islam dalam bab yang sama pada bagian-bagian selanjutnya menjelaskan syarat-syarat dari rukun yang sudah dijelaskan pada pasal 14 tersebut.

  Adapun syarat yang harus dipenuhi dari masing-masing rukun adalah sebagai berikut (Maskur, 2014:52): a.

  Syarat-syarat calon suami: 1) Beragama Islam. 2) Jelas laki-lakinya. 3) Jelas atau orangnya diketahui.

  4) Calon laki-laki kenal dan tahu betul bahwa calon isterinya halal dinikahi baginya.

  5) Tidak dipaksa tetapi harus ikhtiar (kemauan sendiri). 6) Tidak sedang berikhrom haji atau umroh. 7) Bukan mahromnya. 8) Tidak mempunyai istri yang haram di madu. 9) Tidak dalam keadaan beristri empat.

  b.

  Syarat-syarat calon istri: 1) Beragama Islam. 2) Jelas perempuannya. 3) Wanita itu tentu orangnya. 4) Sepertujuan dirinya/tidak dipaksa. 5) Tidak bersuami atau dalam iddah orang lain. 6) Bukan mahromnya. 7) Belum perah di li‟an. 8) Tidak sedang berikhrom haji atau umroh.

  c.

  Syarat-syarat wali: 1) Laki-laki. 2) Beragama Islam. 3) Baligh. 4) Berakal sehat. 5) Adil.

  d.

  Syarat-syarat saksi:

  1) Beragama Islam. 2) Baligh. 3) Berakal sehat. 4) Merdeka/bukan budak. 5) Kedua orang saksi itu bisa mendengar/tidak tuna rungu.

  e.

  Syarat-syarat sighot (ijab dan qobul): Sighot dan ijab mempunyai syarat-syarat masing-masing.

  Syarat-syarat ijab adalah sebagai berikut: 1)

  Dengan perikatan shorih dapat dipahami oleh mempelai laki-laki, wali dan dua orang saksi.

  2) Harus dengan shighot yang mutlak (tidak muqoyyad atau terikat) tidak ditakwilkan atau dikaitkan dengan suatu syarat atau dengan batas waktu.

  3) Shighot yang digunakan dalam akad itu mengandung pengertian relanya orang yang mencakup sejak berlangsungnya akad. Sighot yang dipakai adalah fiil madhi.

  Sedangkan syarat-syarat qobul adalah sebagai berikut (Maskur, 2014:52): 1)

  Dengan kata-kata yang mengandung arti menerima, setuju atau dengan perkawinan tersebut.

  2) Harus dengan sighot yang mutlak.

  3) Shighot yang digunakan dalam akad (qobul) itu mengandung arti rela diri orang yang mengucapkan sejak berlangsungnya akad perkawinan. Sighot yang dipakai adalah fiil madhi.

  Rukun dan syarat pernikahan tidak hanya sebatas mengenai ketentuan hukum islam, akan tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam ketentuaanya. Sebagaimana diatas, maka hendaknya memerhatikan beberapa faktor biologis maupun faktor psikologis.

  Menurut UNICEF (dalam hanafi, 2011: 80) tidak seorang gadispun boleh hamil sebelum usia 18 tahun, karena secara fisik dan mental ia belum siap untuk melahirkan anak. Ibu muda beresiko melahirkan bayi prematur dengan berat badan dibawah rata-rata. Dalam hal ini, sangatlah berbahaya bagi bayi yang dilahirkan tersebut, karena meningkatkan resiko kerusakan otak dan organ-organ tubuh lainnya. Bayi yang lahir dengan berat kurang dari normal mempunyai resiko kematian 20 kali lebih besar pada tahun pertamanya dibanding bayi normal. Selain itu, ibu kecil antara 10-14 tahun beresiko meninggal dalam proses persalinan 5 kali lebih besar dari wanita dewasa.

Dokumen yang terkait

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

0 0 17

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 78

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR( Studi Kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 88

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI (Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 107

KEHARMONISAN KELUARGA PELAKU PERNIKAHAN USIA DINI (STUDI KASUS DESA GIRIREJO KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 170

Tinjauan Hukum Islam terhadap Konsep dan Kegiatan “Komunitas Rumah Jodoh” dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di Salatiga SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 189