KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI TERHADAP SURAT AL-IKHLAS MENURUT TAFSIR AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB) - Test Repository

  

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

(STUDI TERHADAP SURAT AL- IKHLAS MENURUT TAFSIR

AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB)

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  Disusun Oleh : Tri Zunaenah

  114-13-001

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

  

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

(STUDI TERHADAP SURAT AL- IKHLAS MENURUT TAFSIR

AL-MISHBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB)

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  Disusun Oleh : Tri Zunaenah

  114-13-001

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

  Dr. M. Gufron, M.Ag

  DOSEN IAIN SALATIGA

  Persetujuan Pembimbing

  Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

  Tri Zunaenah Kepada :

  Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di tempat

  Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : TRI ZUNAENAH NIM : 114 13 001 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM

  KELUARGA (STUDI TERHADAP SURAT AL-IKHLAS MENURUT TAFSIR AL MISHBAH KARYA M.

  QURAISH SHIHAB) Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasahkan.

  Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, 27 Maret 2018 Pembimbing

  Dr. M. Gufron, M.Ag NIP. 19720814200312 1 001

  

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASI

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : TRI ZUNAENAH NIM : 114-13-001 Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skirpsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.

  Salatiga, 22 Maret 2018

  

MOTTO

“Setiap perjuangan pasti ada ujian dan

cobaannya,maka jalani dan lakukan dengan ikhlas

serta lillahita’ala untuk mencari berkah dari-Nya”

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

  1. Suamiku tercinta ( Muhammad Sayaful Choliq ) yang selalu menemani, mendukung dan membimbingku

  2. Ayahku tercinta (Muslimin) dan Ibuku tersayang (Ngatmi) sebagai wujud baktiku kepadanya, yang telah bersusah payah membesarkanku, memberikan dukungan ,mendo’akanku serta membiayai kebutuhanku hingga aku lulus S1.

  3. Ayah Mertuaku ( Ahmad Munir, Al-Hafidz ) dan Ibu Mertuaku ( Siti Haniah ) yang telah mendoakan serta support dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Anakku tercinta ( Ahwalul Kautsar Muhammad ) yang menjadi semangatku untuk menyelesaikan skripsi ini

  5. Taman-temanku Pendidik PAUD SBB Pelangi Nusantara 04 yang selalu memberikan kesempatan untuk saya menuntut ilmu di IAIN Salatiga

  6. Teman – teman seperjuangan PAI Ekstensi angkatan 2013.

  7. Saudara seiman dan setakwa yang telah member do’a agar mendapat ilmu yang bermanfaat

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dengan rahmat, taufik serta hidayah Nya skripsi dengan judul Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Keluarga (Studi Terhadap Surat Al-Ikhlas menurut Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab) bisa selesai.

  Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepangkuan baginda Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah. Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis sampaikan terimakasih kepada: 1.

  Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Dr. M. Gufron, M.Ag selaku pembimbing yang telah membimbing, memberi motivasi dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis. Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga amal yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah

  SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun metodologis. Kritik serta saran yang membangun penulis harapkan bagi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman. Amin.

  Salatiga, 9 Maret 2018 Penulis

  

ABSTRAK

  Zunaenah, Tri. 2018. Konsep Pendidikan Tauhid ( Studi Terhadap Surat Al-Ikhlas . Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. M. Gufron, M.Ag.

  Kata Kunci: Konsep Pendidikan Tauhid, Al-Ikhlas

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian QS. Al-Ikhlas menurut pendapat M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah kaitannya dengan penanaman pendidikan tauhid dalam keluarga.

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumetasi

  

(documentation research methode), analisis data yang digunakan dalam skripsi ini

adalah pendekatan deduktif dan induktif.

  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1. M. Quraish Shihab merupakan salah satu ulama tafsir di Indonesia. Beliau lahir di Lotassalo, Rappang, kabupaten Sidenreng Rappang ( Sidrap ), Sulawesi Selatan pada hari Rabu, 16 Februari 1944, bertepatan dengan 22 Safar 1363 H. Quraish Shihab pernah menjadi santri di al-Faqihiyah, Malang. Guru M.Quraish Shihab adalah Habib Abdul Qadir Bil Faqih. Salah satu karya nya yaitu Tafsir al-Mishbah yang akan digunakan penulis dalam skripsi ini. 2. Dalam Al-

  Qur’an surat Al-Ikhlas terdapat konsep pendidikan aqidah bahwasanya Dia adalah Maha Tunggal, tidak ada yang menyertai dalam kesucian-Nya. Menurut Tafsir AL-Mishbah keesaan Allah dibagi menjadi empat yaitu: keesaan zat, keesaan sifat, keesaan dalam perbuatan dan keesaan beribadah kepada-Nya. Dan 4 keesaan Allah ada kaitannya dengan teori Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma’ wa Sifat. Keesaan zat memiliki makna sama dengan Tauhid Rububiyah, keesaan perbuatan dan keesaan beribadah kepada-Nya memiliki makna sama dengan Tauhid Uluhiyah, kemudian Asma’ wa Sifat memiliki makna sama dengan keesaan sifat Allah. 3. Orang tua adalah unsur utama bagi tegaknya tauhid dan nilai-nilai Islami dalam keluarga. Sejak dalam kandungan orang tua sudah harus mengenalkan dan mengajarkan ketauhidan kepada anak. Dengan bekal tauhid inilah anak akan berkembang sesuai batasan- batasan yang telah ditetapkan. Agar menjadi manusia muslim yang benar-benar meyakini keesaan Allah dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran yang ada demi kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Metode yang dapat diterapkan dalam keluarga muslim metode pembiasaan, metode keteladanan, metode hukuman dan metode ganjaran.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL GAMBAR BERLOGO JUDUL……………………………………………………………………. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………….... iv PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………….. v PERNYATAAN KEASLI

  AN TULISAN………………………………… vi MOTTO……..……...……………...……………………………………… vii PERSEMBAHAN…………...……..……………………………………... viii KATA PENGANTAR ...….……………………………………………… ix ABSTRAK……..………………………………………………………… x DAFTAR ISI..…………………………………………………………… xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………….…………………………… 1 B. Rumusan Masalah…………………………………… 9 C. Tujuan Penelitian……….…………………………… 9 D. Kegunaan Penelitian………………………………… 9 E. Metode Penelitian…………………………………… 10 F. Kajian Pustaka………………………………………. 12 G. Penjelasan Istilah….………………………………… 13 H. Sistematika Penulisan…..…………………………… 15 BAB II BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB A. Riwayat M. Quraish Shihab…………………………. 16 1. Riwayat Keluarga…..……………………………. 16 2. Riwayat Pendidikan...……………………………. 17 3. Pengabdian M. Quraish Shihab…….……………. 18 4. Karya M. Quraish Shihab…..……………………. 18 B. Sistematika Penulisan Tafsir Al-Mishbah …………… 20 1. Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Mishbah …… 20 2. Gambaran Umum Tafsir Al-Mishbah……………. 20

  3. Metode Tafsir Al-Mishbah…..…………………… 21 4.

  Corak Tafsir Al-Mishbah…….…………………… 21

  BAB III KONSEP PENDIDIKAN TAUHID A. Pengertian Pendidikan Islam…………………………. 23 B. Dasar Pendidikan Islam……………………………..... 25 C. Tujuan Pendidikan Islam……………………….…….. 27 D. Pengertian Tauhid…………………………………….. 28 1. Tauhid Rububiyah………………………………… 29 2. Tauhid Uluhiyah………………………………….. 31 3. Tauhid Asma wa Sifat……………………………. 32 E. Asbabun Nuzul surat Al-Ikhlas………………………. 32 F. Konsep Tauhid dalam surat Al-Ikhlas………………... 35 G. Konsep Tauhid Menurut Tafsir Al-Mishbah………..... 35 BAB IV RELEVANSI PENDIDIKAN TAUHID DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG SESUAI SURAT AL-IKHLAS A. Analisis Data…………....…………………………….. 45 1. Analisis metode menanamkan dan menumbuhkan pendidikan Tauhid dalam keluarga muslim……..……………………........................... 45 2. Konsep Tauhid sesuai tafsir Al-Mishbah…………. 51

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………… 53 B. Saran ………………………………………………….. 55 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu kegiatan manusia yang terjadi disetiap proses

  kehidupan, pendidikan bukan hanya terjadi di lingkungan formal atau lembaga pendidikan saja. Pendidikan adalah “Handayani” seperti yang dikemukakan oleh

  Ki Muhammad Said R. yang memiliki arti “Memberi Pengaruh”. Pendidikan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimilikinya. Sikap-sikap dan bentuk perilaku yang bersifat positif dimasyarakat tempat individu yang bersangkutan berada (Dr. M. Sukardjo,2009:9).

  Dapat dikatakan bahwa pendidikan sudah ada sejak manusia diciptakan. Terbukti dalam Q.S Al-Baqarah ayat 31-32 :

  ِءآَمْسَأِب ىِنؤُُـِبۢنَأ َلاَقَف ِةَكِئٰٓ لَمْلا ىَلَع ْمُهَضَر َع َّمُث اَهَّلُك َءآَمْسَ ْلْا َمَداَء َمَّلَعَو ١٣ َنيِقِد ص ْمُتنُك نِإ ِء َلَُؤٰٓ ه ١٣ ُميِكَحْلا ُميِلَعْلا َتنَأ َكَّنِإ ۖ آَنَتْمَّلَع اَم َّلَِإ آَنَل َمْلِع َلَ َكَن حْبُس اوُلاَق

  Artinya :

  “Dan Allah ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemuadian Allah perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama

semua (benda) ini jika kamu benar!.” 31

“Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang Engkau ajarkan kepada kami.

  Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana”. 32

  Dimana Allah telah mengajarkan kepada Adam semua nama-nama yang oleh para malaikat belum pernah dikenalkan. Dengan berkembangnya zaman kini pendidikan mulai mengalami kemajuan, hal yang perlu diperhatikan adalah lingkungan dimana pertama kali seseorang itu mendapat pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang pertama kali diperoleh adalah dari lingkungan tempat ia dilahirkan yaitu keluarga.

  Agama Islam mengajarkan bahwasanya seluruh alam ini, Tuhanlah yang telah menjadikan, menguasai dan mengawasinya. Bahwasanya Dia adalah Maha Tunggal, tidak ada yang menyertai dalam kesucian-Nya. Seseorang dikatakan telah memeluk Islam, apabila ia telah bersyahadat dengan sepenuh keimanan atas ke-Esaan Allah SWT bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah. Kedua kepercayaan ini tersimpul dalam kalimat laailaahaillallah

  

muhammadurrasulullah (Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah

  utusan Allah). Bagian pertama kalimat ini memberikan konsep tauhid, dan bagian kedua adalah kesaksian atas kerasulan Muhammad SAW.

  Kadar keimanan seseorang mempengaruhi seseorang dalam pergaulannya sehari-hari. Kadar ketauhidan seseorang juga sangat berkaitan dengan besarnya adab dan akhlak yang dia miliki. Akidah dan agama merupakan suatu keyakinan yang harus ditanamkan kepada anak. Akidah adalah keimanan yang menjadi landasan seseorang menjadi yakin dalam beragama.

  Oleh karena itu tampak jelas sekali hikmahnya, mengapa iman dijadikan sebagai prinsip umum dan kekal abadi. Juga mengapa Allah tidak pernah membiarkan suatu generasi atau suatu umat dalam keadaan kosong tanpa mengutus seorang rasul kepada mereka untuk mengajak mereka kepada iman ini

  (

  dan memperdalam akar-akar aqidah ini di dalam hati mereka Sayyid Sabbiq, 2008 : 8).

  Batu fondasi keimanan Islam adalah Tauhid (keesaan Allah). Pada konsep ini bermuara semua pandangan dunia dan strateginya. Segala sesuatu yang lain secara logika bermuara dari sini. Tauhid mengandung arti bahwa alam semesta didesain dan diciptakan dengan sadar oleh Allah SWT yang bersifat esa dan unik. Dan ia tidak terjadi karena kebetulan atau eksiden. Tujuan inilah yang akan memberikan arti dan signifikan bagi eksisitensi jagat raya, dimana manusia merupakan salah satu bagiannya. Sesudah menciptakan jagat raya ini, Allah tidak pensiun. Ia aktif terlibat dalam segala urusannya dan ia selalu waspada dan melihat kejadian yang paling kecil sekalipun.

  Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

  َنوُقَّتَت ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْبَق ْنِم َنيِذَّلاَو ْمُكَقَلَخ يِذَّلا ُمُكَّبَر اوُدُبْعا ُساَّنلا اَهُّيَأ اَي ٣٣ ًءاَم ِءاَمَّسلا َنِم َلَزْنَأَو ًءاَنِب َءاَمَّسلاَو اًشاَرِف َضْرلْا ُمُكَل َلَعَج يِذَّلا ٣٣ َنوُمَلْعَت ْمُتْنَأَو اًداَدْنَأ ِ َّ ِلِلّ اوُلَعْجَت لاَف ْمُكَل اًقْزِر ِتاَرَمَّثلا َنِم ِهِب َجَرْخَأَف

  Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui

  ” (QS. Al-Baqarah: 21-22).

  Umumnya dakwah dan seruan iman ini datang sesudah hati nurani manusia mengalami kerusakan, dan sesudah semua nilai luhur hancur. Dan tampak bahwa manusia sangat memerlukan datangnya mu’jizat yang dapat mengembalikannya kepada fitrahnya yang sehat agar memiliki kelayakan untuk memakmurkan bumi dan mampu mengemban amanah kehidupan (Sayyid Sabbiq, 2008 : 9).

  Sekedar percaya akan wujud Allah belumlah cukup untuk menjadikan sempurna keislaman seseorang, yang paling utama di dalam hubungan makhluk dengan Allah ialah kepatuhan yang bulat hanya kepada-Nya. Inilah intisari sesungguhnya dari ajaran Islam, yaitu mentauhidkan atau mengesakan Allah. Tauhid akan membuat jiwa tentram dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan. Selain itu, Tauhid juga berpengaruh untuk membentuk sikap dan perilaku manusia. Jika tauhid ditanamkan dengan kuat, ia akan menjadi sebuah kekuatan batin yang tangguh, sehingga melahirkan sikap positif.

  Keimanan kepada Allah dan Malaikat pencatat amal baik perbuatan merupakan bagian yang paling penting dalam ketauhidan seseorang. Diantara hal yang telah diterima oleh para ahli pendidikan dan akhlak adalah bahwa seorang anak sejak lahir sudah membawa fitrah Tauhid dan aqidah Iman kepada Allah, serta berada di atas dasar kesucian, maka jika tersedia baginya pendidikan yang baik dalam keluarga, interaksi sosial yang baik, dan lingkungan belajar yang baik. Dan jika pendidikan anak jauh dari akidah Islam, dan dari bimbingan agama serta hubungan dengan Allah

  Ta’ala, maka pastinya kelak sang anak akan tumbuh dalam dunia kejahatan dan penyimpangan ( Abdullah Nasih Ulwan, 2013 : 80 ).

  Al- Qur’an menegaskan bahwa dalam fitrah diri manusia terdapat kecenderungan menuju keimanan dan penolakan terhadap tindak kejahatan dan kedurhakaan. Allah tidak hanya menempatkan dalam fitrah diri manusia keimanan kepada yang maha mencipta dan menganugerahinya kemampuan untuk mengenal Allah, namun dia juga telah menciptakan di dalamnya dorongan-dorongan alamiah menuju kebaikan dan penolakan terhadap perbuatan buruk, dosa, dan tindakan-tindakan yang merendahkan martabat manusia. Oleh karena itulah secara tanpa sadar jiwa manusia condong kepada kebaikan ( Sayyid Mujtaba Musawi Lari, 1997 : 37 ).

  Dan hakikat dari fitrah ini telah ditetapkan Al- Qur’an bahwasanya fitrah

  Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.

  Sebagaimana firman Allah

  Ta’ala mengenai hal ini adalah : … َرۡفُكۡلٱ ُمُكۡيَلِإ َهَّرَكَو ۡمُكِبوُلُق يِف ۥُهَنَّيَزَو َن َميِ ۡلۡٱ ُمُكۡيَلِإ َبَّبَح َ َّلِلّٱ َّنِك َلَو

  ٧ َنوُدِش َّرلٱ ُمُه َكِئٰٓ َلْوُأ ََۚناَي ۡصِعۡلٱَو َقوُسُفۡلٱَو

  Artinya : “... Tetapi allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan

  menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan (QS. Al- Hujurat : 7).

  Dan manusia telah dilahirkan dengan fitrah oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah:

  … … َلَع َساَّنلٱ َرَطَف يِتَّلٱ ِ َّلِلّٱ َتَرۡطِف

  ََِّۚلِلّٱ ِقۡلَخِل َليِدۡبَت َلَ َۚاَهۡي

  Artinya : “…(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

  menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah ” (QS. Ar-Ruum: 30).

  Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup (system social), dan keluarga menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena keadaan jasmaniyah maupun intelektual, sosial dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua. Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah dagingnya, kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua.

  Anak dapat belajar dengan memperhatikan cara orang dewasa menggunakan keterampilannya, dan orang tua dapat mengajarkan sesuatu dengan memberi tahu anak apa yang harus dilakukan. Sayangnya orang tua tidak membolehkan anak-anak masuk ke dalam proses berfikir mereka. Memberi anak- anak kesempatan mengetahui pikiran orang dewasa akan mengajarkan kepada mereka bahwa memiliki perasaan negatif, bingung, dan tidak mendapatkan solusi sempurna adalah hal yang normal. Tentu saja, orang tua perlu memberi teladan kendali diri dan keterampilan berkomunikasi dengan baik, jika itu juga yang mereka harapkan dari anak-anak ( Maurice J. Elias, 2002 : 89 ).

  Orang tua adalah unsur utama bagi tegaknya tauhid dan nilai-nilai Islami dalam keluarga. Sebagai seorang muslim, orang tua harus memiliki aqidah serta tauhid yang berkualitas dengan cara berguru dengan para ulama sholeh yang ahli dalam materi-materi ketauhidan, sehingga orang tua dapat membekali anak- anaknya dengan keilmuan yang didukung dengan keteladanan tauhid, sehingga terbentuk kepribadian seorang muslim sejati. Apabila orang tua memiliki keimanan yang kuat serta akhlak yang mulia, maka anak dapat melihat orang tuanya sebagai teladan yang memberikan pengetahuan sekaligus pengalaman dan pengarahan.

  Kepribadian muslim dibentuk sejak dini, bahkan para ulama ada yang mengatakan ketika bayi dalam kandungan seorang ibu. Orang tua mempunyai kewajiban yang sangat besar dalam menanamkan dan menumbuhkan aqidah anak dan akhlak yang mulia pada anak. Para ulama mengatakan semakin kurang keimanan anak, maka semakin rendah juga kadar akhlak, watak, kepribadian, serta kesiapan seorang anak untuk menerima konsep Islam sebagai pedoman dan pegangan hidup. Sebaliknya, jika aqidah tauhid anak telah kokoh dan mapan, maka terlihat jelas dalam setiap amal perbuatannya. Setiap konsep yang ada dalam Islam akan diterima secara utuh dan lapang dada oleh seorang anak ketika mereka tumbuh dewasa, tanpa ada rasa keberatan dan terkesan mencari-cari alasan.

  Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga orang tua memiliki kewajiban untuk membentuk generasi pengubah peradaban. Salah satunya dengan cara mengembangkan kreativitas anak dengan nilai spiritualitas. Berdasarkan ajaran Islam, orang tua bertanggung jawab atas pendidikan, pembentukan kualitas, dan kepribadian anak.

  Saat ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena perubahan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Keluarga berkurang fungsinya dalam dunia pendidikan. Sebagian tanggung jawabnya beralih kepada tuntutan hidup. Banyak orang tua yang mengabaikan pendidikan anaknya dan disibukkan dengan pekerjannya demi memenuhi kehidupan sehari-hari. Bahkan anak-anak akan bertemu ayah dan ibunya di pagi hari dan hari libur saja. Kurangnya kebersamaan tersebut mempengarungi kedekatan emosional anak dengan orang tua mereka. Disinilah keluarga memiliki peranan yang besar dalam mendidik dan mempengaruhi anak-anak.

  Dengan kebersamaan yang dilalui di dalam keluarga maka mereka akan meniru apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan yang dilakukan orang tua mereka. Seringkali orang tua tidak dapat mendampingi anaknya karena waktu yang telah dipakai untuk bekerja guna memenuhi materi keluarga.

  Alasan kesibukan menjadi landasan orang tua menyerahkan pendidikan anaknya ke lembaga pendidikan untuk mendidik agar anak bersikap sopan, memiliki sosial yang baik di lingkungan, menjadi pribadi yang religius, memiliki akhlak yang mulia, disiplin serta bertanggung jawab. Namun pendidikan anak tidak hanya dilepas begitu saja kepada lembaga pendidikan, kemudian dengan mudah menuntut dan mengkambing hitamkan lembaga pendidikan jika sang anak berbuat sebuah penyelewengan. Akan tetapi tetap ada pantauan dan interaksi yang mendukung untuk perkembangan pendidikan sang anak saat anak kembali di lingkungan keluarga. Pendidikan akan berhasil tergantung sejauh mana kerja sama antara lembaga pendidikan dengan orang tua si anak.

  Untuk membentuk anak yang saleh, dibutuhkan pendidikan yang terarah sebagaimana yang dikatakan dalam Al-Quran Surat An- Nisa’ ayat 9:

  َ هاللّ اوُقَّتَيْلَف ْمِهْيَلَع ْاوُفاَخ ًافاَعِض ًةَّيِّرُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم ْاوُكَرَت ْوَل َنيِذَّلا َشْخَيْلَو ٩ ًاديِدَس ًلَْوَق ْاوُلوُقَيْلَو

  Artinya :

  “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara de ngan tutur kata yang benar”. ( Q.S. An-Nisa’ : 9 )

  Oleh karena itu tampak jelas sekali hikmahnya, mengapa iman dijadikan sebagai prinsip umum dan kekal abadi. Juga mengapa Allah tidak pernah membiarkan suatu generasi atau suatu umat dalam keadaan kosong tanpa mengutus seorang rasul kepada mereka untuk mengajak mereka kepada iman ini dan memperdalam akar-akar aqidah ini di dalam hati mereka (Sayyid Sabbiq, 2008 : 8 ).

  Metode tahlili menafsirkan ayat demi ayat sesuai susunannya dalam setiap surat, dan urutan masa pewahyuan masing-masing surat, sedangkan metode adalah model penafsiran dengan menghimpun sejumlah ayat yang

  maudhui

  tersebar dalam berbagai surat yang membahas tema yang sama. Setelah menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut, mufassir kemudian menarik kesimpulan sebagai jawaban atas tema yang dibahas. Dalam penulisan Tafsir al-Mishbah, Quraish memadukan metode tahlili dan

  maudhu’i. sehingga pembaca tinggal memilih sesuai kebutuhan mereka.

  Menurut Manager Program Pusat Studi Al- Qur’an, Muchlis M. Hanafi, selain kombinasi dua metode tadi, Tafsir al-Mishbah juga mengedepankan corak ijtima’i (kemasyarakatan). Uraian-uraian yang muncul mengarah pada masalah- masalah yang berlaku atau terjadi di tengah masyarakat. Lebih istimewa lagi, menurut Muchlis, kontekstualisasi sesuai corak kekinian dan keindonesiaan sangat mewarnai al-Mishbah (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 284).

  Berpedoman Al- Qur’an dalam surat Al-Ikhlas disebutkan bahwa kita hanya memiliki Tuhan yang satu yaitu Allah SWT surat ini mengajarkan tentang ketauhidan kepada-Nya. Bagaimana kita harus menyakini atas keesaan-Nya dan Ikhlas untuk beribadah kepadanya. Penulis tertarik mengetahui konsep pendidikan tauhid dalam surat tersebut melalui kajian pustaka atas TAFSIR Al- Misbah karya M. Quraish Shihab.

  Dengan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengangkat tema tersebut dengan mengambil judul skripsi “KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI TERHADAP SURAT AL-IKHLAS MENURUT TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB )”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan maka yang 4menjadi masalah pokok dalam bahasan ini adalah : 1. Bagaimana biografi M. Quraish Shihab ?

2. Bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam surat Al-Ikhlas menurut tafsir

  Al-Misbah? 3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan tauhid dalam keluarga sesuai dengan surat Al-Ikhlas menurut tafsir Al- Misbah dengan kehidupan sekarang?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah, maka penulis dapat menentukan tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui biografi M. Quraish Shihab 2.

  Untuk mengetahui konsep pendidikan tauhid tauhid dalam surat Al-Ikhlas menurut Tafsir Al-Misbah

  3. Untuk mengetahui relevansi konsep pendidikan tauhid dalam keluarga sesuai dengan surat Al-Ikhlas menurut tafsir Al-Misbah

D. Kegunaan Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi : 1. Manfaat Teoritis a.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, dapat berguna sebagai sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam b. Dapat menambah wawasan teoritis tentang konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi Penulis Dijadikan sebagai acuan seorang pendidik mengenai konsep pendidikan tauhid dalam keluarga b.

  Bagi Lembaga Pendidikan

  Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada c.

  Bagi lingkungan masyarakat Sebagai ilmu yang bisa diaplikasikan kepada anggota keluarga masing- masing

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Metode penelitian ini berjenis kepustakaan (library reseach) yang difokuskan pada penelusuran dan penelaah literatur serta bahan pustaka lainnya.

  2. Sumber Data a.

  Sumber Primer Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab b. Sumber Sekunder

  Sumber data lain yang digunakan penulis dalam penelitian ini berupa buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini, antara lain: Tafsir Al-Mishbah, Al-

  Qur’an dan terjemahannya DEPAG, Studi Ilmu Alqur’an, dan buku-buku lain yang

  berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.

  3. Teknik Pengumpulan Data Adapun tenik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer dan sekunder yang relevan. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

  4. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode antara lain: a. Pendekatan deduktif

  Pendekatan deduktif yaitu penulisan kritik dan esai dengan menetapkan ukuran yang benar-benar dipahami dan diyakini secara objektif dan konsisten.Ukuran yang digunakan diantaranya tentang kaidah moral, kaidah sosial, kaidah hukum, atau kaidah ilmiah.Penulis harus netral, tidak boleh mengikuti emosi dan kehendak sendiri.Penilaian harus diberikan secara jujur dan objektif (Haryanta, 2012: 200). Dengan pendekatan deduktif ini penulis menganalisis data yang berupa berbagai interpretasi tafsir Surat Al- Ikhlas baik dari sumber data primer maupun sekunder untuk kemudian ditemukan kekhususan konsep pendidikan tauhid dalam keluarga yang terkandung di dalam surat Al- Ikhlas.

  b.

  Pendekatan Induktif Pendekatan induktif yaitu penulisan kritik dan esai dimana penulis dapat langsung mengamati karya sastranya dan langsung membuat kesimpulan berdasarkan penilaian dari sudut pandangnya (Haryanta, 2012: 200-201). Berangkat dari analisa konsep khusus pendidikan tauhid dalam keluarga yang terkandung dalam surat Al-Ikhlas, kemudian konsep tersebut dapat ditarik kesimpulan yang merupakan esensi dari konsep pendidikan yang terkandung dalam surat Al-Ikhlas secara umum.

F. Kajian Pustaka

  Penulis mengkaji telaah pustaka dengan maksud untuk mendukung penulis yang lebih komprehensif. Maka penulis berusaha melakukan kajian awal terhadap pustaka atau karya-karya lain yang relevan dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang senada dengan penelitian ini antara lain:

1. Saudari Siti Sukrillah (2015) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,

  Program Studi PAI,

  IAIN Salatiga “Konsep Pendidikan Tauhid dalam Keluarga Studi Analisis Quran Surat Al-Baqarah Ayat 132-133 Dalam Tafsir Ibnu Katsir” berisi tentang konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Ibnu Katsir dalam Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132- 133 adalah,upaya membina manusia dalam menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah SWT sepanjang hayatnya dalam keluarga secara berkesinambungan sampai keturunannya di masa depan kelak meskipun berbeda cara atau metode dalam pelaksanaannya.

  2. Saudari Syarifatun Nurul Maghfiroh (2016) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

  Keguruan, Program Studi PAI,

  IAIN Salatiga “Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab Aqidatul Awam Karya Sayid Ahmad Al-Marzuki berisi tentang nilai pendidikan tauhid yaitu pendidikan keimanan dimana keimanan sendiri terdiri dari keimanan kepada Allah, kepada Malaikat, kepada kitab-kitab, kepada Rasul, kepada hari akhir serta keimanan kepada

  qadha dan qadar. Sistematika penulisan dalam kitab Aqidatul Awam adalah tematik.

  3. Saudari Alfrida Dyah Septiyani (2017) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

  Keguruan, Program Studi PAI,

  IAIN Salatiga “Pendidikan Tauhid (Telaah Kisah Ibrahim A.S QS. Al-

  An’am 7:74-83)” menerangkan terdapat tiga tujuan pendidikan tauhid pada ayat ini, pada ayat 75 yaitu berbunyi agar Dia termasuk orang yang yakin, kemudian pada ayat 82 mereka itulah yang akan mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang akan mendapat petunjuk, dan terakhir pada ayat 83 yang berbunyi kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Tiga tujuan pendidikan tauhid tersebut adalah agar termasuk orang-orang yang yakin, agar mendapat keamanan dan petunjuk, serta agar mendapatkan derajat. Beberapa metode yang dilakukan oleh nabi Ibrahim dalam kisahnya antara lain : menegur, mengarahkan, mencari sendiri, berdialog dan berdiskusi serta mengancam.

  4. Saudari Ni’matul Mufid (2014) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

  (FITK), jurusan PAI, UNSIQ Wonosobo, dengan ju dul “Konsep Pendidikan Tuhid dalam Kelurga (Kajian QS. Al-

  Baqarah ayat 133)” menjelaskan tentang pencapaian kesempurnaan tertinggi dan tingkat kematangan yang sempurna dengan metode teladan, metode pendidikan dengan pembiasaan, metode pendidikan dengan nasihat yang bijak, metode pendidikan dengan memberi perhatian dan metode pendidikan dengan memberikan hukuman. Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh penulis, belum ditemukan tulisan yang lebih spesifik dan mendetail tentang konsep pendidikan Tauhid dalam keluarga Studi QS. Al-Ikhlas menurut Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab.

G. Penjelasan Istilah

  Untuk menghindari kesalah fahaman dengan maksud judul yang penulis angkat, maka akan dijelaskan batasan masing-masing istilah dari judul skripsi ini.

1. Konsep Pendidikan Tauhid

  Konsep Pendidikan Tauhid terdiri dari tiga kata yaitu : Konsep, Pendidikan dan Tauhid.

  a.

  Konsep adalah rancangan atau surat buram, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2003 : 588).

  b.

  Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspek mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru (pendidik) mencakup pendidikan formal, non formal serta informal (Ahmad Tafsir, 2013 : 6).

  c.

  Tauhid adalah persoalan yang membahas tentang peng-Esaan Allah, baik pada zat-Nya, pada asma (nama-nama)-Nya, pada sifat, af’aal (perbuatan)-Nya,mapun pada ibadah (penghambaan) kepada- Nya. Tauhid juga dikatakan sebagai ilmu akidah. akidah secara istilah mempunyai arti hal-hal yang diketahui seseorang dan yang diyakini dengan hatinya berupa berbagai perkara agama (Tim Keilmuan Lembaga Imam dan Khatib, Saudi Arabia,1998 : 3).

  Jadi, konsep pendidikan tauhid adalah ide meningkatkan diri dalam segala aspek mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru atau tidak melibatkan guru dengan meyakini keesaan Allah baik zat, sifat, nama, maupun penghambaan kepada-Nya.

  2. Surat Al-Ikhlas Surat Al-Ikhlas adalah surat yang ke-112 dari al-

  Qur’an. Secara Bahasa kata ikhlas terambil dari kata khalish yang berarti suci atau murni setelah sebelumnya memiliki kekeruhan atau keberhasilan mengkikis dan menghilangkan kekeruhan itu sehingga sesuatu yng tadinya keruh menjadi murni.

  ٤ ١ ٣ ٣ ُۢدَحَأ اًوُفُك ۥُهَّل نُكَي ۡمَلَو ۡدَلوُي ۡمَلَو ۡدِلَي ۡمَل ٌدَحَأ ُ َّلِلّٱ َوُه ۡلُق ُدَمَّصلٱ ُ َّلِلّٱ

  Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.

  Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”(Q.S. Al-Ikhas: 1-4)

  Surah ini merupakan surah yang ke-19 bagi ulama yang menyatakannya Makiyyah. Ada juga di antara mereka yang berpendapat surah yang ke-22 yang turun sesudah surah an-Nas dan sebelum an-Najm. Jumlah ayatnya sebanyak 4 ayat menurut cara perhitungan ulama Madinah, Kufah dan Bashrah, sedang menurut cara perhitungan ulama Mekkah dan Syam, sebanyak 5 ayat. Mereka menilai lam yalid merupakan satu ayat dan wa lam yulad ayat yang lain. Surat ini tergolong surat makiyyah yang terdiri dari 4 ayat (M. Quraish Shihab, 2003: 606).

  3. Tafsir al-Mishbah Al-Mishbah berarti lampu, lentera, pelita atau benda lain yang berfungsi serupa. Pada kata pengantar Tafsir al-Mishbah Quraish mengakui dirinya sangat dipengaruhi dan banyak merujuk tafsir karya Ibrahim Ibn Umar al-

  Biqa’I, Muhammad Thanthawi, Mutawalli asy-

  Sya’rawi, Sayyid Quthb, Tahir Ibnu Asyur, dan bahkan Sayyid Muhammad HuseinThabathaba’I yang beraliran Syiah. Tapi sebagian besar lagi adalah pemikiran hasil ijtihad M. Quraish Shihab Sendiri (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 286).

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami. Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan, pada pendahuluan berisi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, definisi operasional dan sistematika penelitian.

  BAB II : Biografi M. Quraish Shihab BAB III : Berisi Konsep pendidikan tauhid yang berisi pengertian, konsep dalam Alqur ’an menurut surat Al-Ikhlas, dan konsep menurut tafsir Al- Mishbah karya M. Quraish Shihab

  BAB IV : Analisis data tentang Konsep Pendidikan Al- Qur’an menurut Tafsir Al-Mishbah dan Relevansi di kehidupan sekarang, berdasarkan surat Al-Ikhlas BAB V : Menguraikan tentang Kesimpulan dan Saran.

BAB II BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB A. Riwayat M. Quraish Shihab 1. Riwayat Keluarga Tafsir Al- Misbah merupakan karya yang monumental. Pengarangnya

  lahir di Lotassalo, Rappang, kabupaten Sidenreng Rappang ( Sidrap ), Sulawesi Selatan pada hari Rabu, 16 Februari 1944, bertepatan dengan 22 Safar 1363 H.

  Beliau memiliki nama Muhammad Quraish Shihab. Quraish merupakan salah satu nama suku yang terhormat di kota Mekkah, dalam bahasa Arab,

  Quraish

  berarti “ ikan hiu kecil “, ( Mauluddin Anwar.dkk, 2015 : 3 ). Shihab adalah marga yang sudah melekat pada leluhur Quraish dari pihak ayahnya,

  

Shihab merujuk pada dua ulama besar, Habib Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan

  cucunya Habib Ahmad Syahabuddin al-Ashgar, kata Syahabbudin kemudian disingkat menjadi Syahab. Dalam bahasa Arab meski pengucapannya beda, arti

  syihab atau syahab

  sebenarnya sama saja , yaitu “suluh sapi“ atau “bintang”. Di negeri asalnya Yaman, Syahabbudin bukan hanya nama, tapi juga gelar bagi para ulama besar yang terkenal dengan ilmunya. Mereka bagaikan “suluh sapi” atau “bintang” yang bersinar karena sangat dikenal dari pemikiran dan karya tulisnya (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 9).

  Ayah Quraish bernama Habib Abdurrahman Shihab dan ibunya Asma yang biasa disapa dengan sebutan Puang Asma. Quraish merupakan anak keempat dari dua belas bersaudara (Mauluddin Anwar.dkk, 2015: 7).

  Pada tanggal 2 Februari 1975, Quraish menikahi seorang wanita yang bernama Fatmawaty. Dari pernikahannya itu Quraish memiliki 5 orang anak yaitu Nasywa, Najwa, Ahmad, Najelaa, dan Nahla.

  Aba Abdurrahman Shihab wafat pada Maret 1986, dalam usia 71 tahun.

  Dan ibunda Quraish meninggalkan dirinya pada Desember 1990. Kehilangan kedua sosok panutannya itu membuat Quraish merasakan kepedihan yang dalam.