BAB VI – ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1508724097RPI2JM Pekanbaru BAB 6 Aspek Teknis Per Sektorr

RPI2JM Kota Pekanbaru

BAB VI – ASPEK TEKNIS
PER SEKTOR

Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman,
penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta
pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air
limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk
tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi,
penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta
permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya
adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program
sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan.
Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan
yang dibutuhkan.
6.1.

Pengembangan Permukiman


Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan
fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

VI -1 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM Kota Pekanbaru
Kegiatan

pengembangan

permukiman

terdiri

dari

pengembangan


permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan
permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan
untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan
kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa
tertinggal.
6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan

kebijakan

pengembangan

permukiman

mengacu

pada


amanatperaturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang

No.

17

Tahun

2007

tentang

RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwapemenuhan
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasaranadan sarana
pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,sehingga
kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpapermukiman
kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang


No.

1

Tahun

2011

tentang

Perumahan

danKawasan Permukiman.
Pasal

4

mengamanatkan


penyelenggaraanperumahan

bahwa

dan

kawasan

ruang

lingkup

permukiman

juga

mencakuppenyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan
kawasanpermukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e),
sertapencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuhdan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susunumum,
rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakantanggung
jawab pemerintah.
4. Peraturan

Presiden

No.

15

Tahun

PercepatanPenanggulangan Kemiskinan.

VI -2 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

2010


tentang

RPI2JM Kota Pekanbaru
Peraturan

ini

menetapkan

denganpenanggulangan

salah

kemiskinan

satunya

yang

terkait


diimplementasikan

denganpenanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umumdan Tata
Ruang.
Peraturan

ini

menetapkan

target

berkurangnya

luas

permukimankumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun

2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi
danTata

Kerja

Kementerian

DirektoratPengembangan

Pekerjaan

Permukiman

Umum

mempunyai

tugas


maka
di

bidang

perumusandan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan
teknik,serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman.
Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman
di perkotaan dan perdesaan;
b. Pembinaan

teknik,

pengawasan

pengembangankawasan

permukiman


teknik
baru

dan

di

fasilitasi

perkotaan

dan

pengembangankawasan perdesaan potensial;
c. Pembinaan

teknik,

peningkatankualitas

pengawasan
permukiman

teknik

kumuh

dan

termasuk

fasilitasi
peremajaan

kawasan danpembangunan rumah susun sederhana;
d. Pembinaan

teknik,

pengawasan

teknik

dan

fasilitasi

peningkatankualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil,
daerahperbatasan

dan

pulau-pulau

kecil

termasuk

penanggulanganbencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, sertapembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidangpengembangan
permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

VI -3 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM Kota Pekanbaru
6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan
6.1.2.1.

Isu Strategis

Berbagai

isu

strategis

nasional

yang

berpengaruh

terhadap

pengembangan permukiman saat ini adalah:


Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.



Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumahtangga kumuh perkotaan.



Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.



Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,
Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi
kesenjangan.



Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.



Meningkatnya
penduduk

urbanisasi

perkotaan

yang

yang

berimplikasi

bertambah,

terhadap

tingginya

proporsi

kemiskinan

penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.


Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun.



Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.



Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung
pembangunan

permukiman.

Ditopang

oleh

belum

optimalnya

kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta
perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar
pelayanan

minimal

di

bidang

pembangunan

perumahan

dan

permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman
yang terangkum secara nasional. Namun, di masing-masing kabupaten/kota
terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di
kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman
yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam
perencanaan.
VI -4 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM Kota Pekanbaru
Tabel 6. 1 Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala
Kota Pekanbaru

No

Isu Strategis

(1)
1

(2)
Isu
kesenjangan

2

Isu
lingkungan

3

Isu
manajemen
pembangunan

4

Urbanisasi

5

Kesejangan
Kebutuhan
Rumah [Backlog]

Keterangan
(3)
Isu kesenjanganmuncul terutama baerkaitan dengan
terbatasnya peluang dan akses untuk memperoleh pelayanan
dan kesempatan di bidang perumahan dan permukiman,
khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan
berpendapatan rendah (MBR).
Isu lingkungan pada kawasan permukiman umumnya
muncul karena dipicu oleh tingkat urbanisasi dan industrialisasi
yang tinggi, serta dampak pemanfaatan sumber daya dan
teknologi yang kurang terkendali. Kelangkaan prasarana dan
sarana dasar, ketidakmampuan memelihara dan memperbaiki
lingkungan permukiman yang ada, dan masih rendahnya
kualitas permukiman baik secara fungsional, lingkungan,
maupun visual wujud lingkungan, merupakan isu utama bagi
upaya menciptakan lingkungan permukiman yang sehat,
aman, harmonis dan berkelanjutan. Isu tersebut juga menjadi
lebih berkembang dikaitkan dengan belum diterapkannya
secara optimal pencapaian standar pelayanan minimal
perumahan dan permukiman yang berbasis indeks
pembangunan berkelanjutan di masing-masing daerah.
Isu manajemen pembangunan muncul pada umumnya
karena dipengaruhi oleh keterbatasan SDM dan kinerja tata
pemerintahan sehingga
berdampak
pada
lemahnya
implementasi
kebijakan
yang
telah ditetapkan,
inkonsistensi di dalam pemanfaatan lahan untuk perumahan
dan permukiman, dan munculnya dampak negatif terhadap
lingkungan. Secara umum sistem penyelenggaraan di
bidang permukiman masih belum mantap ditinjau dari segi
sumber daya manusia, organisasi, tata laksana, dan dukungan
prasarana serta sarananya.
Urbanisasidi daerah yang tumbuh cepat juga merupakan
tantangan bagi pemerintah, baik nasional maupun lokal,
untuk menjaga agar pertumbuhannya lebih merata, termasuk
dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan
dan
permukiman. Dengan demikian, pengelolaan pembangunan
perumahan
dan
permukiman
harus
memungkinkan
berkembangnya prakarsa masyarakat melalui mekanisme
yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan membangun
perumahan dan permukiman oleh komunitas harus direspon
secara lebih tepat oleh pemerintah di dalam kerangka tata
pemerintahan yang baik, sehingga kebutuhan akan identitas
lokal masih
tetap dapat terjaga
di dalam kerangka
pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih
menyeluruh.
Backlog perumahan akan menimbulkan dampak antara
lain: [1] Meningkatkan kepadatan penghuni rumah; [2]
Mendorong masyarakat membangun rumah secara swadaya
dalam kondisi rumah dan lingkungan hunian seadanya; [3]
Meningkatkan pembangunan rumah liar pada daerah yang
termasuk dalam negative list; [4] Menimbulkan kawasan
permukiman kumuh; dan [5] Memperburuk kondisi lingkungan
permukiman.

VI -5 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM Kota Pekanbaru

6.1.2.2.

Kondisi Eksisting

Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian
suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak
huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat
kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan
walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan
proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan
permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai
kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di
perkotaan,

maupun

dukungan

infrastruktur

dalam

program-program

perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan
bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data
untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.
Tabel 6. 2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
No

Perda/ Pergub/ Perbup/ Peraturan
Lainnya
Jenis
No
/
Perihal
Produk
Tahun
Pengaturan
(
(2)
(3)
(4)

Amanat Kebijakan Daerah

(5)

1)
SK
Walikota
Pekanbaru

Perda
Prov. Riau

189/2
014

Penetapan
Lokasi
Perumahan
dan
Perumahan
Kumuh di
Kota
Pekanbaru

9/200
Rencana
4
Pembangunan

VI -6 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

Berdasarkan penetapan lokasi
perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di Kota
Pekanbaru ini, maka Pemerintah
Daerah berkomitmen untuk
melaksanakan Peningkatan
Kualitas Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh secara
tuntas dan berkelanjutan sebagai
prioritas pembangunan daerah
dalam bidang Perumahan dan
Permukiman, bersama-sama
Pemerintah provinsi dan
Pemerintah Pusat

RPI2JM Kota Pekanbaru
No

Perda/ Pergub/ Perbup/ Peraturan
Lainnya
Jenis
No
/
Perihal
Produk
Tahun
Pengaturan
Jangka
Panjang
Daerah
Provinsi Riau
2005-2025
Perda Kota
19/20
Rencana
Pekanbaru
12
Pembangunan
Jangka
Menengah
Daerah Kota
Pekanbaru
2012-2017

Amanat Kebijakan Daerah

Tabel 6. 3 Data Kawasan Kumuh di Kota Pekanbaru
No

Lokasi Kawasan
Kumuh

(1)
1

(2)
Kampung Bandar

2

Meranti Pandak

3

Luas
Kawasan
(ha)
(3)
4,02

Jumlah
Rumah
Permanen
(4)

Jumlah
Rumah Semi
Permanen
(5)

Jumlah
Penduduk
(6)

207

125

1.173

19,7

350

125

896

Sago

4,63

120

32

308

4

Kampung Baru

26,1

472

280

1123

5

Padang Terubuk

4,81

167

86

838

6

Rintis

10,89

418

107

1.914

7

Tanah Datar

29,66

409

387

1.090

8

Sukaramai

4,41

92

220

554

9

Tanjung Rhu

14,6

212

21

818

10

Pasir

26,87

819

453

3.410

11

Kota Baru

5,56

346

160

1.566

12

Sumahilang

29,66

409

2356

2.059

13

Lima Puluh

14

Lembah Sari

15

Rumbai Pesisir

16

Senapelan
Jumlah

Sumber : Hasil Olahan Data Kawasan Kumuh Pekanbaru Konsultan Individual Bangkim, 2015

VI -7 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM Kota Pekanbaru
Tabel 6. 4 Data Kondisi RSH di Kota Pekanbaru
No

Lokasi RSH

(1)

(2)

Tahun
Pembangunan

Pengelola

(3)

Jumlah Penghuni

(4)

(5)

Kondisi
Prasarana
CK yang Ada
(6)

Tabel 6. 5 Data Kondisi Rusunawa di Kota Pekanbaru

No
(1)
1

2

3

4

Lokasi
Rusunawa

Tahun
Pembangunan

Pengelola

(2)
Rusunawa
Universitas
Riau (UR)
Rusunawa
Universitas
Islam Riau
(UIR)
Rusunawa
Universitas
Islam
Negeri
(UIN)
Rusunawa
Universitas
Lancang
Kuning
(UNILAK)

(3)

(4)

2010

Universitas
Riau

2010

Universitas
Islam Riau

(Belum
ada data)

Baik

Air bersih,
Sampah,
Drainase

2010

Univeritas
Islam
Negeri

(Belum
ada data)

Cukup Baik

Air bersih,
Sampah,
Drainase

2010

Universitas
Lancang
Kuning

(Belum
ada data)

Cukup Baik

Air bersih,
Sampah,
Drainase

2010

Pemprov

(Belum
ada
penghuni)

Dalam
tahap
perbaikan
oleh
Kemenpera

Air bersih,
Sampah,
Drainase

2011

Pemko
Pekanbaru

Baik

Air Bersih,
Sampah,
Drainase, Jalan

Dalam
tahap
perbaikan
lantai dasar

Belum ada

5

Rusunawa
Pekerja

6

Rusunawa
Eks Teleju

7

Rusunawa
Meranti
Pandak

2013

-

Jumlah
Penghuni
(5)
(Belum
ada data)

(Belum
ada
penghuni)
(Belum
ada
penghuni)

VI -8 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

Kondisi
(6)
Cukup Baik

Prasarana CK
yang Ada
(7)
Air bersih,
Sampah,
Drainase

RPI2JM Kota Pekanbaru
Tabel 6. 6 Data Program Perdesaan di Kota Pekanbaru
No

Program
Kegiatan
(2)
PPIP

(1)
1

2

Lokasi

Volume/
Satuan
(4)
290 kws

(3)
Se-Kota
Pekanbaru

Rumah Layak
Huni

Se-Kota
Pekanbaru

Status

Kondisi
Infrastruktur
(6)
Baik

(5)
Sudah
terlaksana Tahun
2013
Sudah
terlaksana Tahun
2013-2014

500 unit

Baik

Sumber : Bappeda Kota Pekanbaru, 2014

6.1.2.3.

Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Permasalahan

dan

tantangan

pengembangan

permukiman

pada

tingkatnasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layakhuni
sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasilingkungan, dan
pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih

terbatasnya

prasarana

sarana

dasar

pada

daerah

tertinggal,pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian

target/sasaran

pembangunan

dalam

Rencana

StrategisDitjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian

target

MDG’s

2015,

termasuk

didalamnya

pencapaianProgram-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
4. Perhatian

pemerintah

CiptaKarya

daerah

khususnya

terhadap

kegiatan

pembangunan

Pengembangan

bidang

Permukiman

yangmasih rendah
5. Memberikan

pemahaman

bahwapembangunan

kepada

infrastruktur

pemerintah

permukiman

yang

daerah
saat

ini

sudahmenjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan

Sinergi

RP2KP/RTBL

KSK

dalam

RPI2JMbidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
VI -9 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

Penyusunan

RPI2JM Kota Pekanbaru
Sebagaimana

isu

strategis,

di

masing-masing

kabupaten/kota

terdapatpermasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal
danspesifik

serta

belum

tentu

djumpai

di

kabupaten/kota

lain.

Penjabaranpermasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang
bersifatlokal

perlu

dijabarkan

sebagai

informasi

awal

dalam

perencanaan.Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan
tantanganpengembangan

permukiman

di

Kabupaten/Kota

yang

bersangkutanserta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi
daripermasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada
diwilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

VI -10 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM Kota Pekanbaru

Tabel 6. 7 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten/Kota Pekanbaru

No
(1)
1
2

3

4

Permasalahan Pengembangan Permukiman
(2)
Aspek Teknis
- Terdapat kawasan kumuh
Aspek Kelembagaan
- Terbatasnyakapasitaskelembagaanpemerintah
daerahdalam pengelolaaninfrastruktur
dasarpengembanganpermukiman

Tantangan Pengembangan
(3)
- Target RPJMN 0% kawashn kumuh

Aspek SDM
- Tingginya arus urbanisasi dan beban lingkungan
perkotaan yang berpotensi mengganggu pelayanan
lingkungan permukiman
Aspek Pembiayaan
- Penanganan kawasan kumuh yang belum terpadu antar
sektor
- Terbatasnya pendanaan melalui APBD

- Reformasi birokrasidan
tuntutanpelayanan primadalam
pemenuhaninfrastruktur
dasarpengembanganpermukiman
bagimasyarakat
-

- Potensi alternatif pembiayaan
infrastruktur, melalui APBN, APBD Prov,
PHLN, CSR & KPS

5

Aspek Peran Serta Masyarakat/ Swasta
- Belum adanya kerjasama antara Pemerintah dengan pihak
swasta dalam penanganan kawasan kumuh
- Perilaku hidup bersih sehat masyarakat rendah karena suli
untuk merubah perilaku masyarakat, seperti membuang
sampah sembarangan
- Minimnya peran serta masyarakat dan swasta

- Potensi sumber daya masyarakat dalam
pengelolaan infrastrukrtur dasar
pengembangan kawasan permukiman

6

Aspek Lingkungan Permukiman
- Kondisi lingkungan yang berada pada kawasan bantaran
sungai yang berpotensi terjadi abrasi yang akhirnya

- Perubahan iklim akibat pemanasan
global
- Agenda SDGs dalam menjaga

VI -1

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

Alternatif Solusi
(4)
- Penanganan kawasan kumuh secara
terpadu
- Peningkatankapasitas
- Kelembagaanpemerintah daerahdalam
pengelolaaninfrastruktur
dasarpengembanganpermukiman
- Penerapan perizinan bangunan dan
peraturan zonasi untuk mencegah
urban srapwl
- Mensinergikan penanganan kawasan
kumuh secara terpadu antar SKPD
- Mencoba mencari pendanaan lainnya,
antara lain : APBN, APBD Prov, CSR,
PHLN
- Mencoba bekerjasama dengan pihak
swasta, khususnya dengan menggaet
CSR perusahaan yang beroperasi pada
wilayah Kota Pekanbaru
- Sosialisasi dan penyuluhan secara
berkesinambungan mengenai pola
hidup bersih dan lingkungan sehat
- Peningkatan peran serta masyarakat
dengan berbagai kerja sama
- Mitigasi dengan upaya pembangunan
bronjong/talud untuk menahan laju
abrasi

RPI2JM Kota Pekanbaru

No

Permasalahan Pengembangan Permukiman
membuat permukiman masyarakat terancam dan akhirnya
berdampak berpotensi menjadi kawasan kumuh

VI -2

Tantangan Pengembangan
kelestarian lingkungan hidup

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

Alternatif Solusi
- Melakukan permukiman
kembali/relokasi permukiman
masyarakat kawasan kumuh
- Pembangunan rusunawa bagi
masyarakat kawasan kumuh

RPI2JM
Selain itu sektor pengembangan permukiman Kota Pekanbaru juga
menghadapi tantangan pemenuhan pencapaian target Standar Pelayanan
Minimum Bidang Cipta Karya Tahun 2019 “100 – 0 – 100” sebagai berikut ini.
Tabel 6. 8 Target Standar Pelayanan Minimum Bidang Cipta Karya
Tahun 2019 “100 – 0 – 100”
Jenis
Pelayanan
Dasar

Sasaran

Indicator

Penanganan
permukiman
kumuh
perkotaan

Berkurangnya
permukiman
kumuh
perkotaan

Persentase
luas
kawasan
kumuh
perkotaan

Satuan

Target
2019

Kondisi
eksisting 2015
(luas dalam
ha)

% luas
kawasan

0%

124,81 ha

6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasikondisi
eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksistingdengan target
kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahankebijakan yang menjadi
acuan penetapan target pembangunan bidangCipta Karya khususnya sektor
pengembangan permukiman baik ditingkat Pusat maupun di tingkat
kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuankebijakan meliputi RPJMN 2010-2014,
MDGs 2015 (penguranganproporsi rumah tangga kumuh tahun 2020),
Standar Pelayanan Minimal(SPM) untuk pengurangan luasan kawasan
kumuh tahun 2014 sebesar10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan
pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk
program pro-rakyat, sertaRenstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan
di

tingkatkabupaten/kota

Kabupaten/Kota,maupun

meliputi

Renstra

SKPD.

target
Acuan

RPJMD,
kebijakan

RTRW
tersebut

hendaknya menjadidasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan
permukiman.

VI -1

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
Tabel 6. 9 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan
Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun
Tahun
2015
(4)

Tahun
2016
(5)

Tahun
2017
(6)

Tahun
2018
(7)

Tahun
2019
(8)

Jiwa

1.043.266

1.084.997

1.128.396

1.173.532

1.220.474

Jiwa/km2

1.650

1.716

1.785

1.856

1.930

Jiwa/km2

-

-

-

-

-

Jiwa/km2

12.266

11.665

11.094

10.550

10.033

Ha

25

25

25

25

24,81

TB

-

1

-

1

-

Unit

26.082

27.125

28.210

29.338

30.512

Kws

1

1

1

1

1

No

Uraian

Unit

(1)

(2)
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
Proyeksi
Persebaran
Penduduk
Proyeksi
Persebaran
Penduduk
Miskin
Sasaran
Penurunan
Kawasan
Kumuh
Kebutuhan
Rusunawa
Kebutuhan
RSH
Kebutuhan
Pengembangan
Permukiman
Baru

(3)

1

2

3
4

5

Ket
(9)

6.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan

pengembangan

permukiman

terdiri

dari

pengembangan

permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1)

pengembangan

kawasan

permukiman

baru

dalam

bentuk

pembangunan Rusunawa serta
2)

peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1)

pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan
potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta
perbatasan dan pulau kecil,

2)

pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program
PISEW (RISE),

3)

VI -2

desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
Selain

kegiatan

fisik

di

atas

program/kegiatan

pengembangan

permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan
RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan


Infrastruktur kawasan permukiman kumuh



Infrastruktur permukiman RSH



Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan


Infrastruktur

kawasan

permukiman

perdesaan

potensial

(Agropolitan/Minapolitan)


Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana



Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil



Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)



Infrastruktur perdesaan PPIP



Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar
dalam gambar 6.1.

VI -3

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM

Gambar 6. 1 Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan,
yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum


Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.



Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.



Kesiapan lahan (sudah tersedia).



Sudah tersedia DED.



Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP,
RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)



Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana
daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem
bisa berfungsi.

VI -4



Ada unit pelaksana kegiatan.



Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
2. Khusus
Rusunawa


Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA



Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh



Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum,
dan PSD lainnya



Ada calon penghuni

RIS PNPM


Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.



Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.



Tingkat kemiskinan desa >25%.



Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP
minimal 5% dari BLM.

PPIP


Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI



Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani
program Cipta Karya lainnya



Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik



Tingkat kemiskinan desa >25%

PISEW


Berbasis pengembangan wilayah



Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv)
air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan



Mendukung komoditas unggulan kawasan

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang
harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman
seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU
No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman
VI -5

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi,
(2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan
kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan
utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria
tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta
Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas
kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh
memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman
kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas
bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai,

mempunyai

permukiman

indikasi

kumuh

terhadap

berdasarkan

penanganan

kerapatan

dan

kawasan
kepadatan

penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada
wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang
strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan
dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor
untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang
termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis
dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau
fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian
penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
VI -6

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih,
dan Air limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan

pemerintah

untuk

penyelenggaraan

penanganan

kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme
kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan

perangkat

dalam

penanganan,

seperti

halnya

rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk
(master plan) kawasan dan lainnya.
6.1.5. Usulan Program dan Kegiatan
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan
antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan
program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh
waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga
untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu
kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

VI -7

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM Kota Pekanbaru

Tabel 6. 10 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten/Kota
No

Program/ Kegiatan

Volume/
Satuan

Biaya(Rpx1000)

(1)

(2)

(3)

1
2
3

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Kampung
Bandar
Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Kampung
Baru
Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Padang
Terubuk

Lokasi

Kriteria
Kesiapan

(4)

(5)

(6)

2,40 ha

2.400.000

Kampung Bandar

-

2,70 ha

2.700.000

Kampung Baru

-

5,30 ha

5.300.000

Padang Terubuk

-

4

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Sago

1,90 ha

1.900.000

Sago

-

5

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Kampung
Dalam

4,72 ha

4.720.000

Kampung Dalam

-

6

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Kota Baru

3,70 ha

3.700.000

Kota Baru

-

7

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Sukaramai

8,50 ha

8.500.000

Sukaramai

-

3,10 ha

3.100.000

Sumahilang

-

1,00 ha

1.000.000

Tanah Datar

-

8
9

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh
Sumahilang
Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Tanah
Datar

10

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Pesisir

7,68 ha

7.680.000

Pesisir

-

11

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Rintis

11,40 ha

11.400.000

Rintis

-

2,90 ha

2.900.000

Tanjung Rhu

-

20,00 ha

20.000.000

Meranti Pandak

-

23,99 ha

23.990.000

Lembah Damai

-

12
13
14

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Tanjung
Rhu
Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Meranti
Pandak
Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Lembah
Damai

VI -1

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM Kota Pekanbaru

No

Program/ Kegiatan

Volume/
Satuan

Biaya(Rpx1000)

Lokasi

Kriteria
Kesiapan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

15

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Lembah
Sari

3,94 ha

3.940.000

Lembah Sari

-

16

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Limbungan

8,90 ha

8.900.000

Limbungan

-

17

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Limbungan
Baru

3,47 ha

3.470.000

Limbungan Baru

-

18

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Sri Meranti

6,20 ha

6.300.000

Sri Meranti

-

19

Pembangunan Infrastruktur PSD Kawasan Kumuh Tampan

3,01 ha

3.010.000

Tampan

-

20

Pembangunan Rusunawa Senapelan

1 TB

15.000.000

Senapelan

-

21

Pembangunan Rusunawa Eks Teleju

1 TB

15.000.000

Rejosari

-

22

Pembangunan Rusunawa Sri Meranti

1 TB

15.000.000

Rumbai

-

VI -2

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM

b. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk
terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif
sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).

VI -1

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM Kota Pekanbaru

Tabel 6. 11 Usulan Pembiayaan Proyek
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

VI -1

Program/ Kegiatan
(2)
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Kampung Bandar
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Kampung Baru
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Padang Terubuk
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Sago
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Kampung Dalam
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Kota Baru
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Sukaramai
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Sumahilang
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Tanah Datar
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Pesisir
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Rintis
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Tanjung Rhu
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Meranti Pandak

Kampung Bandar

(4)
1.200.000

APBD
Prov
(5)
720.000

APBD
Kota
(6)
480.000

Kampung Baru

1.350.000

810.000

540.000

2.700.000

Padang Terubuk

2.650.000

1.590.000

1.060.000

5.300.000

950.000

570.000

380.000

1.900.000

Kampung Dalam

2.360.000

1.416.000

944.000

4.720.000

Kota Baru

1.850.000

1.110.000

740.000

3.700.000

Sukaramai

4.250.000

2.550.000

1.700.000

8.500.000

Sumahilang

1.550.000

930.000

620.000

3.100.000

Tanah Datar

500.000

300.000

200.000

1.000.000

Pesisir

3.840.000

2.304.000

1.536.000

7.680.000

Rintis

5.700.000

3.420.000

2.280.000

11.400.000

Tanjung Rhu

1.450.000

870.000

580.000

2.900.000

Meranti Pandak

10.000.000

6.000.000

4.000.000

20.000.000

Lokasi
(3)

Sago

APBN

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

Masya
rakat
(7)

Swasta

CSR

Total

(8)

(9)

(10)
2.400.000

RPI2JM Kota Pekanbaru

Lembah Damai

(4)
11.995.000

APBD
Prov
(5)
7.197.000

APBD
Kota
(6)
4.798.000

Lembah Sari

1.970.000

1.182.000

788.000

3.940.000

Limbungan

4.450.000

2.670.000

1.780.000

8.900.000

Limbungan Baru

1.735.000

1.041.000

694.000

3.470.000

Sri Meranti

3.150.000

1.890.000

1.260.000

6.300.000

Tampan

1.505.000

903.000

602.000

3.010.000

Senapelan

7.500.000

4.500.000

3.000.000

15.000.000

Pembangunan Rusunawa Eks Teleju

Rejosari

7.500.000

4.500.000

3.000.000

15.000.000

Pembangunan Rusunawa Sri Meranti

Rumbai

7.500.000

4.500.000

3.000.000

15.000.000

No

Program/ Kegiatan

Lokasi

APBN

(1)

(3)

20

(2)
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Lembah Damai
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Lembah Sari
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Limbungan
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Limbungan Baru
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Sri Meranti
Pembangunan Infrastruktur PSD
Kawasan Kumuh Tampan
Pembangunan Rusunawa Senapelan

21
22

14
15
16
17
18
19

VI -2

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

Masya
rakat
(7)

Swasta

CSR

Total

(8)

(9)

(10)
23.990.000

RPI2JMKotaPekanbaru
Tabel 6. 12UsulanProgramdanKegiatanPengembanganPermukimanKotaPekanbaru
Uraian
IndikatorOutput
Lokasi
Vol Satuan
APBN
Rincian
Murni
PHLN
(1) (2) (3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Pe
mbangunan
Infrastruktur
PSD
Kawasan
Ka
mpung
ha 1.200.000
1
KumuhKampungBandar
Bandar 2,40
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Kampung 2,70 ha 1.350.000
2
KumuhKampungBaru
Baru
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Padang 5,30 ha 2.650.000
3
KumuhPadangTerubuk
Terubuk
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan
950.000
4
Sago
1,90 ha
KumuhSago
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Kampung 4,72 ha 2.360.000
5
KumuhKampungDalam
Dalam
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan KotaBaru 3,70 ha 1.850.000
6
KumuhKotaBaru
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Sukaramai 8,50 ha 4.250.000
7
KumuhSukaramai
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Sumahilang 3,10 ha 1.550.000
8
KumuhSumahilang
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan
Tanah
500.000
9
1,00 ha
KumuhTanahDatar
Datar
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan
10
Pesisir
7,68 ha 3.840.000
KumuhPesisir
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan
11
Rintis
11,40 ha 5.700.000
KumuhRintis
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Tanjung 2,90 ha 1.450.000
12
KumuhTanjungRhu
Rhu
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan
Meranti
ha 10.000.000
13
KumuhMeranti Pandak
Pandak 20,00
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Lembah 23,99 ha 11.995.000
14
KumuhLembahDamai
Damai
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Lembah 3,94 ha 1.970.000
15
KumuhLembahSari
Sari
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Limbungan 8,90 ha 4.450.000
16
KumuhLimbungan

No

SumberDana
APBD
APBD
Prov
Kab
(10)
(11)
720.000 480.000
810.000

540.000

Tahun
Masya Swasta CSR 2016 2017 2018 2019 2020
rakat
(12)
(13)
(14) (15) (16) (17) (18) (19)



1.590.000 1.060.000



570.000

380.000



1.416.000

944.000



1.110.000

740.000



2.550.000 1.700.000



930.000

620.000



300.000

200.000



2.304.000 1.536.000



3.420.000 2.280.000



870.000



580.000

6.000.000 4.000.000



7.197.000 4.798.000



1.182.000



788.000

2.670.000 1.780.000




17

Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Limbungan 3,47
KumuhLimbunganBaru
Baru

ha

1.735.000

1.041.000

18

Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan SriMeranti 6,20
KumuhSriMeranti
Pembangunan InfrastrukturPSDKawasan Tampan 3,01
KumuhTampan
PembangunanRusunawaSenapelan
Senapelan 1

ha

3.150.000

1.890.000 1.260.000



ha

1.505.000

903.000



TB

7.500.000

4.500.000 3.000.000

19
20

VI -1

BabVI –AspekTeknisPerSektor

694.000

602.000



RPI2JMKotaPekanbaru
Uraian
IndikatorOutput
Rincian
(1) (2) (3)
(4)
21
PembangunanRusunawaEksTeleju
22
PembangunanRusunawaSriMeranti
PeningkatanKualitasKawasan
23
PermukimanKumuh

No

SumberDana
Tahun
APBN
APBD
APBD Masya Swasta CSR 2016 2017 2018 2019 2020
Prov
Kab
rakat
Murni
PHLN
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14) (15) (16) (17) (18) (19)
7.500.000
4.500.000 3.000.000

7.500.000
4.500.000 3.000.000


Lokasi

Vol Satuan

(5)
Rejosari
Rumbai

(6)
1
1

(7)
TB
TB

Pekanbaru

5

ha

0

0

1.000.000

Pekanbaru

5

ha

0

0

1.000.000



24

PeningkatanKualitasKawasan
PermukimanKumuh

25

Pembangunan InfrastrukturPermukiman
RawanBencana

Rumbai
Pesisir

1

kws

0

0

0

1.500.000

26

Pembangunan InfrastrukturPermukiman
RawanBencana

Rumbai
Pesisir

1

kws

0

0

0

1.500.000

VI -2

BabVI –AspekTeknisPerSektor





RPI2JM
6.2.

Penataan Bangunan dan Lingkungan

6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan
yangdiperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatanruang,
terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun di
perdesaan, khususnya wujud fisik bangunangedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundangdan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman
UU

No.

1

tahun

2011

Permukimanmemberikan

tentang
amanat

penyelenggaraanperumahan
kegiatan

dan

Perumahan

dan

bahwa
kawasan

perencanaan,pembangunan,

Kawasan

penyelenggaraan
permukiman

adalah

pemanfaatan,

dan

pengendalian, termasuk di dalamnyapengembangan kelembagaan,
pendanaan dan sistem pembiayaan,serta peran masyarakat yang
terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan
kavelingtanah
persyaratan

yang

telah

dipersiapkan

dalampenggunaan,

harus

penguasaan,

sesuai

dengan

pemilikan

yang

tercantum pada rencanarinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung
harusdiselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai
denganfungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan
teknisbangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status

hak

atas

tanah,

dan/atau

izin

pemanfaatan

dari

pemeganghak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
VI -1

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
Persyaratan

teknis

bangunan

gedung

melingkupi

persyaratan

tatabangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan
tatabangunan

ditentukan

pada

RTBL

yang

ditetapkan

oleh

Pemda,mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung,
arsitekturbangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.
Sedangkan,persyaratan

keandalan

bangunan

gedung mencakup

keselamatan,kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun
2002 jugamengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan
gedung

yangmeliputi

kegiatan

pembangunan,

pemanfaatan,

pelestarian danpembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan
pembinaan olehpemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun2002
tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No.
36Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP
inimembahas

ketentuan

bangunangedung,
masyarakat,

fungsi

bangunan

penyelenggaraan

danpembinaan

gedung,

bangunan

dalam

persyaratan

gedung,

penyelenggaraan

peran

bangunan

gedung. Dalamperaturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah
daerah untukmenyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) sebagaiacuan rancang bangun serta alat pengendalian
pengembanganbangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman UmumRencana
Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai

panduan

bagi

semua

pihak

dalam

penyusunan

danpelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU
No.06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
danLingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL
disusunpada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan
yang meliputikawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasandilestarikan,
VI -2

kawasan

rawan

bencana,

serta

kawasan

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
gabungan darijenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang
disusun kemudianditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar PelayananMinimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimalbidang

Pekerjaan

Umum

dan

Penataan

Ruang

mengamanatkan jenisdan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan
Umum dan PenataanRuang yang merupakan urusan wajib daerah
yang berhak diperolehsetiap warga secara minimal. Pada Permen
tersebut dilampirkanindikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat
Jenderal di lingkunganKementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Sebagaimana

dinyatakan

pada

Permen

PU

No.8

tahun

2010

tentangOrganisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608
dinyatakanbahwa

Direktorat

Penataan

Bangunan

dan

Lingkungan

mempunyaitugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal
CiptaKarya

di

bidang

perumusan

dan

pelaksanakan

kebijakan,

penyusunanproduk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi
dibidang

penataan

bangunan

dan

lingkungan

termasuk

pembinaanpengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian

selanjutnya

pada

Pasal

609

disebutkan

bahwa

DirektoratPenataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraanpenataan
bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumahnegara;
b. Pembinaan

teknik,

pembinaanpengelolaan

pengawasan
bangunan

teknik,

gedung

dan

fasilitasi

serta

rumah

negara

termasukfasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasipenyelenggaraan
penataan

bangunan

dan

lingkungan

danpengembangan

keswadayaan masyarakat dalam penataanlingkungan;

VI -3

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
d. Pembinaan

teknik,

pengawasan

teknik

dan

fasilitasi

revitalisasikawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang
terbuka hijau,serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan
sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, sertapembinaan
kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunandan lingkungan;
dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup
kegiatanpada

tugas

dan

sektor

fungsi
PBL,

tersebut
yaitu

dilaksanakan

kegiatan

sesuai

penataan

dengan

lingkungan

permukiman,kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
dankegiatan

pemberdayaan

komunitas

dalam

penanggulangan

kemiskinanseperti ditunjukkan pada Gambar 6.2.

Gambar 6. 2 Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Dan
Rumah Negara Dankegiatan Pemberdayaan Komunitas
Penanggulangan Kemiskinan

VI -4

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang bai
sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkunganmeliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman


Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);



Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);



Pembangunan

Prasarana

dan

Sarana

peningkatan

lingkunganpemukiman kumuh dan nelayan;


Pembangunan

prasarana

dan

sarana

penataan

lingkunganpemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung


Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataanbangunan
dan lingkungan;



Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dangedung;



Pengembangan sistem informasi bangunan gedung danarsitektur;



Pelatihan teknis.

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan


Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;



Paket dan Replikasi.

6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan
6.2.2.1.

Isu Strategis

Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihatdari
Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhisektor PBL.
Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah ProgramPNPM Mandiri, yaitu
Program

Nasional

Pemberdayaan

MasyarakatMandiri,

sebagai

wujud

kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuanpelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasispemberdayaan masyarakat. Agenda
nasional lainnya adalahpemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang PekerjaanUmum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL
yangmengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB

VI -5

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
dikabupaten/kota

dan

tersedianya

pedoman

Harga

Standar

BangunanGedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaianMDG’s
2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarianlingkungan hidup.
Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalahtarget 7C, yaitu
menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduktanpa akses terhadap air
minum layak dan sanitasi layak pada 2015,serta target 7D, yaitu mencapai
peningkatan yang signifikan dalamkehidupan penduduk miskin di permukiman
kumuh pada tahun 2020.
Agenda

internasional

(GlobalWarming).

lainnya

adalah

Pemanasan

global

isu

Pemanasan
yang

Global

disebabkan

bertambahnyakarbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang
berlebihanmengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C
antaratahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di
seluruhdunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi
inimemberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisirpantai,
yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran sertadampak sosial
lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional
yangjuga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I
yangtelah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni1976,
sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitusebagai
lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan danpermukiman
serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yangdilaksanakan di
lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua temapokok, yaitu
"Adequate Shelter for All" dan "Sustainable HumanSettlements Development
in an Urbanizing World", sebagai kerangkadalam penyediaan perumahan dan
permukiman yang layak bagimasyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional
untukbidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

VI -6

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
b. PBL

mengatasi

tingginya

frekuensi

kejadian

kebakaran

diperkotaan;
b. Pemenuhan

kebutuhan

ruang

terbuka

publik

dan

ruang

terbukahijau (RTH) di perkotaan;
c. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisionaldan
bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjangtumbuh
kembangnya ekonomi lokal;
d. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhanStandar
Pelayanan Minimal;
e. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat
dalampenataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib

pembangunan

dan

keandalan

bangunan

gedung(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian

penyelenggaraan

bangunan

gedung

dengan

perdabangunan gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yangfungsional,
tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung
danrumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaangedung
dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13
jutaorang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi

DDUB

tidak

sesuai

dengan

komitmen

awal

termasuksharing in-cash sesuai MoU PAKET;
c. Keberlanjutan

dan

sinergi

program

bersama

pemerintah

daerahdalam penanggulangan kemiskinan.
Isu

strategis

RTR,skenario

PBL

ini

pembangunan

terkait

dengan

daerah,

RTBL

dokumen-dokumen
yang

disusun

seperti
berdasar

skalaprioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi
VI -7

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM


Revitalisasi,



RTH,



Bangunan Tradisional/bersejarah dan



penanggulangankebakaran, bagi pencapaian terwujudnya
pembangunan lingkunganpermukiman yang layak huni, berjati diri,
produktif dan berkelanjutan.
Tabel 6. 13 Isu Strategis Sektor PBL di Kota Pekanbaru

No

Kegiatan Sektor PBL

(1)

(2)

1

Penataan Lingkungan Permukiman

2

Penyelenggaraan Bangunan Gedung
dan Rumah Negara

3

Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan

6.2.2.2.

Isu Strategis Sektor PBL di Kota
Pekanbaru
(3)
Persebaran permukiman yang urban
sprawl
Minimnya bangunan yang memiliki
sertifikat layak fungsi (SLF)
Penerapan Pembangunan Gedung
sesuai dengan Peraturan Daerah
Bangunan Gedung
Peningkatan peran masyarakat
berbasis komunitas dalam perencanaan
dan pelaksaaan pembangunan

Kondisi Eksisting

Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan programdirektorat
PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telahmendapatkan fasilitasi
berupa

peningkatan

kualitas

infrastrukturpermukiman

perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah
10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kotayang telah menyusun
Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun2012 adalah sebanyak 106
Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan
Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota
dengan perjanjian bersama, dan 32Kabupaten/Kota dengan kesepakatan
bersama.
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di sampingkegiatan
non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun2013 juga telah
melakukan peningkatan prasarana lingkunganpermukiman di 1.240 kawasan
VI -8

Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor

RPI2JM
serta

penyelenggaraan

kabupaten/kota.

Dalam

bangunangedung
RPI2JM

dan

bidangCipta

fasilitasnya
Karya

di

377

pencapaian

di

Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagaidasar dalam perencanaan.
Tabel 6. 14 Peraturan Daerah/Peraturan /Peraturan Bupati terkait
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Perda/ Pergub/ Perbup/ Peraturan Lainnya
No
(1)

1

2

VI -9