Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kompetisi Interpersonal pada Masa Remaja Tengah T1 802005056 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah Penelitian

SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan. Sekolah ini terletak di kaki gunung Merbabu. Walaupun sekolah ini berada di daerah pedesaan, akses untuk menuju sekolah ini sangat mudah, karena lokasi sekolah ini berada tepat di tepi jalan raya Kopeng. Suasana di sekolah ini seperti keadaan di daerah pegunungan pada umumnya yaitu memiliki suhu udara yang dingin. Sekolah ini terletak di antara dua dusun yaitu di sebelah utara sekolah ini adalah dusun Kenteng dan di sebelah selatan sekolah ini adalah dusun Bumiayu yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani.

SMU N 1 Getasan merupakan sekolah yang memiliki kualitas baik, karena sekolah ini sudah memiliki akreditasi A. Lingkungan sekolah ini cukup bersih, fasilitas di sekolah ini sendiri di antaranya adalah, lapangan basket, lapangan voli dan perpustakaan. Untuk lapangan basket itu sendiri memiliki multi fungsi, selain digunakan untuk bermain basket, lapangan ini juga bisa digunakan untuk bermain futsal karena disebelah ring basket tersedia juga dua gawang sepakbola kecil yang berukuran 1 X 0,5 meter, dan lapangan basket ini juga biasa digunakan untuk melaksanakan upacara Bendera setiap hari senin.


(2)

Kegiatan-kegiatan organisasi yang diadakan di SMU Negeri 1 Getasan antara lain, Osis dan Bantara untuk kegiatan ekstrakulikuler antara lain, futsal, voli, basket, dan karate.

Siswa-siswa yang bersekolah di SMU Negeri 1 Getasan ini sebagian berasal dari sekitar daerah Kecamatan Getasan dan sebagian berasal dari Kota Salatiga. Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari penulisan biodata di skala siswa-siswa SMU Negeri 1 Getasan kelas X, subjek berusia 15 sampai 17 tahun atau bisa dikatakan dalam masa remaja tengah.

B. Persiapan Penelitian 1. Perijinan Penelitian

Persiapan penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Pengurusan surat permohonan izin pengambilan data dari fakultas untuk melaksanakan penelitian di SMU Negeri 1 Getasan.

b. Menghubungi Wakil Kepala Sekolah bagian kesiswaan SMU Negeri 1 Getasan untuk menjajagi kemungkinan pelaksanaan penelitian dengan membawa surat pengantar dari fakultas dan contoh skala yang akan digunakan dalam penelitian. Surat pengantar dari fakultas itu kemudian peneliti berikan kepada Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan untuk disampaikan kepada Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Getasan.

c. Mendiskusikan dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan mengenai waktu yang tepat dan tata cara pelaksanaan penelitian.


(3)

Berdasarkan surat pengantar dari fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dengan Nomor 49PU-F.Psi/VII/2012 yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Getasan, maka penulis bertemu dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan agar diijinkan untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

Penelitian yang dilakukan di SMU Negeri 1 Getasan ini memiliki siswa atau subjek penelitian kurang lebih sebesar 364 orang. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SMU berjumlah 40 orang dengan usia 15 sampai 17 tahun.

2. Penyusunan Alat Ukur

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat penelitian berupa skala. Skala tersebut terdiri dari pernyataan tertulis yang berasal dari aspek-aspek yang hendak diukur, yang akan diberikan kepada subjek untuk dijawab. Dalam penelitian ini skala yang akan digunakan adalah skala tertutup, dimana jawaban sudah ditentukan sehingga subjek tidak dapat memberikan jawaban di luar dari pilihan yang telah ditentukan oleh penulis. Alat ukur tersebut di buat untuk mengukur Kematangan Emosi dan kompetensi interpersonal pada remaja tengah.

Skala Kematangan Emosi terdiri dari 30 item pernyataan yang disusun berdasarkan aspek-aspek variabel kematangan emosi yaitu, dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain, tidak bersifat impulsif, memiliki kontrol emosi dan ekspresi emosi secara baik, berpikir obyektif, memiliki tanggung jawab.


(4)

Tabel 4.1

Komposisi Aspek dan Nomor Item pada Skala Kematangan Emosi

Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable Dapat menerima keadaan diri

sendiri maupun orang lain 1, 2, 3 16, 17, 18 Tidak bersifat impulsif 7, 8, 9 19, 20, 21 Memiliki kontrol emosi dan

ekspresi emosi secara baik 13, 14, 15 25, 26, 27 Berpikir obyektif 22, 23, 24 10, 11, 12 Memiliki tanggung jawab 28, 29, 30 4, 5, 6

Dalam melakukan penskoringan untuk item-item pernyataan dalam skala Kematangan Emosi, digunakan empat alternatif pilihan jawaban, yaitu pada item favorable, skor untuk pilihan sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2, sangat tidak setuju 1. Sedangkan untuk penskoringan pilihan jawaban pada item unfavorable, skor untuk pilihan sangat setuju 1, setuju 2, tidak setuju 3, sangat tidak setuju 4.

Skala Kompetensi Interpersonal terdiri dari 30 item pernyataan yang disusun berdasarkan aspek-aspek variabel kompetensi interpersonal yaitu, kemampuan berinisiatif, kemampuan untuk bersikap terbuka (self disclosure), kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan memberikan dukungan emosional, kemampuan dalam mengatasi konflik.


(5)

Tabel 4.2

Komposisi Aspek dan Nomor Item pada Skala Kompetensi Interpersonal

Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable kemampuan berinisiatif 1, 2, 3 16, 17, 18 kemampuan untuk

bersikap terbuka (self disclosure)

7, 8, 9 25, 26, 27

kemampuan untuk

bersikap asertif 10, 11, 12 28, 29, 30 Kemampuan memberikan

dukungan emosional 19, 20, 21 13, 14, 15 kemampuan dalam

mengatasi konflik 22, 23, 24 4, 5, 6

Dalam melakukan penskoringan untuk item-item pernyataan dalam skala Kompetensi Interpersonal digunakan empat alternatif pilihan jawaban, yaitu pada item favorable, skor untuk pilihan sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2, sangat tidak setuju 1. Sedangkan untuk penskoringan pilihan jawaban pada item unfavorable, skor untuk pilihan sangat setuju 1, setuju 2, tidak setuju 3, sangat tidak setuju 4.

3. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas skala sehingga hasil pengukurannya yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Uji coba


(6)

dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2012 dengan menggunakan try out terpakai. Uji coba terpakai adalah subjek yang digunakan untuk uji coba digunakan sekaligus untuk penelitian, guna lebih menghemat waktu, tenaga dan biaya ( Hadi, 1992)

4. Tahap Pengambilan Data

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2012 pukul 09.00 WIB pagi. Pada saat itu SMU Negeri 1 Getasan untuk siswa-siswa kelas X sedang diadakan pembuatan kartu pelajar sehingga siswa-siswa kelas X waktu itu pelajarannya dikosongkan selama 2 jam pelajaran (90 menit) oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan waktu inilah yang digunakan peneliti untuk melakukan pengambilan data.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah incidental sampling. Menurut Supramono (1993) teknik sampling insidental yaitu pemilihan sampel yang terjadi secara kebetulan pada saat diadakan pengumpulan data. Cara pengambilan data yang peneliti gunakan adalah dengan memberikan skala kepada siswa-siswa yang peneliti jumpai secara kebetulan di kelas-kelas yang sedang menunggu giliran untuk membuat kartu pelajar.

Peneliti dalam menyebarkan skala dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, peneliti saat itu membagikan skala di kelas X.2 dan peneliti menunggu siswa-siswa X.2 pada saat mengisi skala hingga pengisian skala selesai, dan skala yang lain peneliti berikan kepada


(7)

wakil kepala sekolah yang juga ikut membantu peneliti dalam menyebarkan skala di kelas lain.

Di dalam kelas yang peneliti tunggu jumlah siswanya sekitar 15 siswa. Setelah para siswa kelas X.2 selesai mengisi skala, peneliti kemudian menyebarkan skala di kelas X.1 dan pada saat itu Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan kembali mendatangi peneliti untuk meminta skala lagi, kemudian peneliti memberikan sejumlah skala kepada bapak wakil kepala sekolah bidang kesiswaan untuk disebarkan kepada siswa-siswa kelas X di ruangan yang lain, sementara peneliti tetap menunggui siswa-ssiwa kelas X.1 mengisi skala hingga selesai.

Saat seluruh siswa-siswa kelas X.1 selesai mengisi skala, bapak Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan datang beberapa saat kemudian dengan membawa skala-skala yang telah terisi, kemudian peneliti ditanya oleh bapak wakil kepala sekolah bidang kesiswaan apakah skala yang terkumpul sudah cukup untuk data penelitiannya, dan peneliti menjawab sudah cukup, waktu yang digunakan peneliti untuk melakukan pengambilan data kurang lebih selama 90 menit. Seluruh skala yang peneliti sebarkan sekitar 60 skala dan yang dikembalikan kepada peneliti berjumlah 42 skala dengan 2 skala yang tidak peneliti gunakan hal ini dikarenakan ke dua skala tersebut tidak diisi secara lengkap atau ada item-item yang terlewati. Dari pengambilan data yang telah diperoleh peneliti, maka data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berjumlah 40 skala.


(8)

C. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan program komputer SPSS 17.0 for Windows. Untuk uji validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment, sedangkan untuk uji reliabilitas menggunakan teknik alpha Cronbach. Item pada skala pengukuran dapat dikatakan memiliki validitas baik apabila mempunyai koefisien korelasi item total r ≥ 0,25 (dalam Azwar, 1999)

a. Skala Kematangan Emosi

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item total correlation dengan menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment, diperoleh hasil bahwa skala kematangan emosi yang terdiri dari 30 item, pada penghitungan uji validitas yang pertama menunjukkan terdapat 12 item soal yang gugur, sehingga 18 item soal lainnya dinyatakan valid. Item-item yang gugur adalah nomor 1, 2, 3, 7, 8, 9, 12, 17, 19, 23, 24, dan 30. Kemudian dilakukan penghitungan uji validitas yang kedua dengan membuang item yang gugur. Hasilnya di pengujian yang kedua ini sudah tidak ada lagi item yang gugur. Jadi item yang valid pada skala ini berjumlah 18 item, dan memiliki koefisien validitas yang bergerak antara 0,266 hingga 0,564.


(9)

Tabel 4.3

Komposisi Aspek dan Nomor Item yang Valid dan Gugur pada Skala Kematangan Emosi

Aspek Kematangan

Emosi Favorable Unfavorable

Item valid Dapat menerima keadaan

diri sendiri maupun orang lain

1*, 2*, 3* 16, 17*, 18 2

Tidak bersifat impulsif 7*, 8*, 9* 19*, 20, 21 2 Memiliki kontrol emosi

dan ekspresi emosi secara baik

13, 14, 15 25, 26, 27 6

Berpikir obyektif 22, 23*, 24* 10, 11, 12* 3 Memiliki tanggung jawab 28, 29, 30* 4, 5, 6 5

Total item valid 6 12 18

* : item yang gugur

Setelah itu dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan analisis teknik Alpha Cronbach. Dari perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas pada Kematangan Emosi sebesar α = 0,815 yang berarti bahwa dalam penghitungan uji reliabilitasnya skala Kematangan Emosi termasuk dalam kategori sangat memuaskan (Azwar,1999). Item yang valid dan gugur pada skala Kematangan Emosi dapat dilihat pada tabel 4.3 di atas dan untuk melihat hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran C.


(10)

b. Skala Kompetensi Interpersonal

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item total correlation dengan menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment, diperoleh hasil bahwa skala kompetensi interpersonal yang terdiri dari 30 item, pada penghitungan uji validitas yang pertama menunjukkan terdapat 15 item soal yang gugur, sehingga 15 item soal lainnya dinyatakan valid. Item-item yang gugur adalah nomor 1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 16, 22, 23, 25, 26, 28, 29 dan 30. Kemudian dilakukan penghitungan uji validitas yang kedua dengan membuang item yang gugur. Hasilnya di pengujian yang kedua ini sudah tidak ada lagi item yang gugur. Jadi item yang valid pada skala ini berjumlah 15 item, dan memiliki koefisien validitas yang bergerak antara 0,258 hingga 0,635.

Tabel 4.4

Komposisi Aspek dan Nomor Item yang Valid dan Gugur pada Skala Kompetensi Interpersonal

Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable Item valid kemampuan berinisiatif 1*, 2*, 3* 16*, 17, 18 2 kemampuan untuk bersikap

terbuka (self disclosure) 7*, 8*, 9 25*, 26*, 27 2 kemampuan untuk bersikap

asertif 10*, 11, 12 28*, 29*, 30* 2

Kemampuan memberikan

dukungan emosional 19, 20, 21 13, 14, 15 6


(11)

mengatasi konflik

Total item valid 7 8 15

* : item yang gugur

Setelah itu dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan analisis teknik Alpha Cronbach. Dari perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas pada Kompetensi Interpersonal sebesar α = 0,826 yang berarti bahwa dalam penghitungan uji reliabilitasnya skala Kompetensi Interpersonal termasuk dalam kategori sangat memuaskan (Azwar,1999). Item yang valid dan gugur pada skala Kompetensi Interpersonal dapat dilihat pada tabel 4.4 di atas dan untuk melihat hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran C.

D. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov untuk variabel Kematangan Emosi sebesar 0,640 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov Smirnov untuk variabel Kompetensi Interpersonal sebesar 0,780 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas variabel dan grafik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.

2. Uji Linearitas

Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh nilai deviation from linierity F sebesar 0,963 dengan signifikansi sebesar 0,533 ( p > 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa


(12)

kematangan emosi memiliki korelasi linier dengan kompetensi interpersonal. Hasil uji linieritas selengkapnya dapat dilihat di lampiran E.

E. Analisis Deskriptif

Untuk mengukur tinggi rendahnya masing-masing variabel penelitian digunakan interval sebagai berikut :

Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah Jumlah jenjang

1. Variable Kematangan Emosi

Variabel Kematangan Emosi memiliki item valid sebanyak 18 item, dengan skor item berjenjang dari skor 1 hingga 4 menurut jenis item favorabel dan unfavorabel. Skor tertinggi: 4 x 18 = 72

Skor terendah: 1 x 18 = 18

Berdasarkan analisis deskriptif kematangan emosi dapat ditentukan kategori subyek menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun rumus untuk mencari interval adalah:

Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah Jumlah Jenjang

= 72 – 18 5

=10,8

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dihitung nilai interval yang akan digunakan adalah sebesar 10,8 maka dapat ditentukan kategori sebagai berikut:


(13)

18 ≤ x < 28,8 = Sangat Rendah 28,8 ≤ x < 39,6 = Rendah

39,6 ≤ x < 50,4 = Sedang 50,4 ≤ x < 61,2 = Tinggi 61,2 ≤ x < 72 = Sangat Tinggi

Hasil analisis deskriptif dukungan Kematangan Emosi diperoleh jumlah nilai minimum adalah 34.00 dan jumlah nilai maximum 63.00, dengan mean 51,52 dan standart deviasi 6,09.

Tabel 4.5

Hasil pengukuran variable Kematangan Emosi

Kategori Interval F (%) Mean SD Min Max

Sangat rendah 18 ≤ x < 28,8 0 0%

51,52 6,09 34 63 Rendah 28,8 ≤ x < 39,6 1 2,5%

Sedang 39,6 ≤ x < 50,4 14 35% Tinggi 50,4 ≤ x < 61,2 23 57,5% Sangat tinggi 61,2 ≤ x ≤ 72 2 5%

Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat prosentase kematangan emosi yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 57,5% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Hal ini berarti siswa-siswa remaja tengah SMU Negeri 1 Getasan memiliki kematangan emosi yang tinggi.

2. Variabel Kompetensi Interpersonal

Variabel Kompetensi Interpersonal memiliki item valid sebanyak 15 item, dengan skor item berjenjang dari skor 1 hingga 4 menurut jenis item favorable dan unfavorabel.


(14)

Skor tertinggi: 4 x 15 = 60 Skor terendah: 1 x 15 = 15

Berdasarkan analisis deskriptif Kompetensi Interpersonal dapat ditentukan kategori subyek menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun rumus untuk mencari interval adalah:

Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah Jumlah Jenjang

= 60 – 15 5 = 9

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dihitung nilai interval yang akan digunakan adalah sebesar 9 maka dapat ditentukan kategori sebagai berikut:

15 ≤ x < 24 = Sangat Rendah 24 ≤ x < 33 = Rendah

33 ≤ x < 42 = Sedang 42 ≤ x < 51 = Tinggi 51 ≤ x < 60 = Sangat Tinggi

Hasil analisis deskriptif dukungan Kompetensi Interpersonal diperoleh jumlah nilai minimum adalah 25.00 dan jumlah nilai maximum 56.00, dengan mean 43,02 dan standart deviasi 5,74.

Tabel 4.6

Hasil pengukuran variabel Kompetensi Interpersonal

Kategori Interval F (%) Mean SD Min Max


(15)

Rendah 24 ≤ x < 33 1 2,5%

43,02 5,74 25 56 Sedang 33 ≤ x < 42 12 30%

Tinggi 42 ≤ x < 51 24 60% Sangat tinggi 51 ≤ x < 60 3 7,5%

Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat prosentase Kompetensi Interpersonal yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 60% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Hal ini berarti siswa-siswa remaja tengah SMU Negeri 1 Getasan memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi.

F. Uji Korelasi

Setelah dilakukan uji asumsi menunjukkan bahwa ke 2 variabel berdistribusi normal dan memiliki korelasi linear, maka dapat dilanjutkan dengan pengujian korelasi Product moment dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for Windows.

Berdasarkan hasil penghitungan korelasi diperoleh r = 0,596 (p<0,05) hal ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal.

Dari hasil penghitungan korelasi antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal, sumbangan efektif atau peranan kematangan emosi terhadap kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) sebesar (0,596)² yaitu 35,52%, artinya variasi


(16)

kematangan emosi memberikan sumbangan efektif atau peranan terhadap munculnya Kompetensi Interpersonal sebesar 35,52% sedangkan 64,48% dijelaskan oleh faktor lain.

G. Pembahasan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah diperolehnya nilai r = 0,596 dan p < 0, 05. Dengan demikian maka hipotesis dalam penelitian ini yang menyebutkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah, dinyatakan diterima. Semakin tinggi kematangan emosi maka semakin tinggi kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah, begitu pula sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah kompetensi interpersonal remaja tengah. Dengan kata lain kematangan emosi memberi peran terhadap tingginya kompetensi interpersonal.

Adanya hubungan yang positif antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal disebabkan karena remaja tengah yang memiliki kematangan emosi, berarti memiliki kemampuan-kemampuan yang menjadi bagian di dalam kematangan emosi itu sendiri yang mana menurut Walgito (2002) menyatakan bahwa aspek-aspek kematangan emosi adalah 1) dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan obyektifnya, 2) tidak bersifat impulsif yaitu merespon stimulus dengan cara berpikir baik, dapat mengatur pikirannya untuk memberikan


(17)

tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya, 3) dapat mengontrol emosi dan ekspresi emosi secara baik, 4) dapat berpikir obyektif sehingga orang yang telah matang emosinya akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya cukup mempunyai toleransi yang baik, 5) mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami frustrasi dan akan menghadapi masalah dengan penuh pengertian.

Remaja tengah yang memiliki kematangan emosi berarti memiliki sifat atau kemampuan-kemampuan yang menjadi bagian di dalam kematangan emosi itu sendiri di antaranya adalah dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan obyektifnya (Walgito, 2002), sehingga remaja tengah mampu untuk menerima keadaan lingkungan dan kondisi orang-orang disekitar sebagaimana adanya atas segala kelebihan dan kekurangannya, yang mana hal tersebut akan membuat remaja tengah merasa senang dan nyaman dengan lingkungan di sekitarnya dan akan membantu remaja tengah dalam menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Remaja tengah yang memiliki kematangan emosi dapat berpikir obyektif sehingga orang yang telah matang emosinya akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya cukup mempunyai toleransi yang baik (Walgito, 2002). Sifat-sifat tersebut akan membuat remaja tengah mudah diterima dan mudah disukai oleh orang-orang di sekitar sehingga dari hal tersebut akan membuat remaja tengah merasa senang dan nyaman dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.


(18)

Adanya hubungan yang positif antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal juga dapat dilihat dari definisi Green (dalam Safaria dan Farni, 2006) yang menyatakan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri, menempatkan diri, dan menghadapi berbagai kondisi dengan suatu cara tertentu.

Dari pengertian kematangan emosi menurut Green (dalam Safaria dan Farni, 2006) tersebut menyatakan bahwa salah satu kemampuan yang ada dalam kematangan emosi di antaranya adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri. Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi memiliki pengaruh terhadap perkembangan kompetensi interpersonal, hal ini dikarenakan kemampuan untuk menyesuaikan diri merupakan salah satu dari faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan kompetensi interpersonal,

Sebagaimana menurut Willis (1981) menyatakan bahwa ada dua faktor yang memengaruhi kompetensi interpersonal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu sendiri meliputi usia, jenis kelamin, konsep diri, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan berempati, kemampuan menghargai orang lain, dan kemampuan berkomunikasi. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan, pola asuh orang tua, latar belakang sosial pendidikan dan ekonomi, dan dominasi kelompok.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kematangan emosi memiliki pengaruh yang baik untuk perkembangan kompetensi interpersonal seorang remaja tengah. Hal ini juga


(19)

didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahmoudi (2012) yang menyatakan bahwa ketika kematangan emosional tinggi tingkat umum penyesuaian diri juga cukup baik.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa variasi skor variabel kompetensi interpersonal dipengaruhi oleh variasi skor variabel kematangan emosi sebesar 35,52%, sehingga masih ada faktor-faktor lain yang memengaruhi kompetensi interpersonal sebesar 64,48%. Faktor-faktor lain yang memengaruhi kompetensi interpersonal menurut Lunandi (1987) yaitu, faktor psikologis, faktor fisik, faktor sosial, faktor budaya, dan faktor waktu

Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil analisis deskriptif sebagai berikut prosentase kematangan emosi yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 57,5% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Sedangkan prosentase kompetensi interpersonal yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 60% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah.

Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa siswa-siswa remaja tengah SMU Negeri 1 Getasan memiliki kematangan emosi dan kompetensi interpersonal yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena SMU Negeri 1 Getasan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi yang mana dari kegiatan tersebut seorang remaja tengah memiliki lebih banyak kesempatan untuk bergaul atau berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat membuat kemampuan kompetensi interpersonalnya berkembang.


(20)

Selain itu saat berinteraksi dengan orang lain, para siswa tentu saja akan bertemu dengan orang yang memiliki pemikiran, kepribadian dan karakter yang berbeda sehingga dari perbedaan-perbedaan tersebut, memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat, perselisihan dan konflik baik itu secara pribadi maupun organisasi, sehingga dari hal tersebut dapat membuat siswa untuk melatih kontrol emosi dan ekspresi emosi sehingga dari hal tersebut kemampuan kematangan emosinya pun juga bisa berkembang dengan baik.


(1)

Rendah 24 ≤ x < 33 1 2,5%

43,02 5,74 25 56 Sedang 33 ≤ x < 42 12 30%

Tinggi 42 ≤ x < 51 24 60% Sangat tinggi 51 ≤ x < 60 3 7,5%

Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat prosentase Kompetensi Interpersonal yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 60% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Hal ini berarti siswa-siswa remaja tengah SMU Negeri 1 Getasan memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi.

F. Uji Korelasi

Setelah dilakukan uji asumsi menunjukkan bahwa ke 2 variabel berdistribusi normal dan memiliki korelasi linear, maka dapat dilanjutkan dengan pengujian korelasi Product moment dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for Windows.

Berdasarkan hasil penghitungan korelasi diperoleh r = 0,596 (p<0,05) hal ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal.

Dari hasil penghitungan korelasi antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal, sumbangan efektif atau peranan kematangan emosi terhadap kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) sebesar (0,596)² yaitu 35,52%, artinya variasi


(2)

kematangan emosi memberikan sumbangan efektif atau peranan terhadap munculnya Kompetensi Interpersonal sebesar 35,52% sedangkan 64,48% dijelaskan oleh faktor lain.

G. Pembahasan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah diperolehnya nilai r = 0,596 dan p < 0, 05. Dengan demikian maka hipotesis dalam penelitian ini yang menyebutkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah, dinyatakan diterima. Semakin tinggi kematangan emosi maka semakin tinggi kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah, begitu pula sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah kompetensi interpersonal remaja tengah. Dengan kata lain kematangan emosi memberi peran terhadap tingginya kompetensi interpersonal.

Adanya hubungan yang positif antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal disebabkan karena remaja tengah yang memiliki kematangan emosi, berarti memiliki kemampuan-kemampuan yang menjadi bagian di dalam kematangan emosi itu sendiri yang mana menurut Walgito (2002) menyatakan bahwa aspek-aspek kematangan emosi adalah 1) dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan obyektifnya, 2) tidak bersifat impulsif yaitu merespon stimulus dengan cara berpikir baik, dapat mengatur pikirannya untuk memberikan


(3)

tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya, 3) dapat mengontrol emosi dan ekspresi emosi secara baik, 4) dapat berpikir obyektif sehingga orang yang telah matang emosinya akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya cukup mempunyai toleransi yang baik, 5) mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami frustrasi dan akan menghadapi masalah dengan penuh pengertian.

Remaja tengah yang memiliki kematangan emosi berarti memiliki sifat atau kemampuan-kemampuan yang menjadi bagian di dalam kematangan emosi itu sendiri di antaranya adalah dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan obyektifnya (Walgito, 2002), sehingga remaja tengah mampu untuk menerima keadaan lingkungan dan kondisi orang-orang disekitar sebagaimana adanya atas segala kelebihan dan kekurangannya, yang mana hal tersebut akan membuat remaja tengah merasa senang dan nyaman dengan lingkungan di sekitarnya dan akan membantu remaja tengah dalam menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Remaja tengah yang memiliki kematangan emosi dapat berpikir obyektif sehingga orang yang telah matang emosinya akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya cukup mempunyai toleransi yang baik (Walgito, 2002). Sifat-sifat tersebut akan membuat remaja tengah mudah diterima dan mudah disukai oleh orang-orang di sekitar sehingga dari hal tersebut akan membuat remaja tengah merasa senang dan nyaman dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.


(4)

Adanya hubungan yang positif antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal juga dapat dilihat dari definisi Green (dalam Safaria dan Farni, 2006) yang menyatakan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri, menempatkan diri, dan menghadapi berbagai kondisi dengan suatu cara tertentu.

Dari pengertian kematangan emosi menurut Green (dalam Safaria dan Farni, 2006) tersebut menyatakan bahwa salah satu kemampuan yang ada dalam kematangan emosi di antaranya adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri. Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi memiliki pengaruh terhadap perkembangan kompetensi interpersonal, hal ini dikarenakan kemampuan untuk menyesuaikan diri merupakan salah satu dari faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan kompetensi interpersonal,

Sebagaimana menurut Willis (1981) menyatakan bahwa ada dua faktor yang memengaruhi kompetensi interpersonal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu sendiri meliputi usia, jenis kelamin, konsep diri, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan berempati, kemampuan menghargai orang lain, dan kemampuan berkomunikasi. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan, pola asuh orang tua, latar belakang sosial pendidikan dan ekonomi, dan dominasi kelompok.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kematangan emosi memiliki pengaruh yang baik untuk perkembangan kompetensi interpersonal seorang remaja tengah. Hal ini juga


(5)

didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahmoudi (2012) yang menyatakan bahwa ketika kematangan emosional tinggi tingkat umum penyesuaian diri juga cukup baik.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa variasi skor variabel kompetensi interpersonal dipengaruhi oleh variasi skor variabel kematangan emosi sebesar 35,52%, sehingga masih ada faktor-faktor lain yang memengaruhi kompetensi interpersonal sebesar 64,48%. Faktor-faktor lain yang memengaruhi kompetensi interpersonal menurut Lunandi (1987) yaitu, faktor psikologis, faktor fisik, faktor sosial, faktor budaya, dan faktor waktu

Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil analisis deskriptif sebagai berikut prosentase kematangan emosi yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 57,5% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Sedangkan prosentase kompetensi interpersonal yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 60% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah.

Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa siswa-siswa remaja tengah SMU Negeri 1 Getasan memiliki kematangan emosi dan kompetensi interpersonal yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena SMU Negeri 1 Getasan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi yang mana dari kegiatan tersebut seorang remaja tengah memiliki lebih banyak kesempatan untuk bergaul atau berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat membuat kemampuan kompetensi interpersonalnya berkembang.


(6)

Selain itu saat berinteraksi dengan orang lain, para siswa tentu saja akan bertemu dengan orang yang memiliki pemikiran, kepribadian dan karakter yang berbeda sehingga dari perbedaan-perbedaan tersebut, memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat, perselisihan dan konflik baik itu secara pribadi maupun organisasi, sehingga dari hal tersebut dapat membuat siswa untuk melatih kontrol emosi dan ekspresi emosi sehingga dari hal tersebut kemampuan kematangan emosinya pun juga bisa berkembang dengan baik.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kepercayaan Diri pada Siswa SMA Kanisius Bhaktiawam Ambarawa T1 132009019 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kepercayaan Diri pada Siswa SMA Kanisius Bhaktiawam Ambarawa T1 132009019 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kompetisi Interpersonal pada Masa Remaja Tengah T1 802005056 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kompetisi Interpersonal pada Masa Remaja Tengah T1 802005056 BAB II

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kompetisi Interpersonal pada Masa Remaja Tengah T1 802005056 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kompetisi Interpersonal pada Masa Remaja Tengah

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kompetisi Interpersonal pada Masa Remaja Tengah

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kematangan Emosi pada Siswa SMA Theresiana Salatiga T1 132008055 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Subjective Well-Being dalam Pernikahan Remaja Akhir pada Perempuan

0 0 2

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa Tahun Ajaran 20162017 T1 BAB IV

0 0 7