Dokumen Perencanaan - Bappeda Kab. Probolinggo RENSTRA

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesejahteraan sosial di Kabupaten Probolinggo, hakekatnya merupakan upaya merealisasikan amanat konstitusi, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan pembangunan kesejahteraan sosial sebagai bagian dari pembangunan nasional

pada hakekatnya merupakan “pembangunan manusia seutuhnya” yang meliputi

pembangunan fisik/lahiriah, sosial dan mental/batiniah untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan, baik secara perorangan, keluarga maupun kelompok masyarakat secara bermartabat dengan menempatkan mereka sebagai pelaku utama di dalam pembangunan. Pembangunan kesejahteraan sosial sejatinya adalah segenap strategi dan aktivitas yang dilakukan pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kebijakan dan program yang bermatra pelayanan sosial, penyembuhan sosial, perlindungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat (Edi Suharto, 2006).

Untuk mewujudkan hal tersebut, pembangunan kesejahteraan sosial memiliki tugas dan fungsi sesuai dengan bidangnya, yang meliputi: (1) mewujudkan keadilan sosial melalui upaya memperkecil kesenjangan sosial dengan memberi perhatian pada masyarakat rentan dan kurang beruntung, (2) mencegah, mengendalikan dan mengatasi masalah sosial, (3) memelihara dan memperkuat stabilitas dan integrasi sosial, (4) mengembangkan prakarsa dan peran masyarakat mampu serta dunia usaha dalam pembangunan kesejahteraan sosial sebagai investasi modal sosial. (Sutaat)

Tujuan utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah penanggulangan kemiskinan dengan berbagai implikasinya. Hal ini berangkat dari asumsi, bahwa

kemiskinan merupakan salah satu akar masalah dan “ibu masalah” yang bisa

melahirkan masalah-masalah sosial lainnya. Berbagai bentuk keterlantaran, anak jalanan, gelandangan dan pengemis, kesehatan yang buruk, putus sekolah, dan sejenisnya merupakan masalah-masalah sosial yang dilahirkan dari kemiskinan. Selanjutnya penyandang masalah sosial tersebut diposisikan sebagai

kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups) sekaligus sebagai

target/ sasaran utama pembangunan kesejahteraan sosial. Kelompok kurang beruntung tersebut oleh Kementerian Sosial RI (Departemen Sosial) dan oleh Dinas Sosial dirumuskan sebagai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial


(2)

2

(PMKS). Penanganan PMKS khususnya fakir miskin apabila tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang semakin meluas, dan berdampak pada melemahnya ketahanan sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial, terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan perbatasan.

Kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups) di

Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dituangkan dalam pasal 5 ayat (5) yang meliputi kelompok-kelompok yang mengalami:

a. kemiskinan;

b. keterlantaran; c. kecacatan; d. keterpencilan;

e. ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku; f. korban bencana; dan/atau

g. korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), khususnya yang miskin dan rentan, perlu diberi bantuan dan jaminan sosial. Dalam Undang-undang nomor 11

tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, pasal 1 ayat (11) disebutkan “Jaminan

Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak”.

Bantuan dan jaminan sosial itu merupakan hak dasar manusia, apabila tidak dilakukan secara tepat akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan sosial, yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya konflik sosial, terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, terisolasi dan berada di

perbatasan. Apalagi menurut laporan Human Development Report tahun 2005,

jumlah penduduk miskin terbesar di Asia Tenggara adalah di Indonesia, yaitu sebesar 38,7 juta orang diikuti oleh Vietnam (17,38), Kamboja (13,01), dan Myanmar (10,84). Tingginya tingkat kemiskinan Indonesia, membuat negara ini memiliki kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah. Dari data

Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI), Indonesia

menempati urutan 110, lebih rendah dibanding negara di Asia Tenggara lainnya seperti Singapura (25), Brunei (33), Malaysia (61), Thailand (73), dan Filipina (84).(Chamsyah, 2007).

Penanganan masalah kesejahteraan sosial perlu dilakukan secara institusional, terkoordinir dan terencana. Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo


(3)

3

(Dinsos Kab. Probolinggo) merupakan institusi yang memiliki fungsi koordinatif dan strategis melalui kebijakan dan perencanaan yang disusunnya. Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo memiliki tanggung jawab yang tidak kecil dalam menyelenggarakan usaha-usaha kesejahteraan sosial. Hal ini didasarkan atas data:

a. Jumlah kecamatan 24 dan 330 desa/kelurahan. Data ini berimplikasi pada

masalah koordinasi antara Dinas Sosial Kabupaten dengan

Kecamatan/Kelurahan dan Desa. Tingkat pemahaman aparatur di tingkat kecamatan, kelurahan/desa tentang kesejahteraan sosial melahirkan

masalah-masalah diseputar: saling lempar tanggung jawab, over lapping kegiatan,

ketidakpatuhan kecamatan/kelurahan dan desa pada kabupaten, pemahaman beragam tentang pembangunan kesejahteraan sosial oleh masing-masing kecamatan (kelurahan/desa). Otonomi daerah melahirkan jebakan-jebakan

baru dalam pembangunan kesejahteraan sosial, diantaranya: (a) money

follows function (uang/anggaran mengikuti kewenangan) atau function follows money (kewenangan mengikuti uang/anggaran), (b) pembangunan ekonomi terlebih dahulu, baru pembangunan kesejahteraan sosial, (c) lokalisme dan primordialisme yang berlebihan (Suharto, 2006).

b. Wilayah jangkauan garapan Kabupaten Probolinggo yang meliputi: Kabupaten

Probolinggo bagian barat, bagian timur dan bagian selatan. Hal ini berimplikasi pada keterbatasan dan keterjangkauan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial. Belum lagi persoalan keterbatasan sumber daya manusia Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo dan sarana yang menunjang mobilitas SDM.

c. Jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo sebanyak 1.096.244 jiwa

berdasarkan sensus penduduk tahun 2010. Besarnya jumlah penduduk berimplikasi pada banyak dan kompleksnya masalah-masalah kesejahteraan sosial yang ditangani Dinas Sosial. Semakin banyak penyandang masalah kesejahteraan sosial, semakin besar anggaran yang disediakan. Berdasarkan tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Probolinggo dalam lima tahun terakhir terdapat kecenderung naik. Data jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kabupaten Probolinggo pada bulan Maret 2011 sebesar 567.064 jiwa . Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2008 yang berjumlah 112.955 jiwa. Berarti jumlah penduduk miskin naik sebesar 454.109 jiwa, selama periode Maret 2008 -

Maret 2011, penduduk miskin di Kabupaten Probolinggo bertambah.

Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah.


(4)

4

d. Sub-kultur di Kabupaten Probolinggo meliputi: Madura Pedalungan, Jawa

Tengger (Sukapura, Sumber), masyarakat pesisir Utara . Sub-kultur keturunan Arab dan Tionghoa yang tersebar di beberapa kecamatan kota Kabupaten Probolinggo (Kraksaan, Paiton, Pajarakan, Maron, Leces, Gending dan Dringu). Beragamnya sub-kultur berimplikasi pada variatifnya nilai-nilai sosial budaya yang mempengaruhi usaha-usaha kesejahteraan sosial. Sebagai contoh, ada sub-kultur yang sangat mentolelir praktik-praktik dan mental minta, tetapi di sisi lain ada sub-kultur yang mentabukan meminta-minta. Ada kultur yang masih tertinggal dari pembangunan dan ada sub-kultur yang mengalami kemajuan karena proses-proses pembangunan. Keragaman sub-kultur juga berpotensi memunculkan konflik horizontal atau konflik antara sub-kultur jika tidak dikelola dengan baik. Visi Dinas Sosial Provinsi Kabupaten Probolinggo pada masa mendatang lebih memperhatikan keragaman nilai-nilai sosial budaya tersebut, yang pada akhirnya akan melahirkan konsep-konsep kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial yang

bermuatan nilai-nilai murni masyarakat lokal (indigenous social work).

Kajian-kajian Komunitas Adat Terpencil, praktik-praktik filantropi dan praktik-praktik pekerjaan sosial atas dasar agama merupakan ruang lingkup kegiatan yang bisa dikembangkan ke arah menemukan nilai-nilai pekerjaan sosial

berdasarkan nilai-nilai masyarakat lokal. Kajian tentang indigenous social work

diharapkan dapat menemukan dan merumuskan praktik pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai lokal.

e. Secara fisiografis, wilayah Kabupaten Probolinggo dapat dikelompokkan dalam

tiga zona: zona selatan (pegunungan), zona tengah (dataran rendah), dan zona utara (perairan/lipatan). Pembagian zona pegunungan ini berimplikasi pada jenis bencana alam yang berkaitan dengan gunung meletus dan tanah longsor. Dalam hal pencegahan bencana alam gunung meletus dan tanah longsor, Dinas Sosial memperhatikan fisiografis semacam ini. Manajemen penanggulangan bencana gunung meletus dan tanah longsor menjadi prioritas bagi masyarakat yang berada di sekitaran gunung. Kondisi fisiografis yang rawan bencana, mendorong Dinas Sosial untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas Taruna Siaga Bencana (TAGANA). Semakin banyak dan meratanya relawan-relawan bencana yang tergabung di TAGANA, diharapkan menjadi

“pasukan cadangan” yang siap digerakkan pada saat terjadi bencana.

f. Data hidrografi, Kabupaten Probolinggo dilalui oleh 25 sungai yang mengalir

dan mengairi wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 km, sedangkan sungai terpendek adalah Afour Bujel dengan panjang hanya 2 km saja. Hulu sungai-sungai tersebut


(5)

5

kebanyakan berada di bagian tengah maupun selatan wilayah Kabupaten Probolinggo (merupakan daerah agak tinggi dan banyak terdapat hutan) yang bermuara di Selat Madura. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Probolinggo sebagian besar digunakan irigasi disamping untuk industri, air minum dan mandi cuci. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim yang berlangsung tiap tahun. Pada saat musim kemarau, sebagian besar sungai yang mengalir mengalami kekeringan kecuali sungai-sungai besar (yaitu sungai-sungai utama) yang masih tergenang terus sepanjang tahun. Keberadaan sungai-sungai ini berpotensi menimbulkan bencana banjir bagi masyarakat sekitarnya. Kegiatan pencegahan bahaya banjir yang dapat dilakukan oleh Dinas Sosial dengan instansi terakait diantaranya: sosialisasi dan penyuluhan untuk tidak membuang sampah di sungai, pelarangan mendirikan bangunan di bantaran sungai, tidak melakukan penebangan pohon di sekitar pohon dan manajemen bencana banjir.

g. Ketimpangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi antara kecamatan

kota dengan pedesaan yang melahirkan urbanisasi. Proses urbanisasi tersebut

melahirkan masalah-masalah perkotaan, diantaranya: anak jalanan,

gelandangan dan pengemis, pemukiman kumuh, pedagang kaki lima, pelacuran, tindak kriminalitas, dsb. Masalah-masalah yang muncul sebagai akibat proses urbanisasi pada akhirnya menjadikan kota metropolitan sebagai

„etalase‟ dan „barometer‟ keberhasilan Dinas Sosial. Jika di Karaksaan, Paiton, Pajarakan, Gending, Dringu dan kecamatan lainnya yang berada di jalur pantura masih banyak anak jalanan, gelandangan dan pengemis, pelacuran liar, dan tindak kriminal konvensional, maka usaha Dinas Sosial dianggap kurang berhasil, begitu pula sebaliknya. Keberhasilan Dinas Sosial yang

terukur (tengable) dalam perspektif masyarakat dapat diukur dari

keberhasilan Dinas Sosial dalam meminimalisir permasalahan di perkotaan.

h. Data tersebut di atas, selain merupakan potensi juga memiliki ancaman bagi

pembangunan kesejahteraan sosial. Dalam hal potensi, selain yang di atas, Kabupaten Probolinggo memiliki beberapa potensi yang dapat dijadikan sumber-sumber penanganan dan peningkatan kesejahteraan sosial. Potensi tersebut diantaranya, potensi pendidikan (dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi) baik yang berskala lokal maupun regional, potensi

pariwisata (dari wisata alam sampai belanja), potensi industri (dari home


(6)

6

Seperti yang telah dijelaskan di atas, data kondisi Kabupaten Probolinggo di atas merupakan sebuah potensi. Baik potensi bagi munculnya masalah masalah-masalah kesejahteraan sosial maupun potensi untuk penanganan masalah kesejahteraan sosial. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa terdapat warga masyarakat yang

belum terpenuhi hak ekonomi, sosial dan budaya (ekosob). Belum terpenuhinya

kebutuhan dasar sebagian warga negara dikarenakan belum meratanya pembangunan sosial dan ekonomi. Atau sebagian diantaranya tidak mampu mengakses program-program pembangunan karena keterbatasannya. Baik keterbatasan secara fisik, psikis, maupun sosial, sehingga tidak mampu menjalankan peran dan fungsi sosialnya. Kompleksitas permasalahan semacam ini semakin diperparah oleh keadaan, bahwa sebagian warga masyarakat berpotensi melahirkan masalah sosial.

Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu institusi penyelenggara kesejahteraan sosial yang telah diamanatkan oleh undang-undang. Di dalam Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

pasal 1 ayat (2) disebutkan, “Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah

upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial,

jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial”.

Dalam struktur pemerintahan Indonesia, penyelenggara kesejahteraan sosial dikelompokkan ke dalam tiga strata, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota. Tingkatan pemerintahan semacam ini memiliki implikasi pada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam penanganan masalah sosial. Masalahnya, di pasal 25 sampai pasal 30 undang-undang Kesejahteraan Sosial tidak dijelaskan pembagian wewenang penanganan masalah sosial, antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Wewenang penanganan masalah yang diatur, hanya berkaitan dengan pemberian ijin pengawasan pengumpulan sumbangan dan penyaluran bantuan sosial sesuai dengan kewenangannya, pemeliharaan taman makam pahlawan, pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial.

Masalah-masalah kesejahteraan sosial yang dikategorikan ke dalam 28 jenis, tidak diatur di dalam undang-undang. Kondisi ini melahirkan masalah baru berkaitan dengan kewenangan provinsi dan kabupaten/kota dalam penanganan masalah. Realitas ini melahirkan luasnya cakupan penanganan kesejahteraan sosial yang dikelola dan ditangani. Dinas Sosial juga mengalami kesulitan dalam menentukan fokus penanganan masalah kesejahteraan sosial. Hasil capaian


(7)

7

program dan kegiatan juga tidak terlalu nampak jelas. Hal ini berdampak pada rendahnya apresiasi dan penilaian masyarakat terhadap upaya-upaya Dinas Sosial, karena tidak ada capaian program yang menonjol.

Dalam rangka mengarahkan program dan kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial di Kabupaten Probolinggo, maka perlu disusun dan dirumuskan Rencana Strategis (Renstra) dalam lima tahun ke depan. Penyusunan Renstra ini telah melalui beberapa proses yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Proses yang dimaksud adalah proses teknokratik dan proses politik. Proses teknokratik perencanaan dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk menganalisis kondisi obyektif dengan mempertimbangkan beberapa skenario pembangunan selama periode rencana berikutnya. Proses politik merupakan proses penyusunan

Renstra yang disesuaikan dengan visi, misi, dan program prioritas (platform)

Bupati Probolinggo masa bakti 2013 - 2018.

Rencana strategis sebagai salah satu bentuk perencanaan memiliki keuntungan teoritik, antara lain (Gordon, 1993: 3-6):

a. Antisipasi terhadap masa depan

Terutama terhadap peluang dan permasalahan strategis. Bila jauh hari, kemungkinan permasalahan dapat diantisipasi sebelum benar-benar terjadi, maka permasalahan tersebut dapat diminimalkan dan dampaknya dapat dikendalikan. Bila peluang tidak diantisipasi, maka akan kehilangan kesempatan dan memunculkan problema.

b. Evaluasi diri

Dengan perencanaan strategis, semua dapat bekerja bersama untuk mengevaluasi diri, terutama tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri akan membuat lebih realistis dalam merencanakan masa depan.

c. Perumusan tujuan bersama melalui konsensus

Dengan tipe perencanaan strategis yang menggarisbawahi pembangunan

konsensus antar stakeholders maka dapat dirumuskan ke arah mana akan

menuju dan dengan cara apa yang terbaik untuk sampai ke tujuan tersebut. Dalam pembangunan konsensus ini tentunya ada negoisiasi untuk "memberi-dan-menerima". Adalah lebih baik terjadi konflik selama proses (sehingga dapat dicari kesepakatan) daripada konflik setelah proses perencanaan selesai


(8)

8

sebagai semua orang/pihak yang berkepentingan langsung dengan organisasi (Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo).

d. Alokasi sumberdaya

Perencanaan strategis mengalokasikan sumberdaya dengan menetapkan prioritas dalam perumusan strategi, terutama sumberdaya manusia dan prasarana. Alokasi sumberdaya dilakukan antar bidang layanan yang saling berkompetisi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

e. Pemantapan tolok banding (benchmarks)

Berupa rumusan tujuan dan sasaran. Hasil implementasi atau tindakan dibandingkan dengan tolok banding keberhasilan. Dengan menilai kinerja akan dapat ditarik "pelajaran" dari pengalaman dan masukan balik diperlukan untuk meningkatkan kualitas rencana strategis dalam hal proses maupun produknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penjelasan lebih detail tentang rencana strategis untuk lima tahun ke depan, dijabarkan dalam bab-bab dan sub-bab di bawah ini.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. MAKSUD

Memberi gambaran secara umum tentang pembangunan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan di Kabupaten Probolinggo baik dalam penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) maupun pengembangan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Tahun 2012 sebagai pedoman

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013 – 2018 yang

diarahkan untuk mendukung agenda pembangunan di Kabupaten Probolinggo yaitu :

Terwujudnya Kabupaten Probolinggo yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri,

Berwawasan Lingkungan, dan Berakhlak Mulia

bertujuan meningkatkan

kesejahteraan seluruh rakyat Kabupaten Probolinggoi, bukan untuk segelintir orang tertentu. Kemakmuran Kabupaten Probolinggo yang ingin diwujudkan adalah kesejahteraan yang berkeadilan, mandiri, berwawasan lingkungan dan berahlak mulia. Pembangunan Kabupaten Probolinggo diarahkan untuk meningkatkan perekonomian daerah, daya saing daerah, kualitas kehidupan

masyarakat dan penyelenggaran pemerintahan yang baik . Hal ini tercermin

dalam Agenda Prioritas Pembangunan Kabupaten Probolinggo nomor 2 yang

bertujuan untuk “ meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang


(9)

9

Agenda pembangunan di atas masih bersifat filosofis, abstrak dan idealis. Agenda tersebut tidak mungkin dapat tercapai tanpa perincian yang jelas dalam bentuk program dan kegiatan. Oleh karena itu Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo berusaha menterjemahkan agenda pembangunan Kabupaten Probolinggo ke dalam beberapa konsep yang lebih jelas dan fokus. Konsep-konsep tersebut dituangkan dan diuraikan secara lebih rinci dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra) 2013-2018. Berikut ini beberapa operasionalisasi agenda pembangunan Kabupaten Probolinggo:

a. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia melalui peningkatan

kualitas pelaksanaan otonomi daerah dalam penyelenggaraan

kepemerintahan yang baik dan bersih

.

Untuk mewujudkan kualitas

kehidupan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai agama, Dinas Sosial

Kabupaten menuangkannya dalam pernyataan misi (mision statement) dan

dituangkan dalam berbagai bentuk program dan kegiatan. Sementara

masyarakat yang berahlak mulia diterjemahkan sebagai

kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups) atau

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), seperti: anak jalanan, gelandangan dan pengemis, keluarga miskin, penderita cacat, penyandang tuna susila, dan sebagainya dalam menjalani kehidupannya yang dilandasi nilai-nilai agama.

Untuk menunjukkan keberpihakan pemerintah pada wong cilik, Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo berusaha meyakinkan pada pengambil

keputusan (dicession making) untuk mendapatkan anggaran yang

memadai dalam menangani masalah kesejahteraan sosial dan mengelola potensi kesejahteraan sosial. Berdasarkan data tiga tahun terakhir (2010, 2011, 2012) menunjukkan adanya peningkatan anggaran dan besarnya jumlah sasaran yang dikenai program dan kegiatan. Dalam hal

pengelolaan anggaran, Dinas Sosial lebih mengedepankan money follows

function (uang mengikuti wewenang). Prosentase terbesar anggaran

dipergunakan untuk kemakmuran wong cilik melalui program-program

rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. APBD untuk Rakyat bukan hanya komitmen pemerintah kabupaten tetapi merupakan amanat Undang-Undang 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 27 ayat (a) yang berbunyi, Tanggung jawab pemerintah provinsi dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial

meliputi “mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan


(10)

10

2. TUJUAN

a. TUJUAN UMUM

Meningkatkan pemerataan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan

kesejahteraan sosial terutama pada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dengan mendayagunakan seluruh sumber daya aparatur Dinas Sosial untuk tercapainya derajat kesejahteraan sosial masyarakat yang setinggi-tingginya.

b. TUJUAN KHUSUS

1) Terjaminnya perlindungan sosial bagi kelompok masyarakat yang

rentan dan kurang beruntung

2) Meningkatnya kuantitas dan kualitas, serta profesionalisme pelayanan

sosial, rehabilitasi sosial, bantuan sosial dan perlindungan sosial bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial

3) Meningkatnya aksesibilitas para penyandang masalah kesejahteraan

sosial terhadap pelayanan sosial dasar

4) Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memberikan pelayanan

kesejahteraan sosial secara berkelanjutan

5) Meningkatnya ketahanan sosial individu, keluarga dan masyarakat

dalam mencegah dan menangani permasalahan kesejahteraan sosial

6) Meningkatnya dan melembaganya modal sosial sebagai landasan utama

pembangunan kesejahteraan sosial.

3. LANDASAN PENYUSUNAN

Rencana Strategis Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo tahun 2013-2018 disusun berdasarkan:

a. Undang-Undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,

b. Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,

c. Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan

Pembangunan Nasional,

d. Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,

e. Keputusan Presiden RI No. 227 tahun 1963 tentang Pahlawan

Kemerdekaan Nasional,

f. Keputusan Presiden RI No. 228 tahun 1963 tentang Tata Cara Penetapan

Pahlawan Kemerdekaan Nasional,

g. Keputusan Presiden RI No. 48 tahun 1973 tentang Penertiban


(11)

11

h. Keputusan Presiden RI No. 40 tahun 1983 tentang Usaha Kesejahteraan

Sosial Gelandangan dan Pengemis,

i. Keputusan Presiden RI No. 44 tahun 1984 tentang Hari Anak Nasional,

j. Keputusan Presiden RI No. 36 tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak

Anak,

k. Keputusan Presiden RI No. 36 tahun 1994 tentang Komisi Penanggulangan

AIDS,

l. Keputusan Presiden RI No. 3 tahun 1999 tentang Peningkatan

Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil,

m. Keputusan Presiden RI No. 111 tahun 1999 tentang Pembinaan

Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil,

n. Keputusan Presiden RI No. 3 tahun 2001 tentang Badan Koordinasi

Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi,

o. Keputusan Presiden RI No. 124 tahun 2001 tentang Komite

Penanggulangan Kemiskinan,

p. Keputusan Presiden RI No. 17 tahun 2002 tentang Badan Narkotika

Nasional,

q. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2004 tentang Pelaksanaana Upaya

Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia,

r. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Membagi Urusan

Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota,

s. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah,

t. Instruksi Presiden RI No. 2 tahun 1989 tentang Pembinaan Kesejahteraan

Anak,

u. Instruksi Presiden RI No. 2 tahun 1990 tentang Pembinaan Anak,

v. Peraturan Presiden RI No. 75 tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan

AIDS,

w. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 5 tahun 2004 tentang

Pencegahan HIV / AIDS,

x. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 5 tahun 2007 tentang Lanjut

Usia,

y. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo No. 09 tahun 2007 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Probolinggo,

z. Peraturan Bupati No. 08 Th. 2008 tentang uraian Tupoksi Dinas Sosial


(12)

12

4. SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Rencana Strategis Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo tahun 2013 - 2018 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang, maksud dan

tujuan, landasan hukum dan sistimatika penyusunan

BAB II : Gambaran Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo yang

memuat penjelasan umum mengenai struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi serta gambaran Sumber daya organisasi

BAB III : Isu – isu strategis

BAB IV : Visi, misi, sasaran, strategi dan kebijakan

BAB V : Rencana program, kegiatan, indikator kinerja Sasaran,

kelompok sasaran dan pendanaan indikatif


(13)

13

BAB II

GAMBARAN DINAS SOSIAL KABUPATEN PROBOLINGGO

A. STRUKTUR ORGANISASI DINAS SOSIAL

Sebagaimana dalam Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 9 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Probolinggo dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 08 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo.

Struktur Organisasi Dinas Sosial

KEPALA DINAS BIDANG REHABILITASI SOSIAL BIDANG PENGEMBANGAN & PEMBERDAYAAN SOSIAL BIDANG BANTUAN DAN PERLINDUNGAN SOSIAL SEKSI REHABILITASI TUNA SOSIAL & DAERAH KUMUH SEKSI REHABILITASI PENYANDANG CACAT, ANAK DAN REMAJA SEKSI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KESOS SEKSI PEMDY. FAKIR MISKIN & MASYARAKAT TERPENCIL SEKSI BANTUAN KORBAN BENCANA ALAM SEKSI PERLINDUNGAN SOSIAL JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBAG PERENCANAAN SUBBAG KEUANGAN SUBBAG UMUM & KEPEGAWAIAN


(14)

14

a. Kepala Dinas Sosial

b..Sekretariat ; membawahi

1 Sub Bagian Umum dan Kepegawaian ; 2 Sub Bagian Kepegawaian ;

3 Sub Bagian Perencanaan.

c. Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Sosial membawahi ; 1. Seksi Pengembangan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial ;

2. Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin Lansia dan Anak Terlantar; d. Bidang Rehabilitasi Sosial Membawahi :

1. Seksi Rehabilitasi Penyandang Cacat, Anak dan Remaja ; 2. Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Daerah Kumuh ;

e. Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial, membawahi ; 1. Seksi Bantuan Bencana Alam ;

2. Seksi Perlindungan Sosial ;

Struktur organisasi seperti di atas, untuk tingkatan dinas Kabupaten sudah dikategorikan ramping. Birokrasi yang gemuk juga dianggap boros dalam hal pembiayaan. Restrukturisasi organisasi birokrasi internal sesuai fungsi agar

birokrasi „ramping struktur kaya fungsi‟ dan ada penghematan biaya (Sukamdani).

Persoalannya adalah apakah masing-masing bidang mampu membangun sinergisitas? Untuk membangun sinergisitas antar bidang, Dinas Sosial secara rutin melakukan rapat koordinasi. Untuk meminimalisir terjadinya tumpang tindah

(overlapping) antar bidang, maka disusunlah tugas, fungsi pokok masing-masing bidang.

Rapat koordinasi tidak hanya terbatas pada tugas, fungsi pokok

masing-masing bidang, tetapi juga menanamkan pemahaman dan paradigma

pembangunan, bahwa pemerintah adalah pelayan rakyat. Paradigma pembangunan

semacam ini juga dikaitkan dengan agenda kepemerintahan yang baik (good

governance). Agenda utama yang ditempuh dalam terwujudnya kepemerintahan

yang baik (good governance) dengan sasaran pokoknya adalah : terwujudnya

penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, berkepastian hukum, transparan, partisipatif, akuntabel, memiliki kredibilitas, bersih dan bebas KKN; peka dan tanggap terhadap segenap kepentingan dan aspirasi rakyat di seluruh wilayah negara; berkembangnya budaya dan perilaku birokrasi yang didasari etika,


(15)

15

semangat pelayanan dan pertanggungjawaban publik, serta integritas pengabdian dalam mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.

B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

1. Tugas Pokok

Sebagaimana dalam Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 08 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Seksi Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo sebagai berikut :

a. Kepala Dinas

Kepala Dinas sosial mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan tugas Pemerintahan dan Pembangunan dibidang kesejahteraan sosial.

Untuk melaksanakan tugas Kepala Dinas Sosial mempunyai fungsi :

1. Merumuskan kebijakan teknis dalam rangka pengelolaan usaha

kesejahteraan sosial ;

2. Merencanakan dan mengorganisasian pembangunan kesejahteraan

sosial dibidang pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial dan bantuan jaminan sosial;

3. Menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial yang bersifat preventif,

represif, rehabilitatif, promotif, bantuan dan perlindungan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial;

4. Melaksanakan koordinasi pengelolaan usaha kesejahteraan sosial

secara terpadu terarah dan berkelanjutan;

5. Melaksanakan pembinaan, pengawasan ,bimbingan dan pengendalian

dibidang kesejahteraan sosial;

6. Melaksanakan dan koordinasi pembinaan, pengembangan potensi dan

sumber kesejahteraan sosial;

7. Melaksanakan kebijakan pembinaan, pengembangan dan


(16)

16

bantuan dan perlindungan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial;

8. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan dibidang

kesejahteraan sosial;

9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas

dan fungsinya;

b. Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas melaksanakan koordinasi urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, rumah tangga, perlengkapan, protokol, hubungan masyarakat, pemeliharaan, penyusunan program dan perencanaan serta laporan dinas di lingkungan Dinas sosial. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud Sekretaris mempunyai fungsi :

- Penyiapan bahan dalam rangka penyusunan anggaran dan pertanggung

jawaban keuangan ;

- Pelaksanaan pembinaan organisasi dan Tatalaksana ;

- Pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan,perlengkapan, dan

investarisasi;

- Pengelolaan unsur rumah tangga, surat menyurat dan kearsipan ;

- Menyiapkan data informasi, kepustakaan dan hubungan masyarakat;

- Pelaksanaan perencanaan dan pelaporan kegiatan dinas;

- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Sesuai dengan

tugas dan fungsinya ;

1). Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian , mempunyai tugas :

- Melaksanakan urusan kesekretariatan, tata kearsipan dan data kepegawaian;

- Menyusun rencana kebutuhan kantor dan pemeliharaan perlengkapan sertaperalatan kantor;

- Menyusun perencanaan dan mengurus pemeliharaan serta keamanan Kantor;


(17)

17

- Mengurus tugas keprotokolan dan perjalanan dinas ;

- Melaksanakan kegiatan pemberian informasi dan hubungan masyarakat;

- Memproses tentang kedudukan hukum pegawai dan upaya peningkatan kemampuan pegawai ;

- Menyiapkan bahan untuk menyusun dan menyempurnakan organisasi dan tatalaksana;

- Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya;

2). Sub. Bagian Keuangan , mempunyai tugas :

- Melaksanakan penatausahaan keuangan;

- Melaksanakan pembayaran gaji pegawai dan pembayaran keuangan lainnya;

- Menyusun laporan pertanggungan jawaban pengelolaan keuangan;

- Mengumpulkan bahan untuk menyusun anggaran baik belanja

langsung maupun belanja tak langsung ;

- Mengurus keuangan perjalanan dinas dan menyelesaikan tuntutan

ganti rugi;

- Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang diberikan oleh

Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya; 3). Sub. Bagian Perencanaan , mempunyai tugas :

- Menghimpun data dan menyusun rencana anggaran rutin dan anggaran pembangunan ;

- Menyusun rencana kebutuhan bahan sarana dan prasarana dinas;

- Menyusun rencana kerja dan laporan kegiatan pertanggung jawaban dinas;

- Melaporkan kegiatan pelaksanaan pekerjaan rutin bulanan dan tahunan;


(18)

18

- Mengumpulkan data dan menyusun dokumentasi data dan peraturan

perundang-undangan serta hasil-hasil kegiatan;

- Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Sosial

Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Sosial mempunya tugas

merencanakan,mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan dan

pengembangan potensi sumber kesejahteraan sosial, penyuluhan sosial serta pemberdayaan sosial bagi keluarga fakir miskin, anak terlantar , lanjut usia dan wanita rawan sosial ekonomi serta pembinaan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta pengelolaan Taman Makam Pahlawan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Sosial mempunyai fungsi ;

- Penyiapan serta pengumpulan bahan dan data penyusunan kegiatan

pengembangan dan pemberdayaan sosial;

- Pelaksanaan penyuluhan serta bimbingan sosial dalam rangka menumbuhkan

kesadaran sosial dan partisipasi sosial masyarakat;

- Pelaksanaan proses perijinan usaha kesejahteraan sosial sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

- Pelaksanaan dan koordinasi pembinaan dan pengembangan potensi sumber

kesejahteraan sosial;

- Pelaksanaan pembinaan kesejahteraan sosial dalam rangka pelestarian nilai-nilai

kejuangan, keperintisan dan kepahlawanan ;

- Pengaturan distribusi atas permintaan tanah pemakaman pada makam milik

Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;


(19)

19

- Pencatatan/ pendataan, pengaturan dan registrasi tanah makam pada Taman

Makam Pahlawan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

- Pelayanan pengangkatan serta pemakaman jenazah dan rangka jenazah ( jenazah

pahlawan, veteran dan masyarakat lainnya) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

- Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka pengembangan dan

pemberdayaan sosial;

- Perencanaan serta pengorganisasian bidang pengembangan dan pemberdayaan

sosial;

- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

1). Seksi Pengembangan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas :

- Menyiapkan bahan dan data potensi sumber kesejahteraan sosial dalam

rangka pelaksanaan pembinaan Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM), organisasi sosial dan dunia usaha yang melaksanakan usaha kesejahteraan sosial ;

- Menyelenggarakan pembinaan, studi karya dan bantuan pengembangan

Karang Taruna, organisasi sosial , Pekerja Sosial Masyarakat dan Wahana Kesejahteraan Sosial berbasis Masyarakat;

- Melaksanakan koordinasi serta melakukan pembinaan ,bimbingan teknis dan

pemantauan kegiatan sumbangan sosial, pengumpulan uang dan barang serta undian gratis berhadiah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

- Melaksanakan pembinaan kesejahteraan sosial, bantuan dan pelestarian

nilai-nilai kejuangan, keperintisan kepahlawanan serta pemeliharaan Taman Makam Pahlawan;


(20)

20

- Mengkoordinasikan dan memantau pemberian ijin terhadap

kegiatan-kegiatansosialyang berhubungan dengan pertunjukan

- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

- Menyiapkan bahan pembinaan kegiatan pengumpulan uang dan barang

serta sumbangan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

- Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan;

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengembangan

dan Pemberdayaan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya;

2) Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin, Lansia dan Anak terlantar mempunyai tugas :

Menyiapkan bahan dan data serta melaksanakan kegiatan pra kondisi, seleksi, bimbingan sosial, pelatihan ketrampilan , bantuan stimulan dan pembinaan lanjutan dalam rangka penanganan masalah sosial fakir miskin . lanjut usia, anak terlantar wanita rawan sosial ekonomi, keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya;

- Mengumpulkan data untuk penyusunan kegiatan pemberdayaankeluarga fakir

miskin;

- Melaksanakan kegiatan pemberdayaan fakir miskin , bantuan dan penyantunan

lanjut usia dan anak terlantar, pembinaan dan pemberdayaan wanita rawan sosial ekonomi, keluarga dan masyarakat;

- Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka peningkatan

kesejahteraan sosial keluarga fakir miskin;

- Melaksanakan monitoring evaluasi dan laporan kegiatan yang dilaksanakan;

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengembangan

dan Pemberdayaan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya.

d. Bidang Rehabilitasi Sosial

Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas melakukan perencanaan , koordinasi dan pelaksanaan pembinaan rehabitasi dan pelayanan sosial serta menyediakan tempat-tempat penampungan bagi penyandang masalah sosial , kecacatan , tuna


(21)

21

sosial, korban penyalahgunaan napza eks napi dan eks penderita penyakit kronis serta memberikan bantuan pemulangan bagi orang terlantar dan masalah sosial lainnya.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai fungsi :

- Penyiapan data dan bahan dalam rangka pelaksanaan rehabilitasi serta

pelayanan sosial bagi penyandang masalah sosial;

- Pelaksanaan pembinaan, rehabilitasi serta pelayanan sosial kepada

penyandang cacat, aneka tuna sosial , orang terlantar ,anak nakal anak jalanan ,eks napi dan eks penderita penyakit kronis maupun korban penyalagunaan napzakar melalui kegiatan bimbingan sosial , pelatihan ketrampilan , bantuan sosial dan penyaluran sampai pada tahap terminasi;

- Pelaksanaan kegiatan penampungan sementara dan pembangunan panti

rehabilitasi sosial;

- Pelaksanaan rehabilitasi dan pelayanan sosial dengan sistim dalam panti

maupun luar panti;

- Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dan badan sosial swasta

dalam rangka pembinaan serta pengendalian usaha-usaha rehabilitasi sosial;

- Pelaksanaan monitoring , evaluasi dan pelaporan terhadap kegiatan yang

dilaksanakan;

- Perencanaan dan pengorganisasian bidang pengembangan serta

pemberdayaan sosial;

- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya;

1) Seksi Rehabilitasi Penyandang Cacat, Anak dan Remaja, mempunyai

tugas :

- Menyediakan data dan bahan penyusunan kegiatan rehabilitasi sosial


(22)

22

- Melaksanakan rehabilitasi serta pelayanan sosial bagi penyandang, eks

penderita penyakit kronis, eks napi, anak nakal melalui sistim panti dan luar panti;

- Melaksanakan prakondisi , seleksi, bimbingan sosial, pelatihan ketrampilan

, bantuan sosial serta pembinaan lanjutan pada penyandang masalah sosial, kecacatan dan keterlantaran;

- Melaksanakan pengiriman penyandang masalah sosial ke panti dan pusat

rehabilitasi sosial;

- Melaksanakan koordinasi serta kerja sama dengan instansi terkait dan

lembaga sosial swasta yang menangani penyandang cacat, eks penyakit kronis orang terlantar ,anak nakal dan eks nara pidana;

- Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan rehabilitasi

sosial;

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Rehabilitasi

Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Daerah Kumuh mempunyai tugas :

- Mengumpulkan data dan bahan kegiatan penyusunan rehabilitasi dan

pelayanan sosial bagi tuna sosial, anak jalanan dan korban penyalagunaan napza;

- Melaksanakan rehabilitasi dan pelayanan sosial bagi tuna sosial, anak

jalanan dan korban penyalagunaan napza melalui system panti maupun luar panti;

- Menyediakan tempat penampungan sementara, barak

penampungan dan panti-panti sebagai sarana pusat rehabilitasi sosial;

- Mengirimkan ke panti rehabilitasi baik milik pemerintah maupun swasta

serta melaksanakan tindak lanjut kegiatan tersebut;

- Melaksanakan pra kondisi, seleksi, bimbingan sosial , latihan ketrampilan


(23)

23

- Melaksanakan koordinasi serta kerja sama dengan instansi terkait dan

badan swasta dalam rangka rehabilitasi sosial dan pembinaan lanjutan;

- Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan yang

dilaksanakan;

- Merencanakan dan mengorganisasian bidang pengembangan dan

pemberdayaan sosial;

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Rehabilitasi

Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya.

e. Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial

Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial mempunyai tugas melakukan perencanaan, koordinasi dan pelaksanaan pembinaan serta memberikan bantuan dan perlindungan sosial kepada korban bencana alam, bencana sosial dan pengungsi masyarakat yang berada di daerah rawan bencana, korban tindak kekerasan dan pekerja migrant terlantar serta masyarakat dan rumah yang berada di daerah kumuh. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Bantuan dan dan Perlindungan Sosial mempunyai fungsi:

- Penyiapan bahan dan data dalam rangka perencanaan program bantuan

sosial ,advokasi sosial dan perlindungan sosial;

- Pelaksanaan koordinasi dalam rangka pemberinan bantuan dan perlindungan

sosial kepada korban bencana alam , bencana sosial dan pengungsi , masyarakat yang berada di daerah rawan bencana, korban tindak kekerasan dan

- Pekerja migran terlantar serta masyarakat dan rumah yang berada di daerah

kumuh;

- Pelaksanaan bantuan perlindungan sosial bagi rumah dan lingkungan yang


(24)

24

- Pelaksanaan serta rehabilitasi sosial bagi rumah dan lingkungan yang berada

di daerah kumuh;

- Pelaksanaan pemukiman kembali di daerah bebas bencana bagi masyarakat

yang tinggal didaerah rawan bencana alam;

- Pelaksanaan bantuan dan perlindungan sosial kepada masyarakat korban

kerusuhan dan bencana sosial;

- Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait dan badan

swasta;

- Pelaksanaan monitoring , evaluasi dan pelaporan kegiatan bantuan dan

perlindungan sosial yang dilaksanakan;

- Perencanaan dan pengorganisasian bidang pengembangan dan pemberdayaan

sosial;

- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas

dan fungsinya ;

1) Seksi Bantuan Bencana Alam mempunyai tugas :

- Menyediakan bahan dan data serta koordinasi dan melaksanakan

bantuan korban bencana alam , bencana sosial dan pengungsi , masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana serta daerah kumuh melalui kegiatan bimbingan sosial, rehabilitasi dan bantuan;

- Melaksanakan pengumpulan data dan bahan penyusunan kegiatan

bantuan bencana;

- Melaksanakan identifikasi situasi dan kondisi sosial korban bencana alam

dan korban bencana sosial/pengungsi tentang korban manusia dan kelompok masyarakat, kondisi pemukiman dan lingkungan serta kebutuhan bantuan;

- Melaksanakan perbaikan kembali pemukiman dan lingkungan yang

rusak /hancur akibat bencana, masyarakat yang berada di daerah rawan bencana maupun masyarakat yang berada dilingkungan rumah kumuh;


(25)

25

- Melaksanakan pemberian bantuan pangan dan lauk pauk, perbaikan

rumah dan lingkungan serta pemindahan rumah maupun bantuan sarana usaha;

- Melaksanakan pelatihan Tim SAR penanggulangan bencana Taruna

Siaga Bencana dan memberikan dukungan sarana dan prasarana;

- Menyediakan sarana dan prasarana kesiap siagaan serta

penanggulangan terhadap korban bencana;

- Melaksanakan koordinasi serta kerjasama instansi terkait dan

memaksimalkan Satlak PBP Kabupaten Dalam upaya penaggulangan bencana;

- Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan

penanggulangan bencana;

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Bantuan

dan Perlindungan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Seksi Perlindungan Sosial , mempunyai tugas :

- Melaksanakan penyediaan data dan bahan penyusunan kegiatan

perlindungan sosial ;

- Melaksanakan Identifikasi, pra kondisi , advokasi dan bantuan

perlindungan sosial terhadap anak, wanita dan lanjut usia yang menjadi korban tindak kekerasan atau perlakuan salah, pekerja migran terlantar . pengidap HIV/AIDS dan keluarganya serta penyandang masalah sosial yang membutuhkan advokasi dan perlindungan sosial;

- Melaksanakan kegiatan bantuan penguatan ekonomi melalui bantuan

modal dan sarana usaha serta melakukan pemberian bantuan kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menjadi kegiatan perlindungan sosial ;

- Melaksanakan koordinasi serta kerjasama dengan instansi terkait,


(26)

26

tindak kekerasan dan pekerja migran terlantar serta pengidap HIV/AIDS dan keluarganya;

- Melaksanakan monitoring , evaluasi dan pelaporan kegiatan

perlindungan sosial;

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Bantuan

dan Perlindungan Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Fungsi

Dari Tupoksi Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo sebagaimana dalam Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 08 tahun 2008 tersebut, maka fungsi dan peran Dinas Sosial sebagai instansi pemerintah yang memfasilitasi pembangunan kesejahteraan sosial meliputi :

a. Rehabilitasi Sosial

1) Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Dilaksanakan secara persuasif, motivatif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial.

2) Rehabilitasi sosial diberikan dalam bentuk :

a) Motivasi dan diagnosis psikososial

b) Perawatan dan pengasuhan

c) Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan

d) Bimbingan mental spiritual

e) Bimbingan fisik

f) Bimbingan sosial dan konseling psikososial

g) Pelayanan aksesibilitas

h) Bantuan dan asistensi sosial

i) Bimbingan sosial dan konseling psikososial

j) Pelayanan aksesibilitas

k) Bantuan dan asistensi sosial

l) Bimbingan resosialisasi

m)Bimbingan lanjut dan/atau

n) Rujukan

b. Jaminan Sosial

1) Jaminan sosial merupakan skema yang melembaga untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.


(27)

27

2) Jaminan sosial dimaksudkan untuk menjamin fakir miskin, anak yatim

piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi. Menghargai pejuang, perintis kemerdekaan dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya.

3) Jaminan sosial diberikan dalam bentuk ansuransi kesejahteraan sosial

dan bantuan langsung berkelanjutan

c. Pemberdayaan Sosial

1) Pemberdayaan sosial merupakan semua upaya yang diarahakan untuk

menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasanyanya.

2) Pemberdayaan sosial dimaksudkan untuk memberdayakan seseorang,

keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

3) Pemberdayaan sosial dilakukan melalui :

a) Peningkatan kemauan dan kemampuan

b) Penggalian potensi dan sumber daya

c) Penggalian nilai-nilai dasar

d) Pemberian akses; dan atau pemberian bantuan usaha

4) Pemberdayaan sosial dilakukan dalam bentuk :

a) Diagnosis dan pemberian motivasi

b) Pelatihan ketrampilan

c) Pendampingan

d) Pemberian stimulan modal, peralatan usaha, dan tempat usaha

e) Peningkatan akses pemasaran hasil usaha

f) Supervisi dan advokasi sosial

g) Penguatan keserasian sosial

h) Penataan lingkungan dan/atau bimbingan lanjut

d. Perlindungan Sosial

1) Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani

resiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal


(28)

28

a) Bantuan sosial

(1)Bantuan sosial dimaksudkan agar seseorang, keluarga,

kelompok dan/atau masyarakat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial dapat tetap hidup secara wajar.

(2)Bantuan sosial bersifat sementara atau berkelanjutan dalam

bentuk : bantuan langsung, penyediaan aksesibilitas, dan atau penguatan kelembagaan

b) Advokasi sosial

Advokasi dimaksudkan untuk melindungi dan atau membela seseorang, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat yang dilanggar haknya dan diberikan dalam bentuk penyadaran hak dan kewajiban, pembelaan, dan pemenuhan hak.

C. Sumber Daya Manusia Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo

1. Pegawai

Jumlah pegawai negeri sipil di Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo sebanyak 24 orang yang terbagi dalam :

a. Jumlah Pegawai Neger Sipil berdasarkan tingkat pendidikan

Pegawai Dinas Sosial yang melaksanakan tugasnya di Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo merupakan pendukung utama dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Jumlah dan kualitas pegawai negeri sipil di Dinas Sosial sampai dengan bulan Desember 2012 sebanyak 24 orang, dengan kualifikasi sebagai berikut :

Tabel 1

Komposisi Pegawai di Dinas Sosial berdasarkan tingkat pendidikan NO Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 S2 8 35.0

2 S1 5 25,0

3 S M / Diploma

1

2,0

4 S L T A

8

35.0

5 S L T P 2 3,0

Total 24 100

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo berusaha mendorong dan memfasilitasi pegawai untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi dengan memperhatikan kesesuaian bidang ilmu dengan bidang garapannya. Hal ini sekaligus untuk

menepis anggapan, bahwa „pos‟ bidang kesejahteraan sosial bisa diisi oleh siapa saja dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang tidak


(29)

29

relevan sekalipun. Untuk pegawai yang berasal dari latar belakang pendidikan yang kurang relevan dengan bidang kesejahteraan sosial, diberi kesempatan dan peluang untuk mengikuti dan mendapatkan pelatihan serta penugasan bidang kesejahteraan sosial. Melalui cara ini, diharapkan pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan yang beragam tetap memiliki spirit

dan mampu menangkap „roh‟ kesejahteraan sosial. Dalam rangka

memaksimalkan pegawai yang telah meraih jenjang pendidikan S1 dan S2, di masing-masing bidang diharapkan muncul kelompok-kelompok pemikir

(think tank) di bidangnya masing-masing. Penciptaan atmosfir semacam ini diharapkan memunculkan usulan program, pemikiran, temuan model dan hasil-hasil kajian untuk memperbaiki program dan kegiatan kesejahteraan sosial.

Tabel 2

Komposisi Pegawai di Dinas Sosial berdasarkan Golongan

No Golongan Ruang Jumlah

1 IV 6

2 III 10

3. II 8

4 I -

Tabel 3

Komposisi Pegawai di Dinas Sosial berdasarkan Jabatan

No Jabatan Jumlah

1 Eselon II 1

2 Eselon III 4

3. Eselon IV 9

4 Staf 10

Kendaraan dinas sebanyak 9 unit, terdiri dari 6 unit roda dua dan 3 unit roda empat.

2. Pembiayaan

Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo melaksanakan kegiatan


(30)

30

Tabel 7

Anggaran pembangunan kesejahteraan sosial (APBN dan APBD)

No TAHUN

JUMLAH

APBD KAB APBD PROP APBN

1 2009 19.267.674.000,-

2 2010 20.846.950.000,-

3 2011 20.000.000,- 29.764.811.000,-

4 2012 21.303.840.000,-

Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan pencegahan/ sosialisasi, rehabilitasi, penyelamatan, perlindungan, pemberdayaan, dan pembinaan lanjut bagi PMKS dan PSKS baik di dalam panti maupun di luar panti.

Dalam tiga tahun terakhir ini, terdapat kecenderungan naiknya APBD sedangkan dari APBN cenderung menurun. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari adanya desentralisasi kekuasaan yang berimbas pada desentralisasi anggaran. Daerah (provinsi, kabupaten/kota) didorong untuk berdaya secara anggaran (financial) dan tidak terlalu bergantung ke pusat. Di sisi lain, data ini menunjukkan adanya komitmen yang besar dari pemerintah kabupaten dalam penanganan PMKS.


(31)

31

BAB III

ISU STRATEGIS

Visi Pembangunan kesejahteraan sosial Dinas Sosial Kabupaten

Probolinggo selaras dengan pencapaian visi

Terwujudnya Kabupaten Probolinggo

yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan, dan Berakhlak Mulia

.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial berkaitan dengan kemiskinan,

ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan prilaku, korban bencana, serta korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi sesuai dengan UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Disadari bahwa tantangan ke depan semakin berat, seiring dengan kompleksitas dan kuantitas Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) juga turut meningkat sejalan perkembangan dan perubahan kondisi sosial masyarakat, yang disebabkan oleh krisis keuangan global, berbagai bencana yang ada (banjir, tanah longsor, gunung meletus dan gempa) tentu telah diantisipasi oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo dengan berbagai kebijakan fiskal dan non fiskal.

Selain itu penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), jika tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang makin meluas, dan berdampak pada melemahnya ketahanan sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial di masyarakat, yang disebabkan oleh :

1. Masih terbatasnya akses bagi PMKS untuk mendapatkan pelayanan sosial dasar.

Jumlah PMKS tahun 2011 sebanyak 112.705 jiwa. Dari jumlah tersebut yang mendapat pelayanan dasar di Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo sebanyak 661 jiwa. Total PMKS yang bisa terlayani dalam tahun 2011 sebanyak 0,38 %. Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan penanganan PMKS di Kabupaten Probolinggo masih sangat terbatas, untuk itu pemerintah mengupayakan pelayanan sosial berbasis masyarakat.


(32)

32

2. Masih tingginya angka kemiskinan (keluarga fakir miskin) sebagai

akar timbulnya PMKS

Dampak kemajuan teknologi dan pergeseran sosial budaya serta perilaku

hedonisme mengakibatkan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA.

Penyalahgunaan NAPZA dapat membawa konsekuensi yang sangat buruk tidak hanya pada penggunanya tetapi juga pada keluarga dan masyarakat. Jumlah pengguna NAPZA pada tahun 2011 sebanyak 73 orang, yang sudah mendapatkan pelayanan rehabilitasi sosial 20 orang atau 30,08 %.

Selain itu juga semakin sulitnya mendeteksi wanita tuna susila (WTS) dan eks WTS yang positif menderita HIV/AIDS. Angka tersebut hanyalah puncak gunung es masalah HIV/AIDS. Serta berbagai permasalahan kesejahteraan sosial yang memiliki mobilitas tinggi seperti Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis dan Gelandangan Psikotik. Penanganan difokuskan pada 5 (lima) Kecamatan yang masuk wilayah perkotaan yaitu Kraksaan, Paiton, Pajarakan, Gending, Dringu, Krejengan dan Maron.

3. Belum adanya pekerja sosial fungsional

Jumlah tenaga pekerja sosial yaitu TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) sebanyak 24 orang dan PSM (Pekerja Sosial Masyarakat) sebanyak 100 orang pada tahun 2011 yang berada dibawah binaan Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo yang tersebar di wilayah kecamatan, desa dan kelurahan. Dengan demikian jumlah pekerja sosial di Kabupaten Probolinggo sebanyak 124 orang. Sedangkan jumlah PMKS pada tahun 2011 berjumlah

112.705 orang. Ini berarti seorang pekerja sosial melayani 908 – 909 klien,

padahal ratio ideal standar pelayanan sosial 1 (satu) orang pekerja sosial menangani 10 orang klien. Dengan jumlah pekerja sosial yang sangat terbatas dalam proses pelayanan dan rehabilitasi sosial saat ini masih kurang ideal.

Kondisi semacam ini diperparah oleh kurang memadainya pengelolaan pelayanan kesejahteraan sosial yang diselenggarakan organisasi sosial. Padahal keberadaan pelayanan ini telah banyak membantu Dinas Sosial dalam menangani masalah sosial di tingkat lokal. Organisasi sosial biasanya tumbuh dan berkembang dari semangat filantropi/caritas, seringkali pengelolaannya dilakukan secara tradisional dan masih ada persepsi yang penting bisa memberi makan/sandang, yang lainnya bisa diabaikan; bekal akhirat lebih penting daripada bekal duniawi; pengasuh/ pembimbing bisa dilakukan siapa saja, tidak perlu yang profesional. Persepsi semacam ini tanpa disadari


(33)

33

menjadi hambatan dalam meningkatan profesionalisme penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Persoalan lainnya berkaitan dengan organisasi sosial fiktif („papan

nama‟) yang mencari untung melalui bantuan sosial serta keterbatasan sarana

dan prasarana organisasi sosial.

4. Belum adanya UPT rehabilitasi sosial yang berfungsi sebagai shelter, tempat pemberdayaan dan pelatihan, rumah singgah PMKS

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah ternyata sistem pembangunan kesejahteraan sosial belum tertata secara manajerial dan professional. Hal ini diwujudkan dengan pola penanganan kesejahteraan sosial di Kabupaten Probolinggo sangat beragam kelembagaan pemerintah yang menanganinya, sehingga fungsi koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan pelayanan sosial di Kabupaten relative sangat kecil. Kondisi ini melahirkan

kesenjangan antara kapasitas penanganan dengan jumlah populasi

penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ditangani.

Dampak diberlakukannya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 yang diperbarui dengan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 yang mengatur

Otonomi Daerah menimbulkan masalah-masalah berkaitan dengan

pembangunan kesejahteraan sosial di daerah. Kendala tersebut diantaranya, masih adanya nomenklatur yang sama pada program dan kegiatan yang ditangani oleh beberapa SKPD terkait.

Kendala tersebut diperparah oleh tidak adanya pembagian wewenang yang jelas dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial. Dan masih belum adanya UPT rehabilitasi sosial sebagai shelter dalam memberikan pelatihan dan pemberdayaan kepada PMKS, sehingga pola penanganan PMKS masih terkesan kurang maksimal. Dan hal ini menyebabkan saling lempar tanggung jawab dan terjadinya duplikasi penangan masalah sosial.

5. Masih lemahnya penanganan korban bencana alam dan sosial.

Bencana adalah gangguan yang serius dari berfungsinya satu masyarakat, yang menyebabkan kerugian-kerugian besar terhadap jiwa (manusia), harta benda (properti) dan lingkungannya yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang tertimpa bencana untuk menanggulanginya

dengan menggunakan sumber-sumber daya masyarakat itu sendiri

(UNDMTP/United Nations Disaster Manajement Training Programs).


(34)

34

dan ketidakberdayaan secara massal. Masyarakat yang tertimpa bencana pada umumnya memerlukan bantuan dari luar (masyarakat, pemerintah, organisasi kemanusiaan). Atas dasar tersebut, maka pemerintah (pusat, kabupaten/kota) memiliki tanggung jawab yang besar dalam menangani masyarakat yang tertimpa bencana.

Kabupaten Probolinggo merupakan kawasan yang terletak di daerah rawan bencana alam seperti gempa bumi, gunung berapi, banjir, kebakaran, kelaparan dan sebagainya. Berbagai langkah antisipasi seperti sosialisasi dan pelatihan para petugas penanggulangan bencana alam dan berbagai koordinasi dalam pemberian bantuan tanggap darurat maupun rehabilitasi lanjutan sangat diperhatikan agar tidak menimbulkan permasalahan sosial baru seperti kemiskinan, kecacatan, ketunaan sosial. Ketidakoptimalan dalam penanggulangan bencana disebabkan karena kemampuan sumber daya dan satuan koordinasi pengelolaan bantuan penanggulangan bencana alam serta mobilitas TAGANA, dan posko penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat (Kampung Siaga Bencana/KSB)belum optimal. Demikian pula peran pemerintah kecamatan/kelurahan dan desa dalam penyediaan dukungan data dan informasi korban bencana belum terkoordinir sehingga evakuasi korban bencana dan pemulihan kembali kehidupan sosial ekonomi masyarakat korban bencana belum optimal.

Sifat bencana alam yang sulit diprediksi kejadiannya (gempa bumi, tanah longsor) hanya bisa diatasi dengan membangun kesadaran masyarakat untuk tanggap bencana. Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo secara berkala melakukan kegiatan pelatihan bagi relawan bencana dalam wadah TAGANA (Taruna Siaga bencana). Semakin banyaknya warga masyarakat yang bergabung pada TAGANA diharapkan mampu merespons setiap kejadian bencana yang terjadi di masyarakat. Serta terbentuknya Kampung Siaga Bencana (KSB) di Desa Ngadirejo Kecamatan Sukapura, dna diharapkan terbentuk KSB yang lain di daerah rawan bencana.

Keterlibatan warga masyarakat dalam TAGANA diharapkan dapat menyebarkan pengetahuan, dan keahlian dalam melakukan proses evakuasi, rehabilitasi dan mitigasi. Ketiga proses ini merupakan siklus manajemen bencana yang perlu dipahami masyarakat. Dalam kondisi aman, TAGANA dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat pencegahan, seperti mitigasi bencana dan kesiapan menghadapi bencana. Melalui cara ini diharapkan pada saat terjadi bencana, dapat diminimalisir jumlah korban jiwa. Setelah terjadi bencana, eksistensi TAGANA juga tidak kalah penting, karena harus melakukan proses evakuasi (penyelematan dan pemberian bantuan),


(35)

35

melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk menangani korban bencana yang mengalami trauma psikis, TAGANA juga diberikan

ketrampilan-ketrampilan yang berhubungan dengan self-healing dan penanggulangan


(36)

36

BAB IV

VISI, MISI, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. VISI DAN MISI

Dalam mewujudkan visi dan misi Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo tidak

terlepas dari visi dan misi Pemerintah Kabupaten Probolinggo 2013 – 2018 :

Visi :

Terwujudnya Kabupaten Probolinggo yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan, dan Berakhlak Mulia

.”

Misi :

1. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya saing

daerah, pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan, dan optimalisasi pengelolaan sumber daya berkelanjutan.

2. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia melalui peningkatan kualitas

pelaksanaan otonomi daerah dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dan bersih.

Kedua misi tersebut akan dijabarkan dalam tujuan dan sasaran pembangunan, yang setiap tujuan dan sasaran tersebut akan dicapai melalui program kegiatan pembangunan setiap tahunnya. Untuk mengimplementasikan keselutuhan tujuan dan sasaran tersebut diperlukan strategi pembangunan yang tepat, berdasarkan pada kondisi lingkungan internal dan eksternal yang ada pada tahun awal perencanaan.

Untuk mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan daerah Kabupaten Probolinggo tahun 2013 - 2018, dilakukan melalui empat strategi pokok pembangunan:

1. Peningkatan pertumbuhan Ekonomi Sektor/Sub sektor dalam PDRB,

pemantapan ketahanan pangan, dan Peningkatan kemandirian usaha

koperasi dan UMKM melalui pengembangan komoditas unggulan,

Peningkatan pertumbuhan Ekonomi Sektor/Sub sektor dalam PDRB, pemantapan ketahanan pangan, dan Peningkatan kemandirian usaha koperasi dan UMKM melalui pengembangan komoditas unggulan.


(37)

37

2. Peningkatan ikilim investasi dan pengelolaan SDA yang berkelanjutan serta

berwawasan mitigasi bencana alam.

3. Percepatan peningkatan kualitas pembangunan manusia, pengurangan

kemiskinan dan pengangguran.

4. Peningkatan kualitas penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintahan

umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah dan kepegawaian yang partisipatif, transparan dan akuntabel.

Dari strategi tersebut disusun sembilan agenda utama pembangunan Kabupaten Probolinggo, diantara sembilan agenda tersebut yang terkait langsung dengan Dinas Sosial adalah

Agenda 6 : “Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan kondisi sosial

masyarakat”

Untuk mewujudkan Agenda tersebut ditetapkan arah kebijakan yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial adalah :

1. Peningkatan koordinasi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

2. Peningkatan koordinasi pemberdayaan masyarakat dan desa dalam

percepatan penanggulangan kemisiknan;

3. Peningkatan pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat;

Berkaitan dengan beberapa hal tersebut diatas maka ditetapkan visi Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo :

“Terwujudnya kualitas hidup Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS)”.

Berdasarkan visi tersebut, maka misi Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo dirumuskan sebagai berikut :

1. Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial PMKS melalui upaya-upaya

pemberdayaan.

2. Meningkatkan perluasan pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial oleh

pemerintah dan masyarakat.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber pelayanan kesejahteraan sosial, melalui

peningkatan profesionalisme, serta pembentukan, perluasan dan penguatan jaringan kerja pelayanan sosial.

4. Pemupukan modal sosial, dengan membangun kesadaran, kepercayaan, serta

penguatan nilai-nilai kesetiakawanan sosial, kegotong-royongan, kepedulian sosial dan tanggung jawab sosial.


(38)

38

B. SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR

1. Sasaran Strategis

Adapun Sasaran Strategis yang Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo Tahun

2013 – 2018 adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya Kualitas Hidup Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS)

b. Meningkatnya partisipasi PSKS dalam penyelenggaraan Usaha

Kesejahteraan Sosial (UKS)

c. Optimalnya pemanfaatan sumber pelayanan kesejahteraan sosial melalui

penguatan jaringan kerja

d. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan

sosial. 2. Indikator

Sedangkan Indikator sasaran strategis adalah sebagai berikut :

a. Indikator Sasaran Strategis Meningkatnya Kualitas Hidup Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah :

1) Persentase PMKS yang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya

2) Persentase PMKS yang dapat menjalankan fungsi sosialnya

b. Indikator Meningkatnya partisipasi PSKS dalam penyelenggaraan Usaha

Kesejahteraan Sosial (UKS) adalah :

1) Persentasi PSKS yang telah dibina dan menyelenggarakan pelayanan

kesejahteraan sosial

c. Indikator Optimalnya pemanfaatan sumber pelayanan kesejahteraan sosial

melalui penguatan jaringan kerja adalah :

1) Persentase Dunia Usaha Peduli Sosial yang telah melaksanakan

kegiatan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS)

d. Indikator Optimalnya pemanfaatan sumber pelayanan kesejahteraan sosial

melalui penguatan jaringan kerja adalah :

1) Persentase Masyarakat yg berpartisipasi dalam pembangunan kesos

2) Persentase TKSK, PSM dan Tagana yang berpartisipasi dalam

pembangunan Kesejahtreraan Sosial

3) Persentase penyelenggara pengumpulan Uang dan Barang yg sesuai


(39)

39

C. SASARAN PROGRAM

Adapun sasaran pelayanan sosial terhadap PMKS di Kabupaten Probolinggo disesuaikan dengan data PMKS dan PSKS tahun 2012 sebagai berikut :

1. PMKS, sebanyak 28 Jenis yang terdiri dari :

1. Balita terlantar 0 jiwa

2. Anak Terlantar 2544 jiwa

3. Anak Korban tindak kekerasan 0 jiwa

4. Anak nakal 209 jiwa

5. Anak jalanan 260 jiwa

6. Anak cacat 3294 jiwa

7. Wanita rawan sosial ekonomi

3308

jiwa

8. Wanita korban tindak kekerasan

542

jiwa

9. Lanjut Usia terlantar

3771

jiwa

10. Lanjut usia korban tindak kekerasan

0

jiwa

11. Penyandang Cacat

4521

jiwa

12. Paca bekas penyakit kronis

1315

jiwa

13. Tuna Susila

186

jiwa

14. Pengemis 342 jiwa

15. Gelandangan 97 jiwa

16. Gelandangan Psikotik 91 jiwa

17. Bekas Nara pidana 907 jiwa

18. Korban Penyalahgunaan NAPZA 35 jiwa

19. Keluarga Fakir Miskin 68145 jiwa

20. Keluarga Rumah tidak layak huni 10637 jiwa

21. Keluarga bermasalah sosial psikologi 79 jiwa

22. Komunitas adat terpencil

1097

jiwa

23. Masyarakat tinggal di daerah rawan bencana

3046 jiwa

24. Korban bencana alam

347

jiwa

25. Korban bencana sosial / pengungsi

76

jiwa

26. Pekerja migran terlantar

507

jiwa

27. Pengidav HIV/AIDS

81

jiwa

28. Keluarga Rentan

1151

jiwa


(40)

40

2. PSKS, yang terdiri dari :

a. Pekerja Sosial Masyarakat 330 PSM

b. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial 360 WPKS

c. Organisasi Sosial 65 Orsos

d. Karang Taruna 330 KT

e. Dunia usaha yang melakukan Usaha Kesos 10 bh

f. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis

Masyarakat 30 WKSBM

JUMLAH 1125

D. STRATEGI

Berdasarkan misi yang ada, strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah :

1. Mendorong dan meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan

program pembangunan kesejahteraan sosial

2. Menjadikan semua program dan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial

sebagai tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

3. Mendorong dan meningkatkan Usaha Kesejahteraan Sosial berbasiskan

masyarakat melalui penyuluhan kepada masyarakat dengan menekankan pada hal-hal yang dapat mengembangkan keswadayaan sosial masyarakat untuk

mencegah dan menanggulangi permasalahan kesejahteraan sosial di

lingkungannya masing-masing.

4. Memantapkan kerjasama dan koordinasi antar penyelenggara kegiatan

kesejahteraan sosial, baik pemerintah maupun masyarakat.

5. Menggali dan mendayagunakan segenap potensi dan sumber-sumber

kesejahteraan sosial yang ada di masyarakat untuk peningkatan Usaha Kesejahteraan Sosial.

6. Membina dan mengembangkan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat

sebagai mitra kerja pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

7. Meningkatkan partisipasi sosial masyarakat dalam pelaksanaan UKS secara

melembaga dan terorganisir.

8. Pengkajian model-model penanganan permasalahan kesejahteraan sosial

melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi.

9. Program pelayanan rehabilitasi sosial dan pengembangan potensi diri

penyandang masalah kesejahteraan sosial melalui peningkatan kemampuan diri dan Lembaga Kesejahteraan Sosial.

10.Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan,


(1)

41

11.Meningkatkan pelayanan pada PMKS sesuai dengan standart pelayanan

minimal (SPM)

E. KEBIJAKAN

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur dengan mengikutkan

diklat fungsional yang berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial

2. Meningkatkan kualitas pelayanan dasar kesejahteraan sosial bagi penyandang

masalah kesejahteraan sosial;

3. Meningkatkan kepedulian dan pemberdayaan terhadap PMKS mobilitas tinggi

(anak jalanan, gelandangan, pengemis, WTS, dan gelandangan psikotik) dan usia produktif (penyandang cacat, fakir miskin, anak terlantar, dan kelompok rentan sosial lainnya);

4. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan sosial dasar

(pendidikan, kesehatan), dan jaminan kesejahteraan sosial;

5. Mengembangkan dan menyerasikan kebijakan untuk penanganan

masalah-masalah strategis yang menyangkut masalah-masalah kesejahteraan sosial ;

6. Memperkuat ketahanan sosial masyarakat berlandaskan prinsip kemitraan dan

nilai-nilai sosial budaya bangsa;

7. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial

dengan mendayagunakan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dan sumber kesejahteraan sosial lainnya;

8. Meningkatkan pelayanan korban bencana alam dan sosial, sesuai dengan siklus

bencana yang meliputi kegiatan: kesiapsiagaan, mitigasi, peringatan dini, tanggap darurat;

9. Meningkatkan prakarsa dan peran aktif masyarakat termasuk masyarakat

mampu, dunia usaha, perguruan tinggi, dan orsos / LSM dalam

penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial secara terpadu dan berkelanjutan;

10.Membangun kepedulian terhadap keluarga pahlawan dan perintis Kemerdekaan

serta menanamkan/melestarikan nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan,


(2)

42

BAB V

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Berdasarkan kondisi Pembangunan Kesejahteraan Sosial saat ini dan kecenderungan berkembangnya permasalahan kesejahteraan sosial di masa yang akan datang, maka arah kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial, disusun melalui program dan kegiatan.

Program dan Kegiatan Tahun 2013 – 2018

Sebagai mana dalam agenda dan prioritas pembangunan RPJMD Kabupaten

Probolinggo tahun 2013 – 2018 pada agenda pembangunan nomor 3 yaitu

“Percepatan peningkatan kualitas pembangunan manusia, pengurangan

kemiskinan dan pengangguran yang menjadi priotitas pembangunan

kesejahteraan sosial adalah : Menurunkan angka kemiskinan untuk mendukung peningkatan kualitas pembangunan manusia.

Program dan kegiatan

Pembangunan kesejahteraan sosial Kabupaten Probolinggo dapat diuraikan dalam program dan kegiatan yang dijabarkan dalam rencana kerja pembangunan Kesejahteraan sosial Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo meliputi :

a. Program Pelayanan Administrasi perkantoran

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan melalui pembinaan pengelolaan administrasi perkantoran, yang dituangkan dalam kegiatan :

1) Peningkatan pelayanan administrasi perkantoran

2) Penyediaan Jasa Tenaga Non PNS

3) Penyediaan Sarana Prasarana Kantor

b. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

Program ini diarahkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesejahteraan sosial melalui kegiatan :

1) Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana aparatur


(3)

43

c. Program Peningkatan disiplin aparatur

Program ini diarahkan untuk meningkatkan kedisiplinan, ketaatan aparat dan peningkatan kinerja pelayanan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, dilaksanakan dengan :

1) Peningkatan disiplin aparatur

d. Program Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

Program ini diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia aparatur agar dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada PMKS sesuai dengan sandart pelayanan yang berlaku, melalui kegiatan :

1) Sosialisasi peraturan perundang-undangan

2) Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

e. Program peningkatan kualitas pelayanan publik

Program ini diarahkan untuk memenuhi hak-hak masyarakat dalam memperoleh pelayanan publik secara maksimal, yang dilaksanakan dengan kegiatan :

1) Pengembangan Kualitas aparat pelayanan publik

2) Peningkatan kualitas pelayanan publik

f. Program Pemberdayaan Sosial, kegiatannya meliputi :

Program ini diarahkan untuk mencegah, menekan, mengurangi jumlah penduduk miskin dengan meningkatkan kemampuan mereka dalam menjalani kehidupan dan penghidupannya melalui upaya penggalian potensi diri dan

lingkungannya, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya lokal

secara berkelanjutan, kegiatan ini dilaksanakan oleh Bidang Pemberdayaan Sosial dilaksanakan melalui kegiatan antara lain :

1)Pemberdayaan fakir miskin

2) Pemberdayaan Komunitas Tertinggal dan Terpencil

3) Pemberdayaan Keluarga Rentan

4) Pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi

5) Pemberdayaan KUBE Exit PKH

g. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, kegiatannya meliputi :

Program ini diarahkan pada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, dengan memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial agar mereka dapat


(4)

44

kehidupan bermasyarakat yang dilaksanakan oleh Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial dengan kegiatannya meliputi :

1) Pelayanan anak terlantar

2) Pembinaan anak jalanan

3) Pelayanan lanjut usia terlantar

4) Rehabilitasi sosial Anak Nakal / Korban NAPZA

5) Rehabilitasi sosial penyandang cacat

6) Deteksi dini penyandang cacat berbasis masyarakat

7) Rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis

8) Rehabilitasi sosial WTS dan korban eksploitasi seksual komersial anak

(ESKA)

9) Rehabilitasi sosial bekas warga binaan pemasyarakatan

10) Rehabilitasi sosial keluarga/korban ODHA (Orang Dengan HIV/AIDs)

h. Program Bantuan dan Perlindungan Sosial

Program ini diarahkan untuk memberikan perlindungan secara fisik, sosial

maupun psikologis kepada anak, wanita maupun lanjut usia yang menjadi

korban tindak kekerasan, pekerja migran yang terlantar, keluarga bermasalah sosial psikologis, keluarga bermasalah sosial budaya, keluarga cerai miskin, serta keluarga dilingkungan sosial yang tidak menguntungkan dengan memprioritaskan kepada keluarga yang mempunyai masalah ganda, dengan kegiatan pokok antara lain:

1) Penanganan orang terlantar

2) Perlindungan sosial pekerja migran

3) Perlindungan sosial korban tindak kekerasan dan perlakuan salah

4) Pengembangan sistim jaminan sosial melalui ansuransi kesejahteraan sosial

(ASKESOS) dan Bantuan Kesejahteraan Sosial Permanen (BKSP)

5) Pendampingan Program Keluarga Harapan (PKH)

6) Pembinaan pengumpulan uang dan barang (PUB) dan undian gratis

berhadiah (UGB)

i. Program Penanganan Korban Bencana Berbasis Masyarakat

Program ini diarahkan untuk meminimalisasi jumlah korban bencana dengan melibatkan partisipasi masyarakat di sekitar daerah bencana, upaya ini dilakukan dengan kegiatan pokok antara lain :

1) Pembinaan dan pembentukan Kampung Siaga Bencana


(5)

45

j. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

Program ini diarahkan pada upaya penggalian pendayagunaan, dan pengembangan potensi dan sumber daya pembangunan kesejahteraan sosial, yang berasal dari kalangan masyarakat, dengan kegiatan pokok antara lain :

1) Pengembangan kerjasama dunia usaha peduli sosial

2) Pembinaan organisasi dan lembaga sosial

3) Pembinaan Karang Taruna

4) Pembinaan Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM)

5) Pembinaan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

6) Pembinaan Wanita Pemimpin Kegiatan Sosial (WPKS)

7) Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Pejuang, Pahlawan dan Perintis

Kemerdekaan

8) Pemeliharaan Taman Makam Pahlawan

9) Pengembangan Teman Asuh dan Kearifan Lokal

10) Pemberdayaan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat

k. Program Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Program ini diarahkan untuk meningkatkan penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial sesuai dengan permasalahan sosial yang berkembang didaerah dan dilakukan melalui kegiatan

1) Pendataan PMKS dan PSKS

2) Perencanaan Program Kesejahteraan Sosial

3) Evaluasi Program Kesejahteraan Sosial

4) Penyuluhan sosial dan publikasi kesejahteraan sosial

5) Pengembangan eks klien panti sosial

l. Program Peningkatan dan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja

dan Keuangan

Program ini dirahkan untuk meningkatkan penyelenggaraan penyusunan rencana program kegiatan dan laporan pencapaian kinerja keuangan secara berkala melalui kegiatan :

1) Penyusunan rencana program dan kegiatan SKPD


(6)

46

BAB VI

PENUTUP

Rencana strategis merupakan upaya memberikan arahan dalam menyusun perencanaan pembangunan kesejahteraan sosial di Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo

tahun 2013 – 2018. Perencanaan ini disusun berdasarkan program kegiatan yang

dilaksanakan oleh bidang-bidang secara tepat dan berkelanjutan.

Melalui Renstra tahun 2013-2018 diharapkan mampu mempertegas peran dan

posisi Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo dalam konstelasi pembangunan kesejahteraan sosial. Keberhasilan dalam pencapaian visi, misi dan tujuan sangat ditentukan oleh: (a) komitmen pimpinan, (b) konsistensi kebijakan Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo dan SKPD terkait di Kabupaten Probolinggo, (c) kepedulian dan peran serta masyarakat, organisasi sosial dan dunia usaha.

Renstra ini disusun berdasarkan data/informasi kegiatan bidang-bidang serta

diskusi dengan pemangku kepentingan (stakeholder) agar dapat menjadi pedoman

dalam perencanaan pelayanan kesejahteraan sosial di Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo selama lima tahun ke depan (2013-2018).

Probolinggo, Oktober 2013

KEPALA DINAS SOSIAL KABUPATEN PROBOLINGGO

RM.MASHURI EFFENDI,SH.M.Si Pembina Tingkat 1