TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. XYZ.

(1)

i

Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan

Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. XYZ.

(Studi Kasus Pada Klien CV. Sukartha Karya Sejahtera)

Oleh:

Decky Sanjaya Gunawan NIM: 1306043009

Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada tanggal :

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi ……….

2. Sekretaris : I Wyn. Pradnyantha Wirasedana., M.Com ………

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

( Drs. I Komang Ardana, MM ) (Dr. I Ketut Sujana, SE., AK., Msi ) NIP. 19561012 198403 1 003 NIP. 19640518 199212 1 004


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul “Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. XYZ”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM., selaku Ketua Program Studi Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Studi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir Studi ini.

5. Bapak I Wyn. Pradnyantha Wirasedana., M.Com. selaku Pembimbing Akademik (PA) selama penulis menjalankan kuliah pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(4)

iv

6. Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti kuliah pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Seluruh Panitia Tugas Akhir Studi.

8. Bapak N.Fian Varian Jaya Sukartha, S.E., M.A., selaku pimpinan CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan yang telah memberi penulis melaksanakan PKL pada instansi yang bersangkutan.

9. Seluruh staf dan pegawai CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan, Kak Indra, Kak Sukma, Kak Muli, Kak Arum, Kak lis dan Bli Kadek sebagai perusahaan tempat PKL penulis yang telah banyak membantu dan memberikan banyak kesempatan bagi penulis untuk menyalurkan ilmu yang pernah penulis pelajari di lapangan secara nyata.

10.Orang Tua Penulis dan Kakak Kandung Penulis yang selalu memberikan dukungan moral maupun material untuk memotivasi penulis dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini.

11.Teman dan sahabat penulis, I Komang Edy Arimbawa, Wayan Jyoti Subali, Gery Astrana Putra, Ngakan Putu Bayu Mahayasa, Made Dwi Arsa Wijaya, Made Wira Adi Pratama, Made Sucipta, Ratta Astawa, Ngurah KT Sidi Adnyana, Tangkas Made Adi Wibowo yang tiada henti memberikan masukan dan semangat kepada penulis.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam menyumbngkan pikiran, saran dan kritik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan Tugas Akhir Semester (TAS).


(5)

v

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini masih belum sempurna karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, April 2016


(6)

vi

Judul : Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT. XYZ.

Nama : Decky Sanjaya Gunawan Nim : 1306043009

ABSTRAK

Salah satu sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia adalahself assessment system yaitu masyarakat mendaftarkan diri sebagai wajib pajak selanjutnya menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Sistem ini berpengaruh pada sistem PPN yang dianut di Indonesia yaitu metode pengkreditan atau pembayaran. Kendalanya adalah tidak semua wajib pajak mampu melaksanakan prosedur tersebut dengan tepat dan benar. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai memungkinkan masih banyak Wajib Pajak yang belum paham dengan tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN PT. XYZ.

Objek dalam penelitian ini adalah tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. XYZ. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan menjelaskan tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. XYZ kemudian membandingkan dengan aturan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Berdasarkan penelitian ini, diperoleh tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN pada PT. XYZ meliputi menentukan DPP kemudian mengalikan DPP dengan tarif PPN sebesar 10%, Mengisi SSP dengan benar, lalu melakukan pembayaran ke tempat pembayaran yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan mengisi SPT Masa PPN dengan benar, lalu melaporkan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak setempat dimana Wajib Pajak terdaftar. Tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN yang dilakukan PT. XYZ sudah sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) No. 42 Tahun 2009.

Kata Kunci: Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 3

1.3 Kegunaan Penelitian…………... .. 3

1.4 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Pengertian Pajak ... 6

2.1.2 Fungsi Pajak ... 7

2.1.3 Tarif Pajak ... 8

2.1.4 Nomor Pokok Wajib Pajak... 8

2.2 Tinjauan Umum Pajak Pertambahan Nilai ... 9

2.2.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai ... 9

2.2.2 Pengertian Barang Kena Pajak ... 9

2.2.3 Pengecualian Barang Kena Pajak ... 10

2.2.4 Pengertian Jasa Kena Pajak ... 12

2.2.5 Pengecualian Jasa Kena Pajak ... 12

2.2.6 Pengertian Pengusaha Kena Pajak ... 16

2.2.7 Kewajiban Pengusaha Kena Pajak ... 16

2.2.8 Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak ... 16

2.2.9 Objek Pajak Pertambahan Nilai ... 17

2.2.10 Tarif Pajak Pertambahan Nilai ... 18

2.3 Tinjauan Umum Faktur Pajak ... 18

2.3.1 Pengertian Faktur Pajak ... 18

2.3.2 Pembuatan Faktur Pajak ... 19

2.4 Tinjauan Umum Surat Setoran Pajak ... 19


(8)

viii

2.4.2 Fungsi Surat Setoran Pajak ... 20

2.4.3 Tempat Pembayaran/ Penyetoran Pajak ... 20

2.4.4 Batas Waktu Pembayaran dan Penyetoran Pajak ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Lokasi Penelitian ... 21

3.2 Objek Penelitian ... 21

3.3 Identifikasi Variabel ... 21

3.4 Defisini Operasional Variabel ... 21

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.7 Teknis Analisis Data ... 22

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 24

4.1 Gambaran Umum Daerah/ Deskripsi Hasil Penelitian ... 24

4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ... ... ... 24

4.1.2 Bidang Tugas/Kegiatan Intitusi ... 24

4.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 25

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 27

4.2.1 Prosedur Pemungutan PPN PT. XYZ ... 27

4.2.2 Prosedur Penyetoran PPN PT. XYZ ... 29

4.2.3 Prosedur Pelaporan PPN PT. XYZ ... 29

4.2.4 Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPN PT. XYZ dengan Undang-undang No. 42 tahun 2009 ... ... 30

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1 Simpulan... 33

5.2 Saran ... 34 DAFTAR RUJUKAN


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SPT Masa PPN 1111 Lampiran 2 Surat Setoran Pajak (SSP)


(11)

1 BAB I PENAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sesuai ketentuan perpajakan yang ada, salah satu sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia adalah self assessment system, yaitu masyarakat mendaftarkan diri sebagai wajib pajak selanjutnya menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Sistem pemungutan pajak yang bersifat self assessment berpengaruh pada sistem PPN yang dianut di Indonesia yaitu metode pengkreditan atau pembayaran. Jadi Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar atau yang lebih bayar dihitung sendiri dengan menggunakan mekanisme pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran, Oleh karena itu sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui sistem pemungutan Pajak Pertambahan Nilai menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagai mana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.

Pengkreditan/pembayaran Pajak Keluaran terhadap Pajak Masukan apabila Pajak keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka yang terjadi adalah PPN tersebut kurang bayar. Jadi kurang bayar tersebut sebagai Wajib Pajak harus menyetorkannya ke Kas Negara. Sebaliknya apabila ternyata Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran, yang terjadi adalah PPN tersebut


(12)

2

lebih bayar. Lebih bayar tersebut dapat dimintakan kembali dalam bentuk uang (restitusi) atau dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.

Pajak Masukan merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena perolehan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean dan atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean dan atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean. Sedangkan Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak atau ekspor Barang Kena Pajak.

Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dilaksanakan berdasarkan sistem faktur, sehingga atas penyerahan barang dan atau penyerahan jasa wajib dibuat faktur pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang atau jasa. Hal ini merupakan ciri khas dari Pajak Pertambahan Nilai, karena faktur pajak merupakan bukti pungutan pajak yang bagi pengusaha yang dipungut pajak dapat dikreditkan dengan jumlah pajak yang terutang.

Permasalahan yang timbul dalam perhitungan PPN baik yang kurang bayar maupun yang lebih bayar adalah ketidaktahuan Wajib Pajak dalam menghitung dasar pengenaan pajak, ada beberapa tagihan yang seharusnya dikenakan PPN tetapi tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilainya, membandingkan antara Pajak Masukan yang merupakan kredit pajak dengan Pajak Keluaran yang merupakan hutang pajak, atau perhitungan tidak disesuaikan dengan perundang-undangan yang berlaku. Permasalahan yang timbul dalam


(13)

3

penyetoran PPN adalah ketidaktahuan Wajib Pajak batas akhir penyetoran dan apa saja yang harus dibawa pada saat melakukan penyetoran. Sedangkan permasalahan yang timbul dalam pelaporan adalah tidak semua penerimaan jasa yang dipungut Pajak Masukan yang bukti pungutannya berupa faktur pajak sederhana, tetapi langsung membiayakannya,dalam keterlambatan dokoumen sebagai bukti dalam Pajak Masukan dan Pajak Keluaran sehingga pelaporan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran tidak pada masa pajak yang bersangkutan. Kemudian Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan tetap harus dilaporkan pada SPT Masa yang bersangkutan. Selanjutnya dalam pembuatan faktur pajak dapat dibuat pada akhir bulan setelah bulan penyerahan BKP/JKP. Pada saat penyerahan BKP/JKP, PPNnya belum terutang sehingga belum dicatat dan yang dilaporkan dalam SPT Masa hanya yang terhitung saja. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu “ Bagaimana Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT. XYZ.”

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT. XYZ.

1.3Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini nantinya dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan untuk memperhatikan Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan


(14)

4

Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dalam SPT Masa PPN sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi yang dimana bisa digunakan oleh pimpinan, staf dan karyawan, agar memperhatikan Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Pengusaha Kena Pajak yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

1.4Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam pembahasan materi yang ada di dalam Tugas Akhir Studi ini, maka sistematika penulisan laporan ini dapat disajikan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang masalah pokok permasalahan, tujuan, dan kegunaan penelitian serta sistematika Penelitian.

Bab II Kajian Pustaka

Dalam Bab ini diuraikan mengenai pengertian menurut para ahli tentang pengertian Pajak, Fungsi pajak,Tarif pajak dan Seputaran tentang Pph Pasal 21.

Bab III Sistematika Penulisan

Menguraikan Tentang lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.


(15)

5 Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Merupakan deskripsi dari hasil penelitian yang sudah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian tersebut.

Bab V Simpulan dan Saran

Merupakan bab penutup yakni menyimpulkan mengenai bab-bab yang telah diuraikan sebelumnya dengan disertai saran-saran.


(16)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Menurut Waluyo (2011;2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaram-pengeluaran umum

berhubungan dengan tugas yang menyelenggarakan pemerintahan”. Menurut

Mardiasmo (Edisi Revisi:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”


(17)

7 1. Iuran dari rakyat kepada negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun fungsi tersebut bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak, yaitu:

1) Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai instrument pengumpul dana guna membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Ditujukkan dengan masuknya pajak ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2) Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai instrumen pengatur melalui kebijakan-kebijakan yang dapat mempengaruhi


(18)

8

kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, misalnya untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, redistribusi pendapatan, dan stabilisasi ekonomi.

2.1.3 Tarif Pajak

Terdapat 4 (empat) macam tarif pajak yang berlaku di Indonesia yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Tarif Sebanding/ Proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenakan pajak.

b) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c) Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

d) Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

2.1.4 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan. Nomor Pokok Wajib Pajak dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dengan


(19)

9

memiliki NPWP Wajib Pajak memperoleh beberapa manfaat langsung lainnya seperti persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan sebagai persyaratan pinjaman bank. Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapat Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan. NPWP terdiri atas 15 digit, 9 digit pertama merupakan kode wajib pajak dan 6 digit (3 digit kode KKP dan 3 digit berikutnya kode kantor Cabang/Pusat) berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.

2.2 Tinjauan Umum Pajak Pertambahan Nilai 2.2.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan pajak yang ditanggung. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal dengan istilah pajak keluaran dan pajak masukkan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan Pajak Masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.

2.2.2 Pengertian Barang Kena Pajak

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifatnya atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.


(20)

10 2.2.3 Pengecualian Barang Kena Pajak

Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali undang-undang menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai berikut:

a Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, seperti:

1) Minyak mentah (crude oil);

2) Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat;

3) Panas bumi

4) Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit

5) Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan

6) Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta bijih bauksit.

b Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, seperti:

1) Beras 2) Gabah


(21)

11 3) Jagung

4) Sagu 5) Kedelai

6) Garam, baik yang berjodium maupun yang tidak berjodium, baik yang berbentuk curah maupun briket.

7) Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus

8) Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau dikemas

9) Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas.

10)Buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas, dan

11)Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.

c Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.


(22)

12

d Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga. 2.2.4 Pengertian Jasa Kena Pajak

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilankan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.

2.2.5 Pengecualian Jasa Kena Pajak

Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan lain oleh Undang-Undang PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPn ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai berikut:

a Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis, meliputi: 1) Jasa dokter umum,dokter spesialis, dan dokter gigi; 2) Jasa dokter hewan;

3) Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi danfisioterapi; 4) Jasa kebidanan dan dukun bayi;

5) Jasa paramedis dan perawat;

6) Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik, kesehatan, laboratorium kesehatan, dan Sanatorium;

7) Jasa psikolog dan psikiater, dan

8) jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal. b Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:

1) Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo; 2) Jasa pemadam kebakaran;


(23)

13 4) Jasa lembaga rehabilitasi;

5) Jasa penyedia rumah duka atau jasa pemakaman termasuk krematorium; dan

6) Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.

c Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko, meliputi jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko tempel.

d Jasa keuangan meliputi:

1) jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;

2) jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;

3) jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:

a sewa guna usaha dengan hak opsi; b anjak piutang;

c usaha kartu kredit; dan/atau d pembiayaan konsumen;

4) jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan


(24)

14

e Jasa Asuransi, yaitu jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan konsultan asuransi. f Jasa di bidang keagamaan, meliputi:

1) Jasa pelayanan rumah ibadah;

2) Jasa pemberian khotbah atau dakwah;

3) Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan 4) Jasa lainnya di bidang keagamaan.

g Jasa di bidang pendidikan,meliputi:

1) Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional;

2) Jasa penyelengaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus. h Jasa di bidang kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan

oleh pekerja seni nyang telah dikenakan Pajak Tontonan.

i Jasa di bidang penyiaran meliputi jasa penyiaran radio dan televisi baik yang dilakukan oleh instansi Pemerintah maupn swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bersetujuan komersial.

j Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.


(25)

15 1) Jasa tenaga kerja;

2) Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan 3) Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

l Jasa di bidang perhotelan, meliputi:

1) Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel losmen, hostel serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap

2) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan hotel, rumah penginapan, motel, losmen dan hotel.

m Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak,pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

n Jasa penyediaan tempat parkir, yaitu jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran.

o Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam, yaitu jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau koin, yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

p Jasa penerimaan uang dengan wesel pos q Jasa boga atau katering


(26)

16 2.2.6 Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pu yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang meklakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.

2.2.7 Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak berkewajiban, antara lain untuk:

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. b. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.

c. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukkan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan

d. Melaporkan perhitungan pajak.

2.2.8 Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah:

a. Pengusaha Kecil.

b. Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan atau jasa yang tidak dikenakan PPN.


(27)

17 2.2.9 Objek Pajak Pertambahan Nilai

1) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat-syaratnya sebagai berikut:

a Barang berwujud yang diserahakan merupakan Barang Kena Pajak; b Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak

tidak berwujud;

c Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan

d Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya. 2) Impor Barang Kena Pajak.

3) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat-syaratnya sebagai berikut:

a Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak; b Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;

c Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

5) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

6) Ekspor Barang Kena Pajak berwujud oleh Pengusha Kena Pajak; 7) Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; 8) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau

pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain;


(28)

18

9) Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.

2.2.10 Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang Dasar No.42 tahun 2009 pasal 7 : 1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: a Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

b Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan c Ekspor Jasa Kena Pajak.

3) Tarif Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas persen) sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah.

2.3 Tinjauan Umum Faktur Pajak 2.3.1 Pengertian Faktur Pajak

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) atau penyerahan jasa kena pajak (JKP). Dalam membuat Faktur Pajak kita harus memperhatikan syarat minimal data data apa saja yang harus dicantumkan oleh pembuat Faktur Pajak syarat minimal data yang harus dicantumkan di Faktur Pajak berdasar adalah :

1) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;


(29)

19

2) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

3) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

4) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

5) Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

6) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

2.3.2 Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak dibuat pada:

1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak; 2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi

sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

3. Saat Penerimaan pembayaraan termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan;

4. Untuk Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

5. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

2.4 Tinjauan Umum Surat Setoran Pajak (SSP) 2.4.1 Pengertian Surat Setoran Pajak

Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran/ penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui


(30)

20

Kantor Pos dan Bank BUMN atau BUMD/ tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

2.4.2 Fungsi Surat Setoran Pajak 1) Sarana untuk membayar pajak. 2) Bukti dan laporan pembayaran pajak.

2.4.3 Tempat Pembayaran/ Penyetoran Pajak :

1) Bank- bank yang ditunjuk oleh Dirjen Anggaran. 2) Kantor Pos

3) Bank- bank BUMN dan BUMD

4) Tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

2.4.4 Batas Waktu Pembayaran dan Penyetoran Pajak

Wajib Pajak orang Pribadi, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupun yang titunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut Pph wajib melaporkan SPT Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.


(1)

1) Jasa tenaga kerja;

2) Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan 3) Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.

l Jasa di bidang perhotelan, meliputi:

1) Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel losmen, hostel serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap

2) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan hotel, rumah penginapan, motel, losmen dan hotel.

m Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak,pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

n Jasa penyediaan tempat parkir, yaitu jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran.

o Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam, yaitu jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau koin, yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

p Jasa penerimaan uang dengan wesel pos q Jasa boga atau katering


(2)

2.2.6 Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pu yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang meklakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.

2.2.7 Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak berkewajiban, antara lain untuk:

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. b. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.

c. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukkan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan

d. Melaporkan perhitungan pajak.

2.2.8 Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah:


(3)

2.2.9 Objek Pajak Pertambahan Nilai

1) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat-syaratnya sebagai berikut:

a Barang berwujud yang diserahakan merupakan Barang Kena Pajak; b Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak

tidak berwujud;

c Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan

d Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya. 2) Impor Barang Kena Pajak.

3) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat-syaratnya sebagai berikut:

a Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak; b Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;

c Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

5) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

6) Ekspor Barang Kena Pajak berwujud oleh Pengusha Kena Pajak; 7) Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; 8) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau

pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain;


(4)

9) Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.

2.2.10 Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang Dasar No.42 tahun 2009 pasal 7 : 1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: a Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

b Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan c Ekspor Jasa Kena Pajak.

3) Tarif Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas persen) sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah.

2.3 Tinjauan Umum Faktur Pajak 2.3.1 Pengertian Faktur Pajak

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) atau penyerahan jasa kena pajak (JKP). Dalam membuat Faktur Pajak kita harus memperhatikan syarat minimal data data apa saja yang harus dicantumkan oleh pembuat Faktur Pajak syarat minimal data yang harus dicantumkan di Faktur Pajak berdasar adalah :


(5)

2) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

3) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

4) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

5) Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

6) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

2.3.2 Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak dibuat pada:

1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak; 2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi

sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

3. Saat Penerimaan pembayaraan termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan;

4. Untuk Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

5. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

2.4 Tinjauan Umum Surat Setoran Pajak (SSP) 2.4.1 Pengertian Surat Setoran Pajak

Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran/ penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui


(6)

Kantor Pos dan Bank BUMN atau BUMD/ tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

2.4.2 Fungsi Surat Setoran Pajak 1) Sarana untuk membayar pajak. 2) Bukti dan laporan pembayaran pajak.

2.4.3 Tempat Pembayaran/ Penyetoran Pajak :

1) Bank- bank yang ditunjuk oleh Dirjen Anggaran. 2) Kantor Pos

3) Bank- bank BUMN dan BUMD

4) Tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

2.4.4 Batas Waktu Pembayaran dan Penyetoran Pajak

Wajib Pajak orang Pribadi, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupun yang titunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut Pph wajib melaporkan SPT Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.