TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA BIRO PERJALANAN WISATA DAN/JASA AGEN PERJALAANAN WISATA PADA PT.W.

(1)

TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA BIRO PERJALANAN WISATA DAN/ JASA AGEN PERJALANAN WISATA PADA PT. W

Oleh :

I MADE WIRA ADI PRATAMA NIM : 1306043022

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR


(2)

i

TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA BIRO PERJALANAN WISATA DAN/ JASA AGEN PERJALANAN WISATA PADA PT. W

Oleh :

I MADE WIRA ADI PRATAMA NIM : 1306043022

Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagaian persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar


(3)

ii

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : Rabu, 01 Juni 2016.

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., MSi., Ak. 2. Sekretaris : I Made Karya Utama, SE., M.Com., Ak.

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

Drs. I Komang Ardana, MM Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., MSi., Ak. NIP. 19561012 198403 1 003 NIP. 19661008 199303 2 001


(4)

iii

Puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul “TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA BIRO PERJALANAN WISATA DAN/ JASA AGEN PERJALANAN WISATA PADA PT. W” guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir studi ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:

1) Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2) Ibu Prof Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3) Bapak Drs. I Komang Ardana, MM selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4) Ibu Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si., Ak. Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Studi (TAS) yang telah banyak memberikan kritik, saran, bantuan dan juga bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi (TAS) ini.

5) Bapak I Made Karya Utama, SE., M.Com., Ak. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitass Udayana .

6) Seluruh dosen pengajar di Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah banyak membimbing penulis sejak awal hingga akhir masa pendidikan disini.

7) Seluruh staff Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah banyak membantu penulis selama


(5)

iv

menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

8) Bapak I Made Susila Darma, SH, SE., Ak. Selaku Pimpinan CV. Tarik Consulting dan Bapak Ketut Swasta selaku Supervisor yang telah memberikan ijin untuk menggunakan data dan meluangkan waktunya untuk memberi informasi, saran dan juga motivasi kepada penulis. 9) Seluruh Karyawan dan Karyawati di CV. Tarik Consulting yang telah

meluangkan waktunya untuk berbagi informasi, saran dan motivasi dalam membantu kelancaran penyusunan Tugas Akhir Studi ini. 10)Keluarga tercinta yang telah memberikan doa restu dan dukungan

moral maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi ini.

11)Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan TAS: I Komang Edy Arimbawa, Ni Putu Ayu Widiayani dan Decky Sanjaya, yang selalu berbagi motivasi, informasi dan saran yang membangun sehingga Tugas Akhir Studi ini selesai.

12)Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dalam penyusunan Tugas akhir Studi (TAS) ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini jauh dari sempuran, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir Studi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Mei 2016


(6)

v

Judul : Tata Cara Perhitungan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Atas Jasa Biro Perjalanan Wisata dan/ Jasa Agen Perjalanan Wisata Pada PT. W

Nama : I Made Wira Adi Pratama NIM : 1306043022

ABSTRAK

PT. W merupakan Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan Jasa atas Jasa Biro Perjalanan Wisata dan/atau Jasa Agen Perjalanan Wisata. Dimana PT. W menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana tata cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Biro Perjalanan Wisata dan/atau Jasa Agen Perjalanan Wisata PT. W. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dan metode pengumpulan data dengan observasi dan metode kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif komparatif.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tata cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Biro Perjalanan Wisata dan/atau Jasa Agen Perjalanan Wisata PT. W sudah sesuai dengan Peraturan dan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Kata Kunci :Pajak Pertambahan Nilai, Tata Cara Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan


(7)

vi DAFTAR ISI

Isi Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan... 3

1.3 Kegunaan Penelitian ... 4

1.4 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Pengertian Pajak ... 6

2.1.2 Fungsi Pajak ... 7

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak ... 8

2.1.4 Wajib Pajak ... 8

2.1.5 Pajak Pertambahan Nilai ... 9

2.1.6 Obyek dan Subyek PPN ... 10

2.1.7 Karakteristik PPN di Indonesia ... 12

2.1.8 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN ... 14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 18

3.2 Obyek Penelitian ... 18

3.3 Identifikasi Variabel ... 18

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 18

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 19

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.7 Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah/Deskripsi Hasil Penelitian ... 4.1.1 Sejarah Berdiri dan Bidang Usaha PT. W ... 22

4.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 23

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 25

4.2.1 Peredaran Usaha ... 25 4.2.2 Tata Cara Perhitungan PPN atas


(8)

vii

Penyerahan Jasa Biro Perjalanan Wisata

dan/atau Jasa Agen Perjalanan Wisata ... 25 4.2.3 Tata Cara Penyetoran PPN atas Penyerahan Jasa Biro

Perjalanan Wisata dan/atau Jasa Agen

Perjalanan Wisata ... 29 4.2.4 Tata Cara Pelaporan PPN atas Penyerahan Jasa Biro

Perjalanan Wisata dan/atau Jasa Agen

Perjalanan Wisata ... 31 4.2.5 Komparasi antara Perhitungan, Penyetoran dan

Pelaporan dengan Penerapan Undang-Undang Pajak

Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009 ... 32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan... 34 5.2 Saran ... 34 DAFTAR RUJUKAN


(9)

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Perhitungan PPN Keluaran PT. W atas Penyerahan Jasa Biro Perjalanan Wisata dan/atau Jasa Agen

Perjalanan Wisata Tahun 2014 ... 26 4.2 Data Penjualan PT. W yang berasal dari Pendapatan

Keagenan ... 27 4.3 Perhitungan PPN Terutang Tahun 2014 ... 28 4.4 Rincian Penyetoran PPN atas Penyerahan Jasa Biro

Perjalanan Wisata dan/atau Jasa Agen

Perjalanan Wisata ... 30 4.5 Rincian Pelaporan PPN atas Penyerahan Jasa Biro

Perjalanan Wisata dan/atau Jasa Agen


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

1. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Masa November 2014

2. E-Billing dan Bukti Bayar PPNmasa November 2014


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dewasa ini penerimaan Negara Indonesia masih didominasi oleh sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi rakyat Indonesia. Sebagai salah satu sumber penerimaan Negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan pilihan yang sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

Peran pajak sangatlah penting, pajak tidak hanya mempunyai arti untuk meningkatkan penerimaan dalam rangka menjalankan roda pemerintahan, tetapi juga sebagai kewajiban dalam kebijaksanaan fiskal dalam rangka menjaga perekonomian nasional untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi. Negara yang sedang berkembang melaksanakan tujuan tersebut sebagai alat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan pekerjaan, stabilitas, distribusi, pendapatan dan kekayaan. Salah satu sumber penerimaan Negara terbersar adalah dari sektor pajak, dan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Berbagai jenis pajak yang ditetapkan pemerintah, Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu jenis pajak yang diharapkan dapat memberikan


(13)

2

kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan Negara. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pegantian jasa) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ditanggung.

Banyak jenis usaha yang menyumbangkan Pajak Pertambahan Nilainya ke kas Negara lewat penyerahan maupun pemanfaatan barang kena pajak dan jasa kena pajak. Salah satu usaha yang memiliki potensi dalam menyumbangkan PPN adalah perusahan (jasa biro perjalanan wisata). Hal ini dapat dilihat dari berkembang pesatnya jenis jasa biro perjalanan wisata terbukti dari semakin menjamurnya usaha serupa di Bali. Dengan pesatnya pertumbuhan usaha jasa biro perjalanan wisata tentunya akan memberi nilai tambah jika diliat dari sektor perpajakan.

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dilakukan antara selisih pajak keluaran dan pajak masukan yang tarifnya sudah ditentukan 10% dari barang atau jasa yang dikeluarkan maupun yang diterima. Penyetoran PPN dilakukan dengan pembayaran ke Bank persepsi atau kantor pos dengan menggunakan E-Billing dan pelaporan PPN dilakukan dengan menggunakan E–Faktur.


(14)

3

Perusahaan PT. W sudah memenuhi syarat subyek dan obyek Pajak Pertambahan Nilai yang sudah berada cukup lama beroperasi di Bali dengan kegiatan di bidang jasa biro perjalanan wisata. Prosedur perlakuan PPN yang dilakukan mulai dari perhitungan dengan mencari dasar pengenaan pajak, penyetoran yang dilakukan dengan sistem terbaru dari Direktorat Jendral Pajak yaitu E-Billing dan pelaporan dengan menggunakan E-Faktur yang sudah memenuhi Peraturan Perundang–undangan Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai.

Berdasarkan pertimbangan dan uaraian di atas, akan dianalisis tentang Pajak Pertambahan Nilai untuk Penyerahan Jasa Biro Perjalanan Wisata dan/ Agen Perjalanan Wisata PT. W. Hal ini dikarenakan PT. W merupakan salah satu perusahaan di Bali yang bergerak dibidang usaha Jasa Biro Perjalanan Wisata dan/ Agen Perjalanan Wisata. Adapun judul Tugas Akhir ini :“Tata Cara Perhitungan, Penyetoran Dan Pelaporan Atas Jasa Biro Perjalanan Wisata dan/ Jasa Agen Perjalanan Wisata Pada PT.W”.

1.2Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT. W sebagai Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/ jasa agen perjalanan wisata.


(15)

4 1.3Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Teorietis

Untuk meningkatkan pemahaman mengenai perlakuan PPN kepada Penyerahan Jasa Biro Perjalanan Wisata dan/ Agen Jasa Perjalanan Wisata juga sebagai langkah awal dalam mengaplikasikan semua ilmu yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah.

2) Kegunaan Praktis

Sebagai masukan untuk membantu memecahkan masalah yang berhubungan dengan PPN, sehingga perusahaan dapat memilih metode terbaik yang mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam hal penghematan pajak.

1.4Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang cukup jelas dan terarah maka pada laporan ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang masalah yang kemudian dirumuskan ke pokok masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.


(16)

5 Bab II Kajian Pustaka

Pada bab ini menguraikan tentang teori-teori yang relevan antara lain: pengertian pajak, fungsi pajak, sistem pemungutan pajak, wajib pajak, pajak pertambahan nilai, obyek dan subyek pajak pertambahan nilai, karakteristik pajak pertambahan nilai di Indonesia dan dasar pengenaan pajak pertambahan nilai untuk melandasi pembahasan mengenai topik penelitian yang diangkat untuk memecahkan masalah penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variable, definisi operasional variable, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan selama penelitian.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam bab ini menguraikan tentang bidang kegiatan perusahaan, struktur organisasi dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan mengenai simpulan yang merupakan dari seluruh kajian mengenai pokok-pokok permasalahan yang dibahas disertai beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait.


(17)

(18)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Adapun pengertian pajak menurut para ahli dalam Siti Resmi (2009:1) diantaranya:

1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

2) Menurut S. I. Djajadiningrat, pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagain kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

3) Menurut N. J. Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.


(19)

7

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment.

2.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Siti Resmi (2009 : 3), terdapat dua fungsi pemungutan pajak, yaitu:

1) Fungsi Bugdetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi bugdetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

2) Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.


(20)

8 2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Siti Resmi (2009: 11), dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu:

1) Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2) Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(21)

9

Sesuai dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 yang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan demikian, wajib pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan.

Pengertian “Badan” menurut Undang-Undang KUP pasal 1 ayat

(3), adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

2.1.5 Pajak Pertambahan Nilai

Dasar hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah Undang-Undang No.


(22)

10

8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 1994, diubah lagi dengan UU No. 18 Tahun 2000 dan terakhir UU No. 42 Tahun 2009 (Untung Sukardji, 2015).

Pajak Pertambahan Nilai atau Value Added Tax (VAT) adalah pajak atas konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan di dalam daerah pabean. Yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang didalamnya berlaku Undang-undang No. 17 tahun 2006 tentang kepabeanan, diantara lain meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen.

Di Indonesia, Pajak Pertambahan nilai menganut sistem tarif tunggal yaitu sebesar 10%. Artinya, semua jenis transaksi yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai tarifnya adalah sebesar 10% kecuali untuk ekspor Barang Kena Pajak, yang tarifnya sebesar 0%.

2.1.6 Obyek dan Subyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1) Obyek PPN

Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 UU Pajak Pertambahan Nilai No. 42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:

(1) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;


(23)

11

(3) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

(4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

(5) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

(6) Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

(7) Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan

(8) Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

2) Subyek Pajak Pertambahan Nilai

(1) Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikreditkan pajak berdasarkan Undangan-undang PPN dan PPnBM, tidak termasuk pengusaha kecil. Pengusaha dikatakan Pengusaha Kena Pajak apabila melakukan penyerahn BKP dan/atau JKP dengan Jumlah peredaran bruto melebihi Rp.4.800.000.000,00 (empat miliyar delapan ratus juta rupiah) dalam satuan tahun.


(24)

12

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp.4.800.000.000,00 (empat miliyar delapan ratus juta rupiah) dalam satu tahun. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP, selanjutnya wajib melaksanakan kewajiban sebagaimana halnya PKP.

(3) Orang pribadi atau badan yang melakukan impor BKP.

(4) PKP yang melakukan penjualan barang yang menurut tujuan semula tidak untuk dijual kembali.

(5) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar daerah pabean.

(6) Pemungut Pajak yang ditunjuk Pemerintah.

Pemungut pajak yang ditunjuk oleh pemerintah terdiri atas kantor Perbendaharaan Negara, Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah, termasuk Bendahara Proyek.

2.1.7 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Indonesia

Menurut Untung Sukardji (2015: 1), PPN di Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Pajak Tidak Langsung

Secara ekonomis beban PPN dapat diallihkan kepada pihak lain. Tanggung jawab pembayaran pajak yang terutang berada pada pihak yang menyerahkan barang atau jasa, sedangkan pihak yang


(25)

13

menanggung beban pajak berada pada penanggung pajak (pihak yang memikul beban pajak).

2) Pajak Objektif

Timbulnya kewajiban membayar pajak sangat ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi subjektif subjek pajak tidak dipertimbangkan.

3) Multistage Tax

PPN dikenakan secara bertahap pada setiap mata rantai jalur produksi dan distribusi (dari pabrikan sampai ke peritel).

4) Nonkumulatif

PPN tidak bersifat kumulatif (nonkumulatif) meskipun memiliki karakteristik multistage tax karena PPN mengenal adanya mekanisme pengkreditan Pajak Masukan. Oleh karena itu, PPN yang dibayar bukan unsur dari harga pokok barang atau jasa. 5) Tarif Tunggal

PPN di Indonesia hanya mengenal satu jenis tarif Single Tarif, yaitu 10% untuk penyerahan dalam negeri dan 0% untuk ekspor Barang Kena Pajak.

6) Credit Method / Invoce Method / Indirect Substruction Method Metode ini mengandung pengertian bahwa pajak yang terutang diperoleh dari hasil pengurangan pajak yang dipungut atau dikenakan pada saat penyerahan barang atau jasa (Pajak Keluaran/output tax) dengan pajak yang dibayar pada saat pembelian barang atau penerimaan jasa (Pajak Masukan/input tax).


(26)

14

7) Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri

Atas impor barang kena pajak dikenakan PPN sedangkan atas ekspor barang kena pajak tidak dikenakan PPN. Prinsip ini mengunakan prinsip tempat tujuan (destination principle), yaitu pajak dikenakan ditempat barang atau jasa yang akan dikonsumsi. 8) Consumption Type Value Added Tax (VAT)

Dalam PPN di Indonesia, Pajak Masukan atas pembelian dan pemeliharaan barang modal dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).

2.1.8 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai

Pada Pasal 1 angka 17 Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42 Tahun 2009 dinyatakan, “Dasar Pengenaan Pajak adalah Jumlah Harga Jual, Nilai Pergantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor Atau Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang”. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak. Adapun dasar pengenaan pajak tersebut adalah (Untung Sukardji, 2015) :

1) Harga Jual

Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk Pajak Pertambahan


(27)

15

Nilai yang dipungut menurut Undang-undang dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

2) Penggantian

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

3) Nilai Impor

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan Bea Masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang.

4) Nilai Ekspor

Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.

5) Nilai Lain

Nilai Lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagi Dasar Pengenaan Pajak dengan Peraturan Menteri Keuangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010, telah diubah dengan


(28)

16

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 56/PMK.03/2015 tentang Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak, diubah sebagai berikut : (a) Untuk pemakian sendiri Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

(b) Untuk pemberian Cuma-Cuma Brang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

(c) Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan Harga Jual rata-rata;

(d) Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;

(e) Untuk penyerahaan produk tembakau adalah sebesar Harga Jual eceran;

(f) Untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar;

(g) Untuk penyerahan Brang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan barang kena pajak antar pajak adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan;

(h) Untuk penyerahan barang kena pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli;


(29)

17

(i) Untuk penyerahan barang kena pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;

(j) Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih;

(k) Untuk penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/ atau jasa agen perjalanan wisata berupa penyerahan paket wisata, pemesanan sarana angkutan dan pemesanan sarana akomodasi, yang penyerahannya tidak didasari pada pemberian komisi/ imbalan atas penyerahan jasa perantara penjualan, adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

(l) dihapus

(m) Untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwading) yang didalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah 10% dari jumlah yang ditagih.


(1)

12

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp.4.800.000.000,00 (empat miliyar delapan ratus juta rupiah) dalam satu tahun. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP, selanjutnya wajib melaksanakan kewajiban sebagaimana halnya PKP.

(3) Orang pribadi atau badan yang melakukan impor BKP.

(4) PKP yang melakukan penjualan barang yang menurut tujuan semula tidak untuk dijual kembali.

(5) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar daerah pabean.

(6) Pemungut Pajak yang ditunjuk Pemerintah.

Pemungut pajak yang ditunjuk oleh pemerintah terdiri atas kantor Perbendaharaan Negara, Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah, termasuk Bendahara Proyek.

2.1.7 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Indonesia

Menurut Untung Sukardji (2015: 1), PPN di Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Pajak Tidak Langsung

Secara ekonomis beban PPN dapat diallihkan kepada pihak lain. Tanggung jawab pembayaran pajak yang terutang berada pada pihak yang menyerahkan barang atau jasa, sedangkan pihak yang


(2)

13

menanggung beban pajak berada pada penanggung pajak (pihak yang memikul beban pajak).

2) Pajak Objektif

Timbulnya kewajiban membayar pajak sangat ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi subjektif subjek pajak tidak dipertimbangkan.

3) Multistage Tax

PPN dikenakan secara bertahap pada setiap mata rantai jalur produksi dan distribusi (dari pabrikan sampai ke peritel).

4) Nonkumulatif

PPN tidak bersifat kumulatif (nonkumulatif) meskipun memiliki karakteristik multistage tax karena PPN mengenal adanya mekanisme pengkreditan Pajak Masukan. Oleh karena itu, PPN yang dibayar bukan unsur dari harga pokok barang atau jasa. 5) Tarif Tunggal

PPN di Indonesia hanya mengenal satu jenis tarif Single Tarif, yaitu 10% untuk penyerahan dalam negeri dan 0% untuk ekspor Barang Kena Pajak.

6) Credit Method / Invoce Method / Indirect Substruction Method Metode ini mengandung pengertian bahwa pajak yang terutang diperoleh dari hasil pengurangan pajak yang dipungut atau dikenakan pada saat penyerahan barang atau jasa (Pajak Keluaran/output tax) dengan pajak yang dibayar pada saat pembelian barang atau penerimaan jasa (Pajak Masukan/input tax).


(3)

14

7) Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri

Atas impor barang kena pajak dikenakan PPN sedangkan atas ekspor barang kena pajak tidak dikenakan PPN. Prinsip ini mengunakan prinsip tempat tujuan (destination principle), yaitu pajak dikenakan ditempat barang atau jasa yang akan dikonsumsi.

8) Consumption Type Value Added Tax (VAT)

Dalam PPN di Indonesia, Pajak Masukan atas pembelian dan pemeliharaan barang modal dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).

2.1.8 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai

Pada Pasal 1 angka 17 Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42 Tahun 2009 dinyatakan, “Dasar Pengenaan Pajak adalah Jumlah Harga Jual, Nilai Pergantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor Atau Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang”. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak. Adapun dasar pengenaan pajak tersebut adalah (Untung Sukardji, 2015) :

1) Harga Jual

Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk Pajak Pertambahan


(4)

15

Nilai yang dipungut menurut Undang-undang dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

2) Penggantian

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

3) Nilai Impor

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan Bea Masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang.

4) Nilai Ekspor

Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.

5) Nilai Lain

Nilai Lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagi Dasar Pengenaan Pajak dengan Peraturan Menteri Keuangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010, telah diubah dengan


(5)

16

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 56/PMK.03/2015 tentang Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak, diubah sebagai berikut : (a) Untuk pemakian sendiri Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

(b) Untuk pemberian Cuma-Cuma Brang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

(c) Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan Harga Jual rata-rata;

(d) Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;

(e) Untuk penyerahaan produk tembakau adalah sebesar Harga Jual eceran;

(f) Untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar;

(g) Untuk penyerahan Brang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan barang kena pajak antar pajak adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan;

(h) Untuk penyerahan barang kena pajak melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli;


(6)

17

(i) Untuk penyerahan barang kena pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;

(j) Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih;

(k) Untuk penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/ atau jasa agen perjalanan wisata berupa penyerahan paket wisata, pemesanan sarana angkutan dan pemesanan sarana akomodasi, yang penyerahannya tidak didasari pada pemberian komisi/ imbalan atas penyerahan jasa perantara penjualan, adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

(l) dihapus

(m) Untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwading) yang didalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah 10% dari jumlah yang ditagih.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25